Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MINI RISET

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JIWA KEBERAGAMAAN

ANAK USIA 8-10 TAHUN

PADA ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF, PSIKOMOTORIK DAN AFEKTIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu : Ramadhan Lubis, S.Ag

Disusun Oleh :

Kelompok 5

PAI-8/Semester VI

Priska (0301201152)

Putri Pratiwi Purba (0301202012)

Yusuf Hamdani Rambe (0301201005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji serta syukur atas berkah rahmat, hidayah, dan karunia yang telah diberikan
oleh Allah Swt. Tuhan semesta alam, sehingga Saya diberikan kesempatan waktu untuk
sesegera mungkin menyelesaikan tugas mini riset dengan judul “Pertumbuhan dan
Perkembangan Jiwa Keberagamaan Anak Usia 8-10 Tahun ”. Tidak lupa shalawat dan salam
atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw, yang mana syafaat dari beliaulah yang
nantinya kita harapkan di Yaumil akhir kelak. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Di sini penulis ingin mengucapkan ribuan terimakasih yang tak terhingga banyaknya
kepada orang-orang yang ikut dalam penyusunan mini riset ini. Tak lupa juga ucapan terima
kasih kepada Ibu yang mendidik Saya pada mata kuliah Psikologi Agama yaitu Bapak
Ramadhan Lubis, S.Ag karena ilmu, arahan dan bimbingan dari beliaulah Saya mampu untuk
menyelesaikan tugas ini.

Dengan selesainya mini riset ini Saya buat, semoga kita semua mendapatkan banyak
manfaat ilmu yang berguna untuk pembekalan hidup kita nantinya. Sata juga menyadari bahwa
tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu Saya selaku penulis meminta maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan, serta Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga dapat
bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Sekian dan Terimakasih.

Medan, Mei 2023

Putri Pratiwi Purba

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................... 4

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan ........................................................ 4


B. Perkembangan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Usia 8-10 Tahun .................. 5
C. Jiwa Keberagamaan ............................................................................................. 8

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 11

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................................... 11


B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................................. 11
C. Subjek Penelitian ................................................................................................. 11
D. Teknik Pengumpulan data.................................................................................... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 14

A. Temuan Umum .................................................................................................... 14


B. Temuan Khusus .................................................................................................. 14

BAB V LAMPIRAN ...................................................................................................... 18

BAB VI PENUTUP ....................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan beragama pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak
kecil, dalam keluarga, di sekolah, dan dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengala-
man yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran agama), dan semakin banyak unsur agama,
maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran
agama. Seluruh proses perkembangan itu diatur dan dikuasai oleh kekuasaan hukum asosiasi,
dalam artian unsur-unsur yang berasosiasi sehingga sesuatu yang semula bersifat simpel ( unsur
yang sedikit) makin lama makin banyak dan kompleks.

Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh lingkungan, baik pengalaman
atau pendidikan di sekolah. Di rumah pengalaman kegamaan pada anak mengikuti pola ke-
agamaan orang tua. Praktek keagamaan yang benar oleh orang tua akan menjadi keuntungan
sendiri bagi anak perihal agamanya ketika dewasa. Sebaliknya, keagamaan seorang anak tidak
baik jika semasa kecilnya ia tidak diperkenalkan agama secara baik.

Peran orang tua sangat menentukan keberagamaan anak. Hal ini dikuatkan karena
sesungguhnya terdapat dalam kitab suci setiap agama, dimana banyak sekali terdapat ayat-ayat
yang berkenaan dengan proses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena pengaruh agama.
Dalam al quran misalnya banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang yang
beriman dan sebaliknya serta kelainan-kelainan sifat dan sikap yang terjadi karena
kegoncangan kepercayaan dan ayat-ayat yang berbicara tentang perawatan jiwa atau dengan
kata lain memperoleh kedamaian dalam jiwanya sehingga pendidikan yang berorientasi pada
keagamaan perlu dilakukan sedini mung- kin karena seorang anak tidak mungkin selalu
bahagia dimana ada saat anak tersebut merasa tidak bahagia di dalam kondisi tertentu.

Al Quran banyak mencakup ayat-ayat yang memaparkan pembentukan manusia dan


juga mendekripsikan keadaan jiwanya yang selalu berubah. Juga diterangkan penyebab pe-
nyimpangannya diserta metode untuk meluruskannya dan mengarahkannya kepada kenorma-
lannya. Semua ayat tersebut layaknya petunjuk yang mengarahkan manusia untuk bisa mema-
hami dirinya sendiri dan keadaan jiwanya yang beragama, juga untuk mengarahkannya kepada
jalan yang baik dan mengajarkan cara terbaik untuk mendidiknya.

1
Pendidikan agama di Sekolah Dasar merupakan dasar bagi pembinaan sikap dan jiwa
agama pada anak. Pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh
kem- bangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan
menfasilitasi kegiatan belajar mereka, sehingga keagamaan anak ditentukan oleh guru agama.
Dasar agama di lingkungan keluarga akan dikembangkan di sekolah sesuai tingkat
pengetahuannya. Semakin bertambah umur mereka, semakin berdasar agama di lingkungan
keluarga akan dikembangkan di sekolah sesuai tingkat pengetahuannya. Semakin bertambah
umur mereka, semakin bertambah pula konsep agama yang mereka miliki. Semula mereka
hanya mengenal tuhan melalui fantasi dan emosinya, ketika di sekolah ia akan mengenal tuhan
secara formal sebagaimana diajarkan oleh guru mereka dan dikuatkan dengan.

Pandangan agama khususnya Islam penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif


(aspek aqliah) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar agama.
Pada tahapan ini, mereka sangat tertarik untuk mempelajari agama. Sebagaimana dