Anda di halaman 1dari 14

Lingkungan Pendidikan Islam

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah :Ilmu Pendidikan Islam

Yang Diampu Oleh:


Dr. Muhammad Muntahibun Nafis, M.Ag

Disusun Oleh:
1. Dhea Ayu Ananda (126210202059)
2. Anis Fitriani (126210202049)
3. Nala Inayah (126210201005)
4. Faiz Infradillah (126210203108)

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Lingkungan Pendidikan
Islam” tepat pada waktunya. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam, dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hj. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, selaku Dekan FTIK IAIN Tulungagung,
3. Bapak Dr. Muhammad Muntahibun Nafis, M.Ag. selaku dosen pengampu Ilmu
Pendidikan Islam,
4. Rekan kelompok kami yang sudah berkontribusi dalam permbuatan makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Adapun kesalahan dalam penyusunan kata, kalimat, ataupun ejaan, berasal dari keterbatasan
wawasan dan pengetahuan serta ketidaksengajaan kami. Oleh kareana itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berkah yang melimpah
bagi kami khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 18 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….1

C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Lingkungan Pendidikan Islam………………………………………………2


B. Alam Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam...............................................................2
C. Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam.........................................................3
D. Masyarakat Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam.....................................................4
E. Sekolah Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam...........................................................5
F. Tempat Ibadah Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat
dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa
sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau
lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit,
akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan
tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat
perhatian.
Makalah ini disusun sebagai pengantar untuk membahas mengenai lingkungan
pendidikan dalam pendidikan Islam. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif agar yang diharapkan dapat terpenuhi dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi lingkungan pendidikaan Islam?
2. Bagaimanakah alam sebagai lingkungan pendidikan Islam?
3. Bagaimanakah keluarga sebagai lingkungan pendidikan Islam?
4. Bagaimanakah masyarakat sebagai lingkungan pendidikan Islam?
5. Bagaimanakah sekolah sebagailingkungan pendidikan islam?
6. Bagaimanakah tempat ibadah sebagai lingkungan pendidikan islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi lingkungan pendidikan Islam.
2. Mengetahui hubungan alam sebagai lingkungan pendidikan Islam.
3. Mengetahui hubungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan islam
4. Mengetahui hubungan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan islam
5. Mengetahui hubungan sekolah sebagai lingkungan pendidikan islam
6. Mengetahui hubungan tempat ibadah sebagai lingkungan pendidikan islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lingkungan Pendidikan Islam


Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan di mana pendidikan itu
berlangsung. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan yang
berlangsung. Dalam berbagai kajian pendidikan, tidak banyak yang mengemukakan
pengertian lingkungan pendidikan Islam. Namun dapat dipahami bahwa lingkungan
pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman
yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
Benar, bahwa lingkungan pendidikan Islam tidak dijelaskan secara langsung dalam Al-
Quran, kecuali lingkungan pendidikan yang terdapat dalam praktek sejarah yang digunakan
sebagai tempat terselenggaranya pendidikan, seperti masjid, rumah, sanggar para sastrawan,
madrasah, dan universitas. Walaupun begitu, Al-Quran tetap memberikan perhatian
terhadap lingkungan sebagai tempat sesuatu. Dikenal dengan istilah al-qaryah, sebagai
tempat tinggal mnausia umumnya yang dapat dihubungkan dengan tingkah laku
penduduknya, tingkah laku pendidiknya, serta tempat tinggal para nabi. Hal ini
menunjukkan bahwa lingkungan juga merupakan faktor penting dalam pendidikan.

B. Alam Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam

Dalam Islam, esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah al-Rabb,
yaitu Tuhan yang Maha Pencipta (khaliq), yang menciptakan seluruh makhluq, makro dan
mikro kosmos. Karenanya Ia disebut al-Rabb al-‘alamin, Tuhan Pencipta alam semesta.
Sebagai Pencipta, Dia juga yang memelihara dan ‘mendidik’ seluruh alam. 1 Alam harus
dipelajari sebagai objek studi atau ilmu pengetahuan.Untuk itu, pendidikan islami
merupakan instrument kunci guna menemukan, menangkap, dan memahami alam dengan
seluruh fenomena dan noumenanya. Upaya itu pada akhirnya akan menghantarkan manusia
pada kesaksian akan keberadaan dan kemahakuasaan Allah Swt. Karenanya, dalam konteks
ini, melalui proses pendidikan islami, manusia dihantarkan pada pengakuan (syahadah)
akan keberadaan Allah Swt sebagai Tuhan Pencipta, Pemelihara, dan Pendidik alam
semesta.2
Dalam perspektif Islam, manusia harus merealisasikan tujuan kemanusiaannya di
alam semesta, baik sebagai syahid Allah, ‘abd Allah maupun khalifah Allah. Dalam konteks

