Abstrak
Tujuan studi penelitian ini untuk mengetahui kinerja dan kapasitas dermaga, kinerja dan
kapasitas container yard, dan kapasitas alat yang berada di Terminal Peti Kemas
Makassar, yaitu Container Crane (CC), dan Rubber Tyred Gantry (RTG). Metode yang
digunakan untuk mengetahui kinerja dermaga adalah Berth Occupancy Ratio (BOR), yaitu
perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang tersedia yang
dinyatakan dalam presentase. Sedangkan kinerja dari container yard dapat dianalisis
menggunakan metode Yard Occupancy Ratio (YOR). Nilai BOR dengan persamaan beberapa
tambatan pada tahun 2017 adalah 56,82%. Besarnya nilai BTP tahun 2017 adalah 1.214
TEUs/m/tahun. Disimpulkan pada tahun 2017 Terminal Petikemas Makassar masih mampu
melayani kedatangan peti kemas. Luasan kebutuhan Container Yard (CY) dihitung
menggunakan persamaan At didapatkan hasil sebesar 4,373 ha. Jika dibandingkan dengan
luas terpasang Container Yard (7,5 ha), maka disimpulkan bahwa container yard TPKS masih
mampu melayani penumpukkan peti kemas. Kinerja container yard di TPKS ditunjukkan
melalui nilai YOR pada tahun 2017 yaitu sebesar 63,28%, nilai tersebut dipengaruhi oleh
dwelling time.
PENDAHULUAN
Sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI), keberadaan pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar
khususnya terminal peti kemas sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan Sulawesi Selatan. Pelabuhan
peti kemas Soekrno-Hatta Makassar telah menjadi penunjang bagi gerak tumbuhnya arus perdagangan antar pulau
bahkan antar Negara yang kian hari semakin berkembang. Hal ini disebabkan posisi pelabuhan yang strategis
dalam sistem jaringan transportasi laut baik kawasan lokal, regional bahkan internasional.
Begitu besarnya potensi Transhipment barang yang terjadi di lapangan menuntut adanya peningkatan sisi
pelayanan baik sisi operasional maupun sisi fasilitas. Dari sisi operasional perlu adanya peningkatan kecepatan
pelayanan yang ditandai dengan menurunnya waktu total sistem pelayanan dalam Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Dari sisi fasilitas perlu adanya penambahan peralatan bongkar muat seperti
Rubber Tired Gantry (RTG) untuk menunjang kecepatan operasi di lapangan khususnya untuk operasi
penumpukan petikemas dari Headtruck ke lapangan penumpukan atau sebaliknya.
Pada bulan Desember 2015 PT Pelindo IV menambah empat alat Rubber Tired Gantry (RTG) di Terminal
Petikemas Makassar (TPM), Jadi secara keseluruhan kini TPM memiliki 18 Unit RTG. Adapun investasi
keempat RTG ini menurut Direktur Utama Pelindo IV, Doso Agung yakni sebesar Rp 36 Miliar Rupiah.
(http://makassar.tribunnews.com)
Peningkatan kegiatan bongkar muat juga berpengaruh pada kebutuhan alat yang tersedia. Hal ini ditunjukan pada
arus kedatangan peti kemas tahun 2012 sebanyak 506.050 Teus dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 580.590
Teus. Kapasitas terpasang alat menjadi faktor yang penting dalam aktivitas bongkar muat. Terminal Peti Kemas
Makassar menggunakan Container Crane, Rubber Tyred Gantry, dan Automatic Rubber Tyred Gantry sebagai
alat bongkar muat. Karena Automatic Rubber Tyred Gantry (ARTG) ini merupakan alat yang baru dan hanya
terdapat di TPKS, maka studi penelitian ini akan menganalisis kapasitas terpasang dari alat ARTG. Oleh karena
itu, dibutuhkan evaluasi terhadap kinerja pelayanan dermaga dan suatu solusi agar aktivitas bongkar muat tetap
berjalan seiring dengan pengembangan dermaga TPKS.
301
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui optimalisasi Sarana dan Prasarana di Terminal Petikemas
Makassar (TPM).
METODOLOGI
Bagan penelitian yang akan digunakan dalam Metodologi Penelitian ini disusun dengan mengikuti alur penelitian
dimana menggambarkan tahap – tahap penelitian yang akan dilaksanakan. Proses analisa dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut ini :
TINJAUAN PUSTAKA
302
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Defenisi yang tercantum dalam PP No. 61/2009 tentang Kepelabuhanan, menjelaskan bahwa: Pertama,
pelabuhan utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan
internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat
asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
antarprovinsi. Kedua, pelabuhan pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan
laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyebe-rangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
Dermaga merupakan salah satu fasilitas pokok pelabuhan serta gudang dan lapangan penumpukan merupakan
komponen dari fasilitas penunjang (prasarana).
1. Dermaga
Dermaga merupakan sarana tambatan di mana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan menurunkan barang
atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang. Sementara yang dimaksud dengan tambatan, termasuk
dermaga (quaywalls), pelampung tambatan (mooring buoys), tiang-tiang pancang tambatan (mooring piles),
piled piers, ponton-ponton, dan dermaga-dermaga ringan (lighter wharves). Sarana dermaga (tambatan) perlu
ditempatkan pada tempat dengan mempertimbangkan hal berikut: kondisi alam dan topografi, cuaca dan
fenomena laut, navigasi kapal-kapal, dan kondisi dari penggunaan daerah perairan sekitar lokasi dermaga
(tambatan).
2. Pergudangan
Pergudangan merupakan fasilitas penunjang prasarana lain dari suatu pelabuhan. Pergudangan didefinisikan
sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang yang berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal
(Sumardi, 2000).
Gudang diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan kegunaannya serta dibedakan menurut jenis barang yang
disimpan. Gudang-gudang yang berkategori gudang lini I berfungsi menjaga keseimbangan jumlah muatan
yang diangkut oleh kapal dan angkutan darat, terlaksananya formalitas adminsitrasi, mencegah kerusakan
muatan diakibatkan cuaca dan penyebab lainnya, dan sebagai upaya pengumpulan muatan.
3. Lapangan Penumpukan
Lapangan penumpukan adalah suatu tempat berada di luar dan terletak dekat dermaga, digunakan
menyimpan barang yang akan dimuat ke kapal atau setelah dibongkar dari kapal. Lapangan penumpukan
diperkeras dengan struktur tertentu sehingga dapat menerima beban berat dari barang yang ditampungnya.
Lapangan penumpukan berfungsi untuk menyimpan barang-barang berat dan besar serta mempunyai
ketahanan terhadap panas matahari dan hujan. Persyaratan lapangan penumpukan harus memenuhi sebagai
berikut:
a. tersedia tempat untuk areal penyortiran barang, memperhatikan jenis, jumlah barang yang ditangani dan
kondisi penanganannya;
b. lay-out lapangan harus aman bagi operasi kendaraan dan peralatan pengangkut barang;
c. areal penyortiran barang harus dikeraskan dengan bahan untuk lapisan jalan/trotoar seperti beton semen/
beton aspal, dan dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air.
303
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Pemecahan masalah ini, tentu terdapat titik temu antara kepentingan penyedia prasarana transportasi dan
pengusaha transportasi. Titik temu dapat dilakukan dengan meminimumkan total biaya yang timbul terhadap
penyedia prasarana transportasi dan pengusaha kapal. Untuk mengetahui tingkat pelayanan yang diberikan pihak
pengusaha pelabuhan, terhadap pemakai jasa pelabuhan, maka diperlukan suatu penilaian indikator kinerja
sebagai berikut :
1. Kapal sebagai obyek terdiri atas:
a. Jumlah waktu putar kapal (total ship turn around time/TSTAT), yaitu jumlah waktu yang diperlukan
antara kedatangan kapal sampai dengan keberangkatan. Beberapa komponen waktu yang mendukung
TSTAT, adalah sebagai berikut:
1) Waktu tunggu kapal (ship waiting time/SWT) yaitu waktu yang dibutuhkan antara kedatangan
sampai dengan saat kapal dapat merapat di tambatan/dermaga;
2) Waktu kerja (service time/ST) yaitu jumlah waktu kapal selama di dermaga. Service time sesuai
dengan hasil operasionalnya dapat dibagi dalam; waktu di dalam jam kerja, waktu di luar jam kerja,
waktu hilang (lost time), kelambatan waktu dalam jam kerja.
b. Produktivitas kapal (ship’s productivity/SP) yaitu jumlah ton barang atau rata-rata barang tiap jam yang
dapat diselesaikan pada saat bongkar-muat barang, produktivitas ini dibagi dalam ;
1) Jumlah ton tiap jam dalam keadaan bongkar/muat barang pada saat kapal merapat di dermaga,
2) Jumlah ton tiap jam kapal di pelabuhan,
3) Jumlah ton barang yang dapat di bongkar/muat rata-rata tiap orang,
4) Jumlah ton barang menurut jenisnya yang dapat di bongkar/muat rata-rata tiap orang,
5) DWT rata-rata kapal yang bongkar/muat.
2. Tambatan sebagai obyek
Dapat dibagi dalam:
a. Berth occupancy rate (BOR) yaitu peresentase penggunaan tambatan oleh kapal. Perhitungan ini
didasarkan atas perbandingan jumlah jam merapat kapal terhadap jumlah jam penggunaan dermaga.
Hasil operasi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) jumlah jam yang diperlukan kapal sesungguhnya dalam jam Kerja,
2) jumlah jam kapal merapat di luar jam kerja.
b. Berth troughput (BTP) yaitu jumlah ton jenis barang yang dibongkar/muat pada tiap tambatan, hasil
operasi ini dapat dibedakan sebagai berikut;
1) jumlah ton barang yang dibongkar/dimuat,
2) jumlah ton barang yang dimuat/bongkar diukur untuk tiap meter tambatan,
3) jumlah ton barang langsung keluar/masuk di dermaga.
3. Gudang sebagai obyek,
Dapat dibagi dalam:
a. Storage occupancy rate (SOR) yaitu persentase jumlah ton barang dalam gudang terhadap kapasitas
(ton) gudang.
b. Storage capacity (SC) yaitu daya muat dihitung dalam ton barang untuk gudang tertutup/terbuka dan
lapangan penumpukan.
4. Tenaga kerja sebagai obyek, dibagi dalam:
a. jumlah ton barang/gang yang dapat dibongkar/muat,
b. jumlah ton barang tiap gang per jam,
c. jumlah ton barang tiap jam-orang (man hour),
d. biaya tenaga kerja untuk melaksanakan bongkar muat tiap ton barang.
304
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Panjang Dermaga
Panjang dermaga di Terminal Petikemas Makassar (TPM) hingga tahun 2018 adalah sepanjang 850 meter dengan
jumlah tambatan 8 hingga 10 buah tambatan. Dengan panjang efektif dermaga 710 meter.
305
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
PEMBAHASAN
306
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Tabel 3. Rekapitulasi kinerja pelayanan dermaga terminal peti kemas Makassar tahun 2017
DT ATEU Hari BS
Tahun Arus PK At (ha)
(hari) (4 Tier) Operasi (40%)
2012 529.396 8 14,7 365 0,4 3,815
2013 550.916 8 14,7 365 0,4 3,970
2014 562.046 8 14,7 365 0,4 4,050
2015 558.958 8 14,7 365 0,4 4,028
2016 606.759 8 14,7 365 0,4 4,373
Sumber: Hasil analisis, 2018
307
PROSIDING SEMINAR ILMIAH NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI KE -4 TAHUN 2018
Volume 4 : November 2018
Kapasitas Alat
Variabel yang berpengaruh di dalam menentukan kapasitas alat adalah jumlah alat, kecepatan pelayanan dan
waktu kerja dalam satu tahun sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Jumlah V T T K
Tahun
CC (Box/CC/jam) (Jam) (Box/CC) (Box/tahun)
Jumlah V T T K
Tahun
RTG (Box/CC/jam) (Jam) (Box/CC) (Box/tahun)
Nilai BOR rata-rata di Terminal Petikemas Makassar (TPM) perbulan didapat pada tahun 2017 adalah sebesar
56,82%. Besarnya nilai BTP tahun 2017 adalah 1.2146 TEUs/m/tahun. Luasan kebutuhan Container Yard (CY)
dihitung menggunakan persamaan At didapatkan hasil sebesar 4,373 ha. Jika dibandingkan dengan luas terpasang
container yard (7,5 ha), maka disimpulkan bahwa container yard Terminal Petikemas Makassar (TPM) masih
mampu melayani penumpukkan peti kemas. Kinerja container yard di TPKS ditunjukkan melalui nilai YOR pada
tahun 2017 yaitu sebesar 63,28%, nilai tersebut dipengaruhi oleh dwelling time.
Untuk studi penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan kaidah ISPS Code (International Ship and Port
Security Code) yaitu suatu rencana tertulis yang disusun dan dikembangkan untuk menjamin pelaksanaan setiap
tindakan yang diambil diatas kapal, dirancang sedemikian rupa untuk melindungi orang diatas kapal, muatan,
peralatan angkutan muatan, gudang penyimpanan/ perbekalan terhadap risiko insiden keamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Capt.R.P. Suyono, 2001 Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Jakarta: PPM.
Dirjen Perhubungan Laut Nomor UM.002/38/18/DJPL-11. Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan
Laut. http://www.dephub.go.id/in/ index2.php.
Karamadibrata, Soedjono, 2003. Perencanaan Pelabuhan, Penerbit ITB
Keputusan Menteri Perhubungan nomor km 53 Tahun 2002 tentang tatanan kepelabuhanan.
Pelabuhan Indonesia, 2000. Referensi kepelabuhanan Seri 11 Pengelolaan Pelabuhan dari Aspek Pengaturan.
Pelabuhan Indonesia, Jakarta.
Supriyono. 2010. Analisis Kinerja Terminal Peti Kemas Di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Tesis Program
Pascasarjana Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Semarang.
Triatmodjo, Bambang. 2011. Analisis kapasitas pelayanan terminal peti kemas semarang.
UNCTAD (United Nation Conference On Trade and Development).1985. port development A Handbook for
Planners in Developing Countries,
308