Anda di halaman 1dari 9

Pelabuhan Laut Indonesia

1. Dasar Teori
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan yang
dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat
barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

2. Latar Belakang Masalah

Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk


pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional.Hal ini membawa konsekuensi terhadap
pengelolaan segmen usaha pelabuhan tersebut agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara
efektif, efisien dan profesional sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan
cepat dengan biaya yang terjangkau. Pada dasarnya pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan
adalah pelayanan terhadap kapal dan pelayanan terhadap muatan ( barang dan penumpang ).
Secara teoritis, sebagai bagian dari mata rantai transportasi laut, fungsi pelabuhan adalah
tempat pertemuan ( interface ) dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai
kepentingan yang saling terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan
dipindahkan ke moda lain seperti moda darat ( truk atau kereta api). Sebaliknya barang yang
diangkut dengan truk atau kereta api ke pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh
sebab itu berbagai kepentingan saling bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan
pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina, syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Atas dasar
inilah dapat dikatakan bahwa pelabuhan sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat
membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata
rantai dari sistem transportasi maupun logistik.

Namun jika kita melihat kenyatan yang ada, harus kita akui bahwa memang pelabuhan
pelabuhan yang ada di Indonesia masih belum dikelola dengan baik. Sebagaimana yang kita
telah ketahui bersama, dua pertiga wilayah Indonesia berupa perairan. Ribuan pulau berjajar
dari Sabang sampai Merauke. Posisi negeri ini sangat strategis karena berada di persilangan
rute perdagangan dunia. Ironisnya, Indonesia tak mampu memanfaatkan peluang emas itu.
Sebagai negara kepulauan, peranan pelabuhan sangat vital dalam perekonomian Indonesia.
Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan
manusia di negeri ini. Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan
antarpulau maupun antarnegara. Namun, ironisnya, kondisi pelabuhan di Indonesia sangat
memprihatinkan. Hampir semua pelabuhan yang ada di Indonesia saat ini sudah ketinggalan
zaman.

Dari 134 negara, menurut Global Competitiveness Report 2009-2010, daya saing pelabuhan
di Indonesia berada di peringkat ke-95, sedikit meningkat dari posisi 2008 yang berada di
urutan ke-104. Namun, posisi Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Kelemahan pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur dan suprastruktur.

Indonesia juga kalah dalam produktivitas bongkar muat, kondisi kongesti yang parah, dan
pengurusan dokumen kepabeanan yang lama. Global Competitiveness Report 2010-2011
menyebutkan, kualitas pelabuhan di Indonesia hanya bernilai 3,6, jauh di bawah Singapura
yang nilainya 6,8 dan Malaysia 5,6.

Para pengusaha pun sudah lama mengeluhkan buruknya fasilitas kepelabuhanan di Indonesia.
Untuk bersandar dan bongkar muat, sebuah kapal harus antre berhari-hari menunggu giliran.

Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar.
Melihat buruknya kondisi pelabuhan itu, tak heran bila investor enggan berinvestasi di bidang
perkapalan. Akibatnya, distribusi barang antarpulau pun tersendat.

Dampak lanjutannya, harga barang melonjak dan pembangunan ekonomi tersendat. Ekonomi
biaya tinggi pun terus menghantui negeri ini. Rasanya sulit untuk memahami mengapa
Indonesia bisa tenang menyaksikan kondisi pelabuhan yang ketinggalan zaman. Banyak
pihak terheran-heran Indonesia membiarkan inefisiensi ekonomi ini berlangsung lama. Dalam
30 tahun terakhir, nyaris tidak ada proyek pembangunan infrastruktur kepelabuhanan yang
memadai dan signifikan. Padahal, Pelabuhan Tanjung Priok pernah menjadi unggulan di
kawasan Asia.

