Abstrak
Pendahuluan
Bandar udara (disingkat: bandara) atau pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas
tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana
minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai
fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area
tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan
baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
(H.K Martono, Hukum Penerbangan berdasarkan UURI No. 1 Tahun 2009. Bagian Pertama, Mandar
termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_udara)
Permasalahan lokasi yang akan diteliti adalah daerah Humbang Hasundutan. Humbang Hasundutan
(Humbahas) adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Dibentuk pada 28 Juli 2003,
kabupaten ini mempunyai luas sebesar 2.335,33 km² dan beribukota di Dolok Sanggul. Kondisi fisik
kabupaten ini berada pada ketinggian 330-2.075 meter dpl. Menurut data tahun Sensus Penduduk
Humbang Hasundutan dipimpin oleh Bupati Dosmar Banjarnahor dan Saut Parlindungan Simamora
Kabupaten ini dulu adalah bagian dari Kabupaten Tapanuli Utara. Selama menjadi bagian dari
Kabupaten Tapanuli Utara, daerah Humbang ini merupakan salah satu daerah yang masih cukup
tertinggal baik dari segi ekonomi dan juga dari segi pemerintahannya, karena pada masa itu
mayoritas penduduknya berpenghasilan dari bertani. Terbitnya Undang Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah yang dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun
2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan
Daerah, menjadi peluang munculnya wacana perlunya usul pemekaran melalui pembentukan
Sejarah pembangunan Bandara Silangit telah dimulai pada masa penjajah Jepang pada tahun 1944.
Di tahun 1995, pembangunan kembali dilanjutkan melalui penambahan landas pacu dari 900 meter
menjadi 1.400 meter. Dibangun secara bertahap, operasional Bandara Silangit pun diresmikan oleh
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono sejak Maret 2005. Di era itu, Bandara Silangit telah memiliki
runway sepanjang 2.400 m x 30 m. Pada tanggal 18 Januari 2011, Bandar udara Silangit didatangi
oleh Presiden RI beserta para rombongan yang menggunakan pesawat Boeing 737-500. Dengan
Utara telah sanggup melayani pesawat sekelas A320, & B737 Next Generation & MAX.
Pada tanggal 24 November 2017, Presiden RepubIik Indonesia Bapak Joko Widodo meresmikan
Bandara Internasional Silangit, Siborong-borong, Tapanuli Utara, yang memiliki terminal baru dan
menuju kawasan Danau Toba, dilakukan secara konsisten sejak tiga tahun terakhir sejalan dengan
komitmen pemerintah terhadap ketersediaan dan kesiapan infrastruktur khususnya terkait dengan
mancanegara.
Adapun dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan "Ledakan baru didunia pariwisata akan
ditandai dengan terbukanya gerbang menuju keindahan danau toba yg menyimpan sejarah bumi
batak melalui Bandara Internasional Silangit ini. Besar harapannya hal ini akan sejalan dengan
peningkatan kemakmuran bagi masyarakat sekitaran Danau Toba, dan juga masyarakat Sumatera
Utara".
Selanjutnya Presiden Joko Widodo juga menyinggung kelanjutan pengembangan Bandara
Internasional Silangit yang ditargetkan dapat mengakomodir pesawat berbadan besar selambat-
lambatnya pada tahun 2020 mendatang dengan melakukan perpanjangan runway menjadi 3000
meter dan ditunjang dengan pengembangan gedung terminal yg semula memiliki luas 3000 meter
Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki beberapa potensi sumber daya alam di berbagai daerah
kehutanan, pertam bangan dan energy, irigasi, perindustrian, pariwisata, dan perhubungan.
Humbang Hasundutan yang dikenal dengan daerah yang kaya hasil hutannya seperti getah
kemenyan dan hasil pertanian seperti kopi dan padi yang menjadi andalan para pedagang untuk
datang ke Doloksanggul.
Kabupaten Humbang Hasundutan terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara di jajaran Bukit
Barisan pada 2O 13’ - 2O 28’ Lintang Utara dan 98O 10’ - 98O 57’ Bujur Timur dengan keadaan tanah
umumnya berbukit dan bergelombang. Luas Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251.765,93
Ha, terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan, 153 (seratus lima puluh tiga) desa dan 1 (satu) kelurahan.
Pertumbuhan ekonomi harus memiliki strategi, dimana strategi ini harus disesuaikan dengan kondisi
pertumbuhan ekonomi adalah hasil kontribusi sektor pertanian. Sektor pertanian sebagai
penyumbang terbesar yakni 57,08%. Disusul sektor perdagangan sebesar 15,12% dan sektor jasa
sebesar 14,49%. Oleh sebab itu pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakat juga turut naik,
dimana kondisi tahun 2009 sebesar Rp 13, 767 juta, 2010 sebesar Rp 14,275 juta, dan tahun 2011
Rp 15, 589 juta ( Bandingkan dengan buku Ekonomi Pancasila : Tri Widiarto 2016, hal : 7).
Mayoritas penduduk Humbang Hasundutan adalah petani. Komoditas pertanian terbesar adalah
kopi dengan luas panen 9.246 Ha dan produksi 6.461 ton (Humbahas Dalam Angka 2007).
