Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara

Volume 2, Number 1, 2022 pp. 30-37


P-ISSN: 2830-6082 E-ISSN : 2829-7024
Open Access: https://ejournal.amc.ac.id/index.php/JIKEN

Pengaruh Alat Bongkar Muat Container Dan Kinerja Fasilitas


Terhadap Efektifitas Penggunaan Dermaga TPKS Tanjung Emas
Semarang
Ridwan1, M. Aji Luhur Pambudi2
1
Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan,2 Transportasi Laut, Politeknik Bumi Akpelni, Semarang, Indonesia

ARTICLEINFO ABSTRAK
Article history: Kegiatan pengangkutan laut, pemerintah menerbitkan inpres no 4 tahun
29 Juni 2022
Received in revised form 1985 mengenai kebijakan arus barang untuk menunjang kegaitan
7 Juli 2022 ekonomi yang setelah itu diperbarui dengan inpres no 3 tahun 1991
Accepted 20 Juli 2022
Available online 31 Juli 2022 yang berisi peraturan mengenai biaya bongkar muat yang meliputi
kegiatan stevedoring, cargodoring, receiving/delivery maka kegiatan
Kata Kunci:
Container, Alat Bongkat bongkar muat harus dilakukan oleh perusahaan bongkar muat (PBM).
Muat, Dermaga, Transportasi
Laut
Dalam Penelitian ini menggunakan Metode deskripsi analisis, metode
verifikatif dan konsep dasar informasi. Tujuan dari penelitian ini
Keywords:
Container, Loading and menjabarkan pengaruh alat bongkat muat pada kontainer dan
Unloading Equipment, Dock, menganalisis kinerja fasilitas terhadap efektivitas penggunaan dermaga
Sea Transportation
TPKS. Terdapat alat alat yang dapat menjadi hambatan jika salah
URL:https://ejournal.amc.ac.i satunya mengalami kerusakan dikarenakan faktor dari sumber daya
d/index.php/JIKEN/xxxx
manusia, alam. Maka dari itu dibutuhkan strategi tepat seperti
mennyiapkan alat bongkar muat yang masih dapat digunakan juga berfungsi dengan baik.
Memperkirakan kinerja dari fasilitas pelabuhan yang tersedia dan memperhitungkan lama waktu
sandar kapal dengan proses bongkar muat kapal di dermaga.
ABSTRACT
With the existence of sea transportation activities, the government issued presidential instruction no. 4
of 1985 concerning the policy of flowing goods to sharpen economic stability which was later updated
with presidential instruction no. 3 of 1991 which contained regulations regarding loading and
unloading costs which included stevedoring, cargodoring, receiving / delivery activities, then loading
and unloading activities must be carried out by loading and unloading companies (PBM).The purpose
of this study describes the process of using loading and unloading tools on containers, analyzing the
operating flow of transportation equipment and knowing the influence of ship berthing time when the
loading and unloading process is carried out at the dock. There are tools that can be an obstacle if one
of them is damaged due to factors from human resources, nature. Therefore, the right strategy is
needed, such as preparing a loading and unloading tool that can still be used, which also works
properly. Estimate the performance of the available port facilities and take into account the length of
time the ship's berthing with the process of loading and unloading ships at the dock.

This is an open access article under the CC BY-SA license.


Copyright © Akademi Maritim Cirebon. All rights reserved.

* Corresponding Author: m.ajiluhur@akpelni.ac.id 30


Ridwan1, M. Aji Luhur Pambudi2(2022). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 2(1) PP. 30-37

