Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Komunikasi
Administrasi Publik
Oleh:
Kelompok 3
Adji Pratama (14101083)
Annisa Nurvadila (14101004)
Destya Liziana (15101015)
Fitri Puspita Sari (15101028)
Suci Rachma Rosanthy (14101146)
Yuna Foo Ventry (14101162)
Dosen Pembimbing:
Sri Ambarinah, MPM
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat tersusun hingga selesai. Yang mana
makalah ini membahas tentang KOMUNIKASI ORGANISASI. Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang KOMUNIKASI
ORGANISASI ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap para
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………….……….. 2
Daftar Isi…………………………………………………...…………………. 3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………….……………………………..… 4
B. Rumusan Masalah……………………….……………………………. 5
C. Tujuan……………………….……………………………..…............. 5
BAB II Pembahasan
A. Definisi Komunikasi Organisasi.……………………….………..…… 6
B. Dimensi-Dimensi Komunikasi Organisasi…………………………… 7
C. Komunikasi dan Kinerja………………………...………….….…….. 9
D. Komunikasi dan Motivasi……………………………...…………….. 11
E. Komunikasi dan Manajemen Konflik………………………………... 14
F. Public Relations dalam Komunikasi Organisasi……………………... 16
BAB III Penutup
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 20
Daftar Pusaka……………………………………………………………….... 21
Lampiran…………………………………………………………………….... 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-
hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana
saja berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya
bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan lancar dan berhasil, begitu pula sebaliknya, kurang atau tidaknya
komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Komunikasi yang efektif
adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi
dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan
kemampuan komunikasi mereka (Kohler, 1981). Untuk memahami komunikasi ini
dengan mudah perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep dasar komunikasi.
Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai
berikut, “organizational communications is the process of creating and
exchanging messages. Within a network of interdependent relationship to cope
with environmental uncertainly.” Atau dengan kata lain komunikasi organisasi
adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep
kunci, yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantun, hubungan lingkungan dan
ketidakpastian. Dawn dan Larimer mengemukakan 21 bidang yang diajarkan
dalam mata kuliah komunikasi organisasi yaitu komunikasi dari atasan kepada
bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, teori organisasi, komunikasi
horizontal, pembuatan keputusan, komunikasi kelompok kecil, kepemimpinan,
teknik penelitian, motivasi, interview, perubahan dan inovasi, pengelolaan konflik,
4
pengembangan organisasi, teknik konfrensi, teori manajemen, latihan konsultasi,
mendengar, kepuasan kerja, berbicara dimuka umum, menulis dan latihan yang
sensitif. Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi
organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat
disimpulkan, yaitu:
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang
dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya perasaannya, hubungannya
dan keterampilan/ skill.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari komunikasi organisasi?
2. Apa saja dimensi-dimensi komunikasi organisasi?
3. Apa hubungannya antara komunikasi dan kinerja?
4. Apa hubungannya antara komunikasi dan motivasi?
5. Apa hubungannya antara komunikasi dan manajemen konflik?
6. Apa pentingnya public relations dalam komunikasi organisasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari komunikasi organisasi.
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi komunikasi organisasi.
3. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi dan kinerja.
4. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi dan motivasi.
5. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi dan manajemen konflik.
6. Untuk mengetahui pentignya public relations dalam komunikasi organisasi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Komunikasi Oraganisasi
Redding dan Sanloorn (Muhammad, 2009:65) mengemukakan bahwa
komunikasi organisasi adalah pengirim dan penerima informasi dalam sebuah
organisasi yang kompleks. Terdapat empat arah aliran informasi dalam formal,
yaitu:
6
a) Komunikasi ke bawah (Download Communications), terjadi ketika informasi
mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada jabatan dengan otoritas
lebih rendah (Pace dan Favles, 2010: 184).
b) Komunikasi keatas (Upward Communication), ketika informasi mengalir
dari orang dengan otoritas jabatan lebih rendah (bawahan) ke yang lebih
tinggi (atasan).
c) Komunikasi horizontal (Horizontal Communication), ketika penyampaian
informasi terjadi diantara rekan sejawat dalam satu unit kerja yang sama.
d) Komunikasi lintas saluran (Diagonal Communications), terjadi ketika
muncul keinginan seseorang untuk melewati batas fungsional dengan
individu lain yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.
7
Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke
ata. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada
pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan intruksi-
intruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi kepada bawahannya.
Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-
pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan.
b) Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari
karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Proses dalam
komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi.
Komunikasi ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode
dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa
masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja
dan kepuasan kerja.
2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan
organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar,
komunikasi ini lebih banyak dilakukan kepada hubungan masyarakat daripada
pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah sebatas pada
hal-hal yang dianggap sangat penting saja.
a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang
dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan.
Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti : majalah organisasi
seperti artikel surat kabar atau majalah, pidato radio, film dokumenter,
brosur, poster, dan konferensi pers.
8
b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan
balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
9
profit oriented yang dihasilkan selama satu priode waktu tertentu. Menurut Torang
(2013:74) mengatakan kinerja adalah kualitas dan kuantitas hasil kerja individu
atau sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran
yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi. Tujuan kinerja adalah
menyesuaikan harapan kinerja individual dengan tujuan organisasi. Sedangkan
menurut Uno dan Lamatenggo (2012:70-71) berpendapat kinerja adalah skor yang
didapat dari gambaran hasil kerja yang dilakukan seseorang, atau dengan kata lain
kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang diperoleh melalui instrumen pengumpul
data tentang kinerja seseorang. Unjuk kerja tersebut berkaitan dengan tugas apa
yang di emban seseorang yang meruoakan tanggung jawab profesionalnya. Dari
berbagai macam definisi para ahli diatas maka dapat kita ketahui bahwa kinerja
merupakan skor gambaran kuantitas dan kualitas hasil-hasil fungsi pekerjaan atau
kegiatan seseorang maupun suatu kelompok dalam organisasi yang bersifat profit
oriented maupun non provit oriented, yang berpedoman pada norma, standar
operasional prosedur. Kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku
dalam organisasi demi tercapainya tujuan organisasi dalam priode tertentu.
Dalam hubungannya dengan organisasi, kinerja atau proses pelaksanaan
kerja dan hasil kerja suatu organisai dipengaruhi secara langsung oleh rencana dan
tindakan managerial, struktur organisasi dan kondisi lingkungan eksternal dan
internal. Sementara itu, rencana dan tindakan managerial serta struktur organisasi
juga dipengaruhi lingkungn eksternal dan internal sebelum memberikan pengaruh
pada kinerja organisasi (Wibowo,2008:69-70). Komunikasi yang baik antara
atasan dan bawahan sangat diperlukan dalam suatu organisasi, hal ini untuk
menunjang kinerja individu, serta tercapainya tujuan organisasi. Apabila tidak
terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan maka akan sulit bagi
organisasi untuk mencapai tujun tersebut. Hal ini dikarnakan kurangnya kinerja
karyawan yang diakibatkan oleh buruknya komunikasi yang dilakukan antara
atasan dengan bawahan.
10
D. Komunikasi dan Motivasi
Adanya keterkaitan komunikasi organisasi terhadap motivasi, yaitu
bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras
dengan semua kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan
perusahaan (Hasibun, 1999). Motif sering kali disamakan dengan dorongan.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat,
sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan
manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu.
Pendapat tersebut didukung oleh Jones (1997) mengatakan motivasi mempunyai
kaitan dengan suatu proses yang membangun dan memlihara perilaku ke arah
suatu tujuan.
Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi
tertentu yang dihadapinya. Karena itulah, terdapat perbedaan dalam kekuatan
motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu
dibandingkan dengan orang-orang lain yang menghadapi situasi yang sama.
Bahkan, seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi
situasi yang berbeda dan dalam waktu yang bersamaan maupun berlainan.
Dalam bekerja, motivasi menjadi sangat penting bagi tinggi rendahnya
produktivitas perusahaan tanpa adanya motivasi dari para karyawan untuk bekerja
sama bagi kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan
tercapai. Sebaliknya, apabila terdapat motivasi yang tinggi dari para karyawan
maka hal ini merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuannya (Gitosudarmo, 2001). Oleh karena itu, manajer harus selalu
menimbulkan motivasi kerja yang tinggi kepada karyawannya guna melaksanakan
tugas-tugasnya. Sekalipun harus diakui bahwa motivasi bukan satu-satunya faktor
yang memengaruhi tingkat prestasi kerja seseorang. Ada faktor lain juga ikut
memengaruhi seperti pengetahuan, sikap, kemampuan, pengalaman dan persepsi
peranan.
