ABSTRAKSI
Pelabuhan Rasau Jaya di Kabupaten Kubu Raya Jaya sangat aktif melayani mobilisasi barang dan penumpang
dari Kabupaten Kayong Utara menuju Kota Pontianak. Jarak dan waktu tempuh moda perairan yang lebih
pendek dan efisien menjadi faktor utama pemilihan moda ini. Permasalahan yang terjadi di pelabuhan ini berupa
fasilitas pelabuhan sisi darat, manajemen operasional pelabuhan penyeberangan belum sesuai standar dan
jumlah kapal tidak dapat mengakomodir semua demand yang ada (overload dan tidak terangkut).
Data produksi pelabuhan selama 11 tahun digunakan untuk menganalisa faktor – faktor pengembangan
pelabuhan dengan analisis trendline, analisis dimensi ideal fasilitas darat, penataan zonasi, manajemen arus lalu
lintas di area pelabuhan, menganalisa pola operasi kapal (sail time, ship turn around time, round trip time, load
factor, frekuensi keberangkatan, kemampuan trip dan kebutuhan kapal). Analisis kinerja dermaga dengan
metode Berth Occupancy Ratio tambatan tunggal.
Dari hasil perhitungan untuk rencana pengembangan pelabuhan tahun 2019 dan tahun 2029 diperoleh dimensi
ideal gedung terminal tahun rencana : 219 m2 dan 952 m2. Dimensi total area parkir tahun rencana : 1831 m2
dan 5376 m2. Kebutuhan kapal ideal tahun 2019 : 3 kapal (GRT 296). Nilai BOR tahun 2019 sebesar 58,28 %
. Dengan scenario 2 analisa pola operasi kapal menggunakan kapal (GRT 500) serta simulasi mengoptimalkan
waktu operasi pelabuhan diperoleh kebutuhan kapal ideal tahun 2029 sebesar 1 kapal 2 trip perhari dan
diperoleh nilai BOR : 34,29 % . Penelitian ini memberi pilihan rencana pengembangan fasilitas pelabuhan ideal
dalam mengakomodir demand yang ada serta menyesuaikan finansial operator kapal dan pengelola Pelabuhan
Rasau Jaya.
Kata Kunci : Pelabuhan penyeberangan, Load factor, Trendline, Berth Occupancy Ratio
ABSTRACT
Ferry port Rasau Jaya located in Kubu Raya Regency very active service mobilization goods and passengers
from the North Kayong Regency towards Pontianak City. The distance and travel time is shorter with ferry
transport and efficiently, become a major factor of this modal transpor choice. The problems that occurred in
the form of port landside port facilities, ferry ports operational management has not been standardized and the
number of vessels can not accommodate all the demand that exists (overload and not transported).The
production data port for 11 years was used to analyze the factors - factors port development with analysis of
trendline, dimensional analysis ideal ground facilities, arrangement of zoning, traffic flow management in the
port area, analyze the pattern of operation of the ship (sail time, ship turnaround time, round trip time, load
factor, frequency departure, trip capabilities and needs of the ship). Analysis of the performance of the pier by
the method of single mooring Berth Occupancy Ratio.From the results of calculations for the port development
plan in 2019 and 2029 obtained ideal dimensions in the plan of the terminal building: 219 m2 and 952 m2. The
total dimensions of parking areas in the plan: 1831 m2 and 5376 m2. Ideal vessel needs in 2019: 3 vessels (GRT
296). BOR value in 2019 amounted to 58.28%. With the second scenario vessel operation pattern analysis using
vessel (GRT 500) , as well as the simulation time to optimize port operations, acquired ideal vessel needs 2029
amounted to 1 ship 2 trips per day and obtained values BOR: 34.29%. This study plan options ideal in the
development of port facilities to accommodate existing demand as well as financial adjusts ship operators and
managers of the Port Rasau Jaya.
1
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
PENDAHULUAN
Kabupaten Kubu Raya yang dialiri jaringan Sungai Kapuas (1.086 Km) dan sungai kecil
lainnya yang dapat dilayari menjadi urat nadi jaringan transportasi daerah pedalaman yang
belum terkoneksi jaringan jalan. Pelabuhan Penyeberangan Rasau Jaya terletak di Kabupaten
Kubu Raya merupakan infrastruktur transportasi yang sangat massif melayani mobilisasi
barang dan penumpang. Pelabuhan ini sebagai akses primadona pemilihan moda dari
Kabupaten Kayong Utara menuju Kota Pontianak, waktu tempuh moda jalan raya (500 km)
dan moda kapal ferry sama sebesar 12 jam, moda kapal ferry lebih efisien khususnya untuk
kegiatan logistik. Kultur budaya masyarakat yang telah lama menggunakan sungai sebagai
alat transportasinya serta tingginya biaya pembangunan infrastruktur jalan raya sehingga
moda kapal penyeberangan sebagai alternatif pengembangan sitem transportasi yang handal.
Kondisi eksisting Pelabuhan Penyeberangan Rasau Jaya melayani dua (2) trayek yakni :
Trayek Rasau Jaya – Teluk Batang alur pelayaran sepanjang 133,34 Km (72 Nautical Mile)
waktu tempuh 12 jam frekuensi keberangkatan 2 kapal per hari. Trayek Rasau Jaya – Pinang
Luar alur pelayaran 0,8 km waktu tempuh ± 15 menit dengan frekuensi keberangkatan 10
trip per hari. Kondisi eksisting dilapangan pelayanan jasa tidak reliabel, demand dan supply
tidak seimbang, beberapa permasalahan dalam operasional pelayan jasa pelabuhan seperti :
1. dimensi gedung terminal dan area parkir terbatas; fasilitas gangway dan jembatan
timbang kendaraan atau portal pembatas tinggi kendaraan tidak tersedia; zonasi
pelabuhan dan manajemen pola arus lalu – lintas pelabuhan tidak tersedia,
2. Kebutuhan kapal tidak dapat mengakomodir semua demand (over loading).
Untuk mengantisipasi besarnya demand transportasi yang ada saat ini dan masa mendatang
perlu dilakukan pengembangan fasilitas dan sarana di Pelabuhan Rasau Jaya untuk memberi
pelayanan jasa transportasi yang handal kepada masyarakat dengan pengembangan fasilitas,
pola operasi kapal dan manajemen pelabuhan yang sesuai standar baku.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada dapat dirumuskan masalah pokok sebagai berikut :
1. Bagaimana kebutuhan fasilitas darat dan kapal pada tahun 2019 ?
2. Bagaimana kinerja dermaga Pelabuhan Rasau Jaya tahun 2019 ?
3. Berapa kebutuhan fasilitas dan kapal mengakomodir demand pada pada tahun 2029?
4. Bagaimana kinerja dermaga Pelabuhan Rasau Jaya pada tahun 2029 ?
5. Bagaimana cara pengembangan fasilitas darat pada tahun 2019 dan 2029?
Pembatasan Masalah
1. Penelitian tidak membahas mengenai analisis ekonomi: kelayakan investasi operator,
biaya operasional kapal, stabilitas pemuatan kapal, kedalaman alur pelayaran dan
keselamatan kapal secara detail ;
2. Penulis tidak membahas kebutuhan fasilitas sisi perairan secara mendetail seperti
pasang surut, dimensi kolam pelabuhan, spek teknis konstruksi dan tipe dermaga.
2
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kebutuhan fasilitas darat dan kapal ideal di Pelabuhan Penyeberangan Rasau
Jaya pada tahun 2019 ;
2. Mengetahui tingkat pemakaian dermaga tahun 2019 ;
3. Mengetahui kebutuhan fasilitas darat dan kapal ideal di Pelabuhan Penyeberangan Rasau
Jaya pada tahun 2029 ;
4. Mengetahui tingkat pemakaian dermaga tahun 2029 ;
5. Merencanakan kebutuhan fasilitas darat di Pelabuhan Penyeberangan Rasau Jaya pada
tahun rencana.
LANDASAN TEORI
Pelabuhan
Menurut Kramadibrata, S. (2002) dalam buku Perencanaan Pelabuhan. Pelabuhan adalah
sebagai tempat yang terlindung dari gerakan gelombang laut, sehingga bongkar muat dapat
dilaksanakan demi menjamin keamanan barang".
