KEBIJAKAN DAERAH
(Kebijakan Nasional: Kebijakan Penyelenggaraan Jasa Transportasi Online dan
Kebijakan Daerah Tanjungpinang: Kebijakan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Daerah)
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Mata Kuliah Evaluasi dan Analisis
Dampak
Oleh:
Desi Putri (15101004)
Destya Liziana (15101015)
Endang Saputri (15101030)
Hetty Kusendang (15101051)
Dosen Pengajar:
Riau Sujarwani S.Sos., MM
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat tersusun hingga selesai. Yang mana makalah
ini membahas tentang EVALUASI DAN ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN
NASIONAL DAN KEBIJAKAN DAERAH (Kebijakan Nasional: Kebijakan
Penyelenggaraan Jasa Transportasi Online dan Kebijakan Daerah Tanjungpinang:
Kebijakan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah).
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………….………..2
Daftar Isi…………………………………………………...………………….3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………….……………………………..…4
B. Rumusan Masalah……………………….…………………………….6
C. Tujuan……………………….……………………………..…..............6
D. Landasan Teori……………………….………………………………...6
BAB II Pembahasan
A. Evaluasi dan Analisis Dampak Kebijakan Nasional:
Penyelenggaraan Jasa Transportasi Online.……………………….….9
B. Evaluasi dan Analisis Dampak Kebijakan Daerah Kota
Tanjungpinang: Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Daerah……………………………….……...………...15
BAB III Penutup
A. Kesimpulan…………………………………………………………...19
Daftar Pusaka………………………………………………………………....20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan isu penting yang tidak pernah berhenti dibahas baik
di semua negara. Walaupun konteks yang dibicarakan dan cara yang digunakan mereka
berbeda-beda, akan tetapi pada dasarnya tujuan yang diharapkan semua sama, yakni
membawa negaranya masing-masing dari keadaan sebenarnya saat ini menuju keadaan
normatif yang dianggap lebih baik.
Pembangunan juga tidak terlepas dari bidang transportasi mengikuti
perkembangan zaman dan teknologi yang berkembang semakin pesat dengan
penggunaan internet memberikan perubahan sosial masyarakat. Banyak bisnis mulai
bermunculan inovasi-inovasi kreatif dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
komunikasi, salah satunya adalah kemunculan bisnis penyedia layanan jasa transportasi
darat online berbasis aplikasi. Adanya transportasi online ternyata memberikan solusi
dan menjawab berbagai kekhawatiran masyarakat akan layanan transportasi umum.
Kemacetan kendaraan di jalan dan ketakutan masyarakat dengan keamanan transportasi
umum sudah dijawab dengan kehadiran transportasi online yang memberikan
kemudahan aksesibilitas dan kenyamanan bagi penggunanya.
Kehadiran transportasi online yang menerapkan teknologi komunikasi tepat
guna di saat masyarakat membutuhkan sarana transportasi aman dan bisa menjadi solusi
saat macet. Apalagi adanya penggabungan layanan transportasi dengan kecanggihan
teknologi internet sehingga masyarakat lebih mudah melakukan pemesanan, mengetahui
biaya transportasi, lokasi tujuan, identifikasi driver dan penilaian (rate) terhadap
pelayanan pengemudi (driver) dari transportasi online tersebut yang merupakan suatu
bentuk inovasi baru dalam dunia bisnis transportasi.
Namun dengan kemunculan transportasi online yang diminati oleh masyarakat
ini timbul persaingan dengan bisnis transportasi darat konvensional khususnya taksi dan
ojek pangkalan yang sebelumnya tidak ada regulasi yang mengatur tentang transportasi
online berbasis aplikasi sesuai dengan hukum. Kemudian penggunaan jasa transportasi
4
online ternyata juga menyisakan banyak permasalahan. Konflik yang terjadi antara
pelaku bisnis transportasi online dan konvensional hanya ujung dari permasalahan yang
muncul. Selain konflik tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang muncul dan sudah
seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam menata transportasi berbasis online
yaitu terjaminnya keselamatan pengemudi dan penumpang. Selain itu, juga untuk
melindungi transportasi konvesional dari dominasi berlebihan angkutan berbasis online.
Sehingga layanan jasa transportasi online mulai tanggal 1 November 2017 telah berlaku
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 108 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam
Trayek Pasal 26, yaitu:
(1) Angkutan sewa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)
huruf b, merupakan pelayanan Angkutan dari pintu ke pintu dengan
pengemudi, memiliki wilayah operasi dan pemesanan menggunakan
aplikasi berbasis teknologi informasi.
