Anda di halaman 1dari 35

KINERJA

PELABUHAN
Layout Pelabuhan Tipikal

Tempat Kapal
Menunggu
(lego jangkar)

Kolam Putar
(turning basin)

Tempat Kapal Bertambat


(dermaga)
Operasional Sarana
WAKTU
KEDATANGAN KAPAL

NON
MEKANIS MEKANIS

WAKTU
BUANG JANGKAR

WAKTU WAKTU JUMLAH WAKTU


MERAPAT KE DERMAGA BONGKAR MUAT PUTAR KAPAL

(TRT)

WAKTU
ANGKAT JANGKAR
DI DALAM DI LUAR
JAM KERJA JAM KERJA
WAKTU
KEBRANGKATAN KAPAL
JUMLAH B/M Operasional Prasarana
LANGSUNG (TON)

JUMLAH LINTAS
TINGKAT JUMLAH TON MUATAN TIAP
PEMAKAIAN GUDANG LINTAS MUATAN SATUAN DERMAGA
(SOR) SETAHUN

(BTP)
JUMLAH TON
KAPASITAS PEMAKAIAN PERALATAN
GUDANG
(SC)

KAPASITAS
PERALATAN
UTILITAS
PERALATAN
JUMLAH WAKTU
TERBUANG PERALATAN

JUMLAH TON YG DITANGANI PRODUKTIVITAS


SATU GANG TENAGA KERJA TENAGA KERJA
Kinerja Operasi Pelabuhan

1. Kinerja Pelayanan Kapal


2. Kinerja Bongkar Muat
3. Kinerja Utilisasi Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan
Kinerja Pelayanan Kapal [1]
1. Turn Round Time (TRT) : waktu (jumlah jam) selama kapal berada di
pelabuhan.
• Dihitung sejak kapal tiba di lokasi Lego Jangkar atau batas Daerah
Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKP) sampai dengan kapal berangkat
meninggalkan lokasi lego jangkar.
2. Waiting Time (WT) : waktu tunggu kapal selama berada di lego jangkar dan
atau batas daerah lingkungan kerja pelabuhan , yang terdiri atas Waiting
Time for Berth (WTB), dan Postpone Time (PT).
WT = WTB + PT (Jam)
• Waiting Time for Berth (WTB) : selisih waktu sejak kapal tiba di lokasi lego
jangkar dan atau batas daerah lingkungan kerja pelabuhan setelah
mengajukan permintaan fasilitas tambat, sampai dengan saat kapal bergerak
menuju tambatan.
• Postpone Time (PT) : waktu tunda kapal berada di daerah kerja pelabuhan
di luar pelayanan pelabuhan, sebelum dan sesudah kapal tambat.
Kinerja Pelayanan Kapal [2]
3. Approach Time (AT, jam) : waktu antara selama pemanduan dimulai saat
kapal bergerak dari lokasi lego jangkar dan atau batas daerah lingkunan
kerja pelabuhan sampai ikat tali di tambatan, dan sebaliknya.
4. Berthing Time (BT, jam) : jumlah jam selama kapal berada di tambatan,
mulai dari ikat tali sampai kapal lepas tali, yang terdiri atas BWT dan NOT.
BT = BWT + NOT (Jam)
• Berth Working Time (BWT) : jumlah jam kerja bongkar muat di tambatan
yang terdiri atas Effective Time dan Idle Time.
BWT = ET + IT
• Idle Time (IT) : jumlah jam kerja yang tidak terpakai (terbuang) selama
waktu kerja bongkar muat di tambatan, tetapi tidak termasuk jam
istirahat.
• Effective Time (ET) : jumlah jam sesungguhnya yang digunakan untuk
melakukan kegiatan bongkar muat.
• Not Operation Time (NOT) : jumlah jam yang direncanakan untuk tidak
melaksanakan kegiatan selama kapal berada di tambatan, termasuk
istirahat dan pada saat kapal akan berangkat dari tambatan.
Kinerja Bongkar Muat [1]
1. Produktivitas Kerja Bongkar Muat (Ton/Kapal/Jam) : jumlah Ton barang yang
dibongkar/dimuat dalam satu jam kerja tiap kapal yang dibedakan menurut
jenis kemasan barang (General Cargo, Bag Cargo, Unitized).
2. Produktivitas Alat/Gang Bongkar Muat : jumlah tonase barang yang
dibongkar-muat dalam satu jam operasi tiap alat bongkar muat yang dipakai.
Rumus dibedakan menurut jenis kemasan.
•Peti Kemas (Box/Crane/Jam) : Jumlah B / M Box dalam suatu waktu
Jumlah jam − crane waktu tersedia

