Anda di halaman 1dari 7

KEMARITIMAN TRASNPORTASI LAUT

KEMARITIMAN
TRASNPORTASI LAUT

Grian Damani
E1 A1 10 097

S-1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

GRIAN DAMANI E1A1 10 097

KEMARITIMAN TRASNPORTASI LAUT


TRANSPORTASI LAUT
Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional maupun
domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan menghubungkan wilayah pulau, baik
daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi. Sebagai negara kepulauan
(archipelagic state), Indonesia memang amat membutuhkan transportasi laut.
Pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan diperaiaran,
kepelabuhan, serta keamanan dan keselamatannya. Secara garis besar pelayaran dibagi
menjadi dua yaitu pelayaran dan pelayaran Non Niaga.
Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
pesat setelah mendapat pengaruh asing. Industri kapal Indonesia dimotori oleh PT. PAL
Indonesia. Perusahaan ini merupakan sebuah BUMN. Pendiri perusahaan kapal ini telah
dirintis sejak tahun 1823, yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1978,
status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum (Perum) PAL. 3 tahun kemudian, yaitu
pada tahun 1981 bentuk badan usaha Perum PAL diubah menjadi perseroan dengan pimpinan
Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie
Transportasi Laut Dalam Negeri Terdiri Dari jaringan transortasi laut utama,
penumpang, dan perintis. Kapal, Kapal Feri, dan smapan merupakan sarana trasportasi laut,
sedangkan pelabuhan dan gelangan merupakan prasarana trasportasi laut.
Usaha Angkutan Jasa Transportasi Laut terdiri dari Usaha bongkar muat barang,,
Usaha jasa pengurusan transportasi (freight forwarding), Usaha ekspedisi muatan kapal laut,
Usaha angkutan di perairan pelabuhan, Usaha penyewaan peralatan angkutan laut atau alat
apung, Usaha tally, Usaha depo peti kemas.
Transportasi laut miliki peran penting dalam pembangunan nasional karena Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki wilayah seluas 7,7 juta Km2,
dengan luas lautan 2/3 wilayah Indonesia, dan garis pantai terpanjang ke empat di dunia
sepanjang 95.181 km, serta memiliki 17.480 pulau mempunyai potensi ekonomi pada jasa
transportasi laut (pelayaran) yang sangat besar, karena sudah tidak dapat dielakkan lagi
bahwa transportasi laut (kapal) merupakan sarana transportasi utama guna menjangkau dan
menghubungkan pulau-pulau di wilayah nusantara sehingga menciptakan konektifitas antar
pulau di Indonesia.
Manajemen Transportasi Laut meliputi Ways (Jalur), Terminals (Pelabuhan), Vehicles
(Moda Trasportasi), Traffic (Lalu Lintas). Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi
Keselamatan dan keamanan angkutan di perairan, keselamatan dan keamanan angkutan di
pelabuhan, serta perlindungan lingkungan maritim.