11
Tiap perbuatan senantiasa berkat adanya motivasi. Timbulnya motivasi
dikarenakan seseorang merasakan sesuatu kebutuhannya tertentu dan karenanya
perbuatan tersebut terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan telah
dicapai, maka akan merasa puas. Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri
seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
dibedakan atas faktor intern dan faktor ekstern yang berasal dari karyawan:
1. Faktor Intern
a) Keinginan untuk dapat hidup
Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia
yang hidup di muka bumi ini. Untuk mempertahankan hidup ini orang mau
mengerjakan apa saja, apakah pekerjaan itu baik atau jelek, apakah halal atau
haram dan sebagainya. Misalnya, untuk mempertahankan hidup manusia
perlu makan dan untuk memperoleh makanan, manusia mau mengerjakan
apa saja hasilnya yang dapat memenuhi kebutuhan untuk makan.
b) Keinginan untuk dapat memiliki
Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang
untuk mau melakukan pekerjaan. Hal ini dapat atau seringkali kita alami
dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa keinginan yang keras untuk dapat
memiliki itu dapat mendorong orang untuk bekerja. Contohnya: keinginan
untuk dapat memiliki sepeda motor dapat mendorong seseorang untuk mau
melakukan pekerjaan.
c) Keinginan untuk memperoleh penghargaan
Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui,
dihormati oleh orang lain. Untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi,
orang mau mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh uang, itu pun ia haus
bekerja keras. Jadi, harga diri, nama baik, kehormatan dan lainnya diraih
dengan bekerja keras memperbaiki nasib sebab status sosial diakui sebagai
orang terhormat tidak mungkin diperoleh bila yang bersangkutan termasuk
pemalas, tidak mau bekerja dan sebagainya.
12
d) Keinginan untuk memperoleh pengakuan
Bila kita perinci, maka keinginan untuk dapat memperoleh
pengakuan itu dapat meliputi hal-hal:
1. Adanya penghargaan terhadap prestasi.
2. Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak.
3. Pimpinan yang adil dan bijaksana.
4. Perusahaan tempat bekerja dihargai masyarakat.
e) Keinginan untuk berkuasa
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk
bekerja. Kadang-kadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi dengan cara-
cara tidak terpuji, namun cara-cara yang dilakukannya itu masih termasuk
bekerja juga. Apalagi keinginan untuk berkuasa atau menjadi pimpinan
dalam arti positif, yaitu ingin dipilih menjadi ketua atau kepala, tentu
sebelumnya si pemilih akan mencari tahu dan menyaksikan sendiri bahwa
orang itu benar-benar mau bekerja, sehingga ia pantas untuk dijadikan
penguasa dalam unit organisasi atau kerja.
2. Faktor Ekstern
a) Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana
kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang
dapat memengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja yang baik dan
bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan,
jelas akan memotivasi tersendiri bagi para karyawan dalam melakukan
pekerjaan dengan biak.
b) Kompensasi yang baik dan memadai
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para
karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang
13
memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk
mendorong para karyawan bekerja dengan baik.
c) Supervisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan
pengarahan, membimbing kerja para karyawan, agar dapat melaksanakan
kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan. Dengan demikian, posisi
supervisi sangat dekat dengan para karyawan dalam melaksanakan tugas
sehari-hari. Bila spervisi yang dekat dengan para karyawan ini menguasai
liku-liku pekerjaan dan penuh dengan sifat-sifat kepemimpinan, maka
suasana kerja akan bergairah dan semangat.
Oleh karena itu, pimpinan dalam perusahaan atau organisasi harus selalu
menimbulkan motivasi kerja yang tinggi kepada karyawannya guna melaksanakan
tugas-tugasnya. Komunikasi diperlukan dalam memberikan motivasi yang
menodorng seseorang untuk dapat beperilaku tertentu. Dengan komunikasi yang
baik maka seseorang akan termotivasi secara baik pula. Misalnya, sugesti positif
dari komunikasi yang mendorong seseorang untuk melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan seara benar.
Komunikasi sebagai interaksi dalam memberikan motivasi diartikan
sebagai suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi secara bergantian baik verbal
maupun non verbal. Komunikasi dan motivasi akan berorientasi pada pimpinan
dengan para karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan.