•General Cargo (Ton/Alat/Jam) : Jumlah B / M ( Ton) dalam suatu waktu


Jumlah jam − alat waktu tersedia

•Curah Cair (Ton/Jam) : Jumlah B / M ( Ton) dalam suatu waktu


Jumlah jam waktu tersedia
Keterangan :
1. Jumlah jam tersedia 1 hari = 21 Jam
2. Jumlah hari dalam 1 bulan = 25 hari
Kinerja Bongkar Muat [2]

3. Kecepatan B/M Per Kapal :


Besaran ton barang yang dibongkar/dimuat per kapal per jam.
➢ Disini seluruh gang-buruh dan alat yang dioperasikan dihitung sebagai
keluaran kapal yang bersangkutan.

Jumlah B / M Kapal pada waktu tertentu


Jumlah BWT Kapal pada waktu tertentu
Kinerja Utilisasi Fasilitas dan Peralatan [1]

1.Kinerja Fasilitas
• Waktu Tersedia (Possible Time) : jumlah waktu yang diperhitungkan untuk
dapat dimanfaatkan bagi keperluan penggunaan alat atau fasilitas.
Jumlah Jam dalam satu hari (24 Jam) dikurangi waktu
istirahat/pergantian shift kerja (3 Jam) = 21 Jam.
Berlaku untuk Pelabuhan yang beroperasi 24 Jam (= 21 Jam), sedangkan
Pelabuhan lainnya = 11 Jam
• Waktu Siap Operasi (Available Time) : jumlah waktu (Jam) yang tersedia
untuk fasilitas atau alat dalam kondisi siap operasi (siap digunakan).
Waktu Siap Operasi = Waktu Tersedia – Waktu Rusak
Dimana :Waktu Rusak/Perbaikan (Down Time) adalah jumlah waktu (Jam)
fasilitas atau alat dalam kondisi tidak dapat dioperasikan karena sedang
rusak atau diperbaiki.
• Tingkat Pemakaian (Utililasi) : perbandingan antara jumlah waktu
pemakaian (operasi) dengan waktu tersedia (Possible Time), yang
dinyatakan dalam persentase (%).
Kinerja Utilisasi Fasilitas dan Peralatan [2]

Kinerja Fasilitas terdiri atas :


a.Kinerja Utilasi Dermaga/Tambatan :
• Waktu Siap Operasi : waktu (jam) yang tersedia (Possible Time), yaitu jam
per hari. Dengan demikian, waktu siap operasi untuk tiap
dermaga/tambahan per bulan dengan rumus sebagai berikut :
Waktu Siap Operasi = 24 x Jumlah Hari Kalender Pada Bulan Ybs
• Daya Lalu Tambatan (BTP/Berth Throughput) : jumlah ton barang/TEU’s
Peti Kemas dalam satu perioda (bulan/tahun) yang melewati tiap meter
panjang dermaga/ tambatan.
Rumus :
BTP = (Jumlah Ton Barang atau Jumlah TEU’s Peti Kemas Dalam Satu
Periode)/ Panjang Dermaga atau Tambatan
Kinerja Utilisasi Fasilitas dan Peralatan [3]
a. Kinerja Utilasi Dermaga/Tambatan (Lanjutan):
• Tingkat Pemakaian Dermaga (Berth Occupancy Ratio/BOR) : perbandingan antara
jumlah waktu pemakaian tiap dermaga dengan jumlah waktu tersedia, dengan jumlah waktu
dalam satu perioda (bulan/tahun) yang dinyatakan dalam presentase (%).

Rumus Dibedakan Menurut Jenis Dermaga/Tambatan :


• Dermaga yang dibagi atas beberapa tambatan, maka penggunakan tambatan tidak dipengaruhi
oleh panjang kapal :
BOR= (Jumlah Jam Tambat Dari Seluruh Kapal Dalam Suatu Waktu/ Waktu tersedia) x 100 %
• Dermaga yang tidak terbagi atas beberapa tempat tambatan (Continues Berth), perhitungan
penggunaan tambatan didasarkan pada panjang kapal ditambah 5 meter sebagai faktor pengaman
depan dan belakang :
BOR = (( (Pjg Kapal + 5) x Waktu Tambat)/ (Pjg Dermaga x Waktu Tersedia)) x 100 %
• Dermaga yang digunakan untuk tambat kapal secara susun sirih, panjang yang diperhitungkan tidak
mengikuti panjang kapal tetapi mengikuti panjang dermaga yang dipakai :
BOR= ((Pjg Dermaga Terpakai x Waktu Tambat)/(Pjg Dermaga x Waktu Tersedia))x100 %
• Kapal yang bertambat secara melambung tidak dihitung BOR nya (selama kapal tersebut masih
melambung), dan bila kemudian kapal merapat perhitungan BOR dilakukan.
Kinerja Utilisasi Fasilitas dan Peralatan [4]
b. Kinerja Utililasi Gudang dan Lapangan Penumpukan :
• Waktu Siap Operasi : waktu tersedia (Possible Time) 24 jam per hari.
Waktu Operasi = 24 x jml Hari Kalender Pada Bulan Ybs.

