Lapangan Penumpukan
Gudang
Pengertian dermaga: tempat merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan
bongkar muat
Tipikal potongan melintang fasilitas darat:
Vs St
n
365 24 BOR
Ukuran min.
a e
a
6.0 15.0
7.8 12.6
9.0 10.5
10.8 9.0 Gudang
12.9 7.5
e
Ukuran-ukuran minimum:
ad = apron depan ;min. 6 m
ab = apron belakang ;min. 3 m
b = gudang ;min. 60 m
c = tempat b/m truk ;min. 12 m
d = lebar jalan ;min. 8 m
Jalur KA
Jalur Kran
Jalur KA
Contoh:
Bila direncanakan rencana induk (masterplan) pelabuhan sampai dengan 25 tahun
dan diketahui data time series arus barang dan kapal per tahun sebagai berikut:
Rencanakan jumlah kapal dan jumlah tambatan sampai dengan 25 tahun pada
masterplan pelabuhan tsb.
1. Hitung GRT rata2 kapal
2. Hitung rata-rata pertumbuhan arus barang
3. Bila pentahapan pengembangan dibagi per lima tahunan maka tahap
pembangunan adalah 2015, 2020, 2025, 2030 dan 2035
4. Hitung total cargo berdasarkan rumus: F=P(1+i)n dengan nilai awal pada tahun 2010
5. Hitung arus kunjungan kapal per tahun adalah: Vs= F/GRT rata2
6. Bila diketahui service time kapal selama di pelabuhan adalah 3 hari.
7. Hitung kebutuhan jumlah dermaga per tahap pengembangan dengan rumus:
Vs St
n
365 24 BOR
8. Hitung penambahan dermaga per tahap pengembangan
9. Hitung DWT kapal berdasarkan (GRT rata2/hari x 3 hari) * 2,5
10. Tentukan LOA berdasarkan hitungan DWT kapal no.9
11. Hitung panjang dermaga dengan rumus:
12. Hitung penambahan panjang dermaga per tahap pengambangan
Pelabuhan umum Gresik melayani bongkar muat yang dikemas dalam kantong (bag
cargo) dengan volume 300.000 ton per tahun. Arus barang yang melalui dermaga
rata-rata sebesar 75% diangkut langsung (truck lossing) dan sisanya tertahan di
pelabuhan (25%). Barang yang tertahan di pelabuhan 80% berada di gudang dan
lainnya berada di lapangan penumpukan.
Kapasitas
Kapal DWT LOA [m] Draft [m]
[TEU]
Generasi Pertama 750 – 1100 14.000 180 - 200 9
Generasi Kedua 1500 – 1800 30.000 225 – 240 11,5
Generasi Ketiga 2400 – 3000 45.000 275 – 300 12,5
Generasi Keempat 4000 - 4500 58.000 290 - 310 11,5 - 12
FCL = Full Container Load = Petikemas dalam
keadaan penuh dari pemilik ke pelabuhan atau
sebaliknya
SEA SIDE
ASC – Automated Stacking Crane
LAND SIDE
Mty Handler – Side
Loader
RMG
ITV – In Terminal Vehicle
Staddle Carrier
TRANSFER
AGVs – Automated Guided Vehicles
Translifter - Cassette
Post Panamax (Container Crane)
Head Truck
No. Jenis Peralatan Kerugian ()/Keuntungan ()
5. System Campuran Harga alat sangat mahal jadi lebih cocok untuk terminal besar dan ramai
dengan kombinasi Membutuhkan tenaga operator terlatih dalam berbagai jenis alat
berbagai alat
▪ 1 blok = GS * Row
▪ 1 GS = 1 Ground Slot = rata-rata tinggi tumpukan 2 sampai
dengan 7 tier (tumpukan) tergantung kemampuan alat
▪ 1 Row = 1 baris GS yang terdiri antar 5 sampai 7
tergantung alat, umumnya 6 GS
▪ 1 blok yang menggunakan transtainer maksimal untuk
menampung 25 row atau sekitar 175 m (25 x panjang
kontainer 20 ft = 6,7 m, ditambah jarak antar kontainer
sekitar 0,5 m).
