Anda di halaman 1dari 21

MINI RISET

PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA ANAK USIA 10-12 TAHUN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Psikilogi Agama

Dosen Pengampu: Ramadhan Lubis, M.Ag

Disusun Oleh :
Fiza Raudhoh (0301202021)
Rani Wardani Hasibuan (0301201054)
Khairul Azmi (0301202282)

Prodi Pendidikan Agama Islam


PAI 8 Semester VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji serta syukur atas berkah, rahmat, hidayah, dan karunia yang telah diberikan
oleh Allah Swt. Tuhan semesta alam, sehingga Kami diberikan kesempatan waktu untuk
sesegera mungkin menyelesaikan tugas Kelompok, yakni penugasan Mini Riset dengan judul
“Perkembangan Jiwa Beragama Anak Usia 10-12 Tahun” . Tak lupa sholawat dan salam atas
junjungan kita nabiyyuna wa habibuna Muhammad Saw, yang mana syafaat dari beliaulah
yang nantinya kita harapkan di Yaumil akhir kelak. Aamiin-aamiin ya rabbal aalamiin.
Di sini penulis/peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang
terlibat dalam penyelesaian tugas Mini Riset ini, kemudian juga terimakasih juga kepada Bapak
yang mendidik kami pada mata kuliah Psikologi Agama yaitu Bapak Ramadhan Lubis, M.Ag,
karena ilmu, arahan dan bimbingan dari beliaulah Kami mampu untuk menyelesaikan tugas
ini, dan penugasan ini pastinya akan berguna untuk kami bisa berlatih kedepannya dan kita
semua mendapatkan banyak manfaat ilmu yang berguna untuk pembekalan hidup kita
nantinya.
Terlepas dari pada itu semua Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu Kami selaku peneliti meminta maaf jika ada kesalahan dalam
penyusunan. Untuk kita semua semoga ada masukan dan saran yang membangun demi
kebaikan tugas ini dan tugas-tugas selanjutnya. Akhir kata penulis/peneliti mengucapkan
terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan. Sekian dan
Terimakasih.

Medan, April 2023


Penyusun/Peneliti

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

ABSTRAK ...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 2

D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................... 3

A. Pengertian Perkembangan Psikomotorik ..................................................................................... 3


B. Pengertian Perkembangan Kognitif ............................................................................................. 4
C. Pengertian Perkembangan Afektif .............................................................................................. 5
D. Pengertian Jiwa Keberagamaan ................................................................................................... 6
E. Anak Usia 10-12 Tahun ................................................................................................................... 8

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................ 9

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 9


B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................................. 9
C. Sumber Data ........................................................................................................................ 9
D. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................................................... 10
E. Analisis Data ................................................................................................................................ 11

BAB IV HASIL PEMBAHASAN ......................................................................................... 12

BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 16

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
B. Saran ................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17

ii
ABSTRAK

Perkembangan jiwa beragama anak usia 10-12 tahun dengan meninjau perkembangan
psikomotorik, kognitif dan afektif anak yang menjadi penilaian bahwa seorang anak telah
berkembang jiwa-jiwa keberagamaannya. Usia 10-12 tahun masih termasuk masa anak-anak,
dan masa anak-anak ini adalah masa yang cocok untuk dikembangkan potensi keagamaannya
secara optimal. Potensi jiwa keagamaan anak telah ada sejak dalam kandungan, setelah
dilahirkan membutuhkan stimulus lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
mengembangkannya. Tahapan perkembangan Beragama anak dimulai pada bagian yang
bersifat the fairy tale stage (tingkat dongeng), the raelistic stage (tingkat kenyataan), dan the
Individual Stage (tingkat individu). Di bagian tahapan the individual stage inilah anak berusia
10-12 tahun berada, tepatnya pula pada fase masa anak sekolah. Penelitian ini menggunakan
metode observasi langsung kelapangan dengan sampel masing-masing anak yang berusia 10,
11, dan 12 tahun dengan masa anak sekolah tingkat 4,5 dan 6 Sekolah Dasar. Penelitian
berlangsung dan peneliti mendapati bahwa ternyata perkembangan jiwa beragama mereka
sejalan dengan bertambahnya usia mereka. Kesadaran akan beragama mulai meningkat dan
perkembangannya semakin realistis, dan juga ini berkaitan dengan perkembangan
intelektualitasnya yang semakin berkembang.

ABSTRACT
The development of the religious spirit of children aged 10-12 years by reviewing the
psychomotor, cognitive and affective development of children as an assessment that a child has
developed religious souls. The age of 10-12 years is still childhood, and this childhood is the
right time to developing their religious potential optimally. The potential for a child's religious
soul has existed since he was in the womb, after birth it requires a stimulus from the family,
school and community environment in developing it. The stages of the child's religious
development begin at the part that is the fairy tale stage (fairy tale level), the raelistic stage
(the reality level), and the Individual Stage (individual level). It is in this section of the
individual stage that children aged 10-12 years are located, to be precise, during the school
phase. This study used the direct observation method with a sample of each child aged 10, 11,
and 12 years with school children in grades 4, 5 and 6 of elementary school. Research is
underway and researchers find that in fact the development of their religious spirit is in line
with their age. Awareness of religion is starting to increase and its development is becoming
more realistic, and this is also related to its growing intellectual development

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak dilahirkan dengan sistem penciptaan terbaik oleh Allah Swt, ia telah memiliki
kemampuan bawaan yang sifatnya tersembunyi. Potensi bawaan ini memerlukan
pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada masa
usia anak-anak. Perkembangan jiwa keagamaan pada anak dipengaruhi oleh faktor dari luar
diri mereka.1
Fisik atau jasmani manusia juga baru akan berfungsi secara sempurna jika
dipelihara dan terus dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan berfungsi jika
kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada pengeksplorasian
perkembangannya. Kemampuan itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan
melalui pentahapan. Demikian juga perkembangan agama pada diri anak.
Kondisi jiwa beragama anak dapat berkembang sesuai dengan lingkungan anak
berada. Orang tua yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan,
pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi
dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya, tentu sangat perlu memahami secara serius
perkembangan jiwa agama anak usia dini.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jalaluddin bahwa pengaruh bimbingan orang
tua memiliki peran strategis dalam membentuk jiwa agama pada diri anak. 2 Demikian
pentingnya pengaruh bimbingan itu, hingga dikaitkan dengan aqidah, sebab bila dibiarkan
berkembang dengan sendirinya, maka potensi keberagamaan pada anak akan salah arah dan
sulit untuk mengembangkannya secara optimal.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, terutama tentang pentingnya memahami
perkembangan jiwa agama pada masa anak-anak yang bisa kita lihat dari aspek
perkembangannya yakni perkembangan psikomotorik, kognitif, dan afektifnya. maka
penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih seksama tentang proses perkembangan jiwa
beragama anak usia 10-12 tahun tersebut.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan psikomotorik jiwa keberagamaan anak usia 10-12 tahun

1
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.70
2
Ibid, h. 62

1
2. Bagaimana perkembangan kognitif jiwa keberagamaan anak usia 10-12 tahun
3. Bagaimana perkembangan afektif jiwa keberagamaan anak usia 10-12 tahun
C. Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah pembekalan ilmu dan menjadi latihan bagi kita dalam penyusunan
laporan penelitian berbentuk mini riset yang akan selesai ini.
2. Untuk mengetahui perkembangan psikomotorik jiwa keberagamaan anak usia 10-12
tahun
3. Untuk mengetahui perkembangan kognitif jiwa keberagamaan anak usia 10-12 tahun
4. Untuk mengetahui perkembangan afektif jiwa keberagamaan anak usia 10-12 tahun
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Terselesaikannya laporan mini riset
2. Menjadi tahu bagaimana perkembangan psikomotorik jiwa keberagamaan anak usia
10-12 tahun
3. Menjadi tahu bagaimana perkembangan kognitif jiwa keberagamaan anak usia 10-12
tahun
4. Menjadi tahu bagaimana perkembangan afektif jiwa keberagamaan anak usia 10-12
tahun