• Luas Efektif : luas lantai keseluruhan dikurangi dengan luas lantai yang
digunakan untuk lalu lintas alat dan orang, kantor dan batas pengaman.
Luas Efektif = 60 % Dari Luas Seluruhnya

• Kapasitas Penumpukan : jumlah maksimal daya tampung barang dalam


gudang/lapangan, baik dalam satuan berat (TON), maupun volume (M3), dari luas
efektif, dikalikan jumlah hari kalender.

• Rata-rata Waktu Barang Ditumpuk (Dweling Time/DT) : jumlah hari rata-


rata tiap ton atau M3 barang yang ditumpuk selama satu bulan.
DT = (Ton Party Barang x Lama Hari Penumpukan)/Jumlah Ton Seluruh
Barang yang Ditumpuk pada Bulan Ybs.
Atau:
DT = (M3 Party Barang x Lama Penumpukan)/Jumlah M3 Seluruh Barang yg
Ditumpuk pada Bulan Ybs.
Kinerja Utilisasi Fasilitas dan Peralatan [5]

b. Kinerja Utililasi Gudang dan Lapangan Penumpukan (Lanj.):


• Daya Lalu Gudang/Lapangan (Shed Throughput/STP) : jumlah Ton atau M3
barang dalam satu perioda (waktu) yang melewati setiap Meter Persegi (M2) luas
efektif gudang atau lapangan.
STP = (Jumlah Ton atau M3 Barang Dalam Satu Periode)/(M2 Luas Efektif (60%)
Gudang atau Lapangan)

• Tingkat Pemakaian Gudang/Lapangan (Shed Occupancy Ratio/SOR) :


perbandingan antara jumlah pemakaian ruang penumpukan yang dihitung dalam
satuan Ton-Hari atau M3-Hari, dengan kapasitas penumpukan yang tersedia.
SOR = (Jumlah Ton atau M3 Barang x Hari Dwelling Time)/(Kapasitas
Penumpukan Dalam Satuan Ton) x 100 %
Satuan Standar = 2,5 ton/m2.
Kinerja Utilisasi Fasilitas dan Peralatan [6]

c. Kinerja Utililasi Peralatan Pelabuhan terdiri dari Alat Apung (Kapal


Pandu, Kapal Tunda, Kapal Kecil dan sebagainya) dan Alat-alat
Bongkar Muat.

• Waktu Tersedia (Possible Time) : jumlah waktu tersedia dalam satu hari adalah
21 jam, yaitu 24 jam dikurangi waktu istirahat pergantian shift (3 jam). Jadi jumlah
waktu tersedia dalam satu bulan adalah 21 jam x jumlah hari kalender pada bulan
yang bersangkutan.

• Tingkat Pemakaian (Utilisasi) : perbandingan antara jumlah pemakaian alat


dalam satu bulan dengan jumlah yang tersedia pada bulan tersebut.
Utilisasi = (Jumlah Jam Pemakaian Dalam Satu Bulan)/(Jumlah Jam Yang
Tersedia Pada Bulan Tersebut) x 100 %
Contoh Kinerja
Utilisasi Fasilitas dan
Peralatan di
beberapa pelabuhan
Kebutuhan Luas Lapangan Penumpukan

• Kebutuhan luas lapangan


penumpukan semestinya
memperhitungkan
parameter kinerja
Kebutuhan Jumlah Alat

• Begitu pula dengan


kebutuhan alat
(bongkar/muat)
Tata Laksana Impor
(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN
CUKAI
NOMOR : P-08/BC/2009)

PRE- COSTUMS POST-


CLEARANCE CLEARANCE CLEARANCE

• Pembongkaran • Pemeriksaan • Pengangkutan


dan Penimbunan Fisik Peti Kemas
• Pemberitahuan • Verifikasi
Impor Dokumen
• Izin
Pengeluaran
Barang
Batasan Kepabeanan Pada Jalur Impor

Proses penerimaan barang impor pada


terminal/pelabuhan internasional di Indonesia,
proses pabeanan adalah:

