Anda di halaman 1dari 30

Bab V Analisis Data

V.1 Analisis Import Container Dwelling Time di JICT Tanjung Priok


Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
diketahui lama rata-rata import container dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas
Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok Bulan Januari dan
Februari 2012. Perbandingan antara lama rata-rata import container dwelling time
pada Bulan Juli-Agustus 2011 dan Januari-Februari 2012 disajikan pada Tabel
V.1.
Tabel V.1. Perbandingan import container dwelling time di JICT
Agustus Januari Februari Rata-
Juli 2011
Komponen 2011 2012 2012 rata
hari % hari % hari % hari % hari
Pre-
3,25 51,84 3,71 64,52 3,82 56,43 4,17 62,36 3,74
clearance
Customs
1,13 18,08 0,96 16,7 0,9 13,34 0,76 11,28 0,94
clearance
Post-
1,88 30,08 1,08 18,78 2,05 30,23 1,76 26,36 1,52
clearance
Dwell Ttime 6,25 100 5,75 100 6,77 100 6,69 100 6,37
Jumlah TEUs 118.943 98.701 98.763 77.777
Sumber Juli dan Agustus: Cubillos, dkk. (2011)

Berdasarkan hasil perhitungan dalam penelitian ini, rata-rata import container


dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal
(JICT) Tanjung Priok adalah 6,77 hari pada Bulan Januari 2012 dan 6,69 hari
pada Bulan Februari 2012. Sedangkan rata-rata import container dwelling time
yang dihitung oleh World Bank adalah 6,25 hari pada Bulan Juli 2011 dan 5,75
hari pada Bulan Agustus 2011. Dengan jumlah peti kemas yang dilayani tiap-tiap
bulan dapat dilihat pada tabel tersebut, artinya terjadi kenaikan rata-rata dwell
time dari Bulan Juli-Agustus 2011 sampai Bulan Januari-Februari 2012. Namun
apabila dilihat, waktu pre-clearance cenderung naik dan customs clearance

87
cenderung berkurang. Perhitungan rata-rata import container dwelling time ini
tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan ke tempat penimbunan lain
(overbrengen).

Waktu rata-rata import container dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok ini tidak dapat langsung
dibandingkan dengan standar internasional karena hanya menghitung waktu peti
kemas selama berada di lapangan penumpukan JICT saja (TPS Lini 1) tanpa
memperhitungkan lama waktu peti kemas yang dipindahkan ke lapangan
penumpukan lainnya/overbrengen (TPS Lini 2). Namun, perhitungan ini dapat
dijadikan gambaran mengenai tingkat pelayanan peti kemas di JICT. Semakin
pendek/singkat import container dwelling time mengindikasikan tingkat kinerja
pelabuhan peti kemas yang efektif dimana barang-barang peti kemas yang
diimpor lebih cepat sampai ke tujuan. Berdasarkan hasil perhitungan, lama waktu
rata-rata dwell time di JICT masih berada diatas kisaran 5 hari. Padahal lama
waktu import container dwelling time untuk peti kemas sebaiknya tidak melebihi
5 hari (Fourgeaud, 2000). Apabila menggunakan rata-rata waktu 5 hari sebagai
tolak ukur tingkat pelayanan, maka tingkat pelayanan di JICT belum dapat
dikategorikan baik.

Berdasarkan Tabel V.1, komponen pre-clearance memiliki kontribusi paling


besar terhadap dwell time baik pada Bulan Januari maupun Bulan Februari 2012
dengan waktu rata-rata masing-masing selama 3,82 hari (56,43 %) dan 4,17 hari
(62,36 %). Kedua komponen lainnya, yaitu komponen customs clearance dan
post-clearance memakan waktu rata-rata masing-masing selama 0,9 hari (13,34
%) dan 2,05 hari (30,23 %) pada Bulan Januari 2012. Sedangkan pada Bulan
Februari 2012 komponen customs clearance dan post-clearance memakan waktu
rata-rata masing-masing selama 0,76 hari (11,28 %) dan 1,76 hari (26,36 %).

Lama rata-rata waktu pre-clearance dapat menjadi titik lemah dalam pelayanan di
Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung
Priok. Berdasarkan Gambar II.9, kegiatan yang dilakukan dalam masa pre-

88
clearance antara lain adalah pembongkaran (unloading) peti kemas, penumpukan
di TPS, persiapan dokumen PIB, dan pembayaran pajak dan bea masuk.

Berdasarkan pengamatan dan informasi yang didapat, lama waktu pembongkaran


(unloading) peti kemas dari kapal rata-rata hanya memakan waktu satu hari. Maka
yang menjadi penyebab utama lamanya waktu pre-clearance antara lain adalah
persiapan dokumen PIB dan pembayaran pajak dan bea masuk. Kendala yang
terjadi di lapangan adalah peti kemas yang sudah selesai dibongkar (unloading)
harus menunggu dokumen PIB dan sulitnya menyelesaikan pembayaran pajak dan
bea masuk akibat sistem pembayaran yang rumit. Bank menerima pembayaran
sampai pukul 5:00 PM dan membutuhkan waktu setidaknya 3-4 jam untuk
konfirmasi. Keterlambatan dalam pembayaran dapat menyebabkan harus
menunggu bank untuk buka kembali pada esok harinya. Lama rata-rata dwell time
per komponen pada Bulan Juli-Agustus 2011 dan Januari-Februari 2012 dapat
dilihat pada Gambar V.1.

Dwell Time per Komponen


hari
8

6,77 hari 6,69 hari


7
6,25 hari
5,75 hari 2,05 1,76
6
1,88 1,08
5
0,76 Post-clearance
0,96 0,90
4
1,13 Customs clearance

3 Pre-clearance

2 4,17
3,71 3,82
3,25
1

0
Juli 2011 Agustus 2011 Januari 2012 Februari 2012

Sumber Juli dan Agustus: Cubillos, dkk. (2011)


Gambar V.1. Dwell time per komponen Juli-Agustus 2011 dan Jan-Feb 2012

89
V.2 Analisis Import Container Dwelling Time per Jalur
Analisis import container dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok dapat dilakukan untuk
tiap-tiap jenis jalur barang. Jumlah total peti kemas yang dihitung pada Bulan
Januari 2012 adalah sebanyak 21857 peti kemas dan pada Bulan Februari 2012
adalah sebanyak 19707 peti kemas, dengan rincian masing-masing jumlah untuk
tiap jalur dapat dilihat pada Tabel V.2.