1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan yang terpisahkan oleh lautan. Tentu saja hal ini digunakan
sebagaijalur transportasi dan perdagangan dunia.(Monica Nurdiana, Mohammad Zainul 2019).
Dengan berkembangnya jaman, transportasi berperan untuk mendukung terjalinnya kerjasama
pertumbuhan perekonomian dan perdagangan Indonesia, maka dibangunlah Pelabuhan Tanjung Emas.
Pelabuhan ini dilengkapi fasilitas dan infrastruktur yang disesuaikan perkembangan teknologi.
Banyak sekali kendala saat melaksanakan pelayanan bongkar muat (Tawaris 2021). Dari hal
tersebut sarana dan prasarana sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya kegiatan bongkar muat saat
berlangsung. Ada beberapa proses yang mungkin menjadi kendala saat dilakukannya proses bongkar
muat, seperti proses receiving dan stacking.(Palguno, Noto, Supangat 2016)
Untuk menghindari terjadinya proses keterlambatan dalam proses bongkar muat, maka kegiatan
ini bergantung pada proses kelancaran dari sarana dan prasarana yang ada di Terminal Peti Kemas
Semarang. Dimana dapat terlihat, bahwa beberapa faktor seperti sumber daya manusia, teknis dan
lingkungan alam yang memberikan pengaruh pada alat bongkat muat dan alat transportasi terhadap
efektivitas penggunaan dermaga Terminal Peti Kemas Semarang - Tanjung Emas Semarang.
Undang undang No.17/2008 menyebutkan bahwa tatanan kepelabuhan nasional dapat diwujudkan
dengan rangka menyelenggarakan pelabuhan yang berkemampuan tinggi dan andal, memiliki daya
saing tingkat global untuk menunjang pembangunan nasional dan nusantara. (Ashury and , Rachman
2018)
Tatanan kepelabuhan ini menggambarkan sistem kepelabuhanan nasional yang berlandaskan
kawasan yang ekonomi, geografi serta kondisi alam. Yang terkandung dalam tatanan kepelabuhanan
yaitu fungsi, jenis, peran, lokasi serta hirarki pelabuhan. (Kurniawati 2019)
Dermaga merupakan salah satu fasilitas pokok pelabuhan yang digunakan oleh kapal kapal
untuk bersandar, fungsinya untuk bongkar dan muat barang serta penumpang.

2. METODE
Pengiriman dan penerimaan petikemas merupakan efektivitas kinerja bongkar muat. Di
penelitian yang dilakukan ini, penulis menggunakanmetode deskripsi analisis yaitu menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang sudah terkumpul sebagaimana adanya,
metode verifikatif merupakan penelitian yang dilakukan terhadap populasi atau sampel tertentu
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ada dan konsep dasar informasi adalah kenyataan yang
menggambarkan peristiwa yang terjadi pada saat tertentu, informasi memiliki siklus, bahan mentah
yang berupa data yang diolah untuk menghasilan informasi. (Sugiyono 2016)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kegiatan proses bongkar muat memerlukan peralatan serta instalasi penunjang yang diadakan
oleh perusahaan bongkar muat (Nautika, Iv, and Ilmu 2019), berikut merupakan peralatan saat
dilakukan aktivitas proses bongkar muat petikemas:
1. Crane, alat bongkar muat kapal.
2. Petikemas, wadah yang digunakan dan dirancang khusus untuk memuat berbagai jenis barang
3. Sling Wire, alat yang digunakan untuk mengangkat poonton.
4. Quayside Gentry Crane/Container Crane, alat utama untuk bongkat muat petikemas
5. Rubber Yard Gantry, alat yang digunakan untuk mengangkut, stack, bongkar/muat petikemas di
lapangan penumpukan.
6. Forklift, peralatan penunjang untuk melakukan bongkar muat dalam tonase kecil.

Pengaruh Alat Bongkar Muat Container dan Kinerja Fasilitas terhadap Efektivitas Penggunaan Dermaga TPKS 31
Ridwan1, M. Aji Luhur Pambudi2(2022). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 2(1) PP. 30-37

7. Reach Steaker, alat ini digunakan untuk bongkar muat petikemas di lapangan penumpukan dan
dikendalikan oleh mesin.
8. Mobile Crane, alat bongkat muat yang dapat bergerak bebas saat dibutuhkan. Dapat bergerak
bebas karena dibantu dengan roda baja untuk kapasitas besar.
9. Chasis Trailer, alat ini digunakan untuk mengangkut petikemas dari dermaga ke lapangan
penumpukan begitu juga sebaliknya, lalu dari are penumpukan ke gudang Container Freight
Station.

(Djambek et al. 2017), Terminal Petikemas semarang memiliki alat bongkar muat seperti:
1. 5 unit Container Crane
2. 10 unit Rubber Tyred Gantry
3. 11 unit Automatic Rubber Tyred Gantry.

Kinerja Untuk Container Crane kecepatan dalam pelayanan sebesar 32 Teus/CC/jam,


sedangkan Rubber Tyred Gantry sebesar 15 Teus/RTG/jam dengan waktu kerja rata rata 18 jam.
Faktor penting dalam proses bongkar muat yaitu:
1. Pengecekan tali crane
2. Diadakan safety meeting
3. Pengawasan pada anak buah kapal dan pekerja sesuai tanggung jawab dan tugas masing masing.