Akibat keterlambatan penanganan kargo, banyak kapal menghindari Tanjung Priok. Untuk
keperluan ekspor impor, kapal-kapal asing memilih untuk berlabuh di Singapura dan
Malaysia. Bank Dunia pun mencatat, system dan efisiensi pelabuhan di Indonesia sangat
buruk. Kondisi ini jelas memperburuk daya saing harga barang Indonesia. Akibatnya, potensi
devisa pun menguap ke negeri jiran.
3. Potensi
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memerlukan sektor pelabuhan untuk
mendukung perekonomian nasional. Sampai saat ini, Indonesia memiliki 141 pelabuhan. Dua
puluh satu unit pelabuhan merupakan pelabuhan internasional yang bisa melakukan
pengangkutan barang dan penumpang langsung ke luar negeri. Maka Pelabuhan di Indonesia
sangat berpotensi untuk menopang perekonomian Indonesia serta memudahkan pengiriman
barang antar provinsi, kota maupun antar negara.

Berdasarkan hasil analisa Spire Research & Consulting (www.spireresearch.com) diketahui


bahwa total barang yang dimuat dalam satuan ton di lima pelabuhan utama di Indonesia
(Belawan, Tanjung Priok, Tanjuk Perak, Balikpapan, dan Makasar) lebih besar daripada total
barang yang dibongkar di pelabuhan. Hal ini menunjukkan bahwa arus barang yang
dikirimkan di lima pelabuhan utama di Indonesia lebih tinggi daripada arus barang yang
datang atau dibongkar. Tanjung Priok merupakan pelabuhan yang memiliki total barang
dimuat paling tinggi (dalam satuan ton) selama tahun 2006?2009. Terjadi peningkatan total
barang yang dimuat di Pelabuhan Tanjung Priok selama tahun 2006?2008; dan terjadi
penurunan sekitar 10 persen di tahun 2009. Sedangkan Tanjung Perak dan Pelabuhan
Balikpapan mengalami peningkatan yang cukup tinggi untuk total barang yang dibongkar.

Catatan keberangkatan penumpang dari lima pelabuhan utama di Indonesia lebih besar
daripada total kedatangan penumpang dari pelayaran dalam negeri. Tanjung Perak dan
Pelabuhan Makassar merupakan dua pelabuhan dengan tingkat aktivitas tertinggi untuk
keberangkatan dan kedatangan penumpang dari pelayaran dalam negeri selama tahun 2006?
2009. Berdasarkan data ini, Surabaya dan Makassar merupakan dua kota tujuan yang
paling ramai dipadati pendatang. Di tahun 2009, terdapat penurunan jumlah penumpang baik
untuk keberangkatan dan kedatangan di lima pelabuhan utama di Indonesia. Sedangkan tahun
2008 merupakan tahun dengan tingkat keberangkatan dan kedatangan tertinggi.

Prediksi untuk tahun 2010 dan masa mendatang, aktivitas barang dan penumpang di lima
pelabuhan utama di Indonesia akan terus meningkat, mengingat pentingnya pelabuhan bagi
negara kepulauan seperti Indonesia. Hal-hal yang mendukung peningkatan aktivitas
pengiriman dan pembongkaran barang di pelabuhan adalah peningkatan perdagangan dalam
dan luar negeri yang menyebabkan distribusi melalui laut semakin meningkat.

Selain itu, besarnya kegiatan expor-impor yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia juga
mempengaruhi tingkat pengiriman barang dan pembongkaran barang di pelabuhan. Total
keberangkatan dan kedatangan penumpang akan dipengaruhi oleh tingginya mobilitas
masyarakat Indonesia dalam mencari nafkahmisalnya program TKI atau TKW, serta
banyaknya perpindahan penduduk ke kota-kota besar di Indonesia.

Saat ini, PT Pelabuhan Indonesia II memacu produktivitas pelabuhan yang mereka kelola
untuk memenuhi target pendapatan sebesar Rp 3,4 triliun pada tahun 2010. PT Pelindo II
menargetkan pendapatan tahun ini akan tercapai, bahkan berpotensi melebihi target
dikarenakan tingkat produktivitas pelabuhan yang dikelola oleh BUMN itu sudah meningkat.
Hampir semua pelabuhan di bawah Pelindo II hingga triwulan I tahun ini mampu menaikkan
target pendapatannya.

