Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“Model Pembelajaran II”

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu : Zulfadli Lingga, S.Sos.I.,M.Psi

Disusun Oleh :

kelompok 3

Iqlima Saputri Saragih (0301182092)

Khoirur Ro’atu Rodiyah (0301181065)

Khairunnisa Lubis (0301181011)

Ramadhandi (0301181043)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKLTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

MEDAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah yang maha esa yang telah
memberikan nikmat keshatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam tepat pada waktunya, sholawat berangkaikan salam semoga tercurahkan
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang menjadi utusan dan manusia pilihan-Nya
sebagai penyampai, pengamal, hingga penafsir pertama al-qur’an. Yang membawa kitab
pusaka, yang menjadi penerang bagi seluruh ummat dan merupakan penyempurna kitab-kitab
sebelumya.

Tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
ikut turut membantu dalam menyelsaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai
tepat pada waktunya. Terutama kepada dosen Teori Belajar dan Pembelajaran bapak Zulfadli
Lingga S.Sos.I.,M.Psi.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan teman-
teman sekalian sehingga dapat memetik isi yang terkandung di dalamnya. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu, segala kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan diskusi dan ilmu pengetahuan selanjutnya
di masa yang akan datang.

Medan, September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan kita sekarang adalah masalah


lemahnya proses pembelajaran.yang diakibatkan banyak diantara guru yang belum menguasai
Metode, strategi dan model pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang ada selama
ini ternyata hanya membuat siswa sangat terbebani dengan materi dan tugas yang diberikan
oleh guru, sehingga siswa merasa bosan di dalam kelas. Dalam pembelajaran di kelas telah
banyak pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh guru tetapi sampai saat ini belum
mendapatkan hasil yang memuaskan, ini ditunjukkan dengan hasil-hasil ujian siswa baik
ujian nasional maupun ujian sekolah serta keterampilan individu siswa itu sendiri.

Selain itu juga banyak guru yang belum berdaya untuk menciptakan suasana belajar
yang memungkinkan siswa berpikir inovatif, kreatif, bertanggungjawab, dan memberi
peluang bagi siswa untuk menjelajahi idenya yang imajinatif. Oleh sebab itu perlu adanya
sebuah model pembelajaran untuk membengkitkan semangat peserta didik agar aktif kreatif
inovatif dan efektif dalam kegiatan belajar mengajarnya

Model ada beberapa macam, sedangkan pembelajaran adalah sistematis dalam


mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, atau dapat juga
diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarmya
model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode
pembelajaran.

Model pembelajaran sangat memudahkan para pendidik dalam melaksanakan


pembelajaran dikelas karena dapat memilih model pembelajaran seperti apa yang harus
diterapkan dikelas dengan siswa-siswa yang seperti ini, sehingga pendidik juga harus
mengerti atau memahami model-model pembelajaran untuk dipraktekan. Berikut akan di
bahas beberapa macam model-model pembelajaran, yaitu Pembelajaran berbasis masalah,
Pembelajaran kooperatif, dan juga pembelajaran afektif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Pembelajaran Berbasis Masalah?
2. Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif?
3. Bagaimanakah Pembelajaran Afektif?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pembelajaran Berbasis Masalah
2. Untuk Mengetahui Pembelajaran Kooperatif
3. Untuk Mengetahui Pembelajaran Afektif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Pengertian Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk


pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia social dan sekitaranya. Menurut Amir, pembelajaran berbasis masalah
adalah strategi pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja
sama dalam kelompok, untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.
Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai
mempelajari suatu subjek. Pembelajaran berbasis masalah menyiapkan siswa untuk berpikir
secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat
sumber-sumber pembelajaran.1

Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah kesenjangan antara situasi nyata dan
kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Oleh karena itu, materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pembelajaran yang
bersumber pada buku saja, tetapi juga pada sumber- sumber lain seperti peristiwa-peristiwa
tertentu.2 Menurut Yamin, strategi pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi
pembelajaran inovatif yang memberi kondisi aktif kepada peserta didik dalam kondisi dunia
nyata.3 Hali ini sejalan dengan pendapat Sanjaya, bahwa belajar bukan semata-mata proses
menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan
lingkungannya.4

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa


strategi pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktivitas yang menekankan kepada

1
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, (Jakarta : Prenada Media Group, 009),
hal 26
2
Rusmono, Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2012),
hal 78
3
Martinis Yamin, Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta : Referensi, 2013), hal 62
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta : Kencana, 2007), hal
213
proses penyelesaian ilmiah yang harus dilakukan oleh siswa berupa penyajian suatu peristiwa
yang terjadi. Selanjutnya masalah harus dipecahkan dengan mengeksplor pengetahuan dan
pengalaman siswa sehingga siswa dapat belajar berpikir kritis dan menuntut siswa untuk
memecahkan masalah secara mandiri ataupun secara berkelompok.

2. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Setiap strategi pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh
guru dan siswa, dalam suatu kegiatannya memiliki sintaks terstruktur dalam pelaksanaannya.
Menurut Trianto, langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:

a. Orientasi siswa pada masalah.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yangdibutuhkan,


mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan


eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.5

John Dewey menjelaskan langkah pembelajaran berbasis masalah yang kemudian


langkah tersebut dinamakan metode pemecahan masalah sebagai berikut:

5
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007),
hal 98
a. Merumusukan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.

c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan


pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.

e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan


rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.6

B. Sistem Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian dan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Dalam dunia pendidikan, kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai pembelajaran yang
telah dirumuskan bersama.salah satu strategi model pembelajaran kelompok adalah strategi
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Slavin dalam wina sanjaya mengemukakan
bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta
didik sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan social, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dari orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.7
Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berfikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan


sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda. Sistem

6
John Dewey dalam Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencana, 2007), hal 217
7
Slavin dalam Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencana, 2007), hal 242
penilaian dilakukan terhadap kelompok, tiap kelompok akan mendapat penghargaan yang
berbeda tergantung hasil belajar masing-masing kelompok.

Strategi pembelajaran kooperatif/kelompok dapat digunakan apabila :

a. Guru menekankan pentingnya usaha pesera didik secara kolektif disamping usaha
individual dalam belajar.
b. Gurur menghendaki seluruh peserta didik (bukan peserta didik yang pandai saja)
untuk memperoleh perhatian dalam belajar.
c. Guru ingin menanamkan bahwa peserta didik dapat belajar dari teman lainnya dan
belajar dari bantuan orang lain.
d. Guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi peserta didik
sebagai bagian dari kurikulum.
e. Guru menghendaki meningkatkan motivasi peserta didik dan menambah tingkat
partisipasi mereka.
f. Guru menghendaki berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah dan menemukan solusi pemecahan masalah, sabagai strategi pembelajaran
berorientasi proses pendidikan.8
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Hal yang perlu di pahami tentang karakteristik pembelajaran kooperatif kaitannya


dengan tujuan pendidikan pengajaran di sekolah antara lain :

a. Pembelajaran secara tim.

Pembelajaran secara tim kaitannya dengan pembelajaran kooperatif harus mampu


membuat, menciptakan suasana belajar yang bagi setiap peserta didik yang belajar, semua
anggota harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran kerja sama setiap
kelompok bersifat heterogen, artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang social yang berbeda dan di harapkan
setiap kelompok mampu member kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

b. Pembelajaran berdasarkan manajemen kooperatif

8
Chomaidi dan Salamah, Pendidikan dan Pengajaran : Strategi Pembelajaran Sekolah, (Jakarta : PT. Grasindo,
2018), hal 250
Pebelajaran berdasarkan manajemen koperatif mengandung makna bahwa fungsi
pelaksanaannya menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang ditentukan atas dasar
kesepakatan bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pkerjaan bersama antar anggota kelompok. Oleh karena itu, perlu diatu tugas dan
tanggung jawab setiap anggota kelompok.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran koooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara


kelompok. Oleh karena itu, prinsip bekerja sama merupakan dasar utama, prinsip bekerja
sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja
harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota, tetapi ditanamkan perlunya
saling membantu pada setiap anggota kelompok belajar, sifat watak pribadi yang memiliki
sifat mementingkan pribadi sendiri harus dihilangkan, kepentingan bersama lebih di
utamakan.9

