A. TEMPAT BERLABUH
Perencana pelabuhan difokuskan pada penyediaan operasi yang
sangat baik dengan peningkatan efisiensi waktu, lahan, ruang
berlabuh, dan peralatan. Ini dicapai dengan memantau dan
mengendalikan dua sektor utama:
i. Manajemen kinerja, yang berfokus pada efisiensi
ii. Manajemen kapasitas, yang bertujuan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan dan mengurangi biaya di tiga bidang inti: (a)
administrasi, (b) layanan, dan (c) sumber daya
Rincian masing-masing ditunjukan pada gambar di bawah
1. Kinerja Dermaga versus Kapasitas
Operasi pelabuhan ditingkatkan melalui pengoptimalan kapasitas
pelabuhan dan kinerja keseluruhan.
Indikator kinerja pelabuhan bersifat finansial dan operasional dan
didasarkan pada data yang dikumpulkan dari setiap terminal atau
dermaga. Indikator produktivitas utama berkaitan dengan (i)
keluaran, (ii) rasio pemanfaatan-kapasitas, (iii) produktivitas, dan
(iv) waktu pelayanan.
a. Keluaran dermaga diukur dalam hal volume kargo yang
ditangani setiap tahun, sedangkan keluaran kapal memperkirakan
kargo yang ditangani per jam.
b. Pemanfaatan diukur dari segi occupancy dermaga, occupancy
peralatan darat dan occupancy gudang dan area penyimpanan.
b) Kapasitas ruang:
–Terminal Dermaga
–Gudang
c) Occupancy dermaga = ketersediaan / waktu
d) Dermaga = volume kargo yang ditangani setiap tahun
Produktivitas kapal:
e) Waktu tunggu kapal sebelum berlabuh
f) Waktu perputaran kapal
g) Volume kargo ditangani per jam (per pelayaran)
Produktivitas penanganan kargo:
h) Pergerakan roda gigi per jam vs. sewa per jam
Produktivitas penyimpanan dan pergudangan:
i) Occupancy vs. pendapatan
2. Produktivitas
Produktivitas diukur dengan menggunakan estimasi lalu lintas per
tahun atau throughput per tahun, (sesuai kebutuhan pelaporan) atau
biaya penanganan berdasarkan efisiensi waktu, faktor produksi,
versus output dan profitabilitas, yaitu, produktivitas kapal diperkirakan
dalam hal penanganan kargo per jam; produktivitas dermaga diukur
dari segi kargo yang ditangani per bulan atau tahun; dan produktivitas
peralatan penanganan kargo diukur dari segi pergerakan per jam.
Karena indikator layanan dikaitkan dengan sandar, indikator tersebut
diukur dalam hal (i) ketersediaan / waktu fasilitas dermaga, (ii) waktu
tunggu kapal sebelum berlabuh, dan (iii) waktu penyelesaian kapal,
yaitu, sampai keberangkatan.
Pelabuhan modern terintegrasi dengan seluruh sistem logistik lokal;
oleh karena itu, indikator layanan memerlukan penanganan kargo di
pelabuhan, serta waktu penyelesaian logistik.
Perencanaan pelabuhan bertujuan untuk menjadwalkan kapal ke
tempat berlabuh dengan benar dengan cara yang menyeimbangkan
antara kemacetan dan kurangnya pemanfaatan, dengan
mempertimbangkan tunjangan waktu dan karakteristik utama kapal,
yaitu, jenis kapal, dimensi utama seperti draft, LOA, DWT dan jumlah
kargo yang akan dimuat dan dibongkar.
Waktu tunggu mencerminkan waktu kargo tetap menganggur di
gudang atau ruang penyimpanan transit terminal, dalam proses
distribusi dan pengangkutan selanjutnya. Waktu tunggu kargo yang
lama saat berada di pelabuhan menjadi perhatian penting bagi
pelabuhan modern, karena kemacetan/kongesti menciptakan waktu
proses yang lambat, dan dapat mendorong pembuatan rute
perdagangan baru yang lebih bersaing. (mencari laternatif pelabuhan
lain yg lebih efisien).
Untuk memperkirakan kapasitas dermaga, rumus ekonometrik berikut
digunakan:
BC = (O × E × EM × H × TEU)
dimana BC adalah kapasitas dermaga; O adalah Occupancy
dermaga; E adalah jumlah peralatan penanganan kargo (mis :
derek/crane); EM adalah peralatan penanganan kargo per jam; H
mencerminkan jam kerja pelabuhan dalam sehari, shift per hari, hari
kerja seminggu, dan seterusnya; dan TEU menunjukan jumlah TEU
per gerakan derek/crane.
1. Operasi Pelabuhan:
Tempat dimana Kapasitas dan Kinerja Bertemu Fasilitas Docking.
Fasilitas docking adalah struktur pelabuhan di sebelah dermaga,
yaitu antara darat dan air, dimana kapal dapat memuat dan
menurunkan kargo serta penumpang dapat naik dan turun.
Docking memungkinkan infrastruktur tetap dan peralatan bergerak,
misalnya crane dan derek di darat, sistem konveyor pelabuhan,
forklift pelabuhan, truk forklift, dan perlengkapan lain yang digunakan
untuk operasi bongkar muat kargo.
a. Tempat Berlabuh
Tempat berlabuh adalah ruang yang dialokasikan di dermaga atau
dermaga tempat kapal dapat berlabuh atau bersandar, dirancang
di sepanjang dermaga.
Tempat berlabuh diklasifikasikan menurut jenis kapal dan kargo
yang mereka tangani (misalnya, dermaga tanker) dan juga
menurut desain dan ukurannya (misalnya, dermaga laut dalam).
Pengaturan sandar kapal tergantung pada ketersediaan dan
kesesuaian dermaga, berdasarkan ukuran, jenis, dan persyaratan
kapal untuk fasilitas penanganan kargo.
Karakteristik terminal yang mempengaruhi tata letak dan kinerja
mencakup karakteristik topologi; konstruksi dermaga dan dermaga
di garis pantai, yaitu, seberapa linier dan terlindungnya; kapasitas
berlabuh dan kemampuan untuk operasi kargo simultan; kapasitas
penanganan kargo; peralatan penanganan kargo; penimbunan
lahan dan ketersediaan untuk penyimpanan tambahan kargo dan
peralatan; ketersediaan pergudangan; dan konektivitas antar
moda.
Perhatian utama atas nama otoritas pelabuhan berkaitan dengan
pembatasan waktu dan penggunaan dermaga, dengan cara yang
mencapai rasio occupancy dermaga yang optimal, dengan waktu
tunggu yang diupayakan untuk dihilangkan sebelum berlabuh. Dari
perspektif kapal, waktu yang hilang adalah akumulasi waktu
tunggu termasuk waktu tunggu pilot, kapal tunda, dan dermaga.
Setelah kapal berlabuh, waktu tambahan mungkin hilang saat
menunggu kargo atau peralatan penanganan kargo di darat.
Perbaikan berbasis proses dan teknologi dimaksudkan untuk
memaksimalkan hunian dermaga, sekaligus meminimalkan waktu
tunggu kapal dan waktu penyelesaian untuk seluruh proses
transportasi multimoda.
Desain dermaga telah dikembangkan dari waktu ke waktu untuk
meningkatkan keselamatan dan efisiensi, sekaligus mengurangi
waktu pengoperasian kapal. Seiring pertumbuhan perdagangan
global, dermaga perlu menampung lebih banyak kapal yang lebih
besar, dan ini memberikan tekanan yang signifikan untuk tetap
mengikuti standar teknologi dan operasional. Kekuatan dermaga
penyangga harus ditingkatkan untuk mengakomodasi crane sisi
dermaga (Quay Container Crane) yang lebih cepat dengan kontrol
beban anti “sway” (goyang) yang lebih baik.
Konektivitas kapal-ke-dermaga pelabuhan harus dipastikan karena
kapal kontainer menjadi lebih besar dan lebih luas. Di tempat
berlabuh tradisional, derek kontainer di sisi dermaga perlu
memperluas jangkauan yang dapat diterapkan dengan desain
boom yang lebih panjang. (jenis Post Panamax yg mampu
mencapai outreach 18 Container). Di sisi lain, berlabuh berlekuk
memungkinkan dua hingga sembilan gantry crane kapal-ke-
dermaga (quay crane) untuk secara bersamaan memuat dan
membongkar kontainer dari kedua sisi kapal.