Sebagai contoh, Pelabuhan Bengkulu. Dari target pendapatan pada tiga bulan pertama tahun
2010 sebesar Rp 2,7 miliar, realisasinya mencapai Rp 10 miliar. Bahkan, Pelindo II
menyiapkan investasi Rp 3,7 triliun di antaranya untuk pengadaan alat pemindahan peti
kemas di pelabuhan dengan kapasitas dua kontainer sekaligus dan pengadaan kapal. Pelindo
II menginvestasikan modal yang cukup besar untuk memacu produktivitas pelabuhan di
lingkungan Pelindo II. Dengan menambahkan investasi Rp 3,7 triliun, diharapkan
produktivitas pelabuhan naik hingga dua kali lipat. Apalagi didukung oleh kebijakan
pemerintah yang menetapkan pengoperasian pelabuhan selama 24 jam setiap hari.

Sebelumnya, pelabuhan di Indonesia hanya beroperasi sampai pukul 17.00 WIB, sehingga
produktivitasnya rendah. Namun sekarang ini, semua pelabuhan di bawah Pelindo II akan
disiapkan untuk beroperasi 24 jam setiap harinya. Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) mendesak pemerintah lebih serius membenahi infrastruktur kepelabuhanan
terutama di kawasan timur Indonesia (KTI)karena tingkat produktivitasnya sangat rendah.
Bahkan, sebagian besar pelabuhan di KTI memiliki produktivitas yang rendah, sehingga
biaya angkut ke kawasan itu diperkirakan membengkak signifikan. Pemerintah semakin
memaksimalkan potensi sektor pelayaran dalam negeri di berbagai pelabuhan besar di
Indonesia, terutama dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan daerah.

3. Masalah
Pengelolaan pelabuhan di Indonesia bisa dikatakan masih belum mengembirakan,
apalagi membanggakan. Masih banyak pengelelolaan yang kurang professional dari para
pengelola pelabuhan, yang dalam hal ini adalah pemerintah. Masih banyak kekurangan yang
bisa diidentifikasi oleh para stakeholders di bidang pelabuhan ini.
Disamping kekurangan kekurangan tersebut, ada beberapa masalah - masalah umum yang
kerap kali muncul dalam konteks pengelolaan pelabuhan. Masalah masalah itu ialah antara
lain :

1. Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan pelabuhan di Indonesia

2. Lamanya pengurusan kepabeanan di Indonesia

3. Fasilitas pelabuhan yang berkualitas buruk

4. Lamanya waktu tunggu di pelabuhan pelabuhan di Indonesia

5. Kedalaman pelabuhan di Indonesia yang tidak memenuhi syarat

Faktanya masih banyak masalah yang dapat diidentifikasi dari pengelolaan pelabuhan. Tetapi
5 masalah masalah yang ada di atas merupakan masalah masalah umum yang sering
terjadi dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia.

Para pengusaha selaku pihak yang paling sering memanfaatkan jasa pelabuhan ini pun kerap
kali mengeluh mengenai buruknya sarana dan prasarana dari pelabuhan pelabuhan di
Indonesia. Salah satu contohnya ialah pada pelabuhan tanjung priok. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, para pengusaha yang barang barangnya di angkut melalui container
melalui pelabuhan tanjung priok kerap kali menghadapi lamanya proses bongkar muat di
pelabuhan ini. Akibat keterlambatan penanganan kargo, banyak kapal menghindari Tanjung
Priok. Untuk keperluan ekspor impor, kapal-kapal asing memilih untuk berlabuh di Singapura
dan Malaysia. Bank Dunia pun mencatat, system dan efisiensi pelabuhan di Indonesia sangat
buruk. Kondisi ini jelas memperburuk daya saing harga barang Indonesia. Akibatnya, potensi
devisa pun menguap ke Negara Negara lain yang bertetanggga dengan Indonesia.

Masalah lain yang kerap muncul dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia adalah
lamanya waktu kepngerusan kepabeanan di Indonesia. Hal ini menyebabkan rendahnya minat
para investor yang sebagian besar aktivitasnya berhubungan dengan pelabuhan untuk masuk
ke Indonesia. Mereka enggan untuk berurusan dengan birokrasi Indonesia yang sangat
berbelit belit. Alas an lainnya ialah karena mereka sadar, dengan birokrasi yang semakin
berbelit belit, hal itu akan mempengaruhi stabilitas dari produk mereka. Karena mereka
mau tidak mau mereka pasti akan memperhitungkan biaya biaya birokrasi Indonesia
kedalam produk mereka, yang sudah pasti merupakan sebuah pemborosan dan tidak
menambah nilai apa apa kepada produk yang mereka jual.
Selain itu masalah mengenai buruknya fasilitas fasilitas yang tersedia di pelabuhan
pelabuhan Indonesia juga merupakan permasalahan umum yang sampai sekarang belum ada
penyelesaiannya.