(2) Angkutan sewa khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
memenuhi pelayanan sebagai berikut:
a. beroperasi pada wilayah operasi yang telah ditetapkan;
b. tidak terjadwal;
c. dari pintu ke pintu;
d. tujuan perjalanan ditentukan oleh Pengguna Jasa;
e. tarif Angkutan tertera pada aplikasi berbasis teknologi informasi;
f. penggunaan kendaraan harus melalui pemesanan atau perjanjian, tidak
menaikkan penumpang secara langsung dijalan;
g. pemesanan layanan hanya melalui aplikasi berbasis teknologi informasi;
dan
h. wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.
5
juga pembangunan adalah isu kenegaraan yang sangat penting dan tidak akan pernah ada
hentinya.
Pembangunan negara dilakukan oleh semua warga negara tanpa terkecuali.
Akan tetapi, sampai saat ini masih dirasakan adanya ketidakseimbangan pembagian
peran dalam pembangunan negara tersebut, dalam hal ini adalah pembagian peran antara
laki-laki dengan peran perempuan. Banyak beranggapan bahwa wanita terlalu diberi
porsi yang sangat kecil dan termarginalkan karena kemampuannya cenderung untuk
diragukan. Sehingga munculnya Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 2 Tahun
2016 tentang Pelaksanaan Pengurusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam pembangunan nasional maupun
daerah, maka di dalam makalah ini akan dibahas mengenai evaluasi dan analisis dampak
dalam kebijakan jasa transportasi online dan kebijakan gender dalam pembangunan
daerah di Kota Tanjungpinang khususnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana evaluasi dan analisis dampak dari kebijakan jasa transportasi online
berbasis aplikasi sebelum dan sesudah adanya regulasi?
2. Bagaimana evaluasi dan analisis dampak dari kebijakan gender dalam pembangunan
daerah di Kota Tanjungpinang dengan adanya regulasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui evaluasi dan analisis dampak dari kebijakan jasa transportasi
online berbasis aplikasi sebelum dan sesudah adanya regulasi.
2. Untuk mengetahui evaluasi dan analisis dampak dari kebijakan gender dalam
pembanguan daerah di Kota Tanjungpinang dengan adanya regulasi.
D. Landasan Teori
1. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan publik,
evaluasi adalah suatu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu
6
berjalan dengan baik atau tidak. Evaluasi memberikan informasi yang valid mengenai
kinerja dari kebijakan. Informasi valid bersifat objektif yang dapat diperoleh dari
perbandingan dengan kebijakan sebelumnya ataupun pengamatan secara langsung di
lapangan. Salah satu aktivitas fungsional, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan
dengan mengikuti aktivitas– aktivitas sebelumnya, yaitu pengesahan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) kebijakan, tetapi dapat terjadi pada seluruh aktivitas –
aktivitas yang lain dalam proses kebijakan.
Evaluasi menurut Dunn yang di kutip oleh Riant Nugroho dalam bukunya
Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi dan Evaluasi) mendefinisikan evaluasi
sebagai:
2. Analisis Kebijakan
Istilah analisis kebijakan dirumuskan secara beranekaragam oleh para
ahlinya. Weimer & Ving (1992: 13) mengingatkan perlunya seorang analisis
kebijakan sebagai “nasihat” (advice) yang berorientasi pelanggan yang relevan
dengan keputusan-keputusan publik dan didasarkan pada nilai-nilai sosial. Analisis
kebijakan menurut Dunn (1981: 35) yang menyatakan bahwa analisis kebijakan
1
(Mulyadi 2015)
7
merupakan suatu ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian
dan argumen untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan
untuk kebijakan yang dapat digunakan dalam setting politik untuk memecahkan
masalah kebijakan.
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
aplikasi berbasis teknologi informasi, pengawasan angkutan umum serta peran serta
masyarakat dan sanksi adminstrasi. Untuk saat ini Peraturan Menteri tersebut dirasa
cukup mengakomodir segala pengaturan terkait transportasi online tersebut karena
maksud dan tujuan direvisi nya kembali PM 108 Tahun 2017 adalah:
1) Mengakomodasi kemudahan aksesibilitas bagi masyarakat.
2) Pelayanan yang selamat, aman, nyaman, tertib, lancar dan terjangkau.
