PENDIDIKAN MASYARAKAT
Tentang:
SEJARAH,PEMIKIRAN,DAN PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN MASYARAKAT
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
UNIVERS
ITAS
NEGERI
MEDAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
dengan berorientasi pada masa depan. Dengan kata lain, pendidikan berbasis masyarakat
adalah konsep pendidikan “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat”. Dengan
ini Sihombing menegaskan bahwa yang menjadi acuan dalam memahami pendidikan berbasis
masyarakat adalah pendidikan luar sekolah, karena pendidikan luar sekolah itu bertumpu
pada masyarakat, bukan pada pemerintah. Jarang terjadi pendidikan berbasis masyarakat
dilakukan oleh sekolah-sekolah negeri. Hal ini karena masalah pendidikan berbasis
masyarakat itu menyangkut hubungan antara kekuasaan (negara) dan kemiskinan
(masyarakat), bukan par-tisipasi warganegara (citizen participation) dalam pendidikan.
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
1.2. RUMUSAN MASALAH
Setelah menyusun latar belakang di atas, kami telah menemukan beberapa masalah yang
dirumuskan sebagai berikut :
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
1.3. TUJUAN
Setelah mengetahui rumusan masalah diatas, kami memiliki beberapa tujuan yang dimaksud,yaitu:
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
BAB II
TINJAUAN KONSEPTUAL
Di Indonesia, tujuan pendidikan nasional tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 yang
menyebutkan :Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU RI
No. 20 Tahun 2003 Pasal 3) Berdasarkan UU diatas, jelas terlihat bahwa pemerintah telah
berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, karena hakikat utama dari pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia.
Terdapat jenis jenis pendidikan,salah satunya adalah pendidikan masyarakat (PLS).
Pendidikan luar sekolah,dalam bahasa Inggris disebut Out of school education adalah
pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis
keterampilan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan
formal (persekolahan). Di Indonesia pendidikan luar sekolah sudah tumbuh di tengah
masyarakat sejak sebelum kemerdekaan. Namun pengakuan secara yuridis formal terhadap
keberadaan pendidikan luar sekolah di Indonesia baru pada tahun 1989, yaitu setelah adanya
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang
ini terkandung hasrat mulia,yaitu untuk memberi pelayanan pendidikan sepanjang hayat bagi
seluruh warga masyarakat tanpa membedakan usia, kelamin, suku, agama, budaya dan
lingkungan. Apabila kita perhatikan apa dan bagaimana kejadian pembelajaran melalui jalur
pendidikan luar sekolah, akan jelas kita lihat ada 10 unsur yang akan selalu ada pada setiap
program (Anwas Iskandar). Kesepuluh patokan tersebut adalah : warga belajar, sumber
belajar, pamong belajar, sarana belajar, tempat belajar, dana belajar, ragi belajar, kelompok
belajar, program belajar dan hasil belajar. Kesepuluh unsur tersebut di satu sisi menjadi
bagian yang mendukung program pembelajaran namun di sisi lain dapat digunakan menjadi
dasar untuk menentukan patokan, ukuran atau standard penilaian untuk melihat sejauh mana
pembelajaran mencapai tujuan yang diinginkan.
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
a. Warga belajar
Adalah anggota masyarakat yang ikut dalam satu kegiatan pembelajaran. Tidak digunakan
istilah peserta didik murid, siswa, karena istilah ini memiliki konotasi bahwa anggota
masyarakat tersebut sebatas penerima tidak menjadi pemilik dan penentu, kurang kelihatan
aspek keterlibatan; sedang dalam kegiatan PLS, warga belajar turut aktif menentukan apa
yang diinginkannya untuk dipelajari. Istilah warga menunjukkan bahwa anggota masyarakat
tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
b.Sumber Belajar
c. Pamong belajar
Adalah tokoh masyarakat yang mampu dan mau membina, membimbing, mengarahkan dan
mengorganisir program pembelajaran masyarakat di sekitarnya. Pamong belajar yang akan
menjamin terjadinya proses pembelajaran bagi warga belajar yang telah memutuskan untuk
ikut pada program tertentu. Pamong belajar bertempat tinggal di sekitar warga belajar
sehingga mereka mudah berkomunikasi dan saling mendukung; Pamong belajar bukan
petugas struktural pemerintahan, tetapi petugas yang diterima oleh warga belajar sebagai
pembimbing mereka.
d. Sarana belajar
Adalah bahan dan alat yang ada di lingkungan masyarakat, yang dapat digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran. Dalam wujudnya,dapat berbentuk buku, lembaran,
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
bangunan, kekayaan alam, hewan, tumbuhan dan apa saja yang apabila dipelajari dapat
menambah, meningkatkan wawasan dan pengetahuan warga belajar.
e. Tempat belajar
Adalah tempat di mana dimungkinkan terjadi proses pembelajaran. Dapat berwujud rumah,
tempat pertemuan, tempat beribadah, balai desa, atau bangunan yang tidak digunakan lagi
namun masih memungkinkan digunakan. Tempat belajar juga dapat berbentuk lapangan,
tempat bersejarah. Karena itulah dikatakan bahwa PLS tidak menuntut gedung, tetapi
kesempatan untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran.
f. Dana belajar
Adalah uang atau materi lainnya yang dapat diuangkan dalam menunjang pelaksanaan
program pembelajaran yang telah disusun oleh pamong belajar bersama sumber belajar dan
warga belajar. Dana belajar dapat bersumber dari pemerintah, tokoh masyarakat, pengusaha
di lingkungan dimana warga belajar tinggal, maupun yang bersumber dari warga belajar
sendiri ataupun dari warga masyarakat secara umum.
g. Ragi belajar
Adalah rangsangan yang mampu membangkitkan semangat belajar warga belajar, sehingga
proses pembelajaran terjadi. Ragi belajar merupakan kekuatan yang dahsyat baik yang
bersumber dari luar diri warga belajar maupun yang sebenarnya ada dalam diri warga belajar
yang menyebabkan warga belajar menjadi senang, gembira dan gigih untuk terus belajar.
Ragi inilah yang menyebabkan proses pembelajaran terus berjalan sampai tujuan tercapai.
h. Kelompok belajar
Adalah sejumlah warga belajar yang terdiri dari 5-10 orang, yang berkumpul dalam satu
kelompok, memiliki tujuan dan kebutuhan belajar yang sama, dan bersepakat untuk saling
bekerjasama. Kelompok inilah bersama sumber belajar dan pamong belajar yang menentukan
tempat dan waktu belajar.
i. Program belajar
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
Adalah serangkaian kegiatan yang mencerminkan tujuan, isi pembelajaran, cara
pembelajaran, waktu pembelajaran, atau sering disebut dengan garis besar kegiatan belajar.
Program pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan warga belajar akan menyebabkan
warga belajar jenuh dan meninggalkan program. Program belajar tidak diatur, dipaksakan
oleh orang lain, tetapi tumbuh dari keinginan dan kebutuhan warga belajar.
j. Hasil belajar
Adalah serangkaian pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikuasai warga belajar setelah
proses pembelajaran tertentu dilalui dalam kurun waktu tertentu. Kebermaknaan hasil belajar
bagi peningkatan mutu hidup dan kehidupan warga belajar menjadi patokan keberhasilan.
Pendidikan formal terdiri dari SD,SMP,SMA. Jadi pendidikan masyarakat itu adalah
keterlibatannya masyarakat dalam upaya pengambilan kebijakan-kebijakan di bidang
pendidikan. Kegiatan pendidikan ini sama halnya dengan cara manusia berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.Semakin banyaknya manusia di muka bumi ini,semakin muncul juga
interaksi antar kelompok dan masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menurut
Sihombing (dalam Jalal dan Supriadi, 2001:186) merupakan pendidikan yang dirancang,
dilaksanakan, dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha
menjawab tantangan dan peluang yang ada di lingkungan masyarakat tertentu dengan
berorientasi pada masa depan. Dengan kata lain, pendidikan berbasis masyarakat adalah
konsep pendidikan “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat”.