Fasilitas fasilitas pelabuhan di Indonesia banyak yang sudah tua dan juga kurang berfungsi
dengan baik karena tidak di maintain dengan baik. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi
operasional dan citra pelabuhan di Indonesia.

Jika dibandingkan dengan Negara tetangga terdekat kita, Malaysia, Indonesia jauh tertinggal
dalam hal ketersediaan pelabuhan fasilitas pelabuhan yang memadai.

Salah fasilitas pelabuhan Indonesia yang kurang memadai adalah kedalaman pelabuhan
atau deep see port yang ada di Indonesia. Sebagian besar pelabuhan di Indonesia tidak bisa
menjaga tingkat kedalaman lautnya sampai 14 meter atau lebih sehingga tidak dapat
memenuhi kriteria deep sea port. Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia hanya
menjadi pengumpan bagi pelabuhan milik beberapa negara tetangga.

Masalah masalah diatas menyebabkan pengelolaan pelabuhan menjadi tidak efektif. Hal ini
berujung pada lamanya waktu tunggu bagi kapal kapal untuk bersandar di pelabuhan
pelabuhan yang ada di Indonesia.

Pemerintah saat ini dituntut untuk segera memperbaiki masalah ini. Karena pelabuhan
mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pergerakan dan pertumbuhan
perekonomian suatu negara.

3. Solusi dan Inovasi

Untuk meningkatkan kinerja dari pelabuhan, pemerintah perlu untuk sesegera


mungkin mengambil langkah nyata dalam hal penyelesaian masalah masalah yang dihadapi
oleh pelabuhan Indonesia.
Ada beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan
ini. Namun sebelumnya kita harus menentukan terlebih dahulu prioritas pengembangan
peabuhan yang ada sekarang ini. Dari semua masalah yang telah disebutkan diatas, masalah
yang paling penting untuk diselesaikan terlebih dahulu adalah perbaikan fasilitas yang ada
pada pelabuhan. Langkah pertama ialah merevitalisasi pelabuhan pelabuhan utama di
Indonesia. Sedikitnya, pemerintah harus serius mengembangkan 10 pelabuhan utama seperti
Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Bitung, Pontianak, Pangkalan Bun,
Panjang, dan beberapa pelabuhan yang memiliki posisi strategis. Dengan kedalaman kolam
hanya sekitar 13,5 meter, Pelabuhan Tanjung Priok hanya mampu disandari kapal-kapal kecil-
menengah. Kapal-kapal itu umumnya merupakan kapal feeder dari pelabuhan di Singapura,
Malaysia, dan Hong Kong. Selama ini, 80-90% kegiatan ekspor-impor Indonesia harus
melalui pelabuhan di negara lain.

Dengan perbaikan fasilitas fasilitas pada 10 pelabuhan utama tersebut, diharapkan potensi
ekonomi dari pelabuhan Indonesia tidak menguap ke Negara Negara tetangga lainnya.

Tentu hal ini perlu didukung dengan modal yang besar. Untuk mengembangkan pelabuhan
Tanjung Priok, sebagai pengelola, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II mengaku
membutuhkan investasi sekitar Rp 22 triliun. Dana sebesar itu dibutuhkan untuk
memperlebar terminal yang akan dilakukan dalam tiga tahap. Namun nilai investasi itu
terbilang kecil dibanding manfaat yang bakal diperoleh ke depan. Angka ini jauh lebih kecil
ketimbang defisit neraca pembayaran Indonesia dari sektor pelayaran yang mencapai US$ 13
miliar per tahun.

Dalam hal perbaikan fasilitas pelabuhan, dal hal ini kolam pelabuhan, para pengusaha
pelayaran mengusulkan kepada pemerintah agar memperdalam kolam pelabuhan di Indonesia
hingga 16 meter. Dengan demikian, pelabuhan ini mampu menampung kapal-kapal
bermuatan 6.000 TEUs. Dengan adanya perbaikan kolam pelabuhan tersebut, para pengusaha
yakin jika pengelola pelabuhan dapat meningkatkan produktivitas bongkar muat menjadi 20-
25 boks container per jam per crane.