GRIAN DAMANI E1A1 10 097

KEMARITIMAN TRASNPORTASI LAUT

Permasalahan dalam pengelolaan transportasi laut nasional


Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas. Terdiri dari 17.000 pulau yang
membentang dari Sabang sampai Merauke atau sepanjang jarak antara London menuju
Siberia. Untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut tentunya dibutuhkan sarana transportasi
laut yang handal untuk melayani berbagai aktivitas masyarakat di seluruh pulau di Indonesia.
Namun, berdasarkan data yang diungkapkan oleh Sekertariat DPR RI (Wirabrata;
2013) mengatakan bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam sector transportasi laut
di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari fakta bahwa masih rendahnya dukungan
infrastruktur. Infrastruktur di Indonesia masih belum memadai, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, diantaranya masih belum tersedianya hub port, serta kurangnya kualitas
serta kuantitas sumber daya manusia dalam sector ini.
Selain itu, banyak pelabuhan di Indonesia juga belum mendukung tercapainya
kondisi transportasi laut yang ideal. Pelabuhan memiliki andil besar dalam mendukung
kelancaran transportasi laut. Pelabuhan digunakan sebagai tempat bersandar sekaligus
bongkar-muat muatan kapal.
Di Indonesia terdapat beberapa permasalahan pada bidang pelabuhan yang belum
diselesaikan dengan baik. Terminal pelabuhan utama di Indonesia, The Jakarta International
Container Terminal, telah diketahui sebagai salahsatu terminal utama yang paling tidak
efisien di Asia Tenggara, dalam hal produktivitas dan biaya unit. Namun demikian JICT
masih merupakan salah satu pelabuhan Indonesia yang berkinerja baik. Indikator kinerja
untuk semua pelabuhan komersial utama menunjukkan keseluruhan system pelabuhan sangat
tidak efisien dan sangat memerlukan peningkatan mutu. Data mengenai tikat okupansi
tambatan kapal, rata-rata waktu perjalanan pulang (turn around) dan waktu kerja sebagai
presentase waktu turn around berada di bawah standar internasional dan mengindikasikan
bahwa kapal-kapal terlalu banyak menghabiskan waktu di tempat tambatan kapal atau untuk
mengantri di luar pelabuhan (Ray; 2008).
Sebagai contoh adalah pada tahun 2002, waktu yang dibutuhkan untuk
memmindahkan peti kemas di Pelabuhan Jakarta adalah sekitar 30-40 peti kemas/jam.
Peningkatan dalam hal teknis dan operasional menunjukkan peningkatan produktivitas, pada
pertengahan tahun 2007 pemindahan peti kemas per jam mencapai sekitar 60 peti kemas.
Akan tetapi, meningkatnya lalu lintas peti kemas dan kemacetan di pelabuhan disertai
permasalahan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan serta keterlambatan kepabeanan
menyebabkan turunnya produktivitas menjadi sekitar 40-45 peti kemas/jam di paruh pertama
tahun 2008.
Selain permasalahan di atas, terdapat faktor-faktor geografis seperti kurangnya
pilihan pelabuhan air dalam dan banyaknya pelabuhan pedalaman yang berlokasi di sungaisungai dan memerlukan pengerukan terus-menerus merupakan halangan utama terhadap
kinerja pelabuhan (Ray; 2008).
Permasalahan transportasi laut di Indonesia juga disumbangkan dari sisi armada
pelayaran itu sendiri. Menurut Prof. Daniel M. Rosyid PhD, M.RINA (2012; 18) dari Institut
Sepuluh Nopember (ITS) sampai saat ini sector perbankan belum berpihak pada industry
GRIAN DAMANI E1A1 10 097