Dasar pemikiran dari pendidikan masyarakat adalah bermula dari dalam keluarga,dalam
keluarga terjadi iteraksi antara orang tua dan anak. Pola-pola transmisi pengetahuan,
keterampilan, sikap, nilai, dan kebiasaan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya pada
umumnya terjadi melalui asuhan, ajakan, suruhan, larangan, dan bimbingan. Kegiatan ini
terus menerus di lakukan dan di lestarikan secara baik dan sederhana seorang kepada yang
lain dalam suatu kegiatan yang lebih kompleks.
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
2) Masyarakat sendiri telah menyadari pentingnya pendidikan bagi kemajuan masyarakat.
3) Masyarakat sendiri telah merasa memiliki pendidikan sebagai potensi kemajauan mereka.
4) Masyarakat sendiri telah mampu menentukan tujuan-tujuan pendidikan yang relevan bagi
mereka.
Berbeda dengan Surakhmad yang melihat pendidikan berbasis masyarakat dari aspek
titik-tumbuhnya, P.M. Cunningham (dalam Husen dan Postlethwaite, 1994:900-901)
memandang pendidikan berbasis masyarakat dari perspektif sosiologis. Menurutnya,
pendidikan berbasis masyarakat (community-based education) merupakan hal yang kontras
dengan pendidikan masyarakat (community education) yang diselenggarakan negara. Kalau
pendidikan masyarakat diartikan sebagai proses pendidikan untuk membangun potensi dan
partisipasi masyarakat di dalam upaya proses pengambilan keputusan secara lokal, maka
pendidikan berbasis masyarakat merupakan respon dari ketidak-mampuan negara dalam
melayani penduduknya untuk menyelesaikan berbagai aktivitas pembangunan, baik dalam
bidang ekonomi, rehabilitasi perumahan, pelayanan kesehatan, latihan kerja, pemberantasan
buta huruf, dan maupun bidang pendidikan.
BAB III
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
PEMBAHASAN
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa, sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya
manusia, karena manusialah yang merupakan aktor utama dalam pembangunan.Contoh
konkret yang dapat kita lihat sekarang bahwa 70% tenaga kerja Indonesia masih
berpendidikan sekolah dasar atau kurang.
Kondisi sumber daya manusia seperti ini sangat sulit mendukung pembangunan pertumbuhan
ekonomi baik secara sektoral maupun nasional. Cukup bukti bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin besar peluang untuk lebih mampu berperan serta dalam
pembangunan, sebagaimana hasil studi yang dilaksanakan oleh UNESCO (1998), yang
menyimpulkan bahwa: “... education especially basic education can make significant
contribution to poverty eradication and enhancement of quality of life“.Selanjutnya
UNESCO dalam bukunya yang berjudul “Human development is a process of enlarging
people’s choices. Three essentials areas are for people to lead a long and healthy life, to
acquire knowledge and to have access to a source needed for a decent standard of living”, di
sini kita diingatkan bahwa pendidikan (pendidikan dasar utamanya) pada hakikatnya harus
memberi kesempatan kepada setiap orang agar mereka memiliki banyak pilihan dalam
hidupnya.
Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan, yaitu membantu mereka agar memiliki umur
panjang dan hidup sehat, mendapatkan pengetahuan, dan memiliki akses untuk dapat
memenuhi standard kehidupannya secara layak.
Jumlah penduduk usia 10-44 tahun yang masih buta huruf masih cukup memprihatinkan,
demikian pula angka putus SD, lulus SD tidak melanjutkan, dan putus SLTP. Sampai akhir
tahun 1998 masih terdapat penduduk buta huruf usia 10-44 tahun sebanyak 6.073.420 orang
(4,87%), putus SD usia 7-12 tahun sebanyak 4.038.007 orang (16,6%), lulus SD tidak
melanjutkan sebanyak 4.346.586 orang (32,77%), dan putus SLTP usia 13-15 tahun sebanyak
1.823.113 orang (25,87%). (Fakta dan Angka Dikmas 1999)
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
Dari data di atas kita melihat, masih banyak sasaran yang harus dilayani melalui jalur
pendidikan luar sekolah, padahal program-program pendidikan luar sekolah, khususnya untuk
memberikan bekal pendidikan dasar telah lama dilaksanakan
Dalam pelaksanaannya pendidikan dasar pada jalur pendidikan luar sekolah, dilaksanakan
melalui program: 1) Pemberantasan Buta Aksara melalui Keaksaraan Fungsional; 2) Program
Paket A setara SD, dan Paket E setara SUP.
a. Program Pemberantasan Buta Aksara, Melalui Keaksaraan Fungsional
1. Kesalahan Rekruiting Warga Belajar
Tidak adanya “data base“ menyulitkan pelaksanaan proses rekruiting. Data merupakan
amunisi tempur bagi seorang perencana dan pelaksana suatu program, karena itu keberadaan
data yang terus menerus diremajakan agar sesuai dengan perkembangan dan kemajuan akan
sangat diperlukan setiap saat.
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
yang sedemikian kecilnya ternyata sangat sulit untuk dipertahankan sampai proses belajar
selesai
5. Hasil Belajar
Hasil belajar dalam program keaksaraan fungsional adalah di samping warga belajar memiliki
kemampuan baca, tulis, hitung, dan berbahasa Indonesia, juga memiliki keterampilan bermata
pencaharian yang dapat dijadikan sumber penghasilan (fungsional), artinya hasil belajar
tersebut bermakna, paling tidak terhadap dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas
hidupnya.
b. Pendidikan Dasar Melalui Program Paket A setara SD dan Paket B setara SLTP
Program Paket A setara SD dan Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989, dan
dilaksanakan secara nasional sejak tahun 1994. Dari periode ini dapat dilihat proses
pengembangan kedua program ini kurang lebih selama lima tahun atau satu pelita Namun
yang terjadi sekarang ini kekurangan/hambatan dalam Program Paket A dan Paket B bukan
saja pada substansi materi pelajaran, tetapi yang lebih memprihatinkan kekurangan/hambatan
tersebut terjadi pada teknis pelaksanaan program.
1. Warga Belajar
Permasalahan yang berkaitan dengan warga belajar adalah: (a) lokasi tempat tinggal warga
belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu kelompok sebanyak 40 orang warga
belajar; (b) latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi
kehadirannya sangat rendah; (c) warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka
hanya belajar kalau waktu mengizinkan; (d) motivasi belajar rendah, mereka berpendapat
tanpa belajar pun mereka sudah mendapatkan uang.
2. Tutor
Tugas tutor bukanlah mengajar tetapi membimbing warga belajar dalam memahami materi
pelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu diperlukan
tutor yang paham akan masalah pendidikan.
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
4.2. SARAN
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html
DAFTAR PUSTAKA
program pendidikan luar sekolah. (n.d.). makalah program pendidikan luar sekolah.
Suharto, T. (2005). konsep dasar pendidikan berbasis masyarakat. jurnal cakrawala pendidikan.
yusuf, a. (2014). analisis kebutuhan pendidikan masyarakat. jurnal penelitian pendidikan 31 (2).
1
makalahprogrampendidikan.pdf
2
cakrawala pendidikan,Th.XXIV.No.3
3
jurnal cakrawala pendidikan,Toto Suharto
4
http://e-jurnal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment
5
https://journal.uii.ac.id
6
http://www.ed.gov/pubs/PLLIConf95/comm.html