14
Sehingga tujuan organisasi bisnis dan kebutuhan serta keinginan pelanggan
disinergikan dalam kerangka hubungan yang saling menguntungkan.
Konflik sering muncul dan terjadi pada setiap organisasi dan gterdapat
perbedaan pandangan para pakar dalam mengartikan konflik. Micthell, B,
Setiawan, B, dan Rahmi, D.H (2001) menjelakan bahwa konflik atau
pertentangan pada kondisi tertentu mengindentifikasi sebuah proses pengelolaan
lingkungan dan sumber daya tidak berjalan secara efektif, mempertajam gagasan,
bahkan dapat menjelaskan kesalahpahaman. Kegagalan komunikasi di karenakan
proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara baik, pesan sulit di pahami oleh
karyawan karena perbedaan pengetahuan, kebutuhan, dan nilai-nilai yang di yakini
pimpinan. Gaya kepimpinan berdasarkan kontigensi berguna untuk memecahkan
masalah-masalah manajemen (Winardi,1990:221). Pendapat yang hampir sama di
kemukakan oleh Hersey, P. & Blanchard, K (1982:112) bahwa gaya
kepemimpinan kontigensi dapat berjalan secara efektif dalam menyelesaikan
masalah (konflik) dalam organisasi bergantung pada situasi yang di ciptakan.
1. Jenis-jenis konflik di kemukakan oleh Soekanto, S. (1981), jenis-jenis konflik
meliputi:
a) Konflik antar pribadi, disadari bahwa setiap individu mempunyai perbedaan
dan keunikan yang berati tidak ada dua orang individu yang sama persis
dalam aspek-aspek jasmaniah maupun rohaniahnya.
b) Konflik antar kelompok, selama peretentangan (konflik) di lakukan secara
juju, maka solidaritas kelompok tidak akan goyah.
c) Konflik antar kelas-kelas sosial, masyarakat terdiri dari beberapa lapisan
social yang hidup saling membutuhkan.
d) Konflik politik golongan dalam masyarakat adanya perbedaan dan
persaingan antar golongan-golongan dalam masyarakat, misalnya dalam
pemilihan umum perebutan kursi attau suara
15
e) Konflik berskala internasional antar I negara atau lebih karena terdapat
perbedaan dalam satu hal, misalnya perang dunia satu dan perang dunia ke
II.
16
Tujuan dari dijalankannya komunikasi organisasi adalah agar perusahaan
dapat menyampaikan maksud dan kebijakan kepada segenap public yang dimiliki.
(Eksternal dan Internal), sekaligus menyerap waktu mendatang guna memperoleh
penyesuaian penyesuaian dengan lingkungannya melalui public relations inilah
manajemen organisasi melakukan aktifitas komunikasinya, baik itu kepada public
internal seperti karyawan, manajemen dan public.
1. Peran Public Relations
Dalam era komunikasi, era komunikasi, era perang citra, atau apapun
nama eranya sekarang ini, peranan PR (Publik Relations) semakin diperlukan.
Publik relations adalah salah satu sub bidang ilmu komukasi, kendati secara
prkatis, komunikasi adalah backbone (tulang punggung) kegiatan PR (Publik
Relations). Konsep lainnya dari Publik Relation adalah sebagai “jembatan”
antar perusahaan atau organisasi dengan publiknya. Terutama tercapainya
mutual understanding (saling pengertian) antara perusahaan dengan publiknya.
Scott M.Cutlip, Aleenh Center dan Glen M. Broom (2000) dalam
bukunya efektif public relations menulis salah satu defenisi Publik Relations,
yakni (Publik Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap-sikap
publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur prosedur dari
individu atau organisasi atas dari kepentingan publik dan melaksanakan rencana
kerja untuk memperoleh pengertian dan publik).
17
relations industry dan bisnis public relations social, public internasional
(diadaptasi dari Kusumatuti 2002:37).