C. Sistem Pembelajaran Afektif


1. Tori Pembelajaran Afektif

Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang
juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang
perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Aspek afektif
tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja
berkelompok. Afektif dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut
atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan, dan emosi yang mempunyai gaya atau makna
yang menunjukan perasaan.10

a. Perasaan dan Emosi

Perasaan (feeling) dan Emosi (emotion) merupakan dua keadaan yang bersifat
sementara dalam kehidupan individu. Keduanya bagian integral dari keseluruhan aspek psikis
individu (manusia). Namun, emosi mempunyai arti yang agak berebda dengan perasaan,
emosi lebih kompleks dibandingkan perasaan. Dengan kata lain perasaan merupakan bagian
dari emosi. Emosi dapat difenisikan sebagai suatu perasaan yang timbul melebihi batas

9
Ibid, hal 251
10
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Renika Cipta, 1999), hlm 35
sehingga kadang-kadang tidak dapat menguasai diri dan menyebabkan hubungan peribadi
dengan dunia luar menjadi putus.11

Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia.
Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau perilaku fisik seperti marah
yang ditunjukan dengan teriakan suara keras atau tingkah laku yang lain. Emosi merujuk
kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis,
dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.12

b. Pendidikan Nilai dan Sikap

Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yng idmiliki seseorang. Sikap merupakan
refleksi dari nilai yang dimiliki, pendidikan sikap pada dasarnya pendidikan nilai yng
merupakan suatu konsep dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di
dalam dunia empiris.

Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk,indah dan
tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan sebagainya. Nilai pada dasarnya
merupakan standar prilaku individu, ukuran yang menentukan atau criteria seseorang tentang
baik dan tidak baik. Nilai ppendidikan sangat berkaitan dengan kepatuhan dalam tingkah laku
seseorang dalam kemampuannya yang tidak terlepas dengan kepatuhan kedisiplinan sesuai
dengan tujuan pendidikan.13

2. Karakteristik Afektif
Manusia memiliki berbagai karakteristik, yaitu kualitas yang menunjukan cara-cara
khusus dalam berfikir, bertindak, dan merasakan dalam berbagai situasi. Karekteristik ini
sering dikelompokan menjadi tiga katagori utama. Pertama, karakteristik kognitif, karakter
yang berhubungan dengan cara berfikir yang khas. Kedua karateristir psikomotor, karateristik
yang berhubungan dengan cara bertindak khas. Ketiga, karakteristik afektif, yaitu cara-cara
yang khas dalam merasakan atau mengungkapkan emosi.
Manusia cenderung memiliki cara khas dalam merasakan. Bebrapa orang cenderung
berperasan positif, sedangkan yang lain cenderung berperasan negative. Untuk memahami
ranah afektif, kita harus memusatkan perhatian pada perasaan dan emosi yang khas tersebut.