3) Mendorong pertumbuhan perekonomian Nasional berdasarkan demokrasi ekonomi
yang berkeadilan dan prinsip pemberdayaan mikro, kecil dan menengah.
4) Kepastian hukum terhadap aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan, kesetaraan,
keterjangkauan dan keteraturan serta menampung pekembangan kebutuhan
masyarakat dalam penyelenggaraan angkutan umum.
5) Terwujudnya perlindungan dan penegakan hukum bagi masyarakat.2
Di era globalisasi saat ini, transportasi berbasis online sebenarnya sudah mutlak
untuk digalakkan sebagai bentuk inovasi transportasi publik di Indonesia. Sehingga ke
depan tidak ada lagi konflik antara transportasi berbasis online dan konvensional.
Namun, guna menyikapi praktik moda transportasi berbasis online saat ini, maka
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan penataan
transportasi berbasis online agar lebih aman dan nyaman. Beberapa aspek yang harus
ditata adalah sebagai berikut:
1) Jaminan keamanan dan kenyamanan pengguna moda transportasi berbasis online.
2) Jaminan kerja bagi pengemudi moda transportasi berbasis online. Pemerintah harus
bisa mendorong perusahaan penyedia aplikasi jasa transportasi berbasis online untuk
memberikan jaminan keselamatan dan kesejahteraan bagi pengemudinya.
3) Integrasi transportasi berbasis online ke dalam sistem transportasi secara keseluruhan
di berbagai daerah.
4) Pengaturan Jenis Transportasi roda dua berbasis online. Hal tersebut sangatlah
penting oleh karena saat ini belum ada aturan yang mengatur transportasi roda dua
berbasis online.
2
(dephub.go.id)
10
5) Penataan kelembagaan penyedia transportasi berbasis online. Apakah kelembagaan
perusahaan penyedia jasa aplikasi transportasi berbasis online akan tetap dibiarkan
atau dirubah menjadi perusahaan penyedia jasa transportasi berbasis online.
3
(LAN RI 2017)
11
Terdapat beberapa permasalahan yang muncul dan sudah seharusnya menjadi
pertimbangan pemerintah dalam menata transportasi berbasis online. Di antara
permasalahan tersebut adalah:
1) Kemacetan
Transportasi berbasis online khususnya bagi kendaraan roda dua akan
semakin menambah kemacetan. Terlebih saat ini mereka lebih banyak bergerombol di
pinggir-pinggir jalan yang tentunya menyebabkan kemacetan
2) Kurangnya jaminan keamanan bagi penumpang.
Transportasi berbasis online saat ini masih menggunakan mobil pribadi
dengan plat hitam. Artinya, pelaku bisnis transportasi online belum melalui tahapan-
tahapan yang harus dilalui untuk menyelenggarakan transportasi publik. Padahal
tahapan-tahapan tersebut merupakan salah satu proses penting yang dilakukan
pemerintah dalam menjaga kemanan dan kenyaman pengguna jasa transportasi
publik. Selain itu, sistem target yang diterapkan para pengusaha transportasi online
menyebabkan para pengemudi transportasi online bekerja di luar batas jam kerja
normal. Hal tersebut sangat berpotensi menjadi penyebab terjaidnya kecelakaan.
3) Ketiadaan jaminan kerja pengemudi transportasi online
Tidak adanya kejelasan jaminan kerja bagi pengemudi transportasi online
dari segi kontrak kerja yang telah disepakati antara pihak pengemudi dan perusahaan
penyedia jasa transportasi online sudah benar-benar memberi jaminan terhadap
pengemudi transportasi online nantinya apabila terjadi kecelakaan.
4) Ojek online diklasifikasikan illegal
Motor sebagai salah satu kendaraan transportasi yang ditawarkan perusahaan
aplikasi berbasis online yaitu “ojek online” saat ini dikategorikan sebagai kendaraan
rentan dengan resiko terluka kategori tinggi apabila terjadi kecelakaan. Bahkan,
motor dilarang sebagai angkutan umum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan.
5) Pembenahan layanan transportasi umum massal
12
Selain terkait aturan hukum transportasi online, Pemerintah juga dituntut
untuk melakukan pembenahan yang serius terhadap layanan transportasi online
umum massal yang berkualitas, nyaman, aman dan terjangkau. Pengadaan
transportasi umum massal yang berkualitas diharapkan dapat menurunkan jumlah
penggunaan kendaraan pribadi dan penggunaan bahan bakar fosil dapat berkurang.