Efektivitas dari penggunaan dermaga dapat dilihat dariTHSP (Ton per Ship Hour in Port),
THSB (Ton per Ship Hour in Berth), berupa BOR (Berthing Occupancy Ratio), BTP (Berth Through-
Put) dan CYOR (Container Yard Occupancy Ratio).Beberapa pelayanan fasilitas di Terminal
Petikemas adalah dermaga dan container yard. Untuk mengukur kecepatan bongkar muat per kapal
dengan menggunakan:
1. THSP (Ton per Ship Hour in Port) dimana kecepatan bongkar muat di pelabuhan dihitung
berdasarkan (ton jam),
2. Untuk mengukur kecepatan bongkar muat di Tambatan memakai THSB (Ton per Ship Hour in
Berth) yaitu kecepatan bongkar muat per shift di tambatan dengan satuan (ton jam).
3. Selain mengukur pelayanan petikemas, terdapat beberapa kinerja terminal petikemas berupa BOR
(Berthing Occupancy Ratio) Indikator pemanfaatan dermaga oleh waktu yang tersedia, dengan
BOR ini maka akan diketahui tingkat kepadatan di pelabuhan, BOR ini juga dipakai untuk
mengetahui bahwa pelabuhan tersebut masih layak untuk melayani kapal dan barang atau
membutuhkan beberapa pengembangan serta produktivitas pelabuhan,
4. BTP (Berth Through-Put) dimana jumlah ton barang di dermaga atau TEU’s petikemas di
dermaga petikemas dalam 1 periode (bulan/tahun) melewati dermaga yang tersedia dalam satuan
meter dan (Ashury and , Rachman 2018),
5. CYOR (Container Yard Occupancy Ratio) dimana pemakaian lapangan penumpukan petikemas
dihitunga dalm 1 TEU per hari/m2 per hari, untuk mengatasu kondisi yang over load dan
menjamin lancar atau tidak dari operasi saat di lapangan penumpukan, oleh karena itu dapat
dipertimbangan apakah kapasitas dari lapangan penumpukan masih dapat menampung petikemas
minimal dalam 3 hari kerja.

p-ISSN : 2830-6082, e-ISSN : 2829-7024 32


Ridwan1, M. Aji Luhur Pambudi2(2022). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 2(1) PP. 30-37

(Monica Nurdiana, Mohammad Zainul 2019), Berikut merupakan prosedur operasional:

1. Operasi Kapal (Bongkar/Muat)


1 2

Supervisor menyiapkan Foreman Kapal


pelaksanaan pelayanan

Melakukan komunikasi untuk


perencanaan proses bongkar muat
CC, RTG & Head Truck
melaksanakan kegiatan bongkar
muat

Menyerahkan discharging list,


bay plan discharge kpd tally

Memberikan instruksi ke operator CC


untuk olah gerak saat kapal sandar dan
berangkat
Menyerahkan loading list dan
stowage plan kpd tally

Menyerahkan discharging list dan bay plan kpd


foreman

2. Operasi Bongkar Petikemas

Foreman kapal menginstruksikan TBKM melepas pengait petikemas


sesuai dengan Bay plan discharge (twist lock, bridge fitting, dll)

Operator CC membongkar petikemas dan


meletakkan di Head Truck

Pengaruh Alat Bongkar Muat Container dan Kinerja Fasilitas terhadap Efektivitas Penggunaan Dermaga TPKS 33
Ridwan1, M. Aji Luhur Pambudi2(2022). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 2(1) PP. 30-37

2
Memeriksan kerusakan
Tally Dermaga petikemas yang dibongkar

Petugas Tally melakukan


konfirmasi nomor petikemas
dengan Hand Held Terminal

3. Operasi Muat Petikemas

Loading list maka foreman Operator CC mengangkut petikemas


memberikan instruksi dari Head Truck ke kapal

TBKM melepas pengait petikemas


(twist lock, bridge fitting, dll)

2
Memberi instruksi ke Operator Head
Tally Dermaga Truck ke CY blok

Petugas Tally melakukan konfirmasi nomor


petikemas dengan Hand Held Terminal

4. Monitoring Operasi

Supervisor Shift, Foreman & Memonitoring dan bertanggung jawab seluruh


Ship Planner kegiatan bongkar muat kapal

Sumber: Prosedur Operasional Bongkar Muat Petikemas Oleh PT. PELINDO III (PERSERO)

