87
cenderung berkurang. Perhitungan rata-rata import container dwelling time ini
tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan ke tempat penimbunan lain
(overbrengen).
Waktu rata-rata import container dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok ini tidak dapat langsung
dibandingkan dengan standar internasional karena hanya menghitung waktu peti
kemas selama berada di lapangan penumpukan JICT saja (TPS Lini 1) tanpa
memperhitungkan lama waktu peti kemas yang dipindahkan ke lapangan
penumpukan lainnya/overbrengen (TPS Lini 2). Namun, perhitungan ini dapat
dijadikan gambaran mengenai tingkat pelayanan peti kemas di JICT. Semakin
pendek/singkat import container dwelling time mengindikasikan tingkat kinerja
pelabuhan peti kemas yang efektif dimana barang-barang peti kemas yang
diimpor lebih cepat sampai ke tujuan. Berdasarkan hasil perhitungan, lama waktu
rata-rata dwell time di JICT masih berada diatas kisaran 5 hari. Padahal lama
waktu import container dwelling time untuk peti kemas sebaiknya tidak melebihi
5 hari (Fourgeaud, 2000). Apabila menggunakan rata-rata waktu 5 hari sebagai
tolak ukur tingkat pelayanan, maka tingkat pelayanan di JICT belum dapat
dikategorikan baik.
Lama rata-rata waktu pre-clearance dapat menjadi titik lemah dalam pelayanan di
Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung
Priok. Berdasarkan Gambar II.9, kegiatan yang dilakukan dalam masa pre-
88
clearance antara lain adalah pembongkaran (unloading) peti kemas, penumpukan
di TPS, persiapan dokumen PIB, dan pembayaran pajak dan bea masuk.
3 Pre-clearance
2 4,17
3,71 3,82
3,25
1
0
Juli 2011 Agustus 2011 Januari 2012 Februari 2012
89
V.2 Analisis Import Container Dwelling Time per Jalur
Analisis import container dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok dapat dilakukan untuk
tiap-tiap jenis jalur barang. Jumlah total peti kemas yang dihitung pada Bulan
Januari 2012 adalah sebanyak 21857 peti kemas dan pada Bulan Februari 2012
adalah sebanyak 19707 peti kemas, dengan rincian masing-masing jumlah untuk
tiap jalur dapat dilihat pada Tabel V.2.
Tabel V.2. Jumlah peti kemas pada Bulan Januari dan Februari 2012
Bulan Januari 2012
MITA Non- MITA
Merah Kuning Hijau Total
Prioritas Prioritas
Jumlah
2495 2017 10920 1981 4444 21857
(kontainer)
Persentase 11,42 % 9,23 % 49,96 % 9,06 % 20,33 % 100 %
Bulan Februari 2012
MITA Non- MITA
Merah Kuning Hijau Total
Prioritas Prioritas
Jumlah
2041 1441 10421 2120 3684 19707
(kontainer)
Persentase 10,36 % 7,31 % 52,88 % 10,76 % 18,69 % 100 %
Dari total 21857 peti kemas pada Bulan Januari 2012, jalur hijau memiliki
persentase jumlah peti kemas paling banyak dibandingkan dengan keempat jalur
lainnya yaitu sebanyak 10920 peti kemas (49,96 %). Sedangkan MITA Prioritas
memiliki jumlah terbanyak kedua yaitu sebanyak 4444 peti kemas (20,33 %).
Jalur merah memiliki jumlah terbanyak ketiga yaitu sebanyak 2495 peti kemas
(11,42 %). Jalur kuning dan MITA Non-Prioritas memiliki persentase jumlah
yang hampir sama, dengan jumlah masing-masing peti kemas sebanyak 2017 peti
kemas (9,23 %) dan 1981 peti kemas (9,06 %). Begitu pula untuk Bulan Februari
2012, dari total 19707 peti kemas jalur hijau memiliki persentase jumlah peti
90
kemas paling banyak dibandingkan dengan keempat jalur lainnya yaitu sebanyak
10421 peti kemas (52,88 %). Sedangkan MITA Prioritas memiliki jumlah
terbanyak kedua yaitu sebanyak 3684 peti kemas (18,69 %). MITA Non-Prioritas
dan jalur merah memiliki persentase jumlah yang hampir sama, dengan jumlah
masing-masing peti kemas sebanyak 2120 peti kemas (10,76 %) dan 2041 peti
kemas (10,36 %). Jalur kuning memiliki persentase jumlah yang paling sedikit
yaitu sebanyak 1441 peti kemas (7,31 %).
Dari hasil statistik untuk kedua bulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peti
kemas jalur hijau memiliki kontribusi paling besar terhadap import container
dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal
(JICT) Tanjung Priok, dengan total hampir separuh dari keseluruhan jumlah peti
kemas yang ada di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container
Terminal (JICT) Tanjung Priok seperti terlihat pada Gambar V.2.
Gambar V.2. Klasifikasi jumlah peti kemas per jalur Januari dan Februari 2012
91
Setelah melakukan perhitungan import container dwell time untuk masing-masing
jalur yang telah dilakukan dalam Bab IV, dapat dibandingkan import container
dwell time antara satu jalur dengan jalur lainnya seperti terlihat pada Tabel V.3.
Berdasarkan Tabel V.3, jalur MITA Prioritas memiliki rata-rata dwell time yang
paling singkat dibandingkan keempat jalur lainnya yaitu 4,96 hari pada Bulan
Januari 2012 dan 4,64 hari pada Bulan Februari 2012. Sedangkan MITA Non-
Prioritas dan jalur hijau memiliki rata-rata dwell time yang hampir sama yaitu
masing-masing selama 6,67 hari dan 6,1 hari pada Bulan Januari 2012, serta 6,47
hari dan 6,29 hari pada Bulan Februari 2012. Selanjutnya jalur kuning memiliki
rata-rata dwell time selama 8,52 hari pada Bulan Januari 2012 dan 9,03 hari pada
92
Bulan Februari 2012. Jalur merah memiliki rata-rata dwell time paling lama
dibandingkan keempat jalur lainnya yaitu 11,6 hari pada Bulan Januari 2012 dan
11,07 hari pada Bulan Februari 2012.
Berbanding terbalik dengan hal itu, lama waktu rata-rata komponen post-
clearance cenderung meningkat sejalan dengan kemudahan jenis penanganan
barang peti kemas tsb. Mulai dari penanganan yang paling rumit (jalur merah)
sampai penanganan yang paling mudah (jalur MITA Prioritas). Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah menunggu kedatangan truk
pengangkut. Misalnya peti kemas jalur MITA Prioritas walaupun sudah
menyelesaikan dokumen-dokumen dan dapat meninggalkan pelabuhan harus
menunggu kedatangan truk pengangkutnya yang belum sampai ke pelabuhan,
93
sedangkan truk pengangkut peti kemas jalur merah sudah berada di pelabuhan.
Perbandingan import container dwelling time per jalur di JICT Tanjung Priok
dapat dilihat pada Gambar V.3 dan Gambar V.4.
11,6 hari
12
1,57
10
8,52 hari Post-clearance
8 1,55
6,67 hari 5,29
Customs
6,1 hari clearance
6
4,96 hari 2,56 3,18 Pre-clearance
2,12
4 2,13 0,01 0,01
0,01
4,11 4,74
2 3,97 3,80
2,82
0
MITA-P MITA-NP Hijau Kuning Merah
Gambar V.3. Perbandingan dwell time per jalur Bulan Januari 2012
0
MITA-P MITA-NP Hijau Kuning Merah
Gambar V.4. Perbandingan dwell time per jalur Bulan Februari 2012
94
V.2.1 Jalur Merah
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur merah pada Bulan Januari 2012 adalah 11,6 hari dan
pada Bulan Februari 2012 adalah 11,07 hari. Perhitungan rata-rata import
container dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan
ke tempat penimbunan lain (overbrengen).
Dwell time pada jalur merah adalah yang terbesar dibandingkan dengan jalur
lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pemeriksaan fisik dan penelitian
dokumen pada customs clearance. Customs clearance pada jalur merah mencapai
5,29 hari pada Bulan Januari 2012 dan 4,98 hari pada Bulan Februari 2012.