Dalam menangani permasalahan transportasi umum akan dikembangkan sistem
angkutan yang modern dan tarif yang terjangkau. Program ini diarahkan agar mampu
memberikan pelayanan setara dengan angkutan pribadi. Integrasi efektif antar
angkutan, sistem informasi penumpang yang baik pada semua tingkat perjalanan
antara lain penerapan sistem tiket yang baik, armada angkutan umum yang selalu
diperbaiki, memenuhi persyaratan kenyamanan dan keselamatan, manajemen
operasional yang mampu meningkatkan keteraturan dan mekanisme waktu perjalanan
yang singkat dan efesien.
Pembenahan sistem transportasi umum memang bukanlah hal yang mudah,
namun bukan berarti tidak mungkin. Di butuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit
untuk mewujudkan sistem transportasi yang berkualitas. Bukan hanya Pemerintah
dan instansi terkait yang harus bertanggung jawab memperbaiki sistem transportasi
umum Indonesia, seluruh masyarakat pun harus bisa berperan aktif dalam membantu
pemerintah dalam proses membangun dan menjalankan sistem tranpotasi umum
Indonesia saat ini.
Penyelesaian masalah atau solusi dari sisi regulasi berupa rekomendasi dari
penulis adalah:
13
a. menggunakan Mobil Penumpang Sedan yang memiliki 3 (tiga) ruang atau
Mobil Penumpang Bukan Sedan yang memiliki 2 (dua) ruang paling sedikit
1.000 (seribu) sentimeter kubik;
b. menggunakan tanda nomor kendaraan bermotor dengan warna dasar hitam
tulisan putih atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. memiliki kode khusus sesuai dengan penetapan dari Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
d. dilengkapi dengan tanda khusus berupa stiker yang ditempatkan di kaca depan
kanan atas dan belakang dengan memuat informasi wilayah operasi, tahun
penerbitan kartu pengawasan, nama badan hukum, dan latar belakang logo
Perhubungan;
e. identitas pengemudi ditempatkan pada d a s h b o a rd kendaraan atau tertera
pada aplikasi yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan Angkutan
sewa khusus;
f. dilengkapi Dokumen Perjalanan yang Sah; dan
g. mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan masyarakat di dalam
kendaraan yang mudah terbaca oleh Pengguna Jasa.
14
B. Evaluasi dan Analisis Dampak Kebijakan Daerah Kota Tanjungpinang:
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah
Gender adalah konsep yang mengacu pada perbedaan peran, fungsi dan
tanggungjawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh
keadaan sosial dan budaya masyarakat. Kebijakan pelaksanaan pengurusutamaan gender
dalam pembangunan daerah yang alam rangka meningkatkan kedudukan, peran, kualitas
perempuan, dan upaya mewujudkan kesetaraan serta keadilan gender dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dipandang perlu melakukan
strategi pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan nasional mulai
dari proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, penganggaran, pemantauan, evaluasi
atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan di daerah tertuang dalam Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2016, kita dapat mengetahui seberapa besarkah peran regulasi
ini dalam pelaksanaan kebijakan gender di Kota Tanjungpinang.
1. Regulasi Kebijakan Gender di Kota Tanjungpinang
Regulasi kebijakan gender ini termasuk baru dibentuk oleh Kota Tanjungpinang
walaupun sebelumnya telah ada Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional namun tidak begitu gencar
dilakukan sosialisasi terhadap publik karena masih adanya kesenjangan antara
kedudukan laki-laki dan perempuan dalam seluruh lintas pembangunan. Hal itu diukur
dari aspek akses, partisipasi, manfaat dan kontrol yang terjadi disemua dimensi
pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, teknologi, lingkungan dan
pertahanan-keamanan. Sesuai dengan Pasal 2 Perda Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Pelaksanaan Pengurusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah menyatakan bahwa
azas, maksud dan tujuan dengan adanya kebijakan gender berupa turunan Peraturan
Daerah berbunyi:
15
a. memberikan acuan bagi aparatur pemerintah daerah dalam menyusun
strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan,
pelaksanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan di daerah;
b. mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui
pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan
penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan;
c. mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan
berkeluarga, berbangsa dan bernegara;
d. mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsif gender;
e. meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan
tanggungjawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya
pembangunan; dan
f. meningkatkan pemberdayaan perempuan.