a b c d e f g h
Sumber (2010):
http://insa.or.id/inc/dtl_pelindo.php?call=10&call
1=3&lang=id&iframe=true&width=700&height=4
50
•Truck lossing
•Penimbunan: Lapangan penumpukan dan gudang
1)
2)
3)
Waktu tunggu kapal/Waiting Time (WT) adalah waktu
tunggu yang dikeluarkan oleh Kapal untuk menjalani proses
kegiatan di dalam area perairan Pelabuhan, bertujuan untuk
mendapatkan pelayanan sandar di Pelabuhan atau Dermaga,
guna melakukan kegiatan bongkar dan muat barang di suatu
Pelabuhan.
Contoh: kapal yang tengah mengantri di perairan Lampu I
mengajukan permohonan sandar (ship call) kepada PT
Pelabuhan III Cabang Tanjung Perak Surabaya pada pukul
10.30 WIB. Kemudian petugas pandu datang menjemput Kapal
pukul 11.30 WIB maka Waiting Time nya selama 1 jam. Jadi
keterlambatan selama 1 jam dapat dikatakan sebagai waktu
terbuang ( non produktif ) yang harus di emban oleh pihak
Kapal, pihak pengusaha pelayaran atau pengirim barang
(Shipper) yang telah menggunakan jasa fasilitas Pelabuhan,
BOR = Berth Occupancy Ratio (BOR)
(Tambatan banyak)
(Rumus umum)
> 40%
Cenderung stagnan.
< 55% kurang efektif
Dengan data seperti pada Contoh 1, tentukan nilai BOR
dengan persamaan umum
(Rumus umum)
Beban Arah Horisontal:
• Gaya tumbuk (tekan) kapal (Gaya Fender)
• Gaya tarik kapal (Gaya boulder)
• Gaya Arus
• Tekanan Angin
Beban Arah Vertikal:
• Beban Mati (akibat berat sendiri)
• Beban Hidup Merata (akibat muatan)
• Beban Hidup Terpusat (beban roda)
Gaya gempa
Adalah dermaga yang paralel dengan
pantai tanpa dipisahkan oleh perairan
Konstruksi bisa diatas tiang atau diatas
timbunan dengan penahan tanah
Adalah Dermaga yang letaknya terpisah
dari daratan
Bisa berbentuk I , L atau T atau bentuk lain
Penghubung jetty dengan pantai adalah
trestle dan causeway
Pada beberapa kasus jetty bisa
berhubungan langsung dengan pantai
Konstruksi bisa diatas tiang atau massive
Beban roda, berupa beban titik, besarnya ditentukan berdasar peralatan
yang akan lalu lalang di atas struktur tersebut, sebagai mana telah
dibahas pada sub bab 4.A).
Disamping itu perlu dipertimbangkan pula adanya beban ‘Cover hatch’
(tutup palka kapal) yang seringkali diletakkan di atas dermaga, dengan
berat per segmen dapat mencapai 50 ton bertumpu pada kedua sisi
ujungnya.
Beban merata, ditentukan berdasar beban muatan yang akan ditimbun
di atas struktur per unit luasan atau per m2, secara normal ditentukan
sebesar 1 sampai 5 ton/m2. Pada perencanaan konstruksi plat perlu
diperhitungkan kemungkinan adanya muatan jatuh pada saat di bongkar
muat.
Beban berat sendiri konstruksi, misal berat struktur plat, balok, tiang
pancang, perpipaan, bangunan di atasnya (misal: gudang, pabrik, dll) dan
asesoris lain, masing-masing beban diterapkan pada perhitungan
kekuatan masing-masing bagian struktur.
Berat sendiri tanah timbunan di atas tanah asli.
Uraian MLV 3-500 MLV 6-600
1. L 2965 mm 3670 mm
2. L1 1200 mm 1400
3. L3 1875 mm 2400
5. Axleload bermuatan
Dimana :
PW = Tekanan angin pada kapal yang bertambat
CW = Koefisien tekanan angin
Angin melintang Cw = 1,3
Angin dari belakang Cw = 0,8
Angin dari depan Cw = 0,9
AW = Luasan proyeksi arah memanjang, di atas air
BW = Luasan proyeksi arah muka (m2)
= Sudut arah datangnya angin terhadap centerline
VW = Kecepatan angin (m/s), ada yang ditambah 20
3.Tekanan arus pada badan kapal yang ada di bawah air.