KEMARITIMAN TRASNPORTASI LAUT


perkapalan. Hal ini ditunjukan dengan tingginya bunga modal, apalagi dibandingkan dengan
Singapura dan Malaysia. Akibatnya perusahaan pelayaran pesan ke luar negeri karena biaya
modalnya murah, kata pakar teknik kelautan yang masih langka di Indonesia ini .
Permasalahan lain dari Industri perkapalan nasional adalah bahan baku pembuatan
kapal yang masih di dominasi produk impor. Daniel (2012; 19) mengusulkan supaya
Pemerintah mau member insentif fiskal untuk komponen-komponen pembuatan kapal yang
masih diimpor sembari menguatkan industri penunjang. Dengan masih bergantungnya
industry dalam negeri kepada komponen yang sebagian besar masih di impor maka Indonesia
kurang memiliki kedaulatan terhadap pengelolaan transportasi lautnya serta resiko
tersedotnya devisa keluar untuk membayar komponen impor tersebut.
Tol Laut Jokowi, Bagaimana Cara Meng-implementasikannya?
Dalam kampanye sebelumnya, Tol Laut sebagai bagian dari program andalan
Jokowi untuk mengembalikan kejayaan Indonesia di bidang maritim sering disebut sebagai
sebuah solusi dari masalah yang tidak hanya datang dari kegusaran seorang Jokowi, tetapi
juga kegelisahan hampir semua pelaku bisnis yang memerlukan jasa maritim dalam
menjalankan usahanya.
Apabila disederhanakan, ada 2 pokok masalah yang ingin dijawab oleh Jokowi
dengan memperkenalkan program atau istilah Tol Laut yaitu harga angkut antar pulau di
Indonesia yang tinggi (bahkan pada beberapa kasus lebih tinggi dibanding dengan
mengirimkan barang ke luar negeri) dan reliability atau keandalan/ketersediaan yang masih
sangat terbatas. Sebuah ironi apabila para eksportir di pulau Jawa dapat setiap hari
mengirimkan barangnya ke Singapura, sementara harus menunggu dalam waktu yang cukup
lama untuk mengirimkan sesuatu ke Papua.
Jokowi dengan yakin mengatakan Tol Laut adalah jawabannya.
Mari kita telaah, apakah Tol Laut yang dimaksud oleh Jokowi itu? Seberapa
realistis program ini? Dan bagaimana mengimplementasikannya? Sebagai sebuah istilah,
penulis menilai istilah Tol Laut agak kurang tepat, apalagi bila dikaitkan dengan jalan tol
yang pada saat ini mendapatkan citra tidak terlalu baik di dalam masyarakat. Sudah bayar,
jalannya jelek dan macet pula tentu tidak mau diasosiasikan dengan Tol Laut yang akan
dikerjakan. Istilah tol yang diambil dari bahasa Inggris toll yang
berarti charge/fee/levy/tariff dan segala jenis pembayaran lainnya hanya mengartikan untuk
menggunakan fasilitas ini anda harus membayar.
Tentu saja kita semua mahfum, yang dimaksud dan ditekankan oleh Jokowi bukanlah
masalah pembayaran oleh pengguna, tetapi suatu jalan atau koridor laut yang bebas
hambatan, yang bisa membuat angkutan antar pulau menjadi jauh lebih murah dan bisa
diakses dengan mudah. Istilah Jembatan Laut Bebas Hambatan mungkin lebih cocok
digunakan dibandingkan dengan Tol laut yang sudah terlanjur memasyarakat.
Apabila diasosiasikan dengan infrastruktur jalan darat, sayangnya ada perbedaan
mendasar yang membuat infrastruktur angkutan laut menjadi jauh lebih sulit dan kompleks
untuk dikerjakan. Apabila kita membangun infrastruktur jalan darat, tergantung dengan lebar,
kekuatan dan struktur geometris jalan, pada prinsipnya setelah jalan itu selesai, jalan itu bisa
GRIAN DAMANI E1A1 10 097