18
5. Publik Relations Internasional
Lahirnya public relations internasoanal, disebabkan adanya perubahan
sangat cepat didalam segak bidang, misalnya perkembangan bidang pariwisata,
bidang komunikasi, trasportasi, tukar menukar dibidang pendidikan (tuga
belajar mahasiswa dan dosen), masalah internasional dibidang ekonomi, politik
dan sebagainya. Penerapan public relations internasional, selain hubungan antar
Negara, juga adanya konferensi tingkat dunia yang dihadiri oleh banyak
Negara. Banyak badan yang tergabung dalam PBB, seperti UNESCO, WHO
dan UNICEF yang melakukan kegiatan-kegiatan yang berakibat langsung pada
kerja sama pendidikan dunia.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehidupan sehari-hari dirumah tangga, ditempat pekerjaan, dipasar, dalam
masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan
terlibat dalam komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang baik maka suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil, begitu pula sebaliknya, kurang atau
tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan terjalinnya
komunikasi yang baik dalam organisasi juga dapat menunjuang kinerja yang baik
untuk bawahan agar tujuan organisasi dpat tercapai.
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Romli, Khomsahrial. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: PT. Grasindo
Jurnal
Joski, Vincentzo Calviny, Yuliani Rachma Putri dan Lucy Pujasari Supratman; 2015;
“Pengaruh Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Guru di SMA Regina Pacis
Bogor”; Jurnal e-Proceeding of Management Universitas Telkom, Vol. 2, No. 2;
Bandung
Ishak, Aswad; 2012; “Peran Public Relations dalam Komunikasi Organisasi”; Jurnal
Komunikasi, Vol. 1 No. 4 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; Yogyakarta
21
LAMPIRAN I: STUDI KASUS 1
22
Melalui kegiatan-kegiatan semacam ini, terjadilah komunikasi organisasi, yaitu
pengiriman dan penerimaan informasi dalam sebuah organisasi. Bidang komunikasi
organisasi antara lain komunikasi interpersonal, hubungan pengelola, komunikasi
downward, upward, horizontal, diagonal, keterampilan berbicara, mendengarkan,
menulis, dan evaluasi program (Redding & Sanborn dalam Muhammad, 2009: 65).
A. Komunikasi Formal
23
jabatan yang lebih rendah (Davis dalam Pace dan Faules, 2010: 184), namun,
‘tidak dibenarkan’ apabila seorang LCP langsung memberikan arahan kepada
manajer dan staff.
LCP
LCVPs
Managers
Staffs
24
komunikasi tatap muka, komunikasi dapat lebih efektif. Baik pengirim maupun
penerima pesan merasa masalah akan lebih mudah terselesaikan apabila
dibicarakan dengan bertemu bersama-sama. Itulah sebabnya, pada AIESEC LC
UNS weekly meeting harus sebisa mungkin dilaksanakan. Apabila sedang
dalam masa libur perkuliahan, maka meeting harus tetap diselenggarakan secara
virtual.
LCP
LCVPs
Managers
Staffs
25
b) Pelaksanaan Komunikasi ke Atas AIESEC LC UNS
Sama halnya dengan komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas
utamanya terjadi pada forum rutin seperti weekly meeting. Weekly meeting
merupakan sarana bagi para atasan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang
harus mulai dilakukan (start), dilanjutkan (continue), dan dihentikan (stop)
melalui masukan-masukan dari bawahan. Namun, di luar forum tersebut
seorang bawahan diperbolehkan, bahkan menurut para informan, sangat
diperbolehkan untuk setiap saat menghubungi atasannya apabila ada hal yang
ingin disampaikan terkait dengan tugas yang diberikan oleh atasan. Member
juga merasa tidak keberatan untuk meminta personal meeting, yaitu meeting
yang sifatnya hanya empat mata kepada atasannya.
c) Hambatan Komunikasi ke Atas dan Peran Executive Board dalam
Mengatasinya
Dalam kasus yang terjadi pada AIESEC LC UNS, hambatan
komunikasi ke atas utamanya ditemukan pada member newie sebutan bagi
member AIESEC yang baru saja bergabung. Apabila mengacu pada pendapat
Davis (dalam Pace dan Faules, 2010: 191), newie masih merasa bingung untuk
mengungkapkan pendapatnya terhadap para atasan (dan mungkin member lain
yang telah lebih dahulu bergabung). Terlebih, newie juga belum terlalu
mengerti AIESEC seperti layaknya para atasan maupun member lain.