Tabel V.2. Jumlah peti kemas pada Bulan Januari dan Februari 2012
Bulan Januari 2012
MITA Non- MITA
Merah Kuning Hijau Total
Prioritas Prioritas
Jumlah
2495 2017 10920 1981 4444 21857
(kontainer)
Persentase 11,42 % 9,23 % 49,96 % 9,06 % 20,33 % 100 %
Bulan Februari 2012
MITA Non- MITA
Merah Kuning Hijau Total
Prioritas Prioritas
Jumlah
2041 1441 10421 2120 3684 19707
(kontainer)
Persentase 10,36 % 7,31 % 52,88 % 10,76 % 18,69 % 100 %

Dari total 21857 peti kemas pada Bulan Januari 2012, jalur hijau memiliki
persentase jumlah peti kemas paling banyak dibandingkan dengan keempat jalur
lainnya yaitu sebanyak 10920 peti kemas (49,96 %). Sedangkan MITA Prioritas
memiliki jumlah terbanyak kedua yaitu sebanyak 4444 peti kemas (20,33 %).
Jalur merah memiliki jumlah terbanyak ketiga yaitu sebanyak 2495 peti kemas
(11,42 %). Jalur kuning dan MITA Non-Prioritas memiliki persentase jumlah
yang hampir sama, dengan jumlah masing-masing peti kemas sebanyak 2017 peti
kemas (9,23 %) dan 1981 peti kemas (9,06 %). Begitu pula untuk Bulan Februari
2012, dari total 19707 peti kemas jalur hijau memiliki persentase jumlah peti

90
kemas paling banyak dibandingkan dengan keempat jalur lainnya yaitu sebanyak
10421 peti kemas (52,88 %). Sedangkan MITA Prioritas memiliki jumlah
terbanyak kedua yaitu sebanyak 3684 peti kemas (18,69 %). MITA Non-Prioritas
dan jalur merah memiliki persentase jumlah yang hampir sama, dengan jumlah
masing-masing peti kemas sebanyak 2120 peti kemas (10,76 %) dan 2041 peti
kemas (10,36 %). Jalur kuning memiliki persentase jumlah yang paling sedikit
yaitu sebanyak 1441 peti kemas (7,31 %).

Dari hasil statistik untuk kedua bulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peti
kemas jalur hijau memiliki kontribusi paling besar terhadap import container
dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal
(JICT) Tanjung Priok, dengan total hampir separuh dari keseluruhan jumlah peti
kemas yang ada di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container
Terminal (JICT) Tanjung Priok seperti terlihat pada Gambar V.2.

Januari 2012 Februari 2012


Keterangan warna:

Gambar V.2. Klasifikasi jumlah peti kemas per jalur Januari dan Februari 2012

91
Setelah melakukan perhitungan import container dwell time untuk masing-masing
jalur yang telah dilakukan dalam Bab IV, dapat dibandingkan import container
dwell time antara satu jalur dengan jalur lainnya seperti terlihat pada Tabel V.3.

Tabel V.3. Perbandingan dwell time per jalur


Bulan Januari 2012
Customs Dwell
Pre-clearance Post-clearance
Jalur clearance Time
hari % hari % hari % hari
Merah 4,74 40,88 5,29 45,6 1,57 13,53 11,6
Kuning 3,8 44,61 3,18 37,25 1,55 18,13 8,52
Hijau 3,97 65,11 0,01 0,15 2,12 34,74 6,1
MITA-NP 4,11 61,51 0,01 0,1 2,56 38,39 6,67
MITA-P 2,82 56,82 0,01 0,14 2,13 43,04 4,96
Bulan Februari 2012
Customs Dwell
Pre-clearance Post-clearance
Jalur clearance Time
hari % hari % hari % hari
Merah 4,84 43,74 4,98 44,96 1,25 11,3 11,07
Kuning 4,5 49,89 3,2 35,41 1,33 14,7 9,03
Hijau 4,54 72,23 0,01 0,13 1,74 27,64 6,29
MITA-NP 4,32 66,78 0,01 0,14 2,14 33,08 6,47
MITA-P 2,55 55,05 0,01 0,05 2,08 44,9 4,64

Berdasarkan Tabel V.3, jalur MITA Prioritas memiliki rata-rata dwell time yang
paling singkat dibandingkan keempat jalur lainnya yaitu 4,96 hari pada Bulan
Januari 2012 dan 4,64 hari pada Bulan Februari 2012. Sedangkan MITA Non-
Prioritas dan jalur hijau memiliki rata-rata dwell time yang hampir sama yaitu
masing-masing selama 6,67 hari dan 6,1 hari pada Bulan Januari 2012, serta 6,47
hari dan 6,29 hari pada Bulan Februari 2012. Selanjutnya jalur kuning memiliki
rata-rata dwell time selama 8,52 hari pada Bulan Januari 2012 dan 9,03 hari pada

92
Bulan Februari 2012. Jalur merah memiliki rata-rata dwell time paling lama
dibandingkan keempat jalur lainnya yaitu 11,6 hari pada Bulan Januari 2012 dan
11,07 hari pada Bulan Februari 2012.

Lama waktu rata-rata komponen pre-clearance dan customs clearance cenderung


berkurang sejalan dengan kemudahan jenis penanganan barang peti kemas tsb.
Mulai dari penanganan yang paling rumit (jalur merah) sampai penanganan yang
paling mudah (jalur MITA Prioritas). Hal ini tidak terlepas dari keistimewaan
yang diberikan kepada importir jalur MITA Prioritas seperti dapat mengirim
dokumen PIB tanpa manifest, pembayaran dilakukan berkala dan dapat dilakukan
secara deffered payment. Dengan adanya kemudahan tersebut, lama waktu rata-
rata yang dibutuhkan untuk pre-clearance dapat berkurang secara signifikan
karena keistimewaan yang diberikan kepada importir jalur MITA Prioritas dapat
mengurangi lamanya waktu persiapan dokumen PIB dan membuat sistem
pembayaran pajak dan bea masuk menjadi lebih cepat dan efisien dibandingkan
jalur lainnya. Sedangkan lama waktu rata-rata customs clearance bergantung pada
dilakukan atau tidaknya pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen. Sejalan
dengan hal itu maka peti kemas jalur merah memiliki waktu rata-rata customs
clearance yang paling lama dibandingkan jalur lainnya, disusul oleh peti kemas
jalur kuning. Pada peti kemas jalur hijau, MITA Non-Prioritas, dan MITA
Prioritas tidak dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen untuk
mendapatkan dokumen SPPB sehingga lama waktu rata-rata customs clearance
menjadi sangat singkat.

Berbanding terbalik dengan hal itu, lama waktu rata-rata komponen post-
clearance cenderung meningkat sejalan dengan kemudahan jenis penanganan
barang peti kemas tsb. Mulai dari penanganan yang paling rumit (jalur merah)
sampai penanganan yang paling mudah (jalur MITA Prioritas). Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah menunggu kedatangan truk
pengangkut. Misalnya peti kemas jalur MITA Prioritas walaupun sudah
menyelesaikan dokumen-dokumen dan dapat meninggalkan pelabuhan harus
menunggu kedatangan truk pengangkutnya yang belum sampai ke pelabuhan,

93
sedangkan truk pengangkut peti kemas jalur merah sudah berada di pelabuhan.
Perbandingan import container dwelling time per jalur di JICT Tanjung Priok
dapat dilihat pada Gambar V.3 dan Gambar V.4.

Dwell Time Rata-rata per Jalur Bulan Januari


hari
14

11,6 hari
12
1,57
10
8,52 hari Post-clearance
8 1,55
6,67 hari 5,29
Customs
6,1 hari clearance
6
4,96 hari 2,56 3,18 Pre-clearance
2,12
4 2,13 0,01 0,01
0,01
4,11 4,74
2 3,97 3,80
2,82

0
MITA-P MITA-NP Hijau Kuning Merah

Gambar V.3. Perbandingan dwell time per jalur Bulan Januari 2012

Dwell Time Rata-rata per Jalur Bulan Februari


hari
12
11,07 hari
1,25
10 9,03 hari
1,71
8
4,98
6,47 hari 6,29 hari Post-clearance
6 3,20
2,14 1,74 Customs
4,64 hari
0,01 0,01 clearance
4
2,08 Pre-clearance
0,01 4,54 4,50 4,84
2 4,32
2,55

0
MITA-P MITA-NP Hijau Kuning Merah

Gambar V.4. Perbandingan dwell time per jalur Bulan Februari 2012

94
V.2.1 Jalur Merah
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur merah pada Bulan Januari 2012 adalah 11,6 hari dan
pada Bulan Februari 2012 adalah 11,07 hari. Perhitungan rata-rata import
container dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan
ke tempat penimbunan lain (overbrengen).

Dwell time pada jalur merah adalah yang terbesar dibandingkan dengan jalur
lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pemeriksaan fisik dan penelitian
dokumen pada customs clearance. Customs clearance pada jalur merah mencapai
5,29 hari pada Bulan Januari 2012 dan 4,98 hari pada Bulan Februari 2012.

Berdasarkan Tabel V.3, komponen customs clearance memiliki kontribusi paling


besar terhadap dwell time untuk jalur merah dengan waktu rata-rata selama 5,29
hari (45,6 %) pada Bulan Januari 2012 dan 4,98 hari (44,96 %) pada Bulan
Februari 2012. Namun komponen pre-clearance juga memiliki persentase waktu
yang cukup signifikan yaitu selama 4,74 hari (40,88 %) pada Bulan Januari 2012
dan 4,84 hari (43,74 %) pada Bulan Februari 2012. Komponen post-clearance
masing-masing selama 1,57 hari (13,53 %) pada Bulan Januari 2012 dan selama
1,25 hari (11,3 %) pada Bulan Februari 2012.

Jalur merah memiliki waktu customs clearance yang tinggi dibandingkan jalur
lainnya disebabkan oleh dilakukannya pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen
peti kemas yang memerlukan waktu cukup lama. Proses pemeriksaan jalur merah
meliputi pengeluaran Surat Pemeriksaan Jalur Merah (SPJK), persiapan
pemeriksaaan barang (penentuan petugas pemeriksa, pemindahan peti kemas ke
tempat pemeriksaan fisik, dll.), pemeriksaan barang, laporan pemeriksaan barang
oleh petugas pemeriksa, dan penelitian dokumen. Lama waktu masing-masing
proses tersebut dapat dilihat pada Gambar V.5 dan Gambar V.6.

95
Customs Clearance Jalur Merah Bulan Januari
hari
6
Pemeriksaan dokumen-SPPB
5 0,89
Laporan pemeriksaan barang
4
1,83 Pemeriksaan barang
3
0,11
2 Persiapan pemeriksaan
barang
1 2,34
Penentuan jalur

0 0,03

Gambar V.5. Customs clearance jalur merah Bulan Januari 2012

Customs Clearance Jalur Merah Bulan Februari


hari
5
4,5 Pemeriksaan dokumen-SPPB
0,86
4
3,5 Laporan pemeriksaan barang

3 1,74
Pemeriksaan barang
2,5
2 0,08
Persiapan pemeriksaan
1,5 barang
1 2,03
Penentuan jalur
0,5
0 0,01

Gambar V.6. Customs clearance jalur merah Bulan Februari 2012

Proses yang memerlukan waktu lama adalah persiapan pemeriksaan barang dan
laporan pemeriksaan dokumen. Lamanya persiapan pemeriksaan barang dapat
diakibatkan oleh lamanya waktu pemindahan peti kemas ke tempat pemeriksaan
fisik. Laporan pemeriksaan barang dibuat setelah dilakukannya pemeriksaan
barang oleh petugas pemeriksa. Sedangkan pemeriksaan dokumen harus
menunggu pemeriksaan barang dan laporan pemeriksaan selesai terlebih dahulu.

96
V.2.2 Jalur Kuning
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur kuning pada Bulan Januari 2012 adalah 8,52 hari
dan pada Bulan Februari 2012 adalah 9,03 hari. Perhitungan rata-rata import
container dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan
ke tempat penimbunan lain (overbrengen).

Dwell time pada jalur kuning lebih singkat dibandingkan jalur merah, namun
masih lebih tinggi dibandingkan jalur lainnya. Hal ini disebabkan pada jalur
kuning tidak dilakukan pemeriksaan fisik seperti pada jalur merah, tetapi hanya
dilakukan penelitian dokumen saja pada customs clearance.

Berdasarkan Tabel V.3, komponen pre-clearance memiliki kontribusi paling


besar terhadap dwell time untuk jalur kuning dengan waktu rata-rata selama 3,8
hari (44,61 %) pada Bulan Januari 2012 dan 4,5 hari (49,89 %) pada Bulan
Februari 2012. Komponen customs clearance memiliki waktu rata-rata cukup
signifikan yaitu selama 3,18 hari (37,25 %) pada Bulan Januari 2012 dan 3,19 hari
(35,41 %) pada Bulan Februari 2012. Komponen post-clearance hanya memakan
waktu rata-rata masing-masing selama 1,55 hari (18,13 %) pada Bulan Januari
2012 dan 1,33 hari (14,7%) pada Bulan Februari 2012.

Jalur kuning memiliki waktu rata-rata customs clearance yang lebih singkat
dibandingkan jalur merah karena hanya dilakukan penelitian dokumen saja tanpa
ada pemeriksaan fisik peti kemas. Komponen pre-clearance menjadi penyumbang
terbesar terhadap import container dwelling time pada jalur kuning. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, lamanya persiapan dokumen PIB dan sistem
pembayaran pajak dan bea masuk yang tidak efisien menjadi penyebab tingginya
waktu rata-rata pre-clearance.

97
V.2.3 Jalur Hijau
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur hijau pada Bulan Januari 2012 adalah 6,1 hari dan
pada Bulan Februari 2012 adalah 6,29 hari. Perhitungan rata-rata import container
dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan ke tempat
penimbunan lain (overbrengen).

Pada jalur hijau tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi dilakukan penelitian
dokumen setelah penerbitan SPPB. Hal ini yang menyebabkan lama waktu rata-
rata customs clearance pada jalur hijau menjadi sangat singkat dibandingkan
komponen pre-clearance dan post-clearance.

Berdasarkan Tabel V.3, komponen pre-clearance memiliki kontribusi paling


besar terhadap dwell time untuk jalur hijau dengan waktu rata-rata selama 3,97
hari (65,11 %) pada Bulan Januari 2012 dan 4,54 hari (72,23 %) pada Bulan
Februari 2012. Selanjutnya komponen post-clearance memiliki waktu rata-rata
selama 2,12 hari (34,74 %) pada Bulan Januari 2012 dan 1,74 hari (27,64 %) pada
Bulan Februari 2012. Komponen customs clearance hanya memakan waktu rata-
rata selama 0,01 hari pada Bulan Januari dan Februari 2012.

Singkatnya waktu rata-rata customs clearance dikarenakan oleh penerbitan


dokumen SPPB yang dapat dilakukan sebelum dilakukannya penelitian dokumen.
Dengan kata lain, peti kemas jalur hijau dapat langsung mendapatkan dokumen
SPPB walaupun belum dilakukan penelitian dokumen. Sehingga komponen pre-
clearance menjadi penyumbang terbesar terhadap import container dwelling time
pada jalur hijau. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lamanya persiapan
dokumen PIB dan sistem pembayaran pajak dan bea masuk yang tidak efisien
menjadi penyebab tingginya waktu rata-rata pre-clearance.

98
V.2.4 Jalur MITA Non-Prioritas
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur MITA Non-Prioritas pada Bulan Januari 2012
adalah 6,68 hari dan pada Bulan Februari 2012 adalah 6,47 hari. Perhitungan rata-
rata import container dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang
dipindahkan ke tempat penimbunan lain (overbrengen).

Pada jalur MITA Non-Prioritas tidak dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian
dokumen kecuali barang ekspor yang diimpor kembali, terkena pemeriksaan acak,
atau barang impor sementara. Hal ini yang menyebabkan lama waktu rata-rata
customs clearance pada jalur MITA Non-Prioritas menjadi singkat.

Berdasarkan Tabel V.3, komponen pre-clearance memiliki kontribusi paling


besar terhadap dwell time untuk jalur MITA Non-Prioritas dengan waktu rata-rata
selama 4,11 hari (61,51 %) pada Bulan Januari 2012 dan 4,32 hari (66,78 %) pada
Bulan Februari 2012. Selanjutnya komponen post-clearance memiliki waktu rata-
rata selama 2,56 hari (38,39 %) pada Bulan Januari 2012 dan 2,14 hari (33,08 %)
pada Bulan Februari 2012. Komponen customs clearance hanya memakan waktu
rata-rata selama 0,01 hari pada Bulan Januari dan Februari 2012.

Singkatnya waktu rata-rata customs clearance dikarenakan oleh tidak dilakukan


pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen kecuali barang ekspor yang diimpor
kembali, atau terkena pemeriksaan acak. Dengan kata lain, peti kemas jalur MITA
Non-Prioritas dikenakan intervensi minimal. Namun apabila dibandingkan dengan
dwell time jalur hijau, ternyata jalur MITA Non-Prioritas memiliki dwell time
yang sedikit lebih tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena importir jalur MITA
Non-Prioritas berupa pabrik/industri bahan baku yang melakukan impor barang
peti kemas dalam jumlah besar, sehingga memerlukan waktu lebih lama dalam
proses pengeluaran barang dari pelabuhan. Dapat juga dikarenakan oleh stok
bahan baku digudang mereka masih penuh sehingga walaupun telah mendapat
dokumen SPPB barang peti kemas belum dikeluarkan dari pelabuhan. Hal ini
tercermin dari waktu post-clearance yang lebih tinggi dibandingkan jalur hijau.

99
V.2.5 Jalur MITA Prioritas
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada Bab IV, rata-rata import
container dwelling time jalur MITA Prioritas pada Bulan Januari 2012 adalah 4,96
hari dan pada Bulan Februari 2012 adalah 4,64 hari. Perhitungan rata-rata import
container dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan
ke tempat penimbunan lain (overbrengen).

Pada jalur MITA Prioritas tidak dilakukan sama sekali pemeriksaan fisik dan
penelitian dokumen sehingga waktu rata-rata customs clearance pada jalur MITA
Prioritas menjadi sangat singkat. Hal lain yang teramati adalah terjadi penurunan
waktu pre-clearance dibandingkan jalur-jalur lainnya.

Berdasarkan Tabel V.3, komponen pre-clearance memiliki kontribusi paling


besar terhadap dwell time untuk jalur MITA Prioritas dengan waktu rata-rata
selama 2,82 hari (56,82 %) pada Bulan Januari 2012 dan 2,55 hari (55,05 %) pada
Bulan Februari 2012. Namun komponen post-clearance juga memiliki persentase
waktu yang cukup signifikan yaitu selama 2,13 hari (43,04 %) pada Bulan Januari
2012 dan 2,08 hari (44,9 %) pada Bulan Februari 2012. Komponen customs
clearance hanya memakan waktu rata-rata selama 0,01 hari pada Bulan Januari
dan Februari 2012.

Singkatnya waktu rata-rata customs clearance dikarenakan oleh tidak dilakukan


sama sekali pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen. Dengan kata lain,
penanganan peti kemas jalur MITA Prioritas dilakukan tanpa intervensi.
Terjadinya penurunan waktu rata-rata pre-clearance jalur MITA Prioritas
dibandingkan jalur lainnya disebabkan oleh keistimewaan yang didapat oleh
importir jalur MITA Prioritas. Keistimewaan tersebut antara lain dapat mengirim
dokumen PIB tanpa manifest sehingga mengurangi lamanya waktu persiapan
dokumen PIB, pembayaran dilakukan berkala dan dapat dilakukan secara deffered
payment sehingga sistem pembayaran menjadi lebih efisien.

100
V.3 Distribusi Import Container Dwelling Time di JICT Tanjung Priok
Analisis distribusi import container dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas
Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok dilakukan
berdasarkan sebaran lama waktu dwell time untuk tiap-tiap pembagian jalur peti
kemas yaitu jalur merah, jalur kuning, jalur hijau, jalur MITA Non-Prioritas, dan
jalur MITA Prioritas. Distribusi sebaran waktu yang dibuat dalam sub-bab ini
adalah distribusi dwell time untuk tiap-tiap jalur pada Bulan Januari 2012 dan
Februari 2012.

Distribusi dwell time untuk tiap-tiap jalur dibuat agar terlihat karakteristik sebaran
lama waktu import container dwelling time untuk tiap-tiap jalur (merah, kuning,
hijau, MITA Non-Prioritas, dan MITA Prioritas) baik pada Bulan Januari 2012
dan Bulan Februari 2012. Dari grafik distribusi tersebut juga akan didapatkan
modus range yang memperlihatkan kisaran waktu dwell time terbanyak yang
dialami oleh peti kemas dalam satu bulan dan nilai standar deviasinya.