KEMARITIMAN TRASNPORTASI LAUT


digunakan oleh segala jenis kendaraan baik motor, mobil maupun truk besar. Transportasi
laut dengan 2 infrastruktur dasar : pelabuhan dan kapal, tidak bisa disederhanakan
sebagaimana moda transportasi darat.
Membangun pelabuhan, terutama pelabuhan modern dengan segala fasilitas
pendukungnya, harus disesuaikan dengan peruntukan atau penggunaan dari pelabuhan
tersebut. Pelabuhan untuk mengangkut manusia jauh berbeda dengan pelabuhan untuk
mengangkut batu bara. Pelabuhan untuk mengangkut batu bara memiliki spesifikasi teknis
yang sangat berbeda dengan pelabuhan untuk mengangkut kontainer. Fasilitas pendukung
yang ada di pelabuhan kontainer hampir dipastikan tidak bisa digunakan untuk operasional
kapal tanker untuk mengangkut barang-barang cair.
Begitu pula dengan kapal. Batu bara, bijih besi, nickel dan sejenisnya harus diangkut
dengan menggunakan kapal curah kering yang tidak mungkin digunakan untuk mengangkut
bahan bakar minyak. Kapal tanker yang dimiliki oleh Pertamina, tidak bisa dan tidak boleh
digunakan untuk mengangkut kontainer. Kapal penumpang milik Pelni, secara teknis tidak
memiliki fasilitas pendukung untuk mengangkut ternak dari Nusa Tenggara ke Jakarta.
Apakah ada pelabuhan dan kapal multi-purpose/multi-guna yang bisa digunakan
untuk mengangkut semua jenis barang sehingga pembangunan Tol Laut atau Jembatan
Laut Bebas Hambatan bisa dibangun untuk menghubungi pulau-pulau di Nusantara?
Jawabannya : ada, tetapi pelabuhan dan kapal tersebut hanya terdapat di abad pertengahan,
seperti yang digunakan oleh Christopher Columbus keliling dunia dan Cornelis de Houtman
mendarat di pelabuhan Banten pada tahun 1596. Dimana pada masa itu, manusia, ternak dan
barang diangkut di dalam kapal yang sama. Tentu saja lelucon di atas, hanya bisa membuat
kita tertawa getir, tetapi tidak bisa menjawab keinginan Jokowi untuk mengurangi harga
angkutan laut antar pulau dan menyediakan moda angkutan laut yang handal.
Apa yang harus dilakukan oleh Jokowi-JK dan para pembantunya untuk
mengimplementasikan Jembatan Laut Bebas Hambatan sebagai salah satu program
andalannya? Pemetaan adalah satu-satunya langkah pertama yang harus dilakukan.
Pengambil kebijakan harus mengetahui dengan jelas trading pattern atau alur perdagangan
atau alur transportasi laut yang pada saat ini terjadi dan apa yang akan diharapkan terjadi
pada jangka pendek, menengah dan panjang ke depan. Peta ini harus memuat data yang
lengkap, meliputi (tetapi tidak terbatas pada) jenis barang, volume, frekuensi berikut dengan
infrastruktur yang selama ini ada baik pelabuhan maupun kapal yang digunakan. Dengan peta
yang ada mulailah Jokowi-JK dengan semua tim terkait membuat rencana kerja
pengembangan Jembatan Laut Bebas Hambatan yang tepat guna. Membangun pelabuhan
besar akan menjadi investasi boros yang sia-sia apabila jenis dan volume barang yang dimuat
dan dibongkar di pelabuhan tersebut tidak sesuai. Mengoperasikan kapal besar semacam ultra
large container carrier akan membuat para ahli bisnis perkapalan bertanya-tanya kemana
kapal itu akan disandarkan dan muatan apa yang tiba-tiba harus diangkut dalam jumlah
18,000 kontainer sekali angkut? Implementasi terbaik dari Jembatan Laut Bebas Hambatan
adalah membangun pelabuhan yang tepat dan mengoperasikan kapal yang sesuai dengan pola
perdangan yang ada. Sambil menunggu pembangunan dan perbaikan infrastruktur selesai,
secara simultan pemerintah harus juga membenahi hal-hal yang menyebabkan tingginya
biaya investasi dan biaya operasional dalam bidang angkutan laut.
Sampai saat ini, dalam pendanaan investasi pelaku usaha di Indonesia masih dibebani
biaya bunga 2 kali lebih tinggi dari negara-negara tetangga. Harga Marine Fuel Oil (MFO)
GRIAN DAMANI E1A1 10 097

KEMARITIMAN TRASNPORTASI LAUT


dan Marine Diesel Oil (MDO) yang dijual oleh Pertamina masih jauh lebih mahal
dibandingkan dengan produk sejenis yang dijual di Singapura. Banyak masalah yang harus
dibenahi, selamat bekerja kabinet yang baru, semoga sukes mengembalikan kejayaan maritim
Indonesia.
Solusi Permasalahan Trasporatsi Laut Di Indonesia
Menurut buku putih transportasi yang diterbitkan oleh Kementrian Negara Riset dan
Teknologi, tujuan pembangunan trasnportasi seluruh Indonesia adalah: 1) meningkatkan
kualitas dan kapasitas layanan; 2) meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan
trasportasi; 3) meningkatnya kualitas penyelenggaraan transportasi yang berkesinambungan
dan ramah lingkungan, sesuai dengan standar pelayanan yang dipersyaratkan; 4)
meningkatkan mobilitas dan distribusi nasional dan wilayah; 5)meningkatnya pemerataan dan
keadilan pelayanan transportasi antar golongan masyarakat dan antar wilayah; 6)
meningkatkan akuntabilitas pelayanan transportasi melalui penetapan system transportasi
nasional, wilayah, dan local; 7) khusus untuk daerah-daerah yang terkena bencana nasional
akan dilakukan program rehabilitasi sarana dan prasarana transportasi, pembinaan sumber
daya manusia yang terpadu dengan program-program sector-sektor lain serta rencana
pengembangan wilayah. Tujuan diatas juga mencakup pembangungan transportasi laut
Indonesia.
Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah transportasi laut menuju revitalisasi
pengelolaan transportasi laut di Indonesia, dibutuhkan upaya yang luar biasa para pihak yang
berkepentingan dan dilakukan dengan membenahi berbagai aspek dalam transportasi laut di
Indonesia. diantaranya Adalah:
1. Aspek Kebijakan
Pemerintah telah membuat banyak kebijakan yang baik terkait dengan pengembangan
transportasi laut yang lebih baik. Salah satunya dengan membuat Rencana Induk pelabuhan
Nasional (RIPN) yang berlaku hingga tahun 2030 dan terintegrasi dengan program MP3EI.
Selain itu terdapat program pendulum nusantara yang digagas BUMN nasional, yaitu
Pelindo, yang berusaha untuk mengintegrasikan seluruh pelabuhan di Indonesia. Program ini
nantinya akan menjadikan beberapa pelabuhan besar di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua
sebagai pelabuhan transit utama untuk kemudian menuju pelabuhan-pelabuhan tujuan di
sekitarnya. Dengan program ini diharapkan akan mempermudah alur transportasi laut
nasional.
Namun, selain kebijakan untuk menata pelabuhan, pemerintah juga harus membuat
kebijakan terkait industry perkapalan nasional. Selama ini industry perkapalan nasional tidak
dapat berkembang secara baik karena tidak adanya dukungan kebijakan yang memadai dari
pemerintah. Permasalahan seperti mahalnya biaya modal dan tingginya komposisi komponen
impor harusnya bisa diselesaikan dengan pembuatan kebijakan yang baik.
Pemerintah diharapkan dapat menghimbau perbankan agar memberikan biaya modal
yang lebih rasional kepada industry kapal nasional. Selain itu, untuk mengurangi komponen
kapal yang di import seharusnya pemerintah dapat memberikan insentif yang lebih (seperti
tax holiday, serta keringanan pajak lainnya) bagi perusahaan komponen kapalan uar negeri
yang memiliki teknologi yang dibutuhkan serta mau melakukan transfer of technology.
GRIAN DAMANI E1A1 10 097

KEMARITIMAN TRASNPORTASI LAUT


2. Aspek Manajemen
Untuk meningkatkan profesionalitas pengelola pelabuhan, sebaiknya peran swasta di
pelabuhan-pelabuhan Indonesia ditigkatkan. Sehingga dengan timbulnya kompetisi yang
sehat di pelabuhan akan meningkatkan kualitas pelayanan pelabuhan secara keseluruhan.
Selain itu, kualitas armada pelayaran juga harus ditingkatkan, baik dari segi
pelayanan maupun keamanan. Tata kelola manajemen pelayaran harus mengedepankan
kepuasan konsumen, bukan hanya sekedar menuntaskan kewajiban yang diamanahkan
negara.
3. Aspek Infrastruktur
Banyak permasalahan transportasi laut yang disebabkan oleh kurang mendukungnya
infrastruktur yang ada. Seperti kurangnya kedalaman dari pelabuhan-pelabuhan maupun alur
laut yang ada. Hal tersebut akan menghalangi kapal besar untuk bersandar terutama kapal
yang berukuran panama. Akibatnya adalah biaya logistic yang semakin tinggi serta
pembangunan yang terhambat.
Begitu juga permasalahan yang muncul di industry perkapalan nasional. Kapasitas
galangan kapal Indonesia masih belum dapat membuat kapal yang berkapasitasi diatas 60.000
DWT. Ini akan menjadi kerugian potensial Indonesia dimana permintaan kapal dengan
ukuran tersebut semakin meningkan seiring dengan pertambahan volume perdagangan dunia.
Oleh karena itu pemerintah seharusnya memberikan perhatian yang serius terhadap
pengembangan infrastruktur transportasi laut di Indonesia. perhatian tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya dengan memperbesar kapasitas pelabuhan yang ada,
meningkatkan teknologi navigasi laut di Indonesia, serta meningkatkan keberadaan armada
pengamanan laut di alur laut Indonesia.

GRIAN DAMANI E1A1 10 097

Anda mungkin juga menyukai