Perencanaan Pelabuhan
Menurut Triatmojo (2010), Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap
gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal
dapat bertambat untuk bongkar muat barang , gudang laut (transito) dan tempat-tempat
penyimpanan dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu lebih lama selama
menunggu pengiriman ke daerah tujuan.
Berth Occupancy Ratio (BOR)
Menurut Triatmojo (2009). Tingkat penggunaan dermaga (Berth Occupancy Ratio)
merupakan perbandingan antara jumlah waktu pemakaian dermaga yang tersedia dengan
jumlah waktu yang tersedia selama satu periode yang dinyatakan dalam persentase.
Ʃ Waktu Tambat
BOR = X 100%
Waktu Efektif
3
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
Waktu Perjalanan
Menurut Manajemen Angkutan Sungai dan Penyeberangan waktu perjalanan adalah waktu
yang dibutuhkan untuk berlayar antara pelabuhan tergantung kepada jarak antara pelabuhan
dan kecepatan perjalanan kapal:
s
T =
v
Keterangan :
T = Waktu perjalanan dari pelabuhan awal sampai pelabuhan akhir
S = Jarak antara pelabuhan awal ke pelabuhan akhir
V = Kecepatan jelajah kapal (knot)
Pola Operasi
Menurut M. Nasution (2015) pola operasi adalah penetapan jumlah kapal dan jumlah
frekuensi pelayanan yang diperlukan pada setiap lintasan sesuai dengan jenis kapal dan jarak
lintasan. Frekuensi pelayanan ditentukan berdasarkan demand penumpang dan barang, untuk
kepentingan perencanaan digunakan frekuensi pelayanan terbesar antara dua metode
tersebut.
P
NP =
365 x N x O x M
4
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
Dimana :
NP = Frekuensi keberangkatan / hari
N = Koefisien waktu operasi kapal pertahun (0,9)
O = Factor okupansi / faktor muat tahunan
M = Kapasitas muat kapal terbesar
P = Jumlah penumpang / kendaraan pertahun
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini disusun dengan didukung oleh data atau informasi yang didapat berdasarkan:
1. Studi literatur ;
2. Data sekunder : data yang diperoleh dari kantor Dinas Perhubungan Provinsi
Kalimantan Barat dan Pelabuhan ASDP Indonesia Ferry cabang Pontianak. Data
Sekunder meliputi Dimensi fasilitas pelabuhan, data produktifitas pelabuhan selama
11 tahun (2008 – 2018), data waktu pelayanan kapal, data spesifikasi kapal dan
dokumentasi
3. Data Primer berupa data survey harian produktifitas pelabuhan selama 15 hari, survey
waktu pola operasi kapal
Tahapan penelitian dapat dilihat dari gambar di bawah ini :
5
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
6
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
A. KONDISI EKSISTING
1. Analisa Demand Produktifitas Pelabuhan Eksisting
PENUMPANG KENDARAAN
70,000
65,000 63,641 24000
60,000 59,986 60,035 60,196
57,679 22000
55,000
50,000 20875
Jumlah Kendaraan
45,000
20000
1963219921
40,000
42,720 189321905419380
18143
Jumlah
18000
35,000 17542
30,000
1681817101
16000
25,000 15034
20,000 14000
15,000 16,165
12,314 11,891 14,031 13,361 12000
10,000
5,000 10000
- 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Tahun
100 94 101
82 75 74
65 61 66 68 60
50 50 47 52 46 53
0
17-Apr 18-Apr 19-Apr 20-Apr 21-Apr 22-Apr 23-Apr 24-Apr 25-Apr 26-Apr 27-Apr 28-Apr 29-Apr 30-Apr 1-May
Tanggal Survey
7
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
9 jam
BOR = X 100%
17 jam
= 58,82 %
8
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
9
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
2
W = + 1,5
35
= 1,56 m
10
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang didapatkan dari penulisan skripsi ini, dapat diambil
kesimpulan antara lain:
1. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan fasiltas tahun 2019 gedung terminal sebesar 219
m2. Dimensi total lapangan parkir 1831 m2. Dimensi eksisiting lapangan parkir sudah
terpenuhi hanya dibutuhkan pemisahan parkir siap muat dan parkir antar jemput dalam
operasionalnya. Untuk memenuhi kebutuhan penumpang dan kendaraan pada tahun
2019 idealnya diperlukan 3 kapal dengan frekuensi keberangkatan Rasau Jaya – Teluk
Batang sebesar 3 trip perhari dengan faktor muat 93% dan 71%. Kondisi eksisting
hanya tersedia 2 kapal dengan frekuensi keberangkatan 2 trip perhari dipaksakan
melayani demand dengan load faktor harian penumpang diatas 102 % (overload) dan
kendaraan 99 %.