Peran EB sebagai jajaran top managers sangatlah penting dalam
membangun komunikasi ke atas. LCVP sebagai seorang leader, harus mampu
memancing semua member di departemennya termasuk newie agar lebih
partisipatif dan berani berpendapat. Terlebih, dari sisi AIESEC, keberanian
menyampaikan pendapat termasuk kepada atasan dianggap sesuai dengan salah
satu nilai AIESEC yaitu “enjoying participation” dan BHAG AIESEC untuk
“engage and develop every young person in the world”.
26
3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communications)
a) Pola dan Tujuan Komunikasi Horizontal AIESEC LC UNS
Pada AIESEC LC UNS, komunikasi horizontal yang muncul akibat
koordinasi tugas hanya dialami ketika beberapa departemen sedang terlibat
dalam project yang sama dan komunikasi demikian hanya muncul pada level
LCVP.
LCP
Manager Manager
Staff Staff
27
terdapat tiga bentuk komunikasi horizontal menurut Muhammad (2009:123)
yang terjadi pada AIESEC LC UNS.
Pertama, rapat komite. Sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya, AIESEC LC UNS memiliki forum-forum yang mempertemukan
baik satu maupun antartim seperti weekly meeting, LC meeting, EB hearing,
dan lain-lain. Forum-forum berformat meeting ini mempertemukan member
dengan berbagai posisi, sehingga memungkinkan pula terjadinya komunikasi
horizontal di antara rekan sejawat. Kedua, interaksi informal pada jam istirahat.
Komunikasi horizontal terjadi seperti pada saat acara AIESEC LC UNS atau di
office AIESEC LC UNS. Terakhir, percakapan telepon. Meski Anggraini
Kusuma memang menyebut bahwa komunikasi horizontal salah satunya
melalui telepon, namun sesuai dengan perkembangan jaman, komunikasi juga
dilakukan melalui media chatting. Menggunakan aplikasi chatting, kini
mempercepat dan menambah kontak bisa dengan mudah dilakukan. Terlebih,
beberapa aplikasi chatting kini juga telah menyediakan fitur telfon melalui
internet yang biayanya lebih murah dibanding dengan telepon melalui operator.
28
LCP
LCVP LCVP
29
meeting merupakan forum evaluasi AIESEC LC UNS yang diikuti oleh satu LC
secara keseluruhan.
B. Komunikasi Informal
Komunikasi informal mengalir di antara anggota organisasi tanpa
memperhatikan hubungan posisional, kalaupun ada mungkin sedikit (Muhammad,
2009: 124). Aliran pesan komunikasi informal bersifat lebih pribadi (Pace dan
Faules, 2010: 199). Komunikasi informal muncul dari interaksi di antara individu,
sehingga informasi dapat mengalir dari segala arah tanpa dapat diduga sehingga,
jaringannya disebut dengan selentingan. Selentingan disebut juga dengan kiasan
grapevine yang secara bahasa berarti “pohon anggur” (Pace dan Faules, 2010:
200).
1. Kegiatan yang Menunjang Munculnya Komunikasi Informal
a) Team Building
Di awal term, AIESEC LC UNS mewajibkan tiap-tiap tim untuk
menyelenggarakan team building. Melalui team building, seorang anggota
diharapkan mampu mengenal tim yang akan bekerja sama dengan dirinya
selama satu term dengan baik. Pada team building, masing-masing anggota tim
saling berkenalan, serta berbagi satu sama lain termasuk apa saja hal-hal yang
diharapkan selama tergabung sebagai anggota tim tersebut.
b) Team Days
Di akhir quarter, selain melakukan evaluasi tugas-tugas secara
personal maupun tim, AIESEC LC UNS juga memiliki kegiatan refleksi bagi
setiap tim yang bernama “team days”. Meski dilaksanakan di setiap quarter,
bagi member AIESEC LC UNS, team days tidak bisa disamakan dengan istilah
“evaluasi”. Team days merupakan kegiatan lain sebagai sarana “refleksi” satu
tim atas satu quarter yang sudah berlalu. Refleksi yang dimaksud adalah
refleksi atas kualitas tim, bukan kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh masing-
masing member.
30
c) Team Bonding
AIESEC LC UNS mengadakan team bonding, yaitu sebuah kegiatan di
mana member AIESEC LC UNS pergi bersama murni untuk bersenang-senang
dan melupakan sejenak tugas, masalah, maupun beban yang ada di dalam
organisasi. Team bonding dapat diselenggarakan dengan rencana terlebih
dahulu maupun insidensial.
d) Conference
Conference AIESEC, baik national conference maupun local
conference, pada umumnya berlangsung paling tidak tiga hari. Dalam kurun
waktu tersebut, peserta mengikuti berbagai sesi pemberian materi yang
berhubungan dengan AIESEC (AIESEC knowledge). Di luar sesi tersebut, para
peserta dipersilakan untuk saling mengakrabkan diri dan di sinilah komunikasi
informal terjadi. Tidak hanya bertemu pada saat sesi pemberian materi, member
merasa bagaimana mereka berangkat dan pulang bersama hingga menginap
bersama menyebabkan terjadinya banyaknnya pesan yang mengalir serta
interaksi yang terjadi.
e) Kegiatan-kegiatan Lain
Di luar meeting dan empat kegiatan di atas, komunikasi informal
muncul pada beberapa kegiatan lain, seperti welcoming dan farewell party EP,
welcoming party member baru, photo session, dan pelaksanaan piket.
2. Informal yang Terjadi pada AIESEC LC UNS
Pada AIESEC LC UNS, grapevine cenderung menyebar di dalam
sebuah tim seperti tim departemen, tim EB, tim project daripada antartim.
Perpindahan pesan terjadi dari satu orang ke orang yang lain dalam sebuah
kelompok. Hal tersebut sejalan dengan sifat grapevine yang merupakan
interaksi dari mulut ke mulut (Pace dan Faules, 2010: 200). Anggota tim yang
lain saling menimpali informasi yang disampaikan, karena baik laki-laki dan
perempuan sama aktifnya dalam komunikasi informal (Muhammad, 2009:
126). Grapevine dapat mengalir kapan saja seperti di sela-sela meeting,
31
conference, dan kegiatan-kegiatan AIESEC yang lain. Bahkan, didukung
dengan kemajuan teknologi seperti adanya grup Line membuat pesan-pesan
dapat mengalir dengan lebih cepat.
Grapevine dapat memberikan pengaruh bagi organisasi, baik pengaruh
yang baik maupun pengaruh yang kurang baik. Meski grapevine tidak dapat
ditekan dan dikontrol secara langsung oleh organisasi, namun grapevine dapat
dipengaruhi oleh cara-cara pimpinan berhubungan dengan anggota organisasi
lainnya (Muhammad, 2009: 126). Adanya upaya-upaya dari organisasi untuk
justru membangun komunikasi informal melalui berbagai kegiatan serta
grapevine yang memang secara alami terbentuk dalam sebuah organisasi
rupanya justru dipandang positif oleh member-member AIESEC LC UNS.
Menurut member, komunikasi informal justru berfungsi sebagai support dalam
menjalankan tugas dan membangun kedekatan antaranggota AIESEC LC UNS.
Pengaruh positif grapevine dapat pula dirasakan oleh hubungan atasan-
bawahan organisasi. Grapevine memberi feedback kepada pimpinan mengenai
sentimen bawahannya karena bagi bawahan, adanya jaringan komunikasi
informal memberi ruang untuk menyalurkan emosi. Grapevine juga membantu
menerjemahkan arahan pimpinan dalam bahasa yang lebih mudah dipahami
oleh bawahannya (Muhammad, 2009: 127).
32
STUDI KASUS 2
33
Tentunya dalam meningkatkan dan menjalankan website tersebut dengan
tujuan meningkatkan kualitas informasi dan hubungan publik secara elektronik,
pastilah terdapat kendala yang dialami oleh Biro Humas ini salah satunya terkait
masalah sumber daya manusia sebagai penunjang dalam keterbukaan informasi,
masalah yang terjadi adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM) untuk menaungi
atau menjalankan peran Humas dalam memberikan informasi secara elektronik ini.
Selain itu informasi yang tersedia di website dirasa juga masih kurang. Dari segi
kecepatan informasi atau pemberitaan dalam website dirasa cukup baik akan tetapi
informasi yang tersedia dalam website hanya menampilkan setiap kegiatan gubernur
dan sekda sementara informasi penunjang lain seperti masalah pendidikan, kesehatan
dan informasi sebagainya yang diperlukan masyarakat belum terpenuhi. Selain
daripada itu juga masih rendahnya pastisipasi masyarakat untuk mengakses informasi
secara elektronik. Peran dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk
mendukung kelancaran system ini agar terjadi hubungan yang timbal balik. Selain itu
kurangnya partisipasi masyarakat terhadap informasi elektronik ini dapat dilihat dari
kurangnya pengunjung website yang telah disediakan oleh Humas dan setiap harinya
mengalami penurunan. Yaitu pada bulan April jumlah pengunjung adalah 71237
sementara pada bulan mei 59784 (diakses http://www.kepriprov.go.id/index.php/1
43-berita/seputar kepri/2099 pada 18 Agustus 2016 ).
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh H.A.W Widjaja (2010:97) humas
yaitu menyebarkan informasi seperti menyediakan dan mengumpulkan bahan
informasi, paket informasi, dan atau bahan berita baik secara elektronik maupun non
elektronik. Dari hasil pembahasan diatas diketahui bahwa Biro Humas berperan
dalam memberikan informasi kepada public khususnya informasi yang bersifat
kepemerintahan. Humas dipercayakan pemerintah sebagai penyalur informasi-
informasi penting yang bermanfaat bagi masyarakat dan memberikan dampak positif
kepada masyarakat. Dalam menjalankan perannya ini Biro Humas bekerja sama
dengan media baik cetak maupun media elektronik. Media eklektronik yang
dimanfaatkan Humas sebagai alat perantara penyampaian informasi diantaranya
34
adalah portal pemerintah berbasis website, videotron, serta media media sosial seperti
twitter dan instagram. Disini humas memberikan informasi-informasi terkait
kepemrintahan kepada masyarakat dan didalamnya terdapat beberapa aplikasi untuk
menerima saran dan aspirasi masyarakat. Adanya ketersediaan portal pemerintah
berbasis website ini merupakan tahap awal dalam pengembangan electronic
government.
Dari pemaparan pada deskripsi pembahasan diketahui bahwa dalam
menjalankan perannya untuk memberikan informasi melalui media elektronik dalam
mewujudkan electronic government Biro Humas mengalami banyak hambatan-
hambatan yang menjadi kendala dalam mewujudkan perannya. Hambatan- hambatan
tersebut yaitu dari segi sumber daya manusia yang mana kemampuan dan jumlahnya
belum cukup mampu. Efek yang ditimbulkan dari kurangnya jumlah sumber daya
manusia adalah terjadinya tumpang tindih pekerjaan yang membuat pekerjaan tidak
maksimal dan efisien. Sedangkan dari segi kemampuan dibutuhkan sumber daya
manusia dengan latar belakang disiplin ilmu yang sesuai dibidangnya. Selain sumber
daya manusia, infrastruktur, sarana dan prasarana juga belum dapat mendukung
pekerjaan. Sarana elektronik sebagai media penyalur informasi saat ini memerlukan
perangkat-perangkat lain sebagai pendukung system tersebut. Hubungan dan
kerjasama antar instansi baik dalam pemerintahan maupun non pemerintah belum
terjalin harmonis, sementara hubungan kerjasama ini berpengaruh terhadap
informasi- informasi yang disediakan. Semakin banyak hubungan kerjasama yang
dibangun maka informasi yang tersedia juga semakin berkualitas.
Biro Humas dan Protokol Provinsi Kepri memiliki tugas menyediakan paket
informasi mengenai Kepala Daerah dan informasi penting lainya kepada masyarakat
luas. Dalam menjalankan perannya sebagai penyedia informasi, Humas menggunakan
banyak media secara elektronik maupun non elektronik dengan tujuan agar
mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi dimana dan kapan saja.
Humas dipercayakan pemerintah untuk mengembangkan dan menjalankan portal
35
pemerintah atau website Provinsi Kepulauan Riau yaitu kepriprov.go.id yang
dipergunakan sebagai media penyampai informasi kepada kalangan masyarakat luas.
Belum maksimalnya penerapan/ pelaksanaan eGovernment yang berbasis
situs web ini dikarenakan sumber daya manusia untuk mengelola website masih
kurang, sarana dan prasarana atau jaringan internet yang kurang bagus sehingga
dalam penggunaan eGovernment belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Kurangnya
Sumber Daya Manusia ini menjadi kendala besar dalam menjalankan portal
pemerintah, diperlukan orang yang cukup dan dengan kemampuan yang baik agar
portal ini berjalan dengan semestinya.
36