Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 3

“PERUBAHAN KURIKULUM DAN HASIL PENDIDIKAN AUD YANG


DIUNGKAPKAN FRIEDRICH FROBEL ”
(Makalah ini diajukan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengembangan
Kurikulum)

Dosen Pengampu : Dr. Heny Wulandari, M.Pd

Kelas : PIAUD B

Disusun Oleh :

1) ADELLA RAHMA LINA (2011070176)


2) ASTIKA YUNI DAHLIA (2011070175)
3) ECHA NOFALIA (2011070039)
4) ELVINA DAMAIYANTI (2011070063)
5) RAHAJENG PUTRI SIWI (2011070257)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan
dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar
kita tidak merasa kesulitan. Tujuan penyusunan makalah ini yaitu memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Kurikulum

Rumusan meteri ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlacarkan pembuatan Makalah ini.Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,kami menyadri sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun bahasa.oleh karna itu dengan senang hati kami
menerima kritik dan saran.

Bandar Lampung,10 September 2022

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kurikulum Di Jerman ................................................................2

B. Kurikulum Menurut Frobel..........................................................................3/5


C. Pendidikan Menurut Frobel…………………………………..6/12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................12

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Friederich Wilhelm August Fröbel (atau Froebel; 21 April 1782 – 21
Juni 1852) adalah salah satu tokoh pendidikan yang karya dan pemikirannya
masih dijadikan acuan bagi dunia pendidikan modern hingga saat ini.Froebel
adalah seorang tokoh pendidik raksasa yang pemikirannya banyak dipengaruhi
oleh sejumlah pemikir Jerman yang ternama dan berpengaruh pada akhir abad
18 dan awal abad 19, diantaranya Johann Friederich Herbart (1776-1831).

Melalui pengalamannya sebagai guru sekolah dasar selama bertahun-


tahun, Fröbel mengemukakan beberapa asas yang dianggap bermakna untuk
pelbagai tahap pendidikan.Fröbel mendasarkan pandangannya
tentang pendidikan atas dua dasar, dasar teologi dan dasar psikologi. Ia
beranggapan bahwa manusia terdiri dari dua unsur tersebut.Dalam proses
pengembangan kurukulum Froebel membagi tahapan kurikulumnya untuk
empat golongan / kelompok usia, yakni anak pra sekolah, taman kanak-kanak,
anak kecil dan anak tanggung.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kurikulum di Jerman

2. Bagaimana Kurikulum menurut frobel

3. Ungkapan -ugkapan Pendidikan menurut frobel

C. Tujuan
1. Memahami Perkembangan Kurikulum Di Jerman
2. Memahami pengembangan kurikulum oleh frobel
3. Memahami pendidikan menurut frobel

A.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kurikulum Di Jerman


Berdasarkan sejarah pendidikan di Jerman berasal dari dua sumber yaitu
gereja dan negara.Sudah menjadi tradisi semenjak awal abad pertengahan bahwa
gereja selalu terlibat dalam pendidikan, sedangkan the lander (asal mula kekuasaan
daerah) selalu pula mengatakan bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas
pendidikan. Pengumuman resmi wajib belajar pada beberapa daerah semenjak akhir
abad ke-17 dapat diangggaps ebagai penanda resmi bahwa pendidikan adalah
tanggung jawab negara.Semenjak itu, pengaruh gereja secara umum mulai berkurang.
Makamasalah pendidikan mulai saat itu terletak terutama padakekuatan politik,
paraguru, orangtua siswa/mahasiswa sebagai kelompok yang langsung terlibat untuk
menentukan keadaan pendidikan serta perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan
UUD Jerman 1949 Memberikan hak kepada setiap warga negara jerman untuk
dapat memilih jenis Pendidikan yang mereka inginkan dan diberikan akses
kepekerjaan yang diminatinya.Kurikulum dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan
sesuaiNegara bagian masing- masing dibawah kendali Lander
(pemerintahdaerah).Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum berbeda-beda
penekannannya, sesuai jenis sekolah.Namun paling tidak pada setiap jenis sekolah
menengah tersebut memuat materi pelajaran sebagai berikut:German; mathematics;
onforeign language (usuallyEnglish); natural and social sciences; music; art; and
sport.
Penilaian akhir tahun siswa didasarkan padahasilan alisis terhadap kinerja
siswa.Dari Grade2 (primer, umur tujuh) dan seterusnya, hanya terdapat laporan
setengah tahunan meliputi komentar terhadap kemajuan dan nilai yang diperoleh
dengan membanding kan kinerja mereka dengan selain iitu dalam sebuah kelompok
pengajaran. Terdapat satu kecenderungan kearah pelaporan proses belajar dan
kinerja, dan terhadap keikutsertaan kelas serta perilaku sosial disekolah.Anak-anak
yang nilainya danhal lainnya tidak cukup harus (dapat memilih)untuk mengulang
kembali diawal tahun baru. Tidak ada nilai ujian atau ijasah disekolah dasar, yang ada

2
hanya sebuah laporan kinerja siswa pada akhir tahun.Ujian nasional diselenggarakan
pada grade 10 dan 12.

B. Kurikulum Menurut Frobel


Froebel mendirikan kindergarten pertama pada tahun 1837, dengan rancangan
kurikulum yang telah terstruktur untuk anak dalam mencapai pemahaman tentang
lingkungan sekitarnya. Kurikulum yang dirancang Froebel meliputi pekerjaan atau
kegiatan seni, keahlian dan pembangunan. Semua kegiatan yang dirancang dilakukan
dalam bermain seperti bermain lilin, meronce, menggunting dan melipat kertas,
bernyanyi, permainan, bahasa dan aritmetika. Pendidikan taman kanak-kanak perlu
mengikuti sifat anak serta bermain merupakan suatu metode dari pendidikan dan cara
dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar.
Froebel membagi tahapan kurikulumnya untuk empat golongan / golongan
usia, yakni anak pra sekolah, taman kanak-kanak, anak kecil dan anak tanggung.
a. Pra sekolah
Tidak sewenang-wenang banyak ajaran yang didapat yang mengatakan bahwa karya-
karya tulis Foebel tentang kurikulum dapat dimanfaatkan oleh para ibu untuk
mendidik anak pra sekolah. Tetapi disini tidak sewenang-wenang 4 pelajaran yang
akan kita coba bahas dalam bukunya : Mottoes and Commenteries of Frobel’s Mother
play. Dalam buku tersebut, setiap bab terdiri dari selembar lukisan dari ukiran kayu,
sajak pendek dan penafsiran atas lukisan tersebut. Lukisannya berupa seorang anak
pra sekolah yang terlibat dalam beragam kegiatan berlandaskan asas swakaji, seperti :
Dalam sajak berjudul “Si anak Laki-laki dan Bulan Purnama”. Sajak ini mendorong
para ibu supaya jangan memberikan jawaban yang salah atas pertanyaan dan
keingintahuan anak, tetapi memberikan jawaban yang bijaksana, jujur dan memiliki
bibit kelicikan yang dapat mengembang menjadi pemahaman ilmiah dikemudian hari.
Dalam bab yang berjudul “Kerugian”. Melewati penggambaran kondisi yang
sedemikian rupa Froebel menolong para ibu untuk menjelaskan untuk anak pra
sekolah mengenai berperan hati-hati, waspada dan tidak gampang tergoda.
Pelajaran berjudul “Si Kecil sebagai Tukang Kebun”. Melewati kegiatan yang
berguna seperti berkebun, anak dapat dilatih untuk berperan secara bertanggung
jawab. Disini Froebel menekankan pada melibatkan anak pada suatu ronde
pembelajaran melewati kegiatan dan pengalaman.

3
Pelajaran mengenai “Beribadah di Gereja”. Melewati permainan, anak memasuki
dikenalkan untuk hal-hal / konsep rohani tetapi bukan dengan penjelasan definitif dan
sulit untuk pemikiran anak pra sekolah melainkan melewati ungkapan perasaan dan
gerak tubuh (ekspresi) iman sang ibu yang terlihat oleh anak.
Melewati buku dan karyanya, Froebel menolong para ibu untuk ‘mendidik’ anak usia
pra sekolah dengan memakai lukisan/gambar, sajak, cerita atau gerak tubuh sehingga
anak memperoleh suasana berusaha bisa yang menyenangkan sambil mempersiapkan
untuk pengalaman berusaha bisa yang semakin teratur dikemudian hari.

b. Masa Kanak-kanak (Taman Kanak-kanak)


Kurikulumnya pertama yaitu pelbagai peristiwa dan pekerjaan sehari-hari yang terjadi
dalam keluarga. Tetapi untuk anak kecil, Froebel merencanakan kurikulum yang
paling teratur, yang terdiri dari pemberian dan ketrampilan (kerajinan tangan),
permainan yang berporos pada nyanyian yang diikuti dengan gerak badan
berlandaskan dengan syair dan lagunya, pemeliharaan tanaman dan anjangsana.
Pemberian (Gifts) terdiri dari 6 pemberian berupa sebuah kotak kayu yang
didalamnya terdapat berjenis-jenis barang yang akan menolong anak untuk secara
bertahap berusaha bisa, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai untuk yang makin
konpleks.
a. Gift 1 – kotak kayu tidak sewenang-wenang pokoknya 6 bola dari benang wol
berwrna, merah, kuning, biru, jingga, hijau dan ungu, enam buah jarum, sepotong
belebas kayu pendek yang sudah dilubangi -> anak berusaha bisa tentang konsep
warna (dasar dan sekunder) dan berusaha bisa ‘melakukan sesuatu” dengan benda-
benda tersebut.
b. Gift 2 – Sama dengan gift sebelumnya tetapi benang wol ditukar dengan benda-
benda yang wujudnya berbeda-beda, tidak sewenang-wenang silinder, kubus dan bola.
-> anak berusaha bisa sifat khas setiap benda dan kegiatan memanfaatkannya secara
kreatif melewati jadi pemain yang terpimpin bersama guru.
c. Gift 3 – terdiri dari 8 kotak kubus yang sama agungnya yang membentuk sebuah
kotak kubus yang agung. -> anak berusaha bisa menghitung, berusaha bisa tentang
hubungan selang anggota dan keseluruhan.
d. Gift 4 – Sebuah kotak yang terbangun dari 4 balok persegi panjang, 2 kubus yang
sama agung, empat balok persegi empat -> anak berusaha bisa walaupun benda-benda

4
tersebut berlainan wujud dan ukurannya tetapi dapat membentuk satu kesatuan yaitu
kubus yang agung.
e. Gift 5 – Wujud kubus masih tidak sewenang-wenang tetapi kali ini wujudnya
semakin majemuk, terdiri dari kubus, kubus yang dipotong menjadi dua supaya
membentuk dua buah segitiga, kubus lain yang dipotong membentuk 4 segitiga ->
anak berusaha bisa tentang hubungan-hubungan yang semakin sulit dan kompleks.
f. Gift 6 – Kotak mempunyai wujud kubus tetapi bagian-bagiannya tidak lagi kubus
atau bagian-bagain yang dapat menjadi kubus -> menuntut pemahaman dan
ketrampilan anak.
Kerajinan Tangan – pengalaman berusaha bisa yang berporos pada penggunaan bahan
yang dapat digunting, dilipat, dicat -> semua bahan yang dapat dibentuk kembali
menurut hasrat anak dan diasuh oleh guru. Tujuannya mempersiapkan anak untuk
tugas dikemudian hari, memakai dan memanfaatkan peralatan serta perkakas yang
tidak sewenang-wenang. Disini sebenarnya Froebel juga telah menaruh perhatian
pada pendidikan kejuruan.Nyanyian yang diikuti gerak badan – secara bersama
melewati permainan, nyanyian dan gerakan badan anak memperoleh pengalaman
yang menyenangkan secara pribadi tetapi juga berusaha bisa memiliki sikap sosial
yang selaras dan bagaimana memperagakan pekerjaan sama dalam golongan.
Pemeliharaan Tanaman (atau bianatang kecil) dan Anjangsana. – anak diajar untuk
mengamati, memperdalam ilmunya, memelihara dan bertanggung jawab melewati
pengalamannya.

c. Masa Anak Tanggung (Sekolah Dasar)


Kurikulumnya terdiri dari empat pelajaran utama : agama, ilmu ilmu lingkungan
kehidupan dan matematika, bahasa dan seni, serta karya seni.Agama menurut Froebel,
pengalaman agama terlampau penting untuk untuk dihafalakan saja, oleh karenanya
dia tidak mau mengajarkan inti katekismus tetapi dia memaberikan empat pengalaman
yang tergolong dalam vak pendidikan agama : nyanyian rohani dan doa
perbendaharaan gereja, peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus, tabiat Allah yang
dinyatakan dalam segala ciptaanNya, serta bimbingan yang menolong anak didik
menang atas kesulitan.Di sini Froebel membuka kelicikan kita bahwa pendidikan
agama bukan hanya sekedar ilmu tentang agama kita sendiri tetapi sebuah
pemahaman yang bertumbuh sejalan dengan ronde kehidupan. Bahkan melewatinya
anak diajar untuk merasakan kehadiran Allah dan melibatkanNya dalam pengalaman

5
wajar yang harus dia atasi.Selain menekankan kembali bahwa lingkungan kehidupan
sebagai pengejawantahan Allah dan sifat rohani dari seluruhnya, Froebel juga tidak
memakai buku sebagai sumber ilmu untuk anak didik melainkan segala hal yang tidak
sewenang-wenang di lingkungan kehidupan itu sendiri yang dipakai untuk menggali
dan memperoleh ilmu. Dengan bimbingan guru, anak didik dihalau untuk mencari dan
mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dalam hal matematika,
Froebel menekankan pada ilmu hitung.
Bahasa filosofi nya yaitu melewati bahasa seorang anak berusaha bisa bagaimana
menyatakan sifat dan ruang lingkup kehidupan.Berusaha bisa membaca, menulis,
menambah perbendaharaan kata, mengarang cerita yang berasal dari pengalaman anak
(menyampaikan gagasan). Yaitu bentuk-bentuk pendidikan bahasa untuk anak
sekolah landasan.
Seni dan karya seni-> melewati menggambar, mengecat dan membuat benda-benda
dari tanah liat, anak diajar untuk mengungkapkan perasaannya. Anggota ini sama
bobotnya dengan anggota pelajaran lainnya karena melewati pengalaman berusaha
bisa seni ini anak dapat mengekspresikan pemahaman dan ilmunya.

3. Pendidikan Menurut Frobel


I. Landasan Ilmu Jiwa
Dalam landasan ilmu jiwa ini Froebel tidak memberikan batas-batas umur
tertentu. Dia hanya memakai tiga tahap yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, dan pada
masa tanggung. Selain itu, hal itu dituturkan Froebel karena perkembangan menurut
Froebel terjadi bukan karena umur tetapi apabila seorang anak sudah dapat memenuhi
kebutuhannya patut itu sebagai anak maupun sebagai orang dewasa. Gagasan lain
Froebel tidak memakai batas-batas umur tertentu yaitu setiap tahap yang diberikan
Froebel memiliki ciri khas tertentu.
 Tahap Bayi (masa ketergantungan)
Pada anggota ini Froebel menamakannya sebagai tahap “pendahuluan” anggota
“dasar pendidikan. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk aktif dan orangtua harus
memperhatikan bayi sebelum bayi menunjukkan tindakan atau gerakan seperti
menangis. Hal itu perlu diterapkan untuk sang bayi supaya terjadi kesatuan baru yaitu
pertumbuhan batin dimana sang bayi akan menghormati orang yang tidak sewenang-
wenang disekitarnya. Pada tahap perkembangan ini bayi juga dinamakan Saugling

6
yaitu menghisap, maksudnya pada tahap ini bayi menangkap keanekaragaman dari
sekitarnya. Oleh karenanya, orang di sekitar bayi tersebut dapat mengembangkan
lingkungan yang sehat, terlindung, menarik, dan murni. Selain itu, Froebel juga sangat
menekankan bahwa setiap gerakan bayi haruslah diamati mulai dari bayi tersebut
tersenyum, sedang diam, dan juga kala bayi tersebut tidak sewenang-wenang dalam
pangkuan ibu.
 Masa kanak-kanak (masa awal pendidikan)
Froebel mengatakan bahwa tahap ini yaitu masa awal pendidikan karena pada tahap
ini anak sudah mulai dapat mengucapkan kata benda. Namun, kata yang pertama yang
diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan yaitu kewajiban orang tua atau
pendampingnya untuk memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan kata
yang diceritakan anak tersebut dengan tidak sewenang-wenang. Selain pengucapan,
Froebel juga menekankan mengenai jadi pemain dan menarik hubungan selang jadi
pemain dengan pengalaman pendidikan. Menurut Froebel, jadi pemain yaitu ronde
dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi. Oleh karenanya, ruang gerak anak
tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang anak dibatasi karenanya itu sama
dengan mengikat nalar anaknya karena dia tidak lepas sama sekali untuk menjelajahi
lingkungannya. Masa kanak-kanak ini kesudahannya apabila seorang anak sudah
memiliki pengalaman lahiriah dan menjadikannya sebagai pengalaman batiniah.
 Masa anak tanggung (masa untuk belajar)
Dalam anggota ini, anak sudah mulai mendapat pendidikan secara formal
dan sistematis patut itu di bawah bimbingan guru maupun di bawah bimbingan orang
tua. Titik beratnya ialah usaha untuk memperoleh ilmu tentang hal-hal yang lahirial,
khas, dan khusus. Dalam tahap ini, Froebel juga menekankan bahwa anak memiliki
kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu dan dalam mengerjakan sesuatu alangkah
patutnya bila orangtua memperhatika apa yang dikerjakan anak dan memberikan
dukungan dan apabila pekerjaan tersebut habis karenanya orang tua selayaknya
memuji perkerjaan anak tersebut. Dalam tahap ini juga anak sudah mulai berkenaan
dengan orang-orang di sekitarnya sebagai contoh orang-orang di sekitarnya
menyadari bahwa anak ini memiliki sifat yang buruk. Namun, menurut Froebel sifat
buruk yang muncul dari anak ini diakibatkan oleh lingkungannya. Menurut Froebel,
seorang anak menjadi nakal karena di lingkungannya dia tidak diperlakukan dengan
patut.

7
II. Hakekat Pendidikan
Menurut Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin
atau menuntun manusia kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan
apa yang menghantar manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam menuju
sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari manusia).
Dalam hubungan dengan itu Froebel menyajikan empat prinsip mendasar yang
perlu diperhatikan dalam pendidikan. Pertama, bahwa perkembangan alamiah
menyatakan dirinya dalam perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam
pengajaran tentang ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua, pendidikan
harus diatur demi harmonisnya dengan perkembangan alam yang natural dari anak-
anak. Ketiga, pendidikan harus membuka dan mengembangkan keseluruhan pribadi
manusia, agama seharusnya diajarkan dalam rangka mengolah emosi; alam harus
dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus diapresiasikan sebagai
simbol hukum universa. Bahasa juga menghubungkan manusia dengan hukum dan
ritme  benda-benda dan harus menjadi bagian dari pendidikan. Keempat, seni harus
diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat menghadirkan
keharmonisan dalam diri manusia.

III. Tujuan Pendidikan


Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh dari
individu: semua daya individu, dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi
harmonis dengan alam, masyarakat dan Tuhan. Namun menurut Froebel tujuan ini
tidak dapat dibebankan kepada anak; sebab dia harus mengusahkannya bagi dirinya
sendiri melalui aktivitas yang ekspresif dari kekuatan-kekuatan yang masih
tersebunyi. Mereka yang telah mencapai tujuan tersebut akan mampu menunjukan
satu karakter yang solid dan tetap yang memberinya integritas dalam setiap situasi dan
kebiasaan intelektual yang memungkinkan dia untuk mendapatkan pengetahuan
ketika perlu.
Pendidikan seperti yang dimaksudkan oleh Froebel ini adalah untuk
mengembangan keutuhan anak-anak tanpa pemaksaan melainkan anak-anak dibantu
untuk menumbuhkembangkan sendiri talenta-talentanya yang tersembunyi dalam
dirinya lewat pengawasan yang ada. Dengan demikian anak-anak diberikan kebebasan
untuk mengekspresikan diri lewat metode yang ada untuk membentuk diri yang
memungkinkan dia tetap dalam karakternya ketika berhadapan dengan berbagai

8
situasi yang ada di lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang
baru sejauh perlu