Perkebunan kopi terdiri dari 48.45% luas lahan pertanian dan perkebunan.Selain kopi, kabupaten
ini juga kaya dengan kemenyan. Dengan luas panen 5.235 Ha menghasilkan 1.278 ton. Luas lahan
kemenyan mencapai 23,16%. Komoditas lainnya adalah karet, kulit manis, kemikir, coklat, kelapa
Komoditas pertanian andalan penduduk adalah cabe dengan luas panen 612 Ha menghasilkan 3.086
ton (Humbahas Dalam Angka 2007). Tanaman cabe mencapai 39,97% lahan pertanian. Selain cabe
penduduk juga bertanam andaliman, kubis, tomat, kentang, sawi, wortel dan bawang merah.
Di bidang kehutanan, kabupaten Humbang Hasundutan memiliki lahan 159.392 Ha hutan terdiri
dari hutan produksi 84.540 Ha; hutan lindung 74.852 Ha. Kawasan hutan terbesar berada di
Kecamatan Parlilitan yakni 38,58% dari hutan yang ada di kabupaten ini.
Bandaraku, Harapanku!
Pariwisata sebagai usaha hanya dapat diwujudkan jika dilakukan dengan persiapan dan
perencanaan yang matang dimulai dari evaluasi potensi yang ada, termasuk potensi sosial budaya
hingga menjadi produk yang dapat dijual kepada wisatawan untuk meningkatkan perekonomian
Undang-undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dalam pasal 1 butir 5 disebutkan bahwa
usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau
menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha barang pariwisata, dan usaha
lain yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan defenisi dasar pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
asing 122 orang, sedangkan tamu asing pada tahun 2015 sebanyak 165. Untuk tamu domestik tahun
2014 sebanyak 28.569 orang dan tahun 2015 terjadi peningkatan dengan jumlah 31.473 wisatawan.
Sedangkan untuk tahun 2016 terjadi peningkatan kunjungan yang signifikan, kendati datanya belum
dirinci sehingga sifatnya tidak pasti. Namun estimasi kunjungan di lima unit hotel, dua unit
penginapan, dua unit guest house, satu wisma nasional dan home stay di Desa Nagasaribu,
jarak tempuh dari Bandara Silangit ke objek wisata Sipincur, Kecamatan Paranginan menuju objek
wisata panorama alam di Panoguan Solu, Kecamatan Lintongnihuta berakhir di wisata situs sejarah
Bakkara Kecamatan Baktiraja dengan jarak tempuh kurang lebih setengah jam perjalanan
Bandaraku, Kemakmuranku.
Dari data resmi pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan, pertumbuhan ekonomi Kabupaten
ekonomi Humbang Hasundutan berdasarkan perhitungan yang dilakukan maka yang memberikan
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sektor
Banyak faktor yang mempengaruhi bertambahnya jumlah pengunjung di lokasi wisata yaitu kondisi
kepariwisataan (jaringan jalan, jaringan listrik, Bank, pelayanan kesehatan), sarana kepariwisataan
(transportasi, akomodasi/penginapan, rumah makan, pondok pengunjung, cenderamata, tempat
parkir, WC umum, tempat sampah), dan penerapan sapta pesona (keamanan, ketertiban,
Berdasarkan data Angkasa Pura II, jumlah pergerakan penumpang di Bandara Silangit tahun 2017
sebanyak 282.240 orang. Catatan tersebut melampaui target sebesar 250.000. Tren positif pun
diperlihatkan di awal tahun 2018. Hingga akhir Maret 2018, penumpang yang menggunakan
Bandara Internasional Silangit mencapai 100.311 orang, atau tumbuh lebih dari 61,5% dibandingkan
Menteri Pariwisata Arief Yahya merasa sangat gembira dengan kemajuan yang dicapai Bandara
Internasional Silangit. Kehadiran Bandara Silangit memang memberikan dampak positif bagi sektor
12/134575/traffic-penumpang-silangit-alami-peningkatan).
Masyarakat di sekitar Tapanuli dan wisatawan yang akan ke Danau Toba, terbukti memanfaatkan
Hasundutan. Kalau mau menjadi destinasi wisata kelas dunia, harus punya bandara internasional.
Dengan Bandara Internasional Silangit, Danau Toba akan menjadi destinasi pariwisata kelas dunia.
Sehingga jumlah wisatawan yang mengunjungi Danau Toba melalui Bandara Silangit semakin
bertambah.
Simpulan
baru, terutama di bidang Pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja baru dan pada akhirnya
A.J, Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
BPS (Badan Pusat Statistik) 2007. Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka. Humbang
Hasundutan. Doloksanggul.
Hasundutan. Doloksanggul.
H.K Martono. 2009. Hukum Penerbangan berdasarkan UURI No. 1 Tahun 2009. Bagian Pertama,
Oka A. Yoeti. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT. Pradaya Paramita.
Tri Widiarto, 2015, Membangun Indonesia dengan Mengutamakan Indentitas Daerah, Salatiga :
---------------, 2016, Ekonomi Pancasila, Pembangunan Bandara Internasional Adi Sumarno Solo,
https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_udara
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Humbang_Hasundutan
https://indopos.co.id/read/2018/04/12/134575/traffic-penumpang-silangit-alami-peningkatan