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Perkembangan Psikomotorik
Sebelum membahas psikomotoriknya ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
apa itu perkembangan. Perkembangan adalah perubahan yang terjadi secara kualitatif pada
ranah jasmani dan rohani manusia yang saling berkesinambungan menuju ke arah yang
lebih baik atau ke arah yang sempurna. Perkembangan mengarah kepada kualitas dan yang
berkembang adalah kepribadian dan jiwa nya. Perkembangan juga mengarah pada
perubahan fisik maupun psikis, namun tidak dapat diamati dengan panca indera. 3
Sementara yang dimaksud dengan psikomotorik adalah sebagai suatu aktifitas fisik
yang berhubungan dengan proses mental dan psikologi seseorang. Psikomotorik berkaitan
dengan keterampilan, seperti lompat, lari, melukis dan menyusun, dan sebagainya. Karena
berkaitan dengan keterampilan, maka psikomotorik terkandung dalam perbuatan dengan
praktik seperti praktik melakukan wudhu, gerakan shalat, dan lain sebagainya.4
Perkembangan psikomotorik menurut para ahli dapat di rangkumkan sebagai
berikut:
1. Menurut Bloom; Perkembangan psikomotorik ini adalah perkembangan dengan
tercapainya sebuah keterampilan manipulasi yang melibatkan kinerja otot dan segala
kekuatan fisik, dan hal ini akan membuat seseorang dapat melihat perkembangannya
telah mencapai standar yang diukur atau belum.
2. Menurut Simpson; Perkembangan Psikomotorik adalah berkembangnya hasil belajar
yang akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan individu dalam
melakukan sesuatu yang bersifat nyata. Akan dikatakan berhasil jika telah
menunjukkan hasil yang sesuai dengan apa yang disampaikan dalam kegiatan tersebut.
3. Menurut Arikunto; Perkembangan psikomotorik berkaitan dengan hubungan kerja otot
dan menyebabkan gerakan tubuh, gerakan dimulai dari hal yang sederhana sampai
kegiatan yang rumit. Ranah psikomotorik adalah hal-hal yang berkaitan dengan
aktivitas fisik.
4. Menurut Anwar; Perkembangan psikomotorik adalah sebuah penilaian yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat keterampilan yang dimiliki seseorang. Penilaian dilakukan

3
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2022), h.67
4 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978), h.150

3
dengan melihat gerak yang dilakukan baik gerakan dasar atau gerakan yang dilakukan
secara kreatif.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan perkembangan psikomotorik adalah berkembangnya atau bertambahnya
kemampuan individu dalam hal keterampilan yang melibatkan kinerja otot dan segala
kekuatan fisik mengarah pada kesempurnaan gerakan-gerakan yang sesuai dengan
semestinya.
B. Pengertian Perkembangan Kognitif
Kognitif dapat dimaknai sebagai sebuah proses yang terjadi secara internal dalam
pusat susunan saraf ketika manusia sedang berpikir. Secara luas, menurut Neisser kognisi
atau cognition ialah perolehan, penggunaan pengetahuan serta penataan. Menurut para ahli,
kognisi memengaruhi aliran kognitifis atau tingkah laku dari seorang anak yang didasarkan
pada kognisi yaitu merupakan suatu tindakan mengenal serta memikirkan situasi di mana
tingkah laku itu terjadi. Sederhananya, kognitif ialah seluruh aktivitas mental yang
membuat seorang individu untuk mampu menghubungkan, mempertimbangkan dan
menilai suatu peristiwa. Sehingga, individu tersebut akan mendapatkan pengetahuan
setelahnya.
Perkembangan kognitif adalah tahapan-tahapan perubahan yang terjadi dalam
rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah
dan mengetahui sesuatu. 5 Kognitif juga mengalami perkembangan tahap demi tahap
menuju kesempurnaan atau kematangannya. Sederhananya, kognitif dimengerti sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran
dan pemecahan masalah.6
Kognitif adalah segala kegiatan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian menjadi paham karenanya. Di
sinilah praktek kecerdasan kognitif bekerja dalam memproses sebuah pengetahuan. Secara
umum kognitif berbicara tentang gagasan, ide dan pemecahan masalah berakar pada
kemampuan kognitif seseorang. Tanpa adanya kecerdasan kognitif mustahil sebuah ilmu
pengetahuan dapat dipahami.
Perkembangan kognitif menurut para ahli adalah sebagai berikut:

5
Leny Marinda, “Teori Perkembangan Kognitif Jian Piaget”, An-Nisa’; Jurnal Kajian Perempuan dan
Keislaman, Vol.13, No.1, 2020
6
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h. 96