1
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam,h. 11.
2 bid., h. 12.
ini Allah menjadikan alam semesta sebagai wahana bagi manusia untuk bersyahadah akan
keberadaan dan kemahakuasaanNya. Wujud nyata yang menandai syahadah itu adalah
penunaian fungsi sebagai makhluk ‘ibadah dan pelaksanaan tugas tugas sebagai khalifah.
Dalam hal ini alam semesta merupakan institusi pendidikan, yakni tempat dimana manusia
dididik, dibina, dilatih dan dibimbing agar berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan
fungsi dan tugasnya. Karena alam ini bukan hanya syahadah saja, tetapi ada alam ghaib,
maka sebagai wilayah studi objek telaah pendidikan islami tidak hanya berkaitan dengan
gejala-gejala yang dapat diamati indera manusia (fenomena), tetapi juga mencakup segala
sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera (noumena). Karenanya pengetahuan yang
ditransfer tidak hanya pengetahuan indrawi dan rasional tetapi juga ilmu-ilmu laduny,
isyraqi, iluminasi dan kewahyuan.3

Dampak dari memahami esensi alam semesta terhadap Pendidikan Islam adalah
menyadarkan kembali tugas dan fungsi manusia di bumi Allah ini sebagai khalifah dan
hambaNya melalui saran yang disebut dengan Pendidikan Islam. Pendidikan Islam
berfungsi mengarahkan para pendidik dalam membina generasi penerus yang mandiri,
cerdas, berkepribadian sempurna (sehat jasmani dan rohani) serta bertanggungjawab dalam
menjalani hidupnya sebagai hamba Allah, makhluk individu, dan sosial menuju
terbentuknya kebudayaan Islam. 4 Pendidikan Islam secara luas tidak hanya terbatas pada
transfer tiga ranah saja (kognitif, afektif, psikomotorik), akan tetapi mencakup berbagai hal
yang berkenaan dengan pendidikan Islam secara luas yang mencakup sejarah, pemikiran,
dan lembaga.5

C. Keluarga Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam


Pada dasarnya, manusia merupakan “homo educandum” artinya manusia itu pada
hakikatnya merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik. Pendidikan informal ini
merupakan-menurut sejarah-pendidikan yang paling luas jangkauannya. Manusia yang baru
dilahirkan perlu memperoleh pendidikan dari orang tua mereka dengan tujuan untuk
megembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, sampai menjadi manusia yang
dewasa baik jasmani maupun rohaninya. Seberapa pentingnya pendidikan informal dalam
keluarga tersebut, diisyaratkan dalam Q.S. At-Tahrim: 6, yang artinya:

3 Ibid., h. 12.
4
Syafaruddin, et.al. Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Ummat (Jakarta: Hijri
Pustaka Utama, 2012), h. 29.
5
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah: Kajian
dari Zaman Pertumbuhan Sampai Kebangkitan (Jakarta: Kencana, 2013), h. 3.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan, bagaimana seseorang dapat melindungi dirinya dan
keluarganya sedangkan dia sendiri tidak mengetahui apa-apa. Inilah salah satu pentingnya
pendidikan yang dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Kemudian, merujuk kepada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang
menyebutkan bahwa keluarga merupakan bagian dari lembaga pendidikan informal. Selain
itu, keluarga juga disebut sebagai satuan pendidikan luar sekolah. Ayat dan undang-undang
di atas merupakan tanda mengenai pentingnya pendidikan di dalam keluarga. Karena
keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenali oleh peserta didik. Dalam hal ini,
orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Oleh karena itu, keluarga
hendaknya dapat menciptakan suasana yang edukatif sehingga anak didiknya tumbuh dan
berkembang menjadi manusia sebagaimana yang menjadi tujuan ideal dalam pendidikan
Islam.
Karena besarnya peran keluarga dalam pendidikan, Sidi Gazalba, seperti yang dikutip
Ramayulis[1] , mengkategorikannya sebagai lembaga pendidikan primer, utamanya untuk
masa bayi dan masa kanak-kanak sampai usia sekolah. Dalam lembaga ini, sebagai pendidik
adalah orang tua, kerabat, famili, dan sebagainya. Orang tua selain sebagai pendidik, juga
sebagai penanggung jawab. Oleh karena itu, orang tua dituntut menjadi teladan bagi anak-
anaknya, baik berkenaan dengan ibadah, akhlak, dan sebagainya. Dengan begitu,
kepribadian anak yang Islami akan terbentuk sejak dini sehingga menjadi modal awal dan
menentukan dalam proses pendidikan selanjutnya yang akan ia jalani.