IV. Metodologi
Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan
individu. Dalam tahapan permulaan dia menganjurkan agar seharusnya menggunakan
metode yang memungkinkan ekspresi spontan dalam diri individu. Sedangkan pada
tahapan akhir dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan
perkembangan individu. Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus
disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-
anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak pada suatu kesadaran
diri dalam suasana bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan,
mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel permainan
merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Dalam pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan
kurikulum pendidikan yang terecana dan sistematis.  Bagi dia yang menjadi dasar
bagi kurikulum tersebut adalah gift dan occupation: pemberian yang menyediakan
permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa dibuat dengan permaianan yang
ada.kemudian ada beberapa jenis metode yang dipakai Froebel untuk
mengembangkan seseorang berlandaskan tabiatnya, yaitu : berdoa, percakapan,
menghafalkan (walaupun hanya tahap sekunder), mengucapkan jawaban secara
bersama-sama (secara berirama), jadi pemain, swakaji (guru tidak berceramah),
meninjau dan memeriksa, pelaporan (lisan maupun tertulis), berdiskusi, mengajarkan
berlandaskan pola-pola (khusunya dalam vak bahasa), menuturkan cerita, latihan dan
ulangan.
 Peranan Guru
Di sini Froebel menekankan pada pentingnya peranan guru untuk
mempersiapkan pengalaman berusaha bisa, merencanakan pengalaman
berusaha bisa selengkap mungkin tetapi bersedia terus mengevaluasi rencana
itu demi pengalaman berusaha bisa yang semakin dalam untuk si anak didik.
Oleh karena tugas dan peranan guru yang tidak sesederhana itu,
Froebel menitik beratkan pada panggilan hidup seorang guru ketimbang hanya
pada bakatnya saja.
 Peranan Keluarga

9
Di sini Froebel kembali mengangkat peranan ayah yang sama
pentingnya dengan pernan Ibu dalam ronde perkembangan dan pendidikan
anak. Keluarga harus menjadi wadah yang dapat mengembangkan semua
kemungkinan yang tersirat dalam tabiat anak sebagai mahluk yang dibuat
segambar dengan Allah.
Froebel melihat orang tua / keluarga yaitu kunci untuk memperbaharui
pendidikan, hal ini terwujud dalam wujud buku pegangan untuk kaum ibu.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Froebel mengembangkan kekayaan yang terdapat dalam masa kanak-kanak”.
Bagaimana dia meletak dasar-dasar yang terinci mempersiapkan anak pra sekolah (di
bawah 6 tahun sekarang) memasuki lingkungan kehidupan pendidikan yang
sesungguhnya.
Sangat banyak pemikiran dan metode –metode pendidikan anak pra sekolah
yang ditawarkan Froebel, masih dipakai sampai kala ini, misalnya seperti urutan
pemakaian kotak-kotak pemberian (gifts), bernyanyi dengan menggerakkan anggota
badan, kerajinan tangan dll. Walaupun sudah berlainan persis tetapi urutan kegiatan
berpikir dan konsepnya masih sama.

11
DAFTAR PUSTAKA

a b c d e f g h Boehlke, Robert. R; "Friedrich W.A. Froebel, Pendiri Taman Kanak-


kanak", dalam Sejarah Perkembangan Kelicikan dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Fröbel, F. (1826) Pada Pendidikan Manusia (Die Nenschenerziehung), Keilhau /


Leipzig: Wienbrach.
Friedrich Froebel 1826 Die Nenschenerziehung, hal. 2

“Friedrich W.A. Froebel, Pendiri Taman Kanak-kanak”, dalam Boehlke, Robert. R;


Sejarah Perkembangan Kelicikan dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1997). Hal. 272-367

http://p2k.unimus.ac.id/id3/1-3040-2937/Friedrich-Fr-Bel_49927_p2k-
unimus.html#Dasar_Ilmu_Jiwa

Berger, Manfred: 150 Jahre Kindergarten. Ein Brief an Friedrich


Fröbel. Frankfurt 1990

Berger, Manfred: Frauen in der Geschichte des Kindergartens. Ein


Handbuch. Frankfurt 1995

Fröbel, Friedrich (1900) The Student's Froebel: adapted from "Die Erziehung


der Menschheit" of F. Froebel, by William H. Herford. 2 vols. London:
Isbister, 1900-01. pt. 1. Theory of education—pt. 2. Practice of education
(Substantially a translation of Froebel's work, with editorial comments
and annotations)

12

Anda mungkin juga menyukai