4
1. Menurut Williams dan Susanto; Perkembangan kognitif adalah bagaimana seseorang
bisa memecahkan sebuah permasalahan yang dilihat dari cara seseorang itu bertingkah
laku, bertindak dan cepat atau lambatnya.
2. Menurut Gagne; Perkembangan kognitif ialah proses internalisasi ilmu pengetahuan
yang terjadi pada susunan saraf pusat ketika seseorang berfikir memahami sesuatu.
3. Menurut Drever; Perkembangan kognitif adalah dapatnya seseorang untuk memahami
sebuah metode pembelajaran. Metode pemahaman, yakni persepsi, penilaian,
penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna adalah sepaket dengan kognitif.
4. Menurut Piaget; Perkembangan kognitif adalah kegiatan seorang anak bagaimana ia
beradaptasi dan menginterpretasikan obyek serta kejadian-kejadian yang terjadi di
sekitar dirinya.
Dari pendapat-pendapat ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa perkembangan
kognitif adalah perkembangan yang dapat dimaknai sebagai tingkat kemampuan seorang
individu dalam berpikir yang meliputi proses pemecahan masalah, mengingat, serta
mengambil keputusan. Sederhananya kognitif berkaitan dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki oleh seseorang.
C. Pengertian Perkembangan Afektif
Afektif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, watak, perilaku, minat,
emosi, dan nilai yang ada di dalam diri setiap individu. Menurut beberapa ahli, afektif ini
erat kaitannya dengan kognitif, karena semakin tinggi tingkat kekuasaan kognitif
seseorang, semakin mudah untuk memperkirakan perubahan perilakunya. Sebab ia tahu
ilmunya dan ia mengarah pada perubahan perilaku atau sikap.
Slameto mengatakan bahwa sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang
dicari individu dalam kehidupan. Sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, antara
lain:7
1. Melalui pengalaman yang berulang-ulang atau dapat pula melalui suatu pengalaman
yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik)
2. Melalui imitasi (peniruan), yang dapat terjadi tanpa disengaja dapat pula dengan
sengaja. Apabila peniruan terjadi dengan sengaja, individu harus mempunyai minat dan
rasa kagum terhadap model yang diimitasi. Selain itu, diperlukan pula pemahaman dan

7
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h.73

5
kemampuan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru. Peniruan akan
terjadi lebih lancar apabila dilakukan secara kolektif daripada perorangan
3. Melalu sugesti (pengaruh), di sini seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek
tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tetapi semata-mata karena pengaruh yang
datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya
4. Melalui identifikasi, di sini seseorang melakukan peniruan atas dasar keterikatan
emosional. Identifikasi didasari oleh kecenderungan untuk menyamai objek yang ditiru.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan afektif adalah perkembangan yang
mengarah pada pembentukan sikap yang mencerminkan pada kebaikan, yang mana ini akan
terus berkembang seiring dengan kognitif yang dimiliki oleh seseorang dan ini akan
menunjukkan hasil yang sangat berpengaruh pada penilaian yang akan dilakukan.
Perkembangan afektif ini mengarah pada proses menghayati dan mengimani artinya
penyikapan kita terhadap hal yang datang pada kondisi dan situasi yang sedang di alami.
D. Pengertian Jiwa Keberagamaan
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam
keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat tersembunyi.
Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang
mantap lebih-lebih pada masa usia anak-anak. Perkembangan jiwa beragama pada anak-
anak umumnya adalah perkembangan yang masih awal, tetapi sebenarnya sebelum masa
anak- anak pun seorang anak telah mendapatkan sebuah pendidikan tentang keagamaan,
yaitu dalam kandungan, masa pranatal dan masa bayi.8
Walaupun pada saat itu penerimaan pendidikan agama itu belum dapat diberikan
secara langsung misalnya dalam kandungan, seorang janin hanya bisa menerima
rangsangan atau respon dari sang ibu, ketika ibu sedang shalat mungkin atau mengerjakan
perintah-perintah agama lainnya, begitu juga pada saat bayi dilahirkan, ia hanya menerima
rangsangan dari luar misalnya pada saat sang bayi di azan kan.
Dari pada itu kita bisa menyimpulkan bahwa masa anak-anak bukan lah masa yang
paling awal mendapatkan pendidikan keagamaan. Timbulnya jiwa keagamaan pada anak
kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir
baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan
latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal
dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi baik dan berfungsi kematangan dan