101
V.3.1 Distribusi Dwell Time Januari
250 250

200 200

150 150

100 100

50 50

0 0

0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
8-9
0-1
2-3
4-5
6-7

18-19
10-11
12-13
14-15
16-17

20-21
Merah Kuning

1800 400
1600 350
1400 300
1200
250
1000
200
800
150
600
400 100

200 50
0 0
0-1
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9

22+

2-3
4-5
6-7
8-9

22+
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21

10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21

Hijau MITA-NP

900 Keterangan:
800
700 Sumbu X = Lama hari
600
500 Sumbu Y = Jumlah peti kemas
400
300
200
100
0
22+
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9

14-15
10-11
12-13

16-17
18-19
20-21

Gambar V.7. Distribusi dwell time


MITA-P Bulan Januari 2012

102
Gambar V.7 menggambarkan sebaran lama waktu import container dwelling time
untuk tiap-tiap pembagian jalur peti kemas di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok Bulan Januari 2012 yaitu
jalur hijau, jalur kuning, jalur merah, jalur MITA Prioritas, dan jalur MITA Non-
Prioritas. Distribusi dwell time yang baik memiliki ekor pendek dan berbentuk
simetris di sekitar nilai dwell time yang rendah (distribusi normal). Bentuk ekor
yang pendek menunjukkan bahwa distribusi tersebut memiliki standar deviasi
yang kecil, sehingga memiliki sebaran dwell time yang cukup seragam dan berada
di sekitar waktu rata-rata dwell time. Sedangkan bentuk ekor yang panjang
menunjukkan bahwa distribusi tersebut memiliki standar deviasi yang besar,
dengan kata lain banyak peti kemas yang memiliki dwell time lebih panjang
dibandingkan rata-rata dwell time.

Berdasarkan Gambar V.7, jalur MITA Non-Prioritas dan MITA Prioritas memiliki
bentuk distribusi yang mirip, dengan kisaran dwell time paling banyak berada di
range 2-3 hari namun memiliki nilai standar deviasi yang berbeda. Jalur MITA
Non-Prioritas memiliki nilai standar deviasi yang paling besar dan ekor yang
panjang disebabkan oleh banyaknya peti kemas yang memiliki dwell time diatas
22 hari. Sedangkan grafik distribusi jalur kuning dan jalur merah sama-sama
memiliki ekor yang panjang, dengan kisaran dwell time paling banyak masing-
masing berada di range 8-9 hari dan 11-12 hari. Jalur hijau memiliki kisaran dwell
time paling banyak berada di range 3-4 hari dengan nilai standar deviasi 4,348
seperti disajikan dalam Tabel V.4.

Tabel V.4. Modus range dwell time tiap jalur Bulan Januari 2012
Jalur Dwell Time Modus Range St. Deviasi
Merah 11,6 hari 11-12 hari 5,697
Kuning 8,52 hari 8-9 hari 4,895
Hijau 6,1 hari 3-4 hari 4,348
MITA-NP 6,67 hari 2-3 hari 6,2
MITA-P 4,96 hari 2-3 hari 4,007

103
V.3.2 Distribusi Dwell Time Februari
180 160
160 140
140 120
120
100
100
80
80
60
60
40 40
20 20
0 0
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9

0-1
2-3
4-5
6-7
8-9
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21

10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21
Merah Kuning

1800 400
1600 350
1400 300
1200
250
1000
200
800
150
600
400 100

200 50
0 0
0-1
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9

22+

2-3
4-5
6-7
8-9

22+
10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21

10-11
12-13
14-15
16-17
18-19
20-21

Hijau MITA-NP

900 Keterangan:
800
700 Sumbu X = Lama hari
600
500 Sumbu Y = Jumlah peti kemas
400
300
200
100
0
22+
0-1
2-3
4-5
6-7
8-9

14-15
10-11
12-13

16-17
18-19
20-21

Gambar V.8. Distribusi dwell time


MITA-P Bulan Februari 2012

104
Gambar V.8 menggambarkan sebaran lama waktu import container dwelling time
untuk tiap-tiap pembagian jalur peti kemas di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok Bulan Februari 2012 yaitu
jalur hijau, jalur kuning, jalur merah, jalur MITA Prioritas, dan jalur MITA Non-
Prioritas. Distribusi dwell time yang baik memiliki ekor pendek dan berbentuk
simetris di sekitar nilai dwell time yang rendah (distribusi normal). Bentuk ekor
yang pendek menunjukkan bahwa distribusi tersebut memiliki standar deviasi
yang kecil, sehingga memiliki sebaran dwell time yang cukup seragam dan berada
di sekitar waktu rata-rata dwell time. Sedangkan bentuk ekor yang panjang
menunjukkan bahwa distribusi tersebut memiliki standar deviasi yang besar,
dengan kata lain banyak peti kemas yang memiliki dwell time lebih panjang
dibandingkan rata-rata dwell time.

Berdasarkan Gambar V.8, jalur hijau, MITA Non-Prioritas dan MITA Prioritas
memiliki bentuk distribusi yang mirip, dengan kisaran dwell time paling banyak
berada di range 2-3 hari dengan nilai standar deviasi yang berbeda-beda. Jalur
MITA Non-Prioritas memiliki nilai standar deviasi yang paling besar dan ekor
yang panjang disebabkan oleh banyaknya peti kemas yang memiliki dwell time
diatas 22 hari. Sedangkan grafik distribusi jalur kuning dan jalur merah sama-
sama memiliki ekor yang panjang, dengan kisaran dwell time paling banyak
masing-masing berada di range 4-5 hari dan 7-8 hari seperti disajikan dalam
Tabel V.5.

Tabel V.5. Modus range dwell time tiap jalur Bulan Februari 2012
Jalur Dwell Time Modus Range St. Deviasi
Merah 11,07 hari 7-8 hari 6,35
Kuning 9,03 hari 4-5 hari 6,061
Hijau 6,29 hari 2-3 hari 5,239
MITA-NP 6,47 hari 2-3 hari 6,614
MITA-P 4,64 hari 2-3 hari 4,14

105
V.4 Perbandingan Dwell Time di JICT dengan Pelabuhan Lain
Perhitungan rata-rata import container dwelling time di JICT tidak memasukkan
data peti kemas yang dipindahkan ke tempat penimbunan lain (overbrengen).
Perhitungan dalam penelitian ini berdasarkan definisi dwell time adalah waktu
yang dihitung mulai dari suatu peti kemas (kontainer) dibongkar dan diangkat
(unloading) dari kapal sampai peti kemas tersebut meninggalkan terminal melalui
pintu utama (World Bank, 2011).

Sedangkan standar internasional dwell time adalah lama waktu peti kemas
(kontainer) berada di pelabuhan sebelum memulai pejalanan darat baik
menggunakan truk atau kereta api (Nicoll, 2007).

Berdasarkan hal tersebut maka perhitungan dwell time ini tidak dapat
dibandingkan langsung dengan pelabuhan di negara lain. Untuk dapat
membandingkannya, dibuat estimasi dwell time yang mencakup peti kemas yang
dipindahkan ke tempat penimbunan lain (overbrengen). Menurut World Bank,
estimasi kenaikan adalah satu hari maka dwell time rata-rata Januari-Februari
2012 selama 6,73 hari diestimasi menjadi ±8 hari.

Indonesia (JICT) 7+
Thailand 5
India 5
Malaysia (Port Klang) 4
UK, Los Angeles (USA) 4
Australia, NZ 3
France 3
Hong Kong 2
India (JNPT) 1,5
Singapore 1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 hari

Sumber: Cubillos, dkk. (2011)


Gambar V.9. Perbandingan dwell time beberapa negara

106
Perbandingan dwell time beberapa negara dapat dilihat pada Gambar V.9. Lama
waktu rata-rata import container dwelling time di pelabuhan utama India adalah 5
hari (Ministry of Shipping, Road Transport, and Highway of India, 2007) dengan
rincian dwell time tiap-tiap pelabuhan utama dapat dilihat pada Tabel V.6.

Tabel V.6. Dwell time di pelabuhan utama India


(In Days)

Sumber: Ministry of Shipping, Road Transport, and Highway of India (2007)


Keterangan: MBPT: Mumbai Port VPT: Visakhapatnam
TPT: Tuticorin Port JNPT: Jawaharlal Nehru NMPT: New Mangalore
CHPT: Chennai Port KANDLA: Kandla Port COPT: Cochin Port
MGPT: Mormugao HALDIA: Haldia Port ENNORE: Ennore Port
PPT: Paradip Port KOLKATTA: Calcutta

Perbandingan dilakukan dengan pelabuhan peti kemas India karena jumlah TEUs
yang dilayani dan tahapan impor barang pada kedua pelabuhan dianggap
komparabel. Pelabuhan JICT memiliki jumlah peti kemas yang dilayani mencapai
2.265.202 TEUs pada tahun 2011 (dapat dilihat pada Lampiran 1A). Sedangkan
pelabuhan peti kemas terbesar di India adalah Jawaharlal Nehru Port (JNPT)
dengan jumlah peti kemas yang dilayani mencapai 2.667.000 TEUs (57,81 %)
dari total peti kemas yang dilayani oleh seluruh pelabuhan utama adalah
4.613.000 TEUs (dapat dilihat pada Lampiran 1B).

107
Secara umum, tahapan import clearance di pelabuhan India dapat dilihat pada
Lampiran 2. Tahapan import clearance di JICT telah dibahas dalam sub-bab II.5.
Berdasarkan kondisi pelabuhan India secara umum sama dengan JICT antara lain:
1. Pengeluaran barang kargo didominasi melalui jalan darat
2. Daerah industri berada cukup jauh dari pelabuhan
3. Terbatasnya lahan penumpukan
4. Sistem IT yang belum bekerja sepenuhnya
5. Penyelesaian pabean harus diselesaikan di pelabuhan

Kemudian muncul pertanyaan mengapa dwell time di India bisa mencapai ±5 hari
(khusus di JNPT 1,5 hari) sedangkan di JICT mencapai ±8 hari. Perbedaan utama
dari kedua pelabuhan tersebut adalah sistem pembayaran pajak dan bea masuk.
Pembayaran pajak dan bea masuk di India dilakukan pada akhir proses customs
clearance dan bukan merupakan salah satu syarat pengiriman dokumen PIB (Bill
of Entry). Sedangkan di JICT pembayaran pajak dan bea masuk dilakukan sebagai
syarat pengiriman PIB.

Di JICT pembayaran pajak dan bea masuk harus dilakukan oleh importir sebelum
pengiriman dokumen PIB dan memakan waktu karena sistem pembayaran yang
rumit. Pembayaran sebenarnya dapat dilakukan 24 jam di Bank Devisa namun
tentu bank belum tentu mau melayani diluar jam kerja karena alasan efisiensi
operasional mereka. Sedangkan sistem pembayaran di India menerapkan satu
tagihan di bagian terakhir saat peti kemas akan di keluarkan dari pelabuhan
dimana tagihan mencakup biaya yang dikenakan oleh semua instansi terkait.

Perbedaan dwell time di Jawaharlal Nehru Port (JNPT) dengan pelabuhan lain di
India dapat disebabkan pelabuhan tersebut dikususkan bagi importir besar yang
lebih antisipasi dalam penanganan peti kemas dan memiliki kemudahan dalam
pelayanan seperti misalnya pembayaran berkala, dsb.

108
Di Pelabuhan Tanjung Priok sendiri terdapat beberapa terminal peti kemas lain
yang melayani peti kemas ekspor-impor selain JICT yaitu:
1. Terminal peti kemas Koja
2. Terminal peti kemas Mustika Alam Lestari (MAL)
3. Terminal peti kemas Multi Terminal Indonesia (MTI)

Lokasi denah masing-masing terminal peti kemas tersebut dapat dilihat pada
Gambar II.6. Tahapan impor peti kemas di masing-masing terminal tersebut
secara umum tidak berbeda satu sama lainnya, seperti yang telah dijelaskan pada
Sub Bab II.5. Sedangkan perbedaan terletak pada kapasitas dan fasilitas
peralatanyang dimiliki oleh masing-masing terminal, dengan terminal JICT
merupakan terminal peti kemas terbesar yang melayani peti kemas ekspor-impor
di Pelabuhan Tanjung Priok. Data lama waktu dwell time untuk masing-masing
terminal tersebut didapatkan dengan bantuan oleh KPU Bea Cukai Tanjung Priok.
Perbandingan import container dwelling time rata-rata Bulan Januari-Februari
2012 pada masing-masing terminal tersebut dapat dilihat pada Gambar V.10.

JICT 6,73

Koja 5,5

MAL 5,14

MTI 8,23

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 hari

Gambar V.10. Perbandingan dwell time di masing-masing terminal

Berdasarkan Gambar V.10, rata-rata import container dwelling time di JICT (6,73
hari) lebih lama dibandingkan dengan Terminal Koja (5,5 hari) dan Terminal
MAL (5,14 hari). Sedangkan Terminal MTI memiliki rata-rata dwell time yang

109
paling lama (8,23 hari). Jumlah peti kemas impor yang dilayani di JICT mencapai
176.540 TEUs, Terminal Koja sebanyak 64.814 TEUs, Terminal MAL sebanyak
19.065 TEUs, dan Terminal MTI sebanyak 12.213 TEUs seperti terlihat pada
Tabel V.7.

Tabel V.7. Kapasitas dan Dwell Time Masing-masing Terminal


Kapasitas Jumlah Kontainer (TEUs) Dwell Time
Operator
(TEUs) Januari 2012 Februari 2012 (hari)
JICT 41.293 98.763 77.777 6,73
Koja 13.824 33.117 31.697 5,5
MAL 6.252 9.024 10.041 5,14
MTI 4.179 6.434 5.779 8,23

Lama rata-rata import container dwelling time di masing-masing terminal dapat


dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kapasitas lahan penumpukan, fasilitas
bongkar muat yang digunakan oleh masing-masing operator terminal, dan
banyaknya peti kemas yang dilayani. Sebagai contoh, dwell time di Terminal JICT
lebih lama dibandingkan dengan dwell time di Terminal Koja dan Terminal MAL
karena jumlah peti kemas impor yang dilayani di Terminal JICT jauh lebih
banyak dibandingkan jumlah peti kemas impor yang dilayani di Terminal Koja
dan Terminal MAL karena kapasitas lahan penumpukannya yang lebih kecil.
Namun Terminal MTI yang melayani peti kemas impor paling sedikit justru
memiliki rata-rata import container dwelling time yang paling tinggi
dibandingkan dengan terminal-terminal lain. Jumlah peti kemas impor yang
dilayani pada suatu terminal saja belum dapat menggambarkan rata-rata dwell
time. Hal lain yang mempengaruhi adalah fasilitas bongkar muat dan peralatan
lainnya yang digunakan oleh operator terminal. Terminal JICT walaupun
melayani peti kemas impor yang jauh lebih banyak dibandingkan Terminal MTI,
tetap memiliki rata-rata dwell time yang lebih singkat.

110
V.5 Rekomendasi Awal
Berdasarkan perhitungan, lama rata-rata import container dwelling time di
Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung
Priok adalah 6,77 hari pada Bulan Januari 2012 dan 6,69 hari pada Bulan Februari
2012 seperti terlihat pada Tabel V.8. Perhitungan rata-rata import container
dwelling time ini tidak memasukkan data peti kemas yang dipindahkan ke tempat
penimbunan lain (overbrengen).

Tabel V.8. Import container dwelling time di JICT


Bulan Januari 2012
Komponen Rata-rata Lama Waktu Persentase
Pre-clearance 3,82 hari 56,43 %
Customs clearance 0,9 hari 13,34 %
Post-clearance 2,05 hari 30,23 %
Dwell Time 6,77 hari 100 %
Bulan Februari 2012
Komponen Rata-rata Lama Waktu Persentase
Pre-clearance 4,17 hari 62,36 %
Customs clearance 0,76 hari 11,28 %
Post-clearance 1,76 hari 26,36 %
Dwell Time 6,69 hari 100 %

V.5.1 Kondisi yang Teramati di JICT Tanjung Priok


Komponen pre-clearance memiliki kontribusi paling besar terhadap dwell time
pada kedua bulan yang ditinjau. Lama waktu pre-clearance menggambarkan
bahwa terjadi waktu tunggu yang lama dalam hal penyiapan dokumen sebelum
memulai proses customs clearance. Hal ini dapat disebabkan karena:
1. Sistem pembayaran pajak dan bea masuk yang tidak efisien
Menurut studi yang dilakukan oleh World Bank, sistem pembayaran pajak
dan bea masuk tergolong cukup rumit. Salah satu contohnya adalah
pembayaran pajak dan bea masuk hanya diterima dalam bentuk tunai atau

111
transfer. Hanya importir jalur MITA Prioritas yang memiliki keistimewaan
berupa pembayaran pajak dan bea masuk berkala (deffered payment) dengan
Bea Cukai.

2. Penyiapan persyaratan impor untuk barang/komoditi tertentu


Untuk impor barang/komoditi tertentu harus mendapatkan izin impor dari
instansi terkait. Misalnya untuk barang obat-obatan harus terdahulu
mendapatkan izin/rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM).

3. Penyiapan dokumen PIB


Pembayaran pajak dan bea masuk di muka adalah sebagai salah satu prasyarat
pengiriman PIB. Importir yang tidak termasuk dalam jalur MITA Prioritas
baru dapat memasukkan dokumen PIB saat proses pembayaran telah selesai
dilakukan. Sedangkan importir jalur MITA Prioritas tidak perlu selalu
membayar sebelum pengiriman PIB karena dapat melakukan pembayaran
secara berkala (deffered payment).

Selain komponen pre-clearance, komponen lainnya yang memiliki kontribusi


terhadap dwell time adalah komponen customs clearance. Khusus untuk jalur
merah dan kuning saja karena dilakukannya pemeriksaan fisik dan penelitian
dokumen. Hal yang mempengaruhi lamanya waktu customs clearance adalah:
1. Jenis barang yang tidak seragam dalam satu peti kemas
Akibat jenis barang yang tidak seragam di dalam peti kemas, proses
pemeriksaan fisik barang menjadi lebih lama. Berdasarkan informasi yang
didapat dari Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea Cukai Tanjung Priok untuk
jenis barang yang seragam dalam satu peti kemas dapat dilakukan
pemeriksaan melalui fasiltas X-Ray scan, namun untuk jenis barang yang
tidak seragam dalam satu peti kemas harus dilakukan pemeriksaan manual
oleh petugas. Hal ini berpengaruh pada lama waktu customs clearance.

112
2. Lamanya waktu persiapan pemeriksaan fisik
Selain itu, lamanya waktu persiapan pemeriksaan fisik barang juga
mempengaruhi waktu customs clearance. Item pekerjaan persiapan
pemeriksaan fisik barang meliputi penetapan petugas pemeriksa fisik,
pemindahan peti kemas ke tempat pemeriksaan fisik, dan pekerjaan persiapan
lainnya sebelum dilakukannya proses pemeriksaan fisik barang.

Komponen post-clearance juga memiliki kontribusi yang cukup signifikan


terhadap dwell time pada kedua bulan yang ditinjau. Lamanya waktu post-
clearance dapat menggambarkan bahwa terjadi waktu tunggu yang lama dalam
proses pengeluaran peti kemas dari terminal. Dari pengamatan di Pelabuhan Peti
Kemas Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok, hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
1. Terhambatnya jalan akses ke pelabuhan
Dari pengamatan akan lokasi pelabuhan, Jakarta International Container
Terminal (JICT) Tanjung Priok berada di daerah kota yang padat dengan
hanya terdapat satu jalan akses ke dan dari pelabuhan. Disekitar lokasi
terdapat rumah-rumah penduduk dan daerah komersial sehinga jalan akses
tersebut tidak hanya digunakan untuk kepentingan ke dan dari pelabuhan saja.
Akibatnya kendaraan-kendaraan lain mengganggu kelancaran truk peti kemas
yang akan mengambil atau membawa peti kemas ke dan dari pelabuhan.

2. Terbatasnya lahan parkir truk


Terbatasnya lahan parkir untuk truk yang telah tiba tetapi menunggu peti
kemas yang belum selesai keluar sehingga mengganggu kelancaran
pergerakan di dalam pelabuhan.