16
2) Belum memadainya kapasitas kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, terutama
sumber daya manusia, serta ketersediaan dan penggunaan data terpilah menurut jenis
kelamin dalam siklus pembangunan; dan
3) Masih rendahnya pemahaman mengenai konsep dan isu gender serta manfaat PUG
dalam pembangunan. Dari sisi hasil pembangunan dapat dilihat dari Indek
Pembangunan Manusia (IPM), Indek Pembangunan Gender (IPG), dan Indek
Pemberdayaan Gender (IDG). Hasil yang dicapai selama ini dalam IPM Kota
Tanjungpinang mencapai 75.25 % diatas rata-rata nasional (71,17), sedangkan IPG
adalah 61.61 % juga diatas sedikit rata-rata nasional (66,38) sedangkan (Gender
Empowerment Measurement/GEM) atau Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), yang
diukur melalui partisipasi perempuan di bidang ekonomi, politik, dan pengambilan
keputusan. IDG Kota Tanjungpinang menunjukkan angka yang rendah 51.38 %, lebih
rendah dari angka nasional yaitu (62,3.) Hal ini sejalan dengan permasalahan-
permasalahan pada tiap bidang pembangunan yang mengindikasikan masih tingginya
angka kemiskinan, masih rendahnya tingkat pendidikan perempuan, rendahnya
kesehatan Ibu dan Anak, lemahnya partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi
dan politik serta, masih tingginya kekerasan dan masih adanya perdagangan manusia
dan anak (Trafficking). Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil pembangunan yang
dilaksanakan selama inimasih belum memberikan manfaat secara optimal bagi
perempuan dan laki-laki secara seimbang.
17
serta dilembaga-lembaga Pemerintah (Eksekutif dan Legislatif) dan swasta, khususnya
di Kota Tanjungpinang
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inovasi dari pemanfaatan teknologi komunikasi dengan menggabungkan
pelayanan yang nyaman bagi masyarakat salah satunya adalah keberadaan transpotasi
online yang kini marak digunakan. Penyelenggaraan jasa transportasi online yang tidak
mungkin kita hindari karena adanya kemajuan teknologi persaingan bisnis yang muncul
antara bisnis transportasi konvensional dengan transportasi online yang pada awalnya
tidak mempunyai regulasi sehingga timbul konflik. Padahal transportasi online dapat
memudahkan bagi masyarakat yang menggunakannya dengan berbagai alasan salah
satunya kecemasan akan sistem trasportasi di Indonesia masih belum tertata. Namun
dengan adanya Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 108
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor
Umum Tidak Dalam Trayek pelaku usaha jasa transportasi online sudah diizinkan oleh
pemerintah dengan melengkapi syarat ketentuan untuk semua layanan transportasi
online wajib mendaftarkan pengemudinya ke dalam bentuk badan usaha karena sudah
dilegalkan oleh pemerintah. Jadi, transportasi online sudah dapat dioperasikan di
berbagai wilayah Indonesia walaupun dengan regulasi yang menjadi abu-abu untuk ojek
online karena tidak adanya peraturan untuk menjamin keselamatan pengemudi ojek
online dan penumpang yang menggunakan aplikasi transportasi online.
Serta kebijakan gender di Kota Tanjungpinang sangat diperlukan di Kota
Tanjungpinang dengan mewujudkan kesejahteraan dan kesetaraan gender terutama
terhadap para perempuan. Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam partai politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan nasional maupun pembangunan daerah khususnya di Kota
Tanjungpinang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Faried, Andi Syamsu Alam dan Sastro M. Wantu. 2012. Studi Analisa Kebijakan:
Konsep, Teori dan Aplikasi Sampel Teknik Analisa Kebijakan Pemerintah. Bandung:
PT Refika Aditama
Mulyadi, Deddy. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2015.
Jurnal
Pratiwi, Mutia Rahmi, Amida Yusriana dan Mukaromah. Konvensional vs Online? Analisi
Framing Berita Demo Taksi dalam Media Online TEMPO.CO. Jurnal Komunikasi
Massa Universitas Sebelas Maret Surakarta, ISSN: 1411-268X, Vol. 9, 2016,
Surakarta
Dokumen
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 108 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam
Trayek
Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan
Pengurusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah
Kedeputian Bidang Kajian Kebijakan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia;
2017; “Bijak Mengatur Transportasi Berbasis Online”; Policy Note Seri Kebijakan
Nomor: 005/DKK.PN/2017; Jakarta
Website
20