8
Jalaluddin, Psikologi Agama, Op.Cit, h. 63-64

6
pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada pengeksplorasian
perkembangannya. Kesemuanya itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan
melalui tahapan.
Demikian juga perkembangan agama pada anak. Anak sejak dilahirkan telah
membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi dikemudian hari melalui proses
bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan. Ada beberapa teori
mengenai perkembangan agama pada anak antara lain:
1. Rasa ketergantungan (Sense of Depende)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya,
manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan, yaitu:
a. Keinginan untuk perlindungan (security)
b. Keinginan akan pengalaman baru (new experience)
c. Keinginan untuk mendapat tanggapan (response)
d. Keinginan untuk dikenal (recognation)
Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka bayi
sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman
yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan
pada diri anak.
2. Instink keagamaan
Menurut Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink,
diantaranya instink keagamaan. Misalnya instink social bagi anak sebagai potensi
bawaannya sebagai makhluk homo socius, baru akan berfungsi setelah anak dapat
bergaul dan berkemampuan untuk berkomunikasi. Jadi, instink social itu tergatung dari
kematangan fungsi lainnya. Demikian pula instink keagamaan.9
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama
pada anak-anak. Sesuai dengan ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak-
anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on outhority. Ide keagamaan pada anak
sepenuhnya autoritarius, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi
oleh faktor dari luar diri mereka. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia
muda telah terlihat, mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka telah
melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang
tua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Orang tua

9
Ibid, h.67-68

7
mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip dengan eksplorasi yang
mereka miliki.
Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang
menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para orang tua maupun guru mereka.
Bagi mereka sangat mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa walaupun belum
mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut.
E. Anak Usia 10-12 Tahun
Pada masa ini disebut juga dengan masa anak-anak akhir. Anak-anak sudah masuk
pada usia sekolah. Setiap anak akan memiliki ciri-ciri yang berbeda sejalan dengan
10
perkembangan individu tersebut. Pada usia ini akan terlihat beberapa perbedaan
perkembangan yakni dalam hal perkembangan fisiknya yang berdampak pada keaktifan
psikomotoriknya. Menurut Tanner pada usia 10 tahun anak perempuan rata-rata lebih tinggi
dan lebih berat dari pada anak laki-laki. Namun setelah usia 12 tahun ke atas anak laki-laki
akan menyusul dan bahkan lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan.
Pada usia ini siswa laki-laki mempunyai kemampuan motorik yang lebih
dibandingkan perempuan. Selain itu siswa yang aktif secara fisik akan mudah
meningkatkan kemampuan motorik, hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang aktif
secara fisik/ banyak bergerak maka kemampuan dalam geraknya lebih baik sehingga dalam
melakukan berbagai gerakan akan lebih mudah.
Dalam perkembangan kognitifnya anak-anak mengalami perubahan berpikir,
ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan
memecahkan masalah. Kemudian pengalaman hidupnya memberi andil dalam
mempertajam konsep. Pada masa ini anak-anak proses kognitif anak-anak tidak lagi
egosentrisme, dan akan lebih logis.11
Perkembangan afektif dalam hal bahasa, moral, dan emosi. Anak-anak pada masa
ini mengalami peningkatan dalam kemampuan menganalisis kata dan membantunya untuk
mengerti apa yang tidak secara langsung berhubungan dengan pengalaman pribadinya. 12
Afektif dengan perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami
aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. 13

10
Mulyasari Sumantri, & Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2011), h.303
11
Rita Eka Izzaty, dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: Uny Press,2008), h. 107).
12
Ibid, h.108
13
Ibid, h. 110

8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam rangka menemukan data yang diperlukan penelitian ini, maka kami
menggunakan cara pendekatan field study, maksudnya dalam penelitian ini,
penulis mengadakan riset di lapangan, yaitu dibuat berdasarkan observasi dan
ditulis dalam bentuk laporan. Sedangkan untuk jenis metode penelitiannya ialah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah kegiatan pengumpulan data dalam rangka menguji
hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang
berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan utama dalam penelitian deskriptif adalah
untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejela tertentu.
B. Tempat dan Waktu
Alamat : Jln. Beting Seroja, Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei. Tualang Raso,
Kota Tanjungbalai
Tanggal : Rabu, 02 Mei 2023
Waktu : 6.30-selesai
C. Sumber Data
Dalam penelitian kali ini peneliti memerlukan sumber data mengenai perkembangan anak
usia 10-12 tahun. Data yang didapati dari penelitian ini adalah data langsung, yaitu dengan
melakukan wawancara langsung dengan anak yang bersangkutan. Adapun data diri dari
narasumber diantaranya:
Narasumber Pertama
Nama : Aidil Adha
Tempat/Tanggal Lahir : 12 Januari 2013
Umur : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jln. Beting Seroja, Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei.
Tualang Raso, Kota Tanjungbalai
Nama Orang Tua : Ayah : Hasan Basri
Ibu : Nurainun

Narasumber Kedua
9
Nama : Yasmin Julita Musni
Tempat/Tanggal Lahir : 20 Juli 2011
Umur : 11 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Beting Seroja, Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei.
Tualang Raso, Kota Tanjungbalai
Nama Orang Tua : Ayah : Muslim
Ibu : Tri Mulyani

Narasumber Ketiga
Nama : Satria Putra Samosir
Tempat/Tanggal Lahir : 02 Januari 2011
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jln. Beting Seroja, Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei.
Tualang Raso, Kota Tanjungbalai
Nama Orang Tua : Ayah : Dedi
Ibu : Najah
D. Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, sumber dan cara. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data di lapangan yang berkaitan tentang perkembangan
jiwa keberagamaan anak usia 10-12 tahun di Jl. Beting Seroja, Kelurahan Keramat
Kubah, Kecamatan Sei. Tualang Raso, Kota Tanjungbalai

10
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Dalam penelitian
ini peneliti mewawancarai tiga orang anak berdasarkan usianya yakni anak umur 10,
11, dan 12 tahun.
3. Metode Dokumentasi

E. Analisis Data
Dari data yang diperoleh masing-masing anak berbeda perkembangan
keagamaannya, anak dengan usia 10 tahun memiliki jiwa keagamaan dengan
perkembangan kognitif yang lebih besar dibanding psikomotorik dan afektifnya. Dia tahu
ilmunya namun penerapan dan penyikapannya masih mudah goyah artinya belum cukup
konsisten. Anak dengan usia 11 tahun memiliki kognitif dan afektif yang lebih besar dari
pada psikomotoriknya. Anak ini paham ilmunya dari pembelajaran yang ia dapat dari orang
tua dan juga guru, dan penyikapannya juga bagus, anak ini di kenal anak yang baik
akhlaknya, namun untuk psikomotorik belum cukup sempurna pelaksanaannya. Anak
dengan usia 12 tahun ini lebih kurang hampir sama dengan anak usia 11 tahun tadi.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
Mengenai temuan umum peneliti dapati profil anak dengan masing-masing usia 10, 11
dan 12 tahun, sebagai berikut:
Nama : Aidil Adha
Tempat/Tanggal Lahir : 12 Januari 2013
Umur : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jln. Beting Seroja, Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei.
Tualang Raso, Kota Tanjungbalai
Nama Orang Tua : Ayah : Hasan Basri
Ibu : Nurainun

Nama : Yasmin Julita Musni


Tempat/Tanggal Lahir : 20 Juli 2011
Umur : 11 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Beting Seroja, Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei.
Tualang Raso, Kota Tanjungbalai
Nama Orang Tua : Ayah : Muslim
Ibu : Tri Mulyani

Nama : Satria Putra Samosir


Tempat/Tanggal Lahir : 02 Januari 2011
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jln. Beting Seroja, Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei.
Tualang Raso, Kota Tanjungbalai
Nama Orang Tua : Ayah : Dedi
Ibu : Najah
12
B. Temuan Khusus
Temuan khusus yang peneliti dapati yakni dari hasil wawancara, sebagai berikut:
P: Apakah adik sudah bisa shalat?
N: Sudah kak. (3 narasumber sama)
P: Dalam berwudhu apakah adik sudah benar urutan dan cara pelaksanaannya?
N: Kalau urutan wudhu sudah pandai kak, tapi kalau sudah betul praktiknya kami belum
tahu kak (3 narasumber sama)
P: Shalat nya sudah dilaksanakan 5 waktu?
N: Belum kak, kadang masih ada shalat yang bolong kak (3 narasumber sama)
P: Adik biasanya shalat di masjid atau di rumah?
N: Kadang di Masjid dan kadang di rumah kak. Lebih senang di masjid karena lebih jelas
kak sama waktunya, kadang kalau sudah kelewatan waktunya saya terlewat shalat di
rumahnya jadinya saya tidak shalat (narasumber 1)
Saya kadang di rumah kadang di masjid. Lebih sering di rumah kak (narasumber 2)
Saya juga kadang di masjid kadang di rumah kak. Tapi lebih sering ke masjid kak
(Narasumber 3)
P: Kalau mau shalat tunggu disuruh dulu atau ketika dengar azan langsung shalat?
N: Kadang ketika teman ada yang ke mesjid saya ikut kak tanpa disuruh, kadang juga
masih disuruh orang tua (narasumber 1)
Saya karena lebih sering shalat di rumah, ketika mendengar azan saya sadar kak, tak
lama dari itu saya berwudhu , dan saya shalat lebih sering tanpa di suruh kak, hanya
saja orang tua saya menanyakan dan mengingatkan sudah shalat apa belum
(narasumber 2)
Mendengar azan langsung ke masjid kak tanpa di suruh, kadang sih kak di ingatkan
dan disuruh orang tua (narasumber 3)
P: Apakah adik bisa mengaji ?
N: Bisa kak. (3 narasumber sama)
P: Masih Iqra atau sudah Al-Quran?
N: Sudah Al-Quran kak (3 narasumber sama)
P: Apakah sudah bisa membaca Al-Quran dengan benar seperti panjang
pendeknya sudah bisa?
N: Kalau panjang pendek sudah bisa kak, tapi untuk benar salah bacaan tajwidnya Belum
terlalu kak, masih banyak yang dikoreksi guru ngaji saya kak (3 narasumber sama)
13
P: Doa-doa ketika memulai kegiatan itu doa apa saja yang adik tahu?
N: Doa makan, doa selesai makan, doa mau tidur, doa bangun tidur, doa masuk wc, doa
keluar wc, doa mau belajar, doa selesai belajar, dan doa sebelum keluar rumah.
(3 narasumber sama)
P: Ketika puasa Ramadhan adik puasa nya sudah full atau masih setengah hari?
N: Kalau puasa saya sudah full kak, kecuali kalau sakit kak, mamak saya yang menyuruh
berbuka (3 narasumber sama)
P: Apakah adik mengetahui apa saja rukun iman dan rukun Islam?
N: Tau kak (3 narasumber sama)
P: Apakah adik ketika disuruh pergi ngaji atau shalat adik pernah marah atau melawan
karena tidak mau disuruh?
N: Pernah kak, kadang ketika saya sedang bermain dengan teman itu saya disuruh ngaji
kadang saya juga pernah malas kak jadi kadang saya marah kak (narasumber 1)
Tidak pernah kak langsung dilaksanakan (narasumber 2 dan 3)

C. Pembahasan
1. Perkembangan Psikomotorik Jiwa Keberagamaan Anak Usia 10-12 Tahun
Psikomotorik merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan
atau keterampilan seorang anak. Ranah ini masuk dalam penilaian praktek yang ada
dalam pembelajaran dan arti Pendidikan Psikomotor adalah salah satu ranah yang
menilai keterampilan (skill) atau kemampuan melakukan sesuatu setelah seseorang
menerima pembelajaran pada bidang tertentu. Hasil belajar motorik akan terlihat
ketika seseorang telah menerima pembelajaran dan telah dinilai secara kognitif.
Berdasarkan pembahasan tersebut di teliti bahwa anak dengan usia labil yakni
usia masa sekolah 10-12 tahun memiliki perkembangan psikomotorik yang kurang
dalam praktiknya, di observasi secara langsung dalam gerakan shalat mereka masih ada
yang kurang tepat seperti contohnya mengangkat takbir, saat duduk diantara dua sujud,
dan di saat sujud. Tata cara berwudhu juga merupakan bagian dari psikomotorik anak.
Masih banyak di dapati kesalahan membasuh wajah, kedua tangan, dan daun telinga.
Namun untuk urutan berwudu mereka tahu. Dan untuk melafalkan Al-Qur’an
praktiknya membaca dengan panjang pendek mereka sudah tahu, namun perlu
pengoreksian oleh guru.
2. Perkembangan Kognitif Jiwa Keberagamaan Anak Usia 10-12 Tahun

14
Kognitif adalah segala kegiatan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian menjadi paham karenanya.
Kognitif berkaitan dengan rentang kehidupan manusia untuk memahami, mengolah
informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu. Maka dari hal tersebut
penelitian kecerdasan kognitif berperan saat mengolah pengetahuan.
Berdasarkan data yang diperoleh anak sudah tahu gerakan shalat, tata cara
berwudhu, mengetahui rukun Iman dan Islam, tahu membaca Al-Qur’an, sudah hafal
doa-doa pendek dalam aktivitas ringan, seperti doa makan, doa selesai makan, doa mau
tidur, doa bangun tidur, doa masuk wc, doa keluar wc, doa mau belajar, doa selesai
belajar, dan doa sebelum keluar rumah.
3. Perkembangan Afektif Jiwa Keberagamaan Anak Usia 10-12 Tahun
Afektif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, watak, perilaku,
minat, emosi, dan nilai yang ada di dalam diri setiap individu. Afektif ini berkenaan
dengan kondisi emosi seseorang. Dalam hal ini ranah afektif dimaksudkan untuk
menggugah emosi siswa agar ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Afektif juga bisa kita nilai dengan baik buruknya penyikapan seseorang dari apa yang
telah ia pelajari. Orang yang memiliki perkembangan afektif yang baik ditandai dengan
seseorang tersebut punya akhlak yang baik.
Berdasarkan hal tersebut didapati bahwa anak-anak tersebut berbeda-beda
afektifnya. Narasumber pertama kurang dalam afektifnya yang terkadang masih belum
bisa mengontrol emosinya sendiri ketika disuruh orang tua nya yang seperti
dikatakannya kadang ketika dia sedang bermain dengan teman itu dia disuruh ngaji dia
terkadang membantah karena malas hendak pergi mengaji. Tetapi ia juga terkadang
pergi shalat ke mesjid tanpa disuruh dulu oleh orang tuanya. Namun berbeda dengan
narasumber 2 dan 3 mereka yang cenderung lebih dewasa dari segi umur mereka lebih
bisa mengontrol emosi dan mereka adalah anak yang sabar, dan dari pengamatan
peneliti juga narasumber 2 dan 3 ini adalah anak yang baik akhlaknya.

15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa
1. Perkembangan psikomotorik jiwa keberagamaan adalah penilaian tentang keterampilan
yang melibatkan kinerja otot dan segala kekuatan fisik mengarah pada kesempurnaan
gerakan-gerakan yang sesuai dengan semestinya. Dalam penelitian ini perkembangan
psikomotorik jiwa keberagamaan anak usia 10-12 tahun mereka kurang tepat dalam tata
cara wudhu yang baik dan benar, sudah bagus namun kurang sempurna dan masih
seadanya. Begitu juga dengan gerakan shalat mereka sudah tahu namun gerakannya
kurang sempurna dan masih seadanya.
2. Perkembangan kognitif jiwa keberagamaan adalah perkembangan yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian
menjadi paham karenanya. Secara umum kognitif berbicara tentang gagasan, ide dan
pemecahan masalah berakar pada kemampuan kognitif seseorang. Tanpa adanya
kecerdasan kognitif mustahil sebuah ilmu pengetahuan dapat dipahami. Dalam hal ini
pada usia anak 10-12 tahun mereka sudah dapat ilmunya dan mereka bisa
memahaminya dari apa yang telah mereka pelajari di sekolah maupun di rumah. Mereka
sudah tahu melaksanakan shalat, puasa, tahu rukun Islam dan rukun Iman, tahu
membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya
3. Perkembangan afektif jiwa keberagamaan adalah sesuatu yang berkaitan dengan sikap,
watak, perilaku, minat, emosi, dan nilai yang ada di dalam diri setiap individu. Mereka
dengan usia 10-12 tahun cenderung sulit mengontrol emosi dan terlihat masih labil
dengan usianya. Kurang dalam menyikapi agama yang baik. Namun semakin mereka
bertambah usianya maka afektif mereka juga akan berkembang mereka akan menjadi
anak yang sabar, baik, dan ber-akhlakul karimah.
B. Saran
Kami menyadari bahwa mini riset ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mohon maaf sebesar-besarnya. Terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Agama yang memberikan tugas mini riset ini kepada kami. Karena, dapat
membuat kami memahami dalam pembuatan mini riset dan paham juga ilmu dari
pembahasan yang diteliti. Semoga mini riset ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, 2005, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Lubis. Ramadan, 2022, Psikologi Agama, Medan: Perdana Publishing.
Hurlock. Elizabeth B, 1978, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga.
Marinda. Leny, 2020, “Teori Perkembangan Kognitif Jian Piaget”, An-Nisa’; Jurnal Kajian
Perempuan dan Keislaman, Vol.13, No.1.
Desmita, 2010, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Slameto, 1995, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumantri. Mulyasari, & Nana Syaodih, 2011, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta:
Universitas Terbuka.
Izzaty. Rita Eka, dkk, 2008, Perkembangan Peserta Didik, Yogyakarta: Uny Press.

17

Anda mungkin juga menyukai