11
Nana Syaodih Sukmadinata., Landasan Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1978), hlm 138
12
Ibid. hlm. 139.
13
Sanjaya, Op. Cit, hal 229
Karakteristik afektif memiliki beberapa kriteria. Pertama, harus melibatkan emosi seseorang.
Kedua harus bersifat khas. Ketiga, merupakan kriteria yang bersifat spesifik, spesifik berarti
harus memiliki intensitas, arah dan target (sasaran). Yang dimaksud dengan intensitas adalah
tingkat atau kekuatan perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat daripada yang lain. Misalnya
“sayang” lebih kuat daripada “suka. Arah perasaan dapat dibedakan menjadi positif dan
negative. Misalnya, senang adalah perasaan yang baik atau positif, sedangkan benci
merupakan perasaan yang buruk atau negative.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Pada dasarnya, pola perkembangan emosi remaja sama dengan pola emosi masa
kanak-kanak, hanya saja penyebab muncul dan memuncaknya emosi yang berbeda. Pada
masa anak-anak, ledakan lebih banyak disebabkan olen hal-hal yang bersifat materil
kongkret, sedangkan pada masa remaja penyebabnya bersifat abstrak, misalnya menjadi
marah jika dikatakan sebagai kanak-kanak, merasa diperlakukan tidak adil atau ditolak
cintanya. Pelampiasan emosi pada remaja tidak lagi dalam bentuk yang meledak-ledak dan
tidak terkendali seperti menangis keras atau bergulung-gulung, tetapi lebih terlihat dalam
gerakan tubuh yang ekspresif, tidak mau bicara atau melakukan kritik terhadap objek
penyebab. Perilaku semacam ini disebabkan oleh mulai adanya pengendalian emosi yang
dilakukan remaja dan biasanya tercapai kematangan emosional pada akhir masa remaja.14

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa perkembangan emosi


mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar Metode belajar yang
menunjang perkembangan emosi antara lain:

1. Belajar dengan coba-coba


Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku
yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan
pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.

2. Belajar dengan cara meniru


Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak
bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.

3. Belajar dengan dengan cara mempersamakan diri

14
Suyudi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta : Bintang Pustaka Abadi, 2010), hlm 95
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak
bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.

4. Belajar melalui pengkondisian.


Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun awal kehidupan anak kecil
kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang
mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.

5. Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan pengawasan terbatas pada aspek reaksi.
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara
emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan15

15
Ibid, hlm 100
Kesimpulan

Pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktivitas yang menekankan kepada


proses penyelesaian ilmiah yang harus dilakukan oleh siswa berupa penyajian suatu peristiwa
yang terjadi. Selanjutnya masalah harus dipecahkan dengan mengeksplor pengetahuan dan
pengalaman siswa sehingga siswa dapat belajar berpikir kritis dan menuntut siswa untuk
memecahkan masalah secara mandiri ataupun secara berkelompok. langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:

a. Orientasi siswa pada masalah.

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan


sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda. Sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok, tiap kelompok akan mendapat penghargaan yang
berbeda tergantung hasil belajar masing-masing kelompok. pembelajaran kooperatif
berkaitan dengan tujuan pendidikan pengajaran di sekolah antara lain :

a. Pembelajaran secara tim.

b. Pembelajaran berdasarkan manajemen kooperatif

c. Kemauan untuk bekerja sama

Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang
juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang
perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Aspek afektif
tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja
berkelompok. Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa perkembangan
emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar Metode belajar yang
menunjang perkembangan emosi antara lain :

a. Belajar dengan coba-coba

b. Belajar dengan cara meniru

c. Belajar dengan dengan cara mempersamakan diri

d. Belajar melalui pengkondisian.

e. Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan pengawasan terbatas pada aspek reaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. 2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Prenada Media
Group. Jakarta.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Ghalia
Indonesia. Bogor.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Referensi. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Kencana. Jakarta.

Trianto. 2007, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi


Pustaka. Jakarta.

Chomaidi dan Salamah. 2018. Pendidikan dan Pengajaran : Strategi Pembelajaran Sekolah
PT. Grasindo. Jakarta.
Sunarto dan Agung Harton. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Renika Cipta. Jakarta.

Nana Syaodih Sukmadinata.1978. Landasan Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya.


Bandung.
Suyudi. 2010. Psikologi Belajar. Bintang Pustaka Abadi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai