Kelas : PIAUD B
Disusun Oleh :
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan
dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar
kita tidak merasa kesulitan. Tujuan penyusunan makalah ini yaitu memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Kurikulum
Rumusan meteri ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlacarkan pembuatan Makalah ini.Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontrubusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,kami menyadri sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun bahasa.oleh karna itu dengan senang hati kami
menerima kritik dan saran.
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................................................13
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Friederich Wilhelm August Fröbel (atau Froebel; 21 April 1782 – 21
Juni 1852) adalah salah satu tokoh pendidikan yang karya dan pemikirannya
masih dijadikan acuan bagi dunia pendidikan modern hingga saat ini.Froebel
adalah seorang tokoh pendidik raksasa yang pemikirannya banyak dipengaruhi
oleh sejumlah pemikir Jerman yang ternama dan berpengaruh pada akhir abad
18 dan awal abad 19, diantaranya Johann Friederich Herbart (1776-1831).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kurikulum di Jerman
C. Tujuan
1. Memahami Perkembangan Kurikulum Di Jerman
2. Memahami pengembangan kurikulum oleh frobel
3. Memahami pendidikan menurut frobel
A.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
hanya sebuah laporan kinerja siswa pada akhir tahun.Ujian nasional diselenggarakan
pada grade 10 dan 12.
3
Pelajaran mengenai “Beribadah di Gereja”. Melewati permainan, anak memasuki
dikenalkan untuk hal-hal / konsep rohani tetapi bukan dengan penjelasan definitif dan
sulit untuk pemikiran anak pra sekolah melainkan melewati ungkapan perasaan dan
gerak tubuh (ekspresi) iman sang ibu yang terlihat oleh anak.
Melewati buku dan karyanya, Froebel menolong para ibu untuk ‘mendidik’ anak usia
pra sekolah dengan memakai lukisan/gambar, sajak, cerita atau gerak tubuh sehingga
anak memperoleh suasana berusaha bisa yang menyenangkan sambil mempersiapkan
untuk pengalaman berusaha bisa yang semakin teratur dikemudian hari.
4
tersebut berlainan wujud dan ukurannya tetapi dapat membentuk satu kesatuan yaitu
kubus yang agung.
e. Gift 5 – Wujud kubus masih tidak sewenang-wenang tetapi kali ini wujudnya
semakin majemuk, terdiri dari kubus, kubus yang dipotong menjadi dua supaya
membentuk dua buah segitiga, kubus lain yang dipotong membentuk 4 segitiga ->
anak berusaha bisa tentang hubungan-hubungan yang semakin sulit dan kompleks.
f. Gift 6 – Kotak mempunyai wujud kubus tetapi bagian-bagiannya tidak lagi kubus
atau bagian-bagain yang dapat menjadi kubus -> menuntut pemahaman dan
ketrampilan anak.
Kerajinan Tangan – pengalaman berusaha bisa yang berporos pada penggunaan bahan
yang dapat digunting, dilipat, dicat -> semua bahan yang dapat dibentuk kembali
menurut hasrat anak dan diasuh oleh guru. Tujuannya mempersiapkan anak untuk
tugas dikemudian hari, memakai dan memanfaatkan peralatan serta perkakas yang
tidak sewenang-wenang. Disini sebenarnya Froebel juga telah menaruh perhatian
pada pendidikan kejuruan.Nyanyian yang diikuti gerak badan – secara bersama
melewati permainan, nyanyian dan gerakan badan anak memperoleh pengalaman
yang menyenangkan secara pribadi tetapi juga berusaha bisa memiliki sikap sosial
yang selaras dan bagaimana memperagakan pekerjaan sama dalam golongan.
Pemeliharaan Tanaman (atau bianatang kecil) dan Anjangsana. – anak diajar untuk
mengamati, memperdalam ilmunya, memelihara dan bertanggung jawab melewati
pengalamannya.
5
wajar yang harus dia atasi.Selain menekankan kembali bahwa lingkungan kehidupan
sebagai pengejawantahan Allah dan sifat rohani dari seluruhnya, Froebel juga tidak
memakai buku sebagai sumber ilmu untuk anak didik melainkan segala hal yang tidak
sewenang-wenang di lingkungan kehidupan itu sendiri yang dipakai untuk menggali
dan memperoleh ilmu. Dengan bimbingan guru, anak didik dihalau untuk mencari dan
mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dalam hal matematika,
Froebel menekankan pada ilmu hitung.
Bahasa filosofi nya yaitu melewati bahasa seorang anak berusaha bisa bagaimana
menyatakan sifat dan ruang lingkup kehidupan.Berusaha bisa membaca, menulis,
menambah perbendaharaan kata, mengarang cerita yang berasal dari pengalaman anak
(menyampaikan gagasan). Yaitu bentuk-bentuk pendidikan bahasa untuk anak
sekolah landasan.
Seni dan karya seni-> melewati menggambar, mengecat dan membuat benda-benda
dari tanah liat, anak diajar untuk mengungkapkan perasaannya. Anggota ini sama
bobotnya dengan anggota pelajaran lainnya karena melewati pengalaman berusaha
bisa seni ini anak dapat mengekspresikan pemahaman dan ilmunya.
6
yaitu menghisap, maksudnya pada tahap ini bayi menangkap keanekaragaman dari
sekitarnya. Oleh karenanya, orang di sekitar bayi tersebut dapat mengembangkan
lingkungan yang sehat, terlindung, menarik, dan murni. Selain itu, Froebel juga sangat
menekankan bahwa setiap gerakan bayi haruslah diamati mulai dari bayi tersebut
tersenyum, sedang diam, dan juga kala bayi tersebut tidak sewenang-wenang dalam
pangkuan ibu.
Masa kanak-kanak (masa awal pendidikan)
Froebel mengatakan bahwa tahap ini yaitu masa awal pendidikan karena pada tahap
ini anak sudah mulai dapat mengucapkan kata benda. Namun, kata yang pertama yang
diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan yaitu kewajiban orang tua atau
pendampingnya untuk memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan kata
yang diceritakan anak tersebut dengan tidak sewenang-wenang. Selain pengucapan,
Froebel juga menekankan mengenai jadi pemain dan menarik hubungan selang jadi
pemain dengan pengalaman pendidikan. Menurut Froebel, jadi pemain yaitu ronde
dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi. Oleh karenanya, ruang gerak anak
tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang anak dibatasi karenanya itu sama
dengan mengikat nalar anaknya karena dia tidak lepas sama sekali untuk menjelajahi
lingkungannya. Masa kanak-kanak ini kesudahannya apabila seorang anak sudah
memiliki pengalaman lahiriah dan menjadikannya sebagai pengalaman batiniah.
Masa anak tanggung (masa untuk belajar)
Dalam anggota ini, anak sudah mulai mendapat pendidikan secara formal
dan sistematis patut itu di bawah bimbingan guru maupun di bawah bimbingan orang
tua. Titik beratnya ialah usaha untuk memperoleh ilmu tentang hal-hal yang lahirial,
khas, dan khusus. Dalam tahap ini, Froebel juga menekankan bahwa anak memiliki
kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu dan dalam mengerjakan sesuatu alangkah
patutnya bila orangtua memperhatika apa yang dikerjakan anak dan memberikan
dukungan dan apabila pekerjaan tersebut habis karenanya orang tua selayaknya
memuji perkerjaan anak tersebut. Dalam tahap ini juga anak sudah mulai berkenaan
dengan orang-orang di sekitarnya sebagai contoh orang-orang di sekitarnya
menyadari bahwa anak ini memiliki sifat yang buruk. Namun, menurut Froebel sifat
buruk yang muncul dari anak ini diakibatkan oleh lingkungannya. Menurut Froebel,
seorang anak menjadi nakal karena di lingkungannya dia tidak diperlakukan dengan
patut.
7
II. Hakekat Pendidikan
Menurut Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin
atau menuntun manusia kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan
apa yang menghantar manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam menuju
sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari manusia).