D. Masyarakat Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam


Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal, juga menjadi bagian penting
dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.
Masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau beberapa individu yang beragam akan
mempengaruhi pendidikan peserta didik yang tinggal di sekitarnya 6 Oleh karena itu, dalam

6 Ramayulis, 2002 , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia)


pendidikan Islam, masyarakat memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda
tersebut.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang lebih luas turut berperan dalam
terselenggaranya proses pendidikan. Setiap individu sebagai anggota dari masyarakat
tersebut harus bertanggung jawab dalam menciptakan suasana yang nyaman dan
mendukung. Oleh karena itu, dalam pendidikan anak pun, umat Islam dituntut untuk
memilih lingkungan yang mendukung pendidikan anak dan menghindari masyarakat yang
buruk. Sebab, ketika anak atau peserta didik berada di lingkungan masyarakat yang kurang
baik, maka perkembangan kepribadian anak tersebut akan bermasalah. Dalam kaitannya
dengan lingkungan keluarga, orang tua harus memilih lingkungan masyarakat yang sehat
dan cocok sebagai tempat tinggal orang tua beserta anaknya. Begitu pula sekolah atau
madrasah sebagai lembaga pendidikan formal, juga perlu memilih lingkungan yang
mendukung dari masyarakat setempat dan memungkinkan terselenggaranya pendidikan
tersebut.
Bentuk lingkungan pendidikan yang dapat dikategorikan kepada lembaga pendidkan
non formal adalah pesantren. Kata “pesantren” mengandung pengertian sebagai tempat para
santri atau murid pesantren, sedangkan kata “santri” diduga berasal dari istilah sansekerta
“sastri” yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa Jawa “cantrik” yang berarti orang yang
mengikuti gurunya kemanapun pergi. 7 Dalam jangka panjang, pesantren berada dalam
kedudukan kultural yang relatif lebih kuat dari pada masyarakat di sekitarnya. Kedudukan
ini dapat dilihat dari kemampuan pesantren untuk melakukan transformasi total dalam sikap
hidup masyarakat sekitarnya, tanpa ia sendiri mengorbankan identitas dirinya. Perubahan
ini bukan hanya dalam bidang pengetahuan saja tetapi juga dalam hal keterampilan untuk
kemudian sebagai bekal untuk hidup di lingkungan masyarakat yang lebih luas.

E. Sekolah Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam


Lingkungan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dan disebut sebagai
lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik peserta didik. Abu Ahmadi dan
Nur Uhbiyati 8 menyebutkan bahwa disebut sekolah jika dalam pendidikan tersebut
diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun
waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, dan
dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.

7 AbuAhmadi dan Nur Uhbiyati, 1991, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Rineka Cipta
8 Dindin Jamaludin, 2010, Potret Konstruksi
Pendidikan Karakter (Kajian atas Lembaga Pendidikan di Jawa
Barat), hal 3
Secara historis, keberadaan sekolah merupakan perkembangan lebih lanjut dari
keberadaan masjid. Sebab, proses pendidikan yang berlangsung di masjid pada periode awal
terdapat pendidik, peserta didik, materi dan metode pembelajaran yang diterapkan sesuai
dengan materi dan kondisi peserta didik. Hanya saja, dalam mengajarkan suatu materi,
terkadang dibutuhkan tanya jawab, pertukaran pikiran, hingga dalam bentuk perdebatan
sehingga metode seperti ini kurang serasi dengan ketenangan dan rasa keagungan yang
harus ada pada sebagian pengunjung-pengunjung masjid.
Kemudian, pada perkembangan berikutnya didirikan berbagai model kelembagaan
pendidikan Islam yang mula-mula dinamakan Kuttab, yang mengajarkan cara membaca dan
menulis huruf Al-Quran serta pengajaran ilmu agama dan ilmu Al-Quran. Pembelajaran
membaca dan menulis ini pada waktu itu sangat penting karena membaca dan menulis dapat
dipandang sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi manusia.Setelah sistem Kuttab ,
kemudian dibentuk sistem pendidikan klasikal yang dikenal dengan madrasah atau
sekolah. Selain sistem madrasah (klasikal) pendidikan Islam berkembang pula dalam
institusi kependidikan yang disebut zawiyah, yaitu tempat belajar yang terpisah dari
bangunan masjid.
Di Indonesia sendiri lingkungan pendidikan Islam formal diidentikkan dengan
madrasah. Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan
Madrasah Aliyah (MA)—dan sekolah milik organisasi Islam dalam setiap jenis dan jenjang
yang ada, termasuk perguruan tinggi seperti IAIN dan STAIN. Semua lembaga ini akan
menjalankan proses pendidikan yang berdasarkan kepada konsep-konsep yang telah
dibangun dalam sistem pendidikan Islam. Selain itu, di Indonesia, madrasah juga dituntut
menyeimbangkan antara pengetahuan agama dan umum di setiap jenjang pendidikan.

F. Tempat Ibadah Sebagai Lingkungan Pendidikan Islam


Tempat ibadah umat Islam adalah masjid atau mushola.Masjid artinya tempat sujud, dan
mesjid yang berukuran kecil disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah
masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan
hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur’an sering dilaksanakan di
Masjid.
Selain itu masjid juga merupakan sarana Masjid Sebagai Pusat Pendidikankarena
bagaimanpun Penyelenggaraan pendidikan agama Islam dan perkembangannya tidak
terlepas dari jasa besar masjid. Hidup sebagai muslim tidak dapat dipisahkan dari keberadaan
masjid, karena beberapa ibadah wajib diantaranya harus dilaksanakan di masjid. Ibadah
tersebut juga berarti praktek pendidikan agama Islam yang sudah kita dapat sejak kecil,
seperti sholat berjamaah dan sholat jum’at.
Salah satu fungsi Masjid Sebagai Pusat Pendidikandalam islam adalah sebagai tempat
pendidikan dan pengajaran. Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup
seluruh pelajaran, mulai dari keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan
di masjid adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran membaca
Qur’an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara berpenduduk
Muslim di daerah luar Arab, termasuk Indonesia.
Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial
kemasyarakatan.
a. Masjid Sebagai Pusat Pendidikan
Masjid berarti tempat bersujud. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada
berarti sujud atau tunduk, Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque
ini berasal dari kata mezquita dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque kemudian menjadi
populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara luas.
b. Masjid Sebagai Pusat PendidikanMasjid Sebagai Pusat Pendidikan
Ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah (622 M. bertepatan pada bulan rabi’ul
awal tahun pertama hijriayah), beliau memutuskan untuk membangun sebuah masjid, yang
sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi –atau lebih dikenal masjid Madinah-, yang
berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di
sebuah lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai
oleh Nabi Muhammad saw..
c. Masjid Sebagai Pusat Pendidikan
Salah satu fungsi masjid dalam islam adalah sebagai tempat pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup berbagai macam
pelajaran, Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk mendekatkan
generasi muda kepada masjid. Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang baru masuk Islam
juga disediakan di masjid-masjid di Eropa dan Amerika Serikat, dimana perkembangan
agama Islam melaju dengan sangat pesat. Beberapa masjid juga menyediakan pengajaran
tentang hukum Islam secara mendalam. Madrasah, walaupun letaknya agak berpisah dari
masjid, tapi tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.
Keberadaan masjid jauh lebih sedikit dibandingkan keberadaan Masjid Sebagai Pusat
Pendidikan. Musholla lebih banyak, disebabkan karena dapat didirikan pada setiap tempat
dimanapun minimal sebagai tempat sholat saja. Kenyataan yang ada, musholla dalam
menyelenggarakan pendidikan agama Islam maupun sebagai tempat ibadah umat Islam tidak
berbeda dengan di masjid, secara prinsip kegiatan musholla bermula dari bagaimana konsep
memakmurkan masjid. Keberadaan bangunan masjid dalam Islam terdapat persyaratan
tertentu, misalnya batas-batas wilayah dan minimal ada empat puluh orang untuk mendirikan
sholat Jum’at. Masjid juga tidak boleh didirikan pada satu komplek dalam satu batas wilayah
yang kecil.
Masjid Sebagai Pusat Pendidikan di masjid pada umumnya dilaksanakan secara
konservatif atau tradisional. Pendidikan agama Islam dengan cara tradisional adalah dengan
metode sorogan. Pengajar pendidikan di masjid dengan membaca dan didengarkan atau
ditirukan oleh santri masjid, atau sebaliknya. Metode ini juga memungkinkan untuk
terjadinya Tanya jawab antara santri masjid dengan seorang ustadz atau kyai masjid.
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan di mana pendidikan


itu berlangsung. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan yang
berlangsung. Dalam berbagai kajian pendidikan, tidak banyak yang mengemukakan
pengertian lingkungan pendidikan Islam. Namun dapat dipahami bahwa lingkungan
pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman
yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.