• Dimulai dari pengajuan permohonan impor


barang

• Berakhir saat peti kemas kembali ke lapangan


penumpukan dan siap dikeluarkan Surat
Pemberitahuan Pengeluaran Barang (SPPB)
Proses kepabeanan secara
umum dimulai seteah
ditetapkan jalur hingga
terbitnya SPPB, termasuk
diantaranya adalah :

• Penyiapan Pemeriksaan
Barang
• Pemeriksaan Barang
• Nota Hasil Pemeriksaan
• Penyelesaian Dokumen
• Penerbitan SPPB
PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI
NOMOR : P- 25 /BC/2007

Penjaluran ditetapkan berdasarkan persyaratan:

Profil Importir

Penetapan Jalur
Resiko Resiko Resiko Resiko Sangat
MITA
Rendah Sedang Tinggi Tinggi
Profil Komoditi

Resiko Rendah Hijau Hijau Kuning Merah

Resiko Sedang Hijau Kuning Merah Merah

Resiko Tinggi Merah Merah Merah Merah


PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI
NOMOR : P- 25 /BC/2007

• Jalur Mitra Utama (MITA) adalah:


a. Jalur MITA Prioritas yaitu mekanisme pelayanan dan pengawasan
pengeluaran barang impor oleh Importir Jalur Prioritas dengan langsung
diterbitkan SPPB tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian
dokumen

Penerbitan
Penjaluran
SPPB
PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI
NOMOR : P- 25 /BC/2007
b. Jalur MITA Non Prioritas yaitu mekanisme pelayanan dan
pengawasan pengeluaran barang impor oleh importir dilakukan dengan
penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB tanpa dilakukan
pemeriksaan fisik

Penelitian Penerbitan
Penjaluran
Dokmen SPPB
PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI
NOMOR : P- 25 /BC/2007

• Jalur Hijau adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan pengeluaran


barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi
dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB).

Penerbitan Penelitian
Penjaluran
SPPB Dokumen
PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI
NOMOR : P- 25 /BC/2007

Jalur Kuning adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan


pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik,
tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB.

Penelitian Penerbitan
Penjaluran
Dokmen SPPB
PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI
NOMOR : P- 25 /BC/2007

Jalur Merah adalah mekanisme pelayanan dan pengawasan


pengeluaran barang impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik
dan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB.

Pemeriksaan Penelitian Penerbitan


Penjaluran
Barang Dokmen SPPB
PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI
NOMOR : P- 25 /BC/2007

Jalur MITA ditetapkan Dirjen berdasarkan


persyaratan:
• Dapat berhubungan dengan sistem jaringan elektronik Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai;
• Mempunyai pola bisnis (SOP) yang jelas;
• Memiliki rekam jejak keakuratan pemberitahuan pabean dan/atau
cukai yang baik;
• Telah diaudit oleh kantor akuntan publik yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
untuk 2 (dua) tahun terakhir; dan
• Selalu dapat memenuhi ketentuan perizinan dan persyaratan impor
dan ekspordari instansi teknis terkait
Komposisi Penjaluran Pada Januari 2012
Total Peti Penjaluran Total Tiap Lajur (box) Persentase
Kemas (box)

21.857 Hijau 10.920 49,96 %


MITA Prioritas 4.444 20,33 %
Merah 2.495 11,42 %
MITA Non Prioritas 2.017 9,23 %

Kuning 1.981 9,06 %


Dwelling Time Rata-rata pada Tiap
Penjaluran
Penjaluran Dwelling Time Dwelling Time
Januari 2012 (Hari) Februari 2012 (Hari)

Hijau 6,1 6,29


MITA Prioritas 4,96 4,64
Merah 11,6 11,07
MITA Non Prioritas 6,67 6,47
Kuning 8,52 9,03

Rata - Rata 6,77 6,69


Model Simulasi
• Simulasi Makro (Monte Carlo Simulation)
• Simulasi Mikro
– General (Queue System Based) Simulation (i.e.
Simulink in Matlab)
– Dedicated Wizard Model (i.e. Flexim CT)
Deterministic Model & Monte Carlo Method

• Monte Carlo simulation adalah metoda iteratif untuk mengevaluasi suatu


model deterministik berdasarkan suatu set bilangan acak

• Metoda ini banyak digunakan untuk sistem yang sangat kompleks dan
terdapat banyak ketidakpastian.
Stochastic Model
Model Montecarlo Dwelling
Time Petikemas Jalur Merah
Model
Simulasi
Pelabuhan
Curah Cair
menggunakan
Simulink-
Matlab

Anda mungkin juga menyukai