Dalam hubungan dengan itu Froebel menyajikan empat prinsip mendasar yang
perlu diperhatikan dalam pendidikan. Pertama, bahwa perkembangan alamiah
menyatakan dirinya dalam perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam
pengajaran tentang ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua, pendidikan
harus diatur demi harmonisnya dengan perkembangan alam yang natural dari anak-
anak. Ketiga, pendidikan harus membuka dan mengembangkan keseluruhan pribadi
manusia, agama seharusnya diajarkan dalam rangka mengolah emosi; alam harus
dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus diapresiasikan sebagai
simbol hukum universa. Bahasa juga menghubungkan manusia dengan hukum dan
ritme benda-benda dan harus menjadi bagian dari pendidikan. Keempat, seni harus
diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat menghadirkan
keharmonisan dalam diri manusia.
8
situasi yang ada di lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang
baru sejauh perlu
IV. Metodologi
Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan
individu. Dalam tahapan permulaan dia menganjurkan agar seharusnya menggunakan
metode yang memungkinkan ekspresi spontan dalam diri individu. Sedangkan pada
tahapan akhir dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan
perkembangan individu. Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus
disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-
anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak pada suatu kesadaran
diri dalam suasana bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan,
mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel permainan
merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Dalam pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan
kurikulum pendidikan yang terecana dan sistematis. Bagi dia yang menjadi dasar
bagi kurikulum tersebut adalah gift dan occupation: pemberian yang menyediakan
permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa dibuat dengan permaianan yang
ada.kemudian ada beberapa jenis metode yang dipakai Froebel untuk
mengembangkan seseorang berlandaskan tabiatnya, yaitu : berdoa, percakapan,
menghafalkan (walaupun hanya tahap sekunder), mengucapkan jawaban secara
bersama-sama (secara berirama), jadi pemain, swakaji (guru tidak berceramah),
meninjau dan memeriksa, pelaporan (lisan maupun tertulis), berdiskusi, mengajarkan
berlandaskan pola-pola (khusunya dalam vak bahasa), menuturkan cerita, latihan dan
ulangan.
Peranan Guru
Di sini Froebel menekankan pada pentingnya peranan guru untuk
mempersiapkan pengalaman berusaha bisa, merencanakan pengalaman
berusaha bisa selengkap mungkin tetapi bersedia terus mengevaluasi rencana
itu demi pengalaman berusaha bisa yang semakin dalam untuk si anak didik.
Oleh karena tugas dan peranan guru yang tidak sesederhana itu,
Froebel menitik beratkan pada panggilan hidup seorang guru ketimbang hanya
pada bakatnya saja.
Peranan Keluarga
9
Di sini Froebel kembali mengangkat peranan ayah yang sama
pentingnya dengan pernan Ibu dalam ronde perkembangan dan pendidikan
anak. Keluarga harus menjadi wadah yang dapat mengembangkan semua
kemungkinan yang tersirat dalam tabiat anak sebagai mahluk yang dibuat
segambar dengan Allah.
Froebel melihat orang tua / keluarga yaitu kunci untuk memperbaharui
pendidikan, hal ini terwujud dalam wujud buku pegangan untuk kaum ibu.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Froebel mengembangkan kekayaan yang terdapat dalam masa kanak-kanak”.
Bagaimana dia meletak dasar-dasar yang terinci mempersiapkan anak pra sekolah (di
bawah 6 tahun sekarang) memasuki lingkungan kehidupan pendidikan yang
sesungguhnya.
Sangat banyak pemikiran dan metode –metode pendidikan anak pra sekolah
yang ditawarkan Froebel, masih dipakai sampai kala ini, misalnya seperti urutan
pemakaian kotak-kotak pemberian (gifts), bernyanyi dengan menggerakkan anggota
badan, kerajinan tangan dll. Walaupun sudah berlainan persis tetapi urutan kegiatan
berpikir dan konsepnya masih sama.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://p2k.unimus.ac.id/id3/1-3040-2937/Friedrich-Fr-Bel_49927_p2k-
unimus.html#Dasar_Ilmu_Jiwa
12