Lingkungan pendidikan ada bermacam-macam diantaranya :

1) Alam sebagai Lingkungan Pendidikan

Dalam perspektif Islam, manusia harus merealisasikan tujuan kemanusiaannya di


alam semesta, baik sebagai syahid Allah, ‘abd Allah maupun khalifah Allah. Dalam konteks
ini Allah menjadikan alam semesta sebagai wahana bagi manusia untuk bersyahadah akan
keberadaan dan kemahakuasaanNya. Wujud nyata yang menandai syahadah itu adalah
penunaian fungsi sebagai makhluk ‘ibadah dan pelaksanaan tugas tugas sebagai khalifah.
Dalam hal ini alam semesta merupakan institusi pendidikan, yakni tempat dimana manusia
dididik, dibina, dilatih dan dibimbing agar berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan
fungsi dan tugasnya.

2) Keluarga sebagai Lingkungan Pendidikan Islam

Pada dasarnya, manusia merupakan “homo educandum” artinya manusia itu pada
hakikatnya merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik. Pendidikan informal ini
merupakan-menurut sejarah-pendidikan yang paling luas jangkauannya. Manusia yang baru
dilahirkan perlu memperoleh pendidikan dari orang tua mereka dengan tujuan untuk
megembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, sampai menjadi manusia yang
dewasa baik jasmani maupun rohaninya.

3) Masyarakat sebagai Lingkungan Pendidikan Islam

Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang lebih luas turut berperan dalam
terselenggaranya proses pendidikan. Setiap individu sebagai anggota dari masyarakat
tersebut harus bertanggung jawab dalam menciptakan suasana yang nyaman dan
mendukung. Oleh karena itu, dalam pendidikan anak pun, umat Islam dituntut untuk
memilih lingkungan yang mendukung pendidikan anak dan menghindari masyarakat yang
buruk. Sebab, ketika anak atau peserta didik berada di lingkungan masyarakat yang kurang
baik, maka perkembangan kepribadian anak tersebut akan bermasalah. Dalam kaitannya
dengan lingkungan keluarga, orang tua harus memilih lingkungan masyarakat yang sehat
dan cocok sebagai tempat tinggal orang tua beserta anaknya.

4) Sekolah sebagai Lingkungan Pendidikan Islam

Lingkungan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dan disebut sebagai


lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik peserta didik. Abu Ahmadi dan
Nur Uhbiyati menyebutkan bahwa disebut sekolah jika dalam pendidikan tersebut diadakan
di tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu
tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, dan
dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.

5) Tempat Ibadah sebagai Lingkungan Pendidikan Islam

Tempat ibadah umat Islam adalah masjid atau mushola.Masjid artinya tempat sujud,
dan mesjid yang berukuran kecil disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah
masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan
hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur’an sering dilaksanakan di
Masjid.
DAFTAR PUSTAKA

 Ahmadi, Abu danNur Uhbiyati.1991.Ilmu PendidikanIslam.Jakarta: RinekaCipta.

 Dery Jamaludin. Lingkungan Pendidikan Islam.


https://deryjamaluddin.page.tl/Lingkungan-Pendidikan-Dalam-Pendidikan-Islam.html
Diakses pada tanggal 18 April 2021
 Joesoef, Soelaiman. 1999. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
 Napitupulu, Dedi Sahputra. 2017. Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam. http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya/article/download/143/123.
Diakses pada tanggal 18 april 2021
 Nusantara, Santri. 2021. "Masjid Sebagai Pusat Pendidikan".
https://penasantri.id/masjid-sebagai-pusat-pendidikan/.html diakses tanggal 17 April
2021.
 Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
 Tim Redaksi FOKUSMEDIA. 2006. HimpunanPeraturanPerundang-
undangantentangSistemPendidikanNasional. Bandung: Fokusmedia.

Anda mungkin juga menyukai