1) Kapal tanker:
a) Kapal ultra besar dengan LOA 415 m (1361,55 kaki)
dan draft 35 m (114,82 kaki)
b) Kapal sangat besar dengan LOA 330 m (1082,68 ft)
dan draft 28 m (91,86 ft)
2) Kontainer:
a) Generasi baru: Kapal kontainer Maersk Triple E-Class,
dengan LOA 400 m, panjangnya hampir seperempat
mil, (400 m) draft 14,5 m (48 kaki), dan kapasitas
angkut 18.000 TEUs
b) Kontainer Post-Panamax dengan LOA 366 m (1200
kaki), draft 15,2 m (49,9 kaki), dan daya dukung lebih
dari 12.000 TEUs
DERMAGA
Area dermaga memiliki dua sisi yang terdiri dari sisi luar berukuran 500x50 meter dengan
kedalaman -14 MLWS untuk keperluan internasional serta dermaga domestik berukuran
450x30 meter dengan kedalaman -13 MLWS.
CURAH KERING
Penyimpanan curah kering memiliki luas 7,33 ha, dengan dua unit grab ship unloader
serta dua unit conveyor.
TRANSFER AREA
Memiliki fasilitas area transit seluas 5,8 ha untuk layanan penumpukan petikemas
sementara, baik yang full maupun empty.
Selain itu, transfer area difungsikan sebagai exception area bagi pengguna jasa ( driver )
yang mendapati permasalahan data petikemas yang telah dilakukan job order
PRE-IN GATE
Pre-in gate merupakan fasilitas pintu masuk truk yang dilengkapi dengan sistem
teknologi informasi.
MAIN GATE
Main gate Terminal Teluk Lamong dilengkapi dengan teknologi semi otomatis tanpa
awak serta terbagi menjadi sembilan bagian untuk peti kemas dan satu bagian untuk
kendaraan untuk keperluan selain peti kemas.
1. Pembongkaran Petikemas
2. Pemuatan Petikemas
3. Penerimaan Petikemas
4. Pengeluaran Petikemas
Terminal Petikemas Cabang Pelabuhan Palembang Telah berfungsi
sebagai pintu gerbang perekonomian Sumatera bagian Selatan
sehingga secara aktif berperan dalam pendistribusian komoditi unggulan
sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah Sumatera Bagian
Selatan.
TUGAS TEORI :
(maksimal 2 lembar)
Catatan :
a. Tugas Teori merupakan tugas individu, (semua harus
mengerjakan), dapat diketik atau tulisan tangan
b. Tugas agar dikirim via email ke abesee62@gmail.com
TUGAS PRAKTEK
(maksimal 2 lembar)
Catatan :
a. Tugas Praktikum merupakan tugas individu, dapat
diketik atau tulisan tangan (Semua harus mengerjakan);
b. Tugas agar dikirim via email ke abesee62@gmail.com
c. Tugas Praktikum ini dibagi 3 topik tiap topik dibahas
oleh sepertiga Taruna/i dikelas ini sehingga semua
masuk dalam Topik I (sepertiga absensi pertama), Topik
II (sepertiga absensi kedua) dan Topik III (sepertiga dan
absensi selebihnya);
d. Nomor absensi sepertiga pertama mencari data fasilitas
Pelabuhan di Pulau Sumatera; (tidak termasuk
Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Boom Baru
Palembang)
e. Nomor absensi sepertiga kedua mencari data fasilitas
Pelabuhan di Pulau Kalimantan;
f. Nomor absensi sepertiga ketiga mencari data fasilitas
Pelabuhan di Pulau Sulawesi;
g. Jenis Pelabuhan bisa Pelabuhan Umum, Pelabuhan
Curah, Pelabuhan Petikemas dan Pelabuhan
Penumpang.
NO Uraian Jumlah/satuan
1 Dermaga Peti Kemas
Panjang
Lebar
Luas
Kedalaman
2 Lapangan Penumpukan
Luas
3 Fasilitas Alat B/M
QCC
RTG
Reach Stacker
Side Loader
Head Truck
Chasis
4 Pengelola
Jumlah SDM operasional
Jumlah SDM non operasional
Jumlah buruh B/M
5 Fasilitas lainnya