Jika perbaikan (kolam pelabuhan) dapat dilaksankan merata setidaknya pada 10 pelabuhan
utama di Indonesia, dapat dipastikan produktivitas pelabuhan Indonesia juga akan meningkat.

Masalah lain yang perlu untuk ditangani secara serius adalah lamanya kepengurusan
kepabeanan di pelabuhan pelabuhan di Indonesia.

Indonesia memang identik dengan birokrasinya yang berbelit belit, yang membuka peluang
untuk praktek praktek yang tidak etis seperti korupsi.

Hal hal ini sungguh telah mengurangi nilai tambah bagi pelabuhan pelabuhan di
Indonesia. Dengan adanya hal ini, para pengusaha (terutama investor asing) lebih memilih
untuk menjadikan pelabuhan di Indonesia sebagai tempat untuk kapal kapal feeder mereka.
Mereka lebih memilih untuk menempatkan kapal utamanya di pelabuhan pelabuhan di
negara negara seperti Singapura dan Malysia karena kepengurusan administrasi disana jauh
lebih efisien dan efektif. Sudah saatnya Indonesia memanfaatkan potensi ekonomi yang
seharusnya menjadi miliknya tersebut.

Langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan merubah
system administrasi pada pelabuhan di Indonesia. Pelabuhan pelabuhan di Indonesia
memiliki kinerja yang lambat dari segi administrasi karena terlalu banyak berkas berkas
dan juga birokrat yang harus dilewati sebelum sistem dijalankan.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan melengkapi pelabuhan pelabuhan di Indonesia


dengan sistem informasi yang memadai. Kemudian perlu dilakukan evaluasi terhadap
proporsionalitas dari managamen di pelabuhan. Jika kita ingin mempercepat jalannya suatu
sistem, salah satu caranya ialah menyederhanakan proses dari sitem tersebut tanpa
mengesampingkan esensinya. Oleh karena itu praktek praktek birokratif harus segera
dihilangkan guna meningkatkan kinerja pelabuhan dari segi pengelolaan waktu. Tetapi hal
yang paling penting untuk diperhatikan adalah pengembangan sumber daya manusia di
pelabuhan pelabuhan di Indonesia. Hal ini penting karena, jangan sampai perampingan
angkatan kerja pada pelabuhan justru menurunkan tingkat produktivitas dari pelabuhan itu
sendiri. Maka dari itu diperlukan tenaga tenaga kerja yang terampil, dalam jumlah yang
pas, untuk melaksanakan fungsi dan tugas dari pengelolaan pelabuhan. Tentu saja
pengembangan keterampilan dalam hal penggunaan teknologi berbasis informasi dan juga
yang sifatnya teknikal merupakan prioritas. Karena hal inilah yang mampu mendorong
produktivitas.

Namun masalah pelabuhan di Indonesia adalah suatu hal yang kompleks. Diperlukan
kesungguhan dari tiap tiap stakeholders yang ada untuk memperbaiki kinerja pelabuhan.
Selain itu diperlukan pengukuran yang presisi terhadap tiap strategi yang di terapkan. Agar
modal yang besar yang digunakan untuk membangun pelabuhan dapat
dipertanggungjawabkan nantinya.

Permerintah tentu saja memegang peran penting untuk hal ini. Pemerintah harus berperan
sebagai penyelia yang secara berkala memantau penerapan dari semua strategi yang telah
disepakati dan diterapkan. Karena pada umumnya meskipun telah dirumuskan dengan sangat
baik, tiap strategi yang ada menjadi kacau saat diimplementasikan. Hal ini tentu saja karena
kurangnya koordinasi. Diharapkan pemerintah dapat menjalankan peran ini dengan baik,
bukan malah semakin memperburuknya.
Referensi
http://www.gultomlawconsultants.com/definisi-pelabuhan-dan-jenis-jenisnya/#
http://www.seputarkapal.com/2016/05/nama-dan-tempat-pelabuhan-indonesia.html
http://www.marketing.co.id/melirik-potensi-pelayaran-lima-pelabuhan-utama-di-indonesia/
http://lisaherdiana.blogspot.co.id/2012/04/pelabuhan.html

Anda mungkin juga menyukai