Jalur merah memiliki waktu customs clearance yang tinggi dibandingkan jalur
lainnya disebabkan oleh dilakukannya pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen
peti kemas yang memerlukan waktu cukup lama. Proses pemeriksaan jalur merah
meliputi pengeluaran Surat Pemeriksaan Jalur Merah (SPJK), persiapan
pemeriksaaan barang (penentuan petugas pemeriksa, pemindahan peti kemas ke
tempat pemeriksaan fisik, dll.), pemeriksaan barang, laporan pemeriksaan barang
oleh petugas pemeriksa, dan penelitian dokumen. Lama waktu masing-masing
proses tersebut dapat dilihat pada Gambar V.5 dan Gambar V.6.
95
Customs Clearance Jalur Merah Bulan Januari
hari
6
Pemeriksaan dokumen-SPPB
5 0,89
Laporan pemeriksaan barang
4
1,83 Pemeriksaan barang
3
0,11
2 Persiapan pemeriksaan
barang
1 2,34
Penentuan jalur
0 0,03
3 1,74
Pemeriksaan barang
2,5
2 0,08
Persiapan pemeriksaan
1,5 barang
1 2,03
Penentuan jalur
0,5
0 0,01
Proses yang memerlukan waktu lama adalah persiapan pemeriksaan barang dan
laporan pemeriksaan dokumen. Lamanya persiapan pemeriksaan barang dapat
diakibatkan oleh lamanya waktu pemindahan peti kemas ke tempat pemeriksaan
fisik. Laporan pemeriksaan barang dibuat setelah dilakukannya pemeriksaan
barang oleh petugas pemeriksa. Sedangkan pemeriksaan dokumen harus
menunggu pemeriksaan barang dan laporan pemeriksaan selesai terlebih dahulu.
96
V.2.2 Jalur Kuning
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur kuning pada Bulan Januari 2012 adalah 8,52 hari
dan pada Bulan Februari 2012 adalah 9,03 hari. Perhitungan rata-rata import
container dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan
ke tempat penimbunan lain (overbrengen).
Dwell time pada jalur kuning lebih singkat dibandingkan jalur merah, namun
masih lebih tinggi dibandingkan jalur lainnya. Hal ini disebabkan pada jalur
kuning tidak dilakukan pemeriksaan fisik seperti pada jalur merah, tetapi hanya
dilakukan penelitian dokumen saja pada customs clearance.
Jalur kuning memiliki waktu rata-rata customs clearance yang lebih singkat
dibandingkan jalur merah karena hanya dilakukan penelitian dokumen saja tanpa
ada pemeriksaan fisik peti kemas. Komponen pre-clearance menjadi penyumbang
terbesar terhadap import container dwelling time pada jalur kuning. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, lamanya persiapan dokumen PIB dan sistem
pembayaran pajak dan bea masuk yang tidak efisien menjadi penyebab tingginya
waktu rata-rata pre-clearance.
97
V.2.3 Jalur Hijau
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur hijau pada Bulan Januari 2012 adalah 6,1 hari dan
pada Bulan Februari 2012 adalah 6,29 hari. Perhitungan rata-rata import container
dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan ke tempat
penimbunan lain (overbrengen).
Pada jalur hijau tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian
dokumen setelah penerbitan SPPB. Hal ini yang menyebabkan lama waktu rata-
rata customs clearance pada jalur hijau menjadi sangat singkat dibandingkan
komponen pre-clearance dan post-clearance.
98
V.2.4 Jalur MITA Non-Prioritas
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur MITA Non-Prioritas pada Bulan Januari 2012
adalah 6,68 hari dan pada Bulan Februari 2012 adalah 6,47 hari. Perhitungan rata-
rata import container dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang
dipindahkan ke tempat penimbunan lain (overbrengen).
Pada jalur MITA Non-Prioritas tidak dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian
dokumen kecuali barang ekspor yang diimpor kembali, terkena pemeriksaan acak,
atau barang impor sementara. Hal ini yang menyebabkan lama waktu rata-rata
customs clearance pada jalur MITA Non-Prioritas menjadi singkat.
99
V.2.5 Jalur MITA Prioritas
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur MITA Prioritas pada Bulan Januari 2012 adalah 4,96
hari dan pada Bulan Februari 2012 adalah 4,64 hari. Perhitungan rata-rata import
container dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan
ke tempat penimbunan lain (overbrengen).
Pada jalur MITA Prioritas tidak dilakukan sama sekali pemeriksaan fisik dan
penelitian dokumen sehingga waktu rata-rata customs clearance pada jalur MITA
Prioritas menjadi sangat singkat. Hal lain yang teramati adalah terjadi penurunan
waktu pre-clearance dibandingkan jalur-jalur lainnya.
100
V.3 Distribusi Import Container Dwelling Time di JICT Tanjung Priok
Analisis distribusi import container dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas
Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok dilakukan
berdasarkan sebaran lama waktu dwell time untuk tiap-tiap pembagian jalur peti
kemas yaitu jalur merah, jalur kuning, jalur hijau, jalur MITA Non-Prioritas, dan
jalur MITA Prioritas. Distribusi sebaran waktu yang dibuat dalam sub-bab ini
adalah distribusi dwell time untuk tiap-tiap jalur pada Bulan Januari 2012 dan
Februari 2012.
Distribusi dwell time untuk tiap-tiap jalur dibuat agar terlihat karakteristik sebaran
lama waktu import container dwelling time untuk tiap-tiap jalur (merah, kuning,
hijau, MITA Non-Prioritas, dan MITA Prioritas) baik pada Bulan Januari 2012
dan Bulan Februari 2012. Dari grafik distribusi tersebut juga akan didapatkan
modus range yang memperlihatkan kisaran waktu dwell time terbanyak yang
dialami oleh peti kemas dalam satu bulan dan nilai standar deviasinya.
101
V.3.1 Distribusi Dwell Time Januari
250 250
200 200
150 150
100 100
50 50
0 0
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
8-9
0-1
2-3
4-5
6-7
18-19
10-11
12-13
14-15
16-17
20-21
Merah Kuning
1800 400
1600 350
1400 300
1200
250
1000
200
800
150
600
400 100
200 50
0 0
0-1
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
22+
2-3
4-5
6-7
8-9
22+
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
Hijau MITA-NP
900 Keterangan:
800
700 Sumbu X = Lama hari
600
500 Sumbu Y = Jumlah peti kemas
400
300
200
100
0
22+
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
14-15
10-11
12-13
16-17
18-19
20-21
102
Gambar V.7 menggambarkan sebaran lama waktu import container dwelling time
untuk tiap-tiap pembagian jalur peti kemas di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok Bulan Januari 2012 yaitu
jalur hijau, jalur kuning, jalur merah, jalur MITA Prioritas, dan jalur MITA Non-
Prioritas. Distribusi dwell time yang baik memiliki ekor pendek dan berbentuk
simetris di sekitar nilai dwell time yang rendah (distribusi normal). Bentuk ekor
yang pendek menunjukkan bahwa distribusi tersebut memiliki standar deviasi
yang kecil, sehingga memiliki sebaran dwell time yang cukup seragam dan berada
di sekitar waktu rata-rata dwell time. Sedangkan bentuk ekor yang panjang
menunjukkan bahwa distribusi tersebut memiliki standar deviasi yang besar,
dengan kata lain banyak peti kemas yang memiliki dwell time lebih panjang
dibandingkan rata-rata dwell time.
Berdasarkan Gambar V.7, jalur MITA Non-Prioritas dan MITA Prioritas memiliki
bentuk distribusi yang mirip, dengan kisaran dwell time paling banyak berada di
range 2-3 hari namun memiliki nilai standar deviasi yang berbeda. Jalur MITA
Non-Prioritas memiliki nilai standar deviasi yang paling besar dan ekor yang
panjang disebabkan oleh banyaknya peti kemas yang memiliki dwell time diatas
22 hari. Sedangkan grafik distribusi jalur kuning dan jalur merah sama-sama
memiliki ekor yang panjang, dengan kisaran dwell time paling banyak masing-
masing berada di range 8-9 hari dan 11-12 hari. Jalur hijau memiliki kisaran dwell
time paling banyak berada di range 3-4 hari dengan nilai standar deviasi 4,348
seperti disajikan dalam Tabel V.4.
Tabel V.4. Modus range dwell time tiap jalur Bulan Januari 2012
Jalur Dwell Time Modus Range St. Deviasi
Merah 11,6 hari 11-12 hari 5,697
Kuning 8,52 hari 8-9 hari 4,895
Hijau 6,1 hari 3-4 hari 4,348
MITA-NP 6,67 hari 2-3 hari 6,2
MITA-P 4,96 hari 2-3 hari 4,007
103
V.3.2 Distribusi Dwell Time Februari
180 160
160 140
140 120
120
100
100
80
80
60
60
40 40
20 20
0 0
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
Merah Kuning
1800 400
1600 350
1400 300
1200
250
1000
200
800
150
600
400 100
200 50
0 0
0-1
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
22+
2-3
4-5
6-7
8-9
22+
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
Hijau MITA-NP
900 Keterangan:
800
700 Sumbu X = Lama hari
600
500 Sumbu Y = Jumlah peti kemas
400
300
200
100
0
22+
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
14-15
10-11
12-13
16-17
18-19
20-21
104
Gambar V.8 menggambarkan sebaran lama waktu import container dwelling time
untuk tiap-tiap pembagian jalur peti kemas di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok Bulan Februari 2012 yaitu
jalur hijau, jalur kuning, jalur merah, jalur MITA Prioritas, dan jalur MITA Non-
Prioritas. Distribusi dwell time yang baik memiliki ekor pendek dan berbentuk
simetris di sekitar nilai dwell time yang rendah (distribusi normal). Bentuk ekor
yang pendek menunjukkan bahwa distribusi tersebut memiliki standar deviasi
yang kecil, sehingga memiliki sebaran dwell time yang cukup seragam dan berada
di sekitar waktu rata-rata dwell time. Sedangkan bentuk ekor yang panjang
menunjukkan bahwa distribusi tersebut memiliki standar deviasi yang besar,
dengan kata lain banyak peti kemas yang memiliki dwell time lebih panjang
dibandingkan rata-rata dwell time.
Berdasarkan Gambar V.8, jalur hijau, MITA Non-Prioritas dan MITA Prioritas
memiliki bentuk distribusi yang mirip, dengan kisaran dwell time paling banyak
berada di range 2-3 hari dengan nilai standar deviasi yang berbeda-beda. Jalur
MITA Non-Prioritas memiliki nilai standar deviasi yang paling besar dan ekor
yang panjang disebabkan oleh banyaknya peti kemas yang memiliki dwell time
diatas 22 hari. Sedangkan grafik distribusi jalur kuning dan jalur merah sama-
sama memiliki ekor yang panjang, dengan kisaran dwell time paling banyak
masing-masing berada di range 4-5 hari dan 7-8 hari seperti disajikan dalam
Tabel V.5.
Tabel V.5. Modus range dwell time tiap jalur Bulan Februari 2012
Jalur Dwell Time Modus Range St. Deviasi
Merah 11,07 hari 7-8 hari 6,35
Kuning 9,03 hari 4-5 hari 6,061
Hijau 6,29 hari 2-3 hari 5,239
MITA-NP 6,47 hari 2-3 hari 6,614
MITA-P 4,64 hari 2-3 hari 4,14
105
V.4 Perbandingan Dwell Time di JICT dengan Pelabuhan Lain
Perhitungan rata-rata import container dwelling time di JICT tidak memasukkan
data peti kemas yang dipindahkan ke tempat penimbunan lain (overbrengen).
Perhitungan dalam penelitian ini berdasarkan definisi dwell time adalah waktu
yang dihitung mulai dari suatu peti kemas (kontainer) dibongkar dan diangkat
(unloading) dari kapal sampai peti kemas tersebut meninggalkan terminal melalui
pintu utama (World Bank, 2011).
Sedangkan standar internasional dwell time adalah lama waktu peti kemas
(kontainer) berada di pelabuhan sebelum memulai pejalanan darat baik
menggunakan truk atau kereta api (Nicoll, 2007).
Berdasarkan hal tersebut maka perhitungan dwell time ini tidak dapat
dibandingkan langsung dengan pelabuhan di negara lain. Untuk dapat
membandingkannya, dibuat estimasi dwell time yang mencakup peti kemas yang
dipindahkan ke tempat penimbunan lain (overbrengen). Menurut World Bank,
estimasi kenaikan adalah satu hari maka dwell time rata-rata Januari-Februari
2012 selama 6,73 hari diestimasi menjadi ±8 hari.
Indonesia (JICT) 7+
Thailand 5
India 5
Malaysia (Port Klang) 4
UK, Los Angeles (USA) 4
Australia, NZ 3
France 3
Hong Kong 2
India (JNPT) 1,5
Singapore 1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 hari
106
Perbandingan dwell time beberapa negara dapat dilihat pada Gambar V.9. Lama
waktu rata-rata import container dwelling time di pelabuhan utama India adalah 5
hari (Ministry of Shipping, Road Transport, and Highway of India, 2007) dengan
rincian dwell time tiap-tiap pelabuhan utama dapat dilihat pada Tabel V.6.
Perbandingan dilakukan dengan pelabuhan peti kemas India karena jumlah TEUs
yang dilayani dan tahapan impor barang pada kedua pelabuhan dianggap
komparabel. Pelabuhan JICT memiliki jumlah peti kemas yang dilayani mencapai
2.265.202 TEUs pada tahun 2011 (dapat dilihat pada Lampiran 1A). Sedangkan
pelabuhan peti kemas terbesar di India adalah Jawaharlal Nehru Port (JNPT)
dengan jumlah peti kemas yang dilayani mencapai 2.667.000 TEUs (57,81 %)
dari total peti kemas yang dilayani oleh seluruh pelabuhan utama adalah
4.613.000 TEUs (dapat dilihat pada Lampiran 1B).
107
Secara umum, tahapan import clearance di pelabuhan India dapat dilihat pada
Lampiran 2. Tahapan import clearance di JICT telah dibahas dalam sub-bab II.5.
Berdasarkan kondisi pelabuhan India secara umum sama dengan JICT antara lain:
1. Pengeluaran barang kargo didominasi melalui jalan darat
2. Daerah industri berada cukup jauh dari pelabuhan
3. Terbatasnya lahan penumpukan
4. Sistem IT yang belum bekerja sepenuhnya
5. Penyelesaian pabean harus diselesaikan di pelabuhan
Kemudian muncul pertanyaan mengapa dwell time di India bisa mencapai ±5 hari
(khusus di JNPT 1,5 hari) sedangkan di JICT mencapai ±8 hari. Perbedaan utama
dari kedua pelabuhan tersebut adalah sistem pembayaran pajak dan bea masuk.
Pembayaran pajak dan bea masuk di India dilakukan pada akhir proses customs
clearance dan bukan merupakan salah satu syarat pengiriman dokumen PIB (Bill
of Entry). Sedangkan di JICT pembayaran pajak dan bea masuk dilakukan sebagai
syarat pengiriman PIB.
Di JICT pembayaran pajak dan bea masuk harus dilakukan oleh importir sebelum
pengiriman dokumen PIB dan memakan waktu karena sistem pembayaran yang
rumit. Pembayaran sebenarnya dapat dilakukan 24 jam di Bank Devisa namun
tentu bank belum tentu mau melayani diluar jam kerja karena alasan efisiensi
operasional mereka. Sedangkan sistem pembayaran di India menerapkan satu
tagihan di bagian terakhir saat peti kemas akan di keluarkan dari pelabuhan
dimana tagihan mencakup biaya yang dikenakan oleh semua instansi terkait.
Perbedaan dwell time di Jawaharlal Nehru Port (JNPT) dengan pelabuhan lain di
India dapat disebabkan pelabuhan tersebut dikususkan bagi importir besar yang
lebih antisipasi dalam penanganan peti kemas dan memiliki kemudahan dalam
pelayanan seperti misalnya pembayaran berkala, dsb.
108
Di Pelabuhan Tanjung Priok sendiri terdapat beberapa terminal peti kemas lain
yang melayani peti kemas ekspor-impor selain JICT yaitu:
1. Terminal peti kemas Koja
2. Terminal peti kemas Mustika Alam Lestari (MAL)
3. Terminal peti kemas Multi Terminal Indonesia (MTI)
Lokasi denah masing-masing terminal peti kemas tersebut dapat dilihat pada
Gambar II.6. Tahapan impor peti kemas di masing-masing terminal tersebut
secara umum tidak berbeda satu sama lainnya, seperti yang telah dijelaskan pada
Sub Bab II.5. Sedangkan perbedaan terletak pada kapasitas dan fasilitas
peralatanyang dimiliki oleh masing-masing terminal, dengan terminal JICT
merupakan terminal peti kemas terbesar yang melayani peti kemas ekspor-impor
di Pelabuhan Tanjung Priok. Data lama waktu dwell time untuk masing-masing
terminal tersebut didapatkan dengan bantuan oleh KPU Bea Cukai Tanjung Priok.
Perbandingan import container dwelling time rata-rata Bulan Januari-Februari
2012 pada masing-masing terminal tersebut dapat dilihat pada Gambar V.10.
JICT 6,73
Koja 5,5
MAL 5,14
MTI 8,23
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 hari
Berdasarkan Gambar V.10, rata-rata import container dwelling time di JICT (6,73
hari) lebih lama dibandingkan dengan Terminal Koja (5,5 hari) dan Terminal
MAL (5,14 hari). Sedangkan Terminal MTI memiliki rata-rata dwell time yang
109
paling lama (8,23 hari). Jumlah peti kemas impor yang dilayani di JICT mencapai
176.540 TEUs, Terminal Koja sebanyak 64.814 TEUs, Terminal MAL sebanyak
19.065 TEUs, dan Terminal MTI sebanyak 12.213 TEUs seperti terlihat pada
Tabel V.7.
110
V.5 Rekomendasi Awal
Berdasarkan perhitungan, lama rata-rata import container dwelling time di
Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung
Priok adalah 6,77 hari pada Bulan Januari 2012 dan 6,69 hari pada Bulan Februari
2012 seperti terlihat pada Tabel V.8. Perhitungan rata-rata import container
dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan ke tempat
penimbunan lain (overbrengen).
111
transfer. Hanya importir jalur MITA Prioritas yang memiliki keistimewaan
berupa pembayaran pajak dan bea masuk berkala (deffered payment) dengan
Bea Cukai.
112
2. Lamanya waktu persiapan pemeriksaan fisik
Selain itu, lamanya waktu persiapan pemeriksaan fisik barang juga
mempengaruhi waktu customs clearance. Item pekerjaan persiapan
pemeriksaan fisik barang meliputi penetapan petugas pemeriksa fisik,
pemindahan peti kemas ke tempat pemeriksaan fisik, dan pekerjaan persiapan
lainnya sebelum dilakukannya proses pemeriksaan fisik barang.
113
Terminal (JICT) Tanjung Priok telah memiliki jalan akses untuk rel kereta.
Namun jalan akses alternatif ini belum termanfaatkan secara optimal karena
terbatasnya gerbong lokomotif yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia
(KAI).
114
dapat dilakukan untuk mengurangi lama waktu rata-rata pre-clearance adalah
dengan menambah jumlah importir jalur MITA Prioritas.
115
mempercepat proses pemeriksaan fisik barang. Namun, pemindaian dengan
mesin pemindai otomatis (X-Ray scanner dan γ-Ray scanner) memiliki
kelemahan hanya untuk jenis barang yang seragam di dalam peti kemas
tersebut. Untuk memaksimalkan penggunaan fasilitas mesin pemindai
otomatis dapat dilakukan dengan menghilangkan biaya yang dikenakan untuk
penggunaan mesin pemindai otomatis.
116