Hasil

p-ISSN : 2830-6082, e-ISSN : 2829-7024 34


Ridwan1, M. Aji Luhur Pambudi2(2022). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 2(1) PP. 30-37

Perhitungan Waktu Sandar Kapal


1. Waktu Sandar Kapal
(Monica Nurdiana, Mohammad Zainul 2019), Peraturan dari Direksi No.PER 67/PJ.05/P III-2017
psl 13 ayat 2 tentang tarif pelayanan berbunyi bahwa.
a. Masa 1: Ketika sampai dengan hari ke 5 dikenakan tarif jasa penumpukan 1 hari, hari ke 6
sampai dengan hari ke 10 dihitung per harinya sebesar tarif dasar
b. Masa 2: Hari ke 11 dan seterusnya dihtung per harinya sebesar 200% dari tarif dasar.

Peraturan ini dibuat agar dapat memberikan efek jera kepada pihak customer untuk lebih
memperhatikan waktu yang sudah ditetapkan yang sesuai dengan perjanjian pada pengajuan
permohonan, dimana terdapat closing time yang diperbolehkan untuk barang yang masuk ke tempat
penimbunan seperti unit tempat penumpukan peti kemas.
(Pelindo n.d.), Untuk denda closing time sebagai berikut:
1. Untuk Petikemas ukuran 20” x Rp. 750.000,-
2. Untuk Petikemas ukuran 40” x Rp. 750.000,-
3. Untuk Petikemas ukuran 45” x Rp. 750.000,-
Waktu bongkar muat di Terminal Petikemas dapat dihtung menggunakan perhitungan sebagai
berikut:
Lama bongkar atau muat (jam) =

a. Kapal Evergreen mempunyai sekitar 1298 box/teus petikemas.


o 530 Teus proses bongkar
o 768 Teusproses muat.
Container Crane: kecepatan pelayan sebesar 32 TEUS/CC/Jam dengan catatan waktu 1
jam untuk mempersiapkan alat bongkar muat, makan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
proses bongkar muat yaitu:
Lama Bongkar (jam) =
=
Lama Muat (jam) =
=
Dari perhitungan menunjukkan lama waktu bongkar dan muat yaitu 1298 Teus yaitu ± 41
jam, 530 Teus waktu ± 17 jam bongkar dan 768 Teus waktu ± 24 jam.

b. Kapal MSC mempunyai sekitar 2485 box/teus petikemas.


o 1349 Teusproses bongkar
o 1136Teusproses muat.
Container Crane: kecepatan pelayan sebesar 32 TEUS/CC/Jam dengan catatan waktu 1
jam untuk mempersiapkan alat bongkar muat, makan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
proses bongkar muat yaitu:
Lama Bongkar (jam) =
=
Lama Muat (jam) =
=

Pengaruh Alat Bongkar Muat Container dan Kinerja Fasilitas terhadap Efektivitas Penggunaan Dermaga TPKS 35
Ridwan1, M. Aji Luhur Pambudi2(2022). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 2(1) PP. 30-37

Dari perhitungan menunjukkan lama waktu bongkar dan muat yaitu 2485 Teus yaitu ± 78
jam, 1349 Teus waktu ± 42 jam bongkar dan 768 Teus waktu ± 36 jam

c. Kapal MAERSK mempunyai sekitar 3061 box/teus petikemas.


o 1393 Teusproses bongkar
o 1668 Teusproses muat.
Container Crane: kecepatan pelayan sebesar 32 TEUS/CC/Jam dengan catatan waktu 1
jam untuk mempersiapkan alat bongkar muat, makan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
proses bongkar muat yaitu:
Lama Bongkar (jam) =
=
Lama Muat (jam) =
=
Dari perhitungan menunjukkan lama waktu bongkar dan muat yaitu 3061 Teus yaitu ±
96 jam, 1393 Teus waktu ± 44 jam bongkar dan 1668 Teus waktu ± 52 jam

(Palguno, Noto, Supangat 2016), Kendala yang menghambat proses kegiatan bongkat muat
yaitu:
1. Dilihat dari kapasitas alat dan fasiltas yang menurun
2. Cadel Time merupakan keadaan dimana alat mengalami kerusakan dikarenakan jadwal
perawatan yang kurang tepat
3. Faktor alam seperti hujan yang menghambat kegiatan bongkar muat
4. Human Eror karena Sumber Daya Manusia yang kurang memadai dan kurang disiplin
(TKBM)
5. Kemacetan yang disebabkan okeh truk karena tidak dapat datang tepat waktu.

4. SIMPULAN
Strategi yang digunakan saat proses kegiatan bongkar muat agar mendapatkan waktu yang
efektif dan efisien yaitu dengan menyiapkan kondisi dari alat bongkar muat yang berada di pelabuhan
seperti 5 unit Container Crane, 10 unit Rubber Tyred Gantry, 11 unit Automatic Rubber Tyred Gantry
maka hasil menunjukan bahwa kinerja untuk Container Crane kecepatan dalam pelayanan sebesar 32
Teus/CC/jam, sedangkan Rubber Tyred Gantry sebesar 15 Teus/RTG/jam dengan waktu kerja rata rata
18 jam, memperkirakan fasilitas yang terdapat pada terminal peti kemas sudah memadai atau
dibutuhkan pengembangan seperti pengecekan tali crane, diadakan safety meeting, pengawasan pada
anak buah kapal dan pekerja sesuai tanggung jawab dan tugas masing masing dari hal tersebut dapat
berpengaruh ke proses kegiatan bongkar muat dapat berjalan lebih efektif,Efektivitasnya dengan
memperhitungkan lama waktu proses bongkar muat pada beberapa kapal dengan tonase yang berbeda
beda dengan kecepatan pelayanan dari alat bongkar muat yang ada di dermaga. Untuk kapal yang
1298 box/teus petikemas, bongkar 17 jam dan muat 24 jam, kapal dengan 2485 box/teus petikemas
membutuhkan bongkar 42 jam dan muat 36 jam, dan kapal 3061 box/teus petikemas dengan bongkar
44 jam, muat 52 jam. Dari kegiatan bongkar muat tersebut tidak lebih dari 4 hari, yang dapat dilihat
pada waktu sandar kapal yang dinyatakan pada Peraturan dari Direksi No.PER 67/PJ.05/P III-2017 psl
13 ayat 2.

p-ISSN : 2830-6082, e-ISSN : 2829-7024 36


Ridwan1, M. Aji Luhur Pambudi2(2022). Jurnal Ilmiah Kemaritiman Nusantara. Vol. 2(1) PP. 30-37

5. REFERENSI
Ashury, Taufiqurrachman, and Sabaruddin , Rachman. 2018. “Optimalisasi Pengembangan Sarana
Dan Prasarana Terminal Petikemas Makassar.” Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Sains Dan
Teknologi 4(November):301–8.
Djambek, Nanda Putri, Dea Gusta Ariska, Wahyudi Kushardjoko, and Kami Hari Basuki. 2017.
“Analisis Optimalisasi Pengembangan Sarana Dan Prasarana Terminal Peti Kemas Semarang.”
Jurnal Karya Teknik Sipil; Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 (Cc):119–32.
Kurniawati, Fita. 2019. “Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang-
Belang.” Warta Penelitian Perhubungan 27(3):139. doi: 10.25104/warlit.v27i3.780.
Monica Nurdiana, Mohammad Zainul, Farida Yulianti. 2019. “Analisis Prosedur Operasional Bongkar
Muat Petikemas Oleh PT. PELINDO III (PERSERO) Cabang Banjarmasin Pada Terminal
Petikemas Banjarmasin (TPKB).” Analisis l(3):70–71.
Nautika, Program Studi, Diploma Iv, and Politeknik Ilmu. 2019. “Menggunakan Crane Kapal Pada.”
Palguno, Noto, Supangat, Usup. 2016. “Efektivitas Kinerja Bongkar Muat Petikemas Di Terminal
Operasi I PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok.” Jurnal Logistik D III Transportasi
IX(2):19–25.
Pelindo. n.d. Laporan Kinerja Pelayanan Kapal “TPKS.”
Sugiyono. 2016. “Memahami Penelitian Kualitatif.” Bandung: Alfabeta.
Tawaris, Marliani Tineke. 2021. “Pelayanan Kedatangan Dan Keberangkatan Kapal Asing Pada PT.
Pelayaran Batam Samudra Di Pelabuhan Batu-Ampar Pulau Batam.” JIKEN: Jurnal Ilmiah
Kemaritiman Nusantara 1(1):18–22.

Pengaruh Alat Bongkar Muat Container dan Kinerja Fasilitas terhadap Efektivitas Penggunaan Dermaga TPKS 37

Anda mungkin juga menyukai