2. BOR dermaga pada kondisi eksisting berdasarkan hasil analisa sebesar 58,82%
diperlukan percepatan dalam waktu bongkar muat dan manajemen waktu operasi
pelabuhan seoptimal mungkin dengan melakukan skenario waktu tercepat untuk
pelayanan kapal tambat di dermaga dan waktu pola arus lalu lintas kendaraan /
penumpang saat debarkasi atau embarkasi di pelabuhan.
3. Untuk memenuhi kebutuhan penumpang dan kendaraan pada tahun 2029 dengan pola
operasi kapal skenario 2 (menggunakan kapal dengan kapasitas muat lebih besar 500
orang dan 47 unit kendaraan roda empat campuran) diperlukan 1 kapal dengan
frekuensi keberangkatan 2 trip perhari dengan faktor muat 74 % dan 68 %. Berdasarkan
hasil analisis kebutuhan fasiltas tahun 2019 gedung terminal sebesar 952 m2, lapangan
parkir siap muat 4220 m2 dan lapangan parkir antar jemput 1156 m2.
4. Berdasarkan hasil analisa BOR tahun 2029 sebesar 34,29 % dengan kondisi tersebut
pelabuhan ini masih dapat dimanfaatkan untuk pengembangan angkutan
penyeberangan dalam melayani demand yang ada dengan menggunakan waktu pola
operasi pelabuhan yang optimal. Pengembangan angkutan penyeberangan dapat berupa
penambahan trip, kapal dan rencana rute baru, dalam melakukan pengembangan perlu
ditekankan menggunakan simulasi waktu operasi pelabuhan dan waktu tambat yang
optimal agar menjaga nilai BOR pada standar optimal 40% yang dianjurkan UNCTAD.
5. Rencana pengembangan yang dilakukan pada tahun 2019 yaitu : rencana kebutuhan
gangway lebar 1,56 m , penataan zonasi, pola arus lalu lintas dan pengembangan
gedung terminal, dan rencana penempatan portal atau jembatan timbang (portable).
Rencana pengembangan yang dilakukan pada tahun 2029 yaitu : Pengembangan
dimensi gedung terminal, lapangan parkir dan fasilitas halte BRT.
11
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-22
Universitas Halu Oleo, Kendari, 01 – 03 November 2019
SARAN
1. Operator kapal harus fokus mempertimbangkan keselamatan pelayaran dalam melayani
demand yang ada tidak boleh over load faktor muat ideal per tahun 70 % agar dapat
memberi pelayanan optimal.
2. Operator pelabuhan harus dapat melaksanakan tupoksinya dalam menyediakan fasilitas
pelabuhan yang handal dan nyaman.
3. Rencana pengembangan pelabuhan dapat dikombinasikan dengan metode Transit
Oriented Development agar dapat menambah pendapatan jasa pelabuhan bagi operator
kapal dan pelabuhan.
4. Pengawasan keselamatan pelayaran perlu ditingkatkan agar bisnis jasa transportasi ini
berjalan baik dan memeberi profit bagi operator.
5. Pihak operator kapal harus dapat memberi akses atau suasana bisnis jasa transportasi
yang terbuka dan kompetitif bagi investor lain yang ingin bergabung dalam bisnis ini,
menghindari monopoli pasar dalam hal penyediaan supply kapal penyeberangan.
6. Kapal penyeberangan yang beroperasi wajib Type Ro - Ro dengan fasilitas yang
menunjang kebutuhan penumpang dan kendaraan seperti pelayanan kelas ekonomi dan
VVIP.
7. Perlunya penerapan sistem zonasi dan sterilisasi pelabuhan dan manajemen pola arus
lalu lintas di pelabuhan.
8. Penyedian SDM operator kapal dan opertor pelabuhan yang kompeten secara keahlian
dan pengalaman kerja.
DAFTAR PUSTAKA
12