Dimana :
Pc = Tekanan Arus pada kapal yang bertambat
c = Berat jenis air Laut (= 1,025 t/m3)
Ac = Luasan kapal di bawah air
Vc = Kecepatan arus
Cc = Koefisien arus
Untuk arus tegak lurus kapal : CC = 1 - 1,5
Untuk arus sejajar kapal : CC = 0,2 - 0,6
4. Tekanan gelombang pada badan kapal.
5. Gaya pada fender akibat kapal akan merapat
pada kecepatan dari kemampuan mesinnya
sendiri, atau akibat dorongan arus dan angin,
dan dibandingkan terhadap tumbukan dari
kapal yang sedang bertambat.
6. Tekanan langsung dari gelombang (pada saat
tidak ada kapal bertambat).
Beban tekan dari fender bekerja tidak
bersamaan dengan beban tarik pada boulder
Beban hidup merata dan beban titik di
superposisi. Untuk plat,bila ada beban
tumpukan barang, truk tidak bisa lewat.
Tetapi roda straddle carrier bisa lewat di sela-
sela tumpukan container
Kontrol Guling, Geser, Settlement dan Longsor
Cantilever Sheetpile
1. Point A to Point D (p1): Active earth pressure
on the right hand side.
2. Point D to Point H (p3): (Passive earth
pressure on the left hand side) - (Active earth
pressure on the right hand side).
3. Point G (p4): (Passive earth pressure on the
right hand side) - (Active earth pressure on the
left hand side).
4. Point E (L3): Can be determined
5. Point F (L5): To be determined.
Unknowns: D and L5
Equations:
Σ Fx = 0
Σ MB = 0
The actual depth of penetration is increased by
20%~30% for construction.
To calculate maximum bending moment:
1. Determine point of zero shear force: let P
(area of ACDE) = Shaded area E-F”
2. Moment can be determined at the section of
zero shear force.
(m/det)
Displacement tonnage, merupakan
= 1,687 . DWT0,969 berat total kapal dan muatannya pada
saat kapal dimuati sampai garis draft
atau plinsoll mark.
Sumber: OCDI, page 16
Ms = DT = Displacement Tonnage
V = Berthing velocity (m/s)
9
8
7
y = 40.816x-0.226
6
V (cm/s)
Cc = 1
1 1
E = F .d
2 2
Kecepatan kapal merapat Energi yang diserap oleh system fender dan
dermaga biasanya ditetapkan ½ Ef
<
log r 1.055 0.65 log( DWT )
1 1
E = F .d
2 2
Dimana :
PW = Tekanan angin pada kapal yang bertambat
CW = Koefisien tekanan angin (lihat Gambar)
Angin melintang Cw = 1,3
Angin dari belakang Cw = 0,8
Angin dari depan Cw = 0,9
AW = Luasan proyeksi arah memanjang, di atas air
BW = Luasan proyeksi arah muka (m2)
= Sudut arah datangnya angin terhadap centerline
Vw = Kecepatan angin (m/s), ada yang ditambah 20
1 CC× 1 ×γWt× A ×V 2
E== C I×
VPC= F .d
C C C
2 2R
2g
Dimana :
V = gaya geser dasar total (ton)
C = faktor respons gempa berdasarkan
jenis tanah dasar, apakah tanah keras ( ≥
50), tanah sedang (15 ≤ < 50), atau tanah
lunak ( < 15) (lihat Gambar A), serta
berdasarkan zona gempa (lihat Gambar B)
I = faktor keutamaan struktur (lihat
Tabel A)
R = faktor reduksi gempa berdasarkan
daktilitas (lihat Tabel B)
Wt = berat total bangunan (ton)
= Berat (pelat + balok + poer + tiang) + 50 % beban hidup
Gambar B
Gambar A
Tabel A