3. Kurang dimanfaatkannya jalan akses alternatif (rel kereta)


Selain akses melalui jalan (truk), pengeluaran peti kemas dari pelabuhan juga
dapat dilakukan menggunakan jalan akses alternatif (misalnya rel kereta).
Berdasarkan informasi yang didapat dari Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea
Cukai Tanjung Priok, Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container

113
Terminal (JICT) Tanjung Priok telah memiliki jalan akses untuk rel kereta.
Namun jalan akses alternatif ini belum termanfaatkan secara optimal karena
terbatasnya gerbong lokomotif yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia
(KAI).

V.5.2 Rekomendasi dan Saran


Berbagai rekomendasi yang dapat diajukan untuk mengurangi import container
dwelling time di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International Container Terminal
(JICT) Tanjung Priok secara umum dapat dilakukan dengan mengurangi waktu
pre-clearance dan post-clearance. Sedangkan usaha untuk mengurangi waktu
customs clearance dilakukan khusus untuk jalur merah dan kuning saja. Untuk
mengurangi waktu pre-clearance dapat dilakukan dengan cara:
1. Perubahan dalam sistem pembayaran pajak dan bea masuk
Sistem pembayaran yang tidak efisien dapat berdampak pada lamanya waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan pembayaran tersebut sehingga
menyebabkan terhambatnya proses pengiriman PIB. Untuk mengatasi hal
tersebut dapat dilakukan dengan membuat proses pembayaran menjadi paralel
dan bukan prasayarat pengiriman PIB. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
dengan mengenakan satu tagihan di bagian terakhir saat peti kemas akan di
keluarkan dari pelabuhan dimana tagihan mencakup biaya yang dikenakan
oleh semua instansi terkait.

2. Peningkatan antisipasi penyiapan dokumen PIB


Untuk mengirimkan dokumen PIB importir harus menyelesaikan terlebih
dahulu kewajiban-kewajiban seperti pembayaran pajak dan bea masuk,
manifest, dll. Untuk memudahkan penyiapan dokumen PIB maka diperlukan
penyederhanaan prasyarat pengiriman PIB oleh Bea Cukai.

3. Penambahan jumlah importir jalur MITA Prioritas


Berdasarkan analisis dwell time tiap-tiap jalur barang, jalur MITA Prioritas
memiliki keistimewaan dalam hal kemudahan penyiapan dokumen PIB dan
pembayaran pajak dan bea masuk. Dengan kata lain, salah satu upaya yang

114
dapat dilakukan untuk mengurangi lama waktu rata-rata pre-clearance adalah
dengan menambah jumlah importir jalur MITA Prioritas.

Sedangkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi waktu customs


clearance khusus untuk jalur merah dan kuning adalah:
1. Mempercepat pemindahan peti kemas ke tempat pemeriksaan fisik
Peti kemas yang akan dilakukan pemeriksaan fisik barang (jalur merah) harus
dipindahkan terlebih dahulu ke tempat pemeriksaan fisik untuk dibuka dan
diperiksa. Maka dengan mempercepat proses pemindahan peti kemas
diharapkan waktu pemeriksaan secara total akan berkurang. Pemindahan peti
kemas memerlukan bantuan alat/fasilitas seperti truk dsb. Untuk
mempercepat proses pemindahan peti kemas ke tempat pemeriksaan fisik
dapat dilakukan dengan adanya penambahan jumlah alat/fasilitas pemindah
peti kemas dan penentuan lokasi tempat pemeriksaan fisik yang tidak terlalu
jauh dari lokasi TPS.

2. Mempercepat penetapan petugas pemeriksa fisik


Setelah peti kemas yang akan dilakukan pemeriksaan fisik barang (jalur
merah) telah dipindahkan ke tempat pemeriksaan fisik, selanjutnya dilakukan
proses penetapan petugas pemeriksa fisik barang oleh Bea Cukai. Untuk
mempercepat penetapan petugas pemeriksa fisik barang dapat dilakukan
dengan adanya penambahan jumlah petugas dan peningkatan kompetensi
petugas Bea Cukai.

3. Memaksimalkan penggunaan fasilitas mesin pemindai otomatis


Pemeriksaan fisik barang secara manual dilakukan dengan cara membuka dan
mengosongkan setiap peti kemas oleh petugas Bea Cukai. Selain memakan
waktu yang lama, pemeriksaan fisik secara manual dapat terhambat oleh
berbagai macam hal seperti misalnya kurangnya petugas pemeriksa fisik,
cuaca buruk, dll. Di lokasi Pelabuhan Peti Kemas Jakarta International
Container Terminal (JICT) Tanjung Priok terdapat fasilitas mesin pemindai
otomatis (X-Ray scanner dan γ-Ray scanner) yang dapat digunakan untuk

115
mempercepat proses pemeriksaan fisik barang. Namun, pemindaian dengan
mesin pemindai otomatis (X-Ray scanner dan γ-Ray scanner) memiliki
kelemahan hanya untuk jenis barang yang seragam di dalam peti kemas
tersebut. Untuk memaksimalkan penggunaan fasilitas mesin pemindai
otomatis dapat dilakukan dengan menghilangkan biaya yang dikenakan untuk
penggunaan mesin pemindai otomatis.

Upaya untuk mengurangi waktu post-clearance dapat dilakukan dengan cara:


1. Pembenahan jalan akses ke pelabuhan
Kondisi arus lalu lintas saat ini disekitar daerah Pelabuhan Peti Kemas
Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok yang tidak
optimal untuk proses bongkar muat barang menimbulkan masalah bagi truk-
truk pengangkut peti kemas. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan
pembenahan jalan akses ke dan dari pelabuhan seperti membuat lajur khusus
untuk truk peti kemas, melakukan pelebaran jalan, atau membangun jalan lain
yang membedakan jalan akses pelabuhan dan jalan akses pemukiman dan
daerah komersial.

2. Penambahan kapasitas lahan parkir truk


Kapasitas lahan parkir untuk truk di Pelabuhan Peti Kemas Jakarta
International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok yang kurang memadai
dapat mengganggu arus lalu lintas di dalam pelabuhan. Untuk mengatasi hal
tersebut dapat dilakukan penambahan kapasitas lahan parkir truk sehingga
lebih banyak tempat parkir bagi truk untuk menunggu.

3. Lebih dimanfaatkannya jalan akses alternatif (rel kereta)


Akses jalan alternatif pelabuhan (misalnya rel kereta) dapat menjadi salah
satu solusi untuk masalah mobilisasi peti kemas baik dari JICT ke lokasi
industri, maupun sebaliknya. Dengan kondisi jalan di Kota Jakarta yang padat
saat ini, akses rel kereta seharusnya dapat menjadi substitusi bagi truk-truk
pengangkut peti kemas. Untuk menunjang hal tersebut dapat dilakukan
dengan penambahan jumlah gerbong lokomotif pengangkut peti kemas.

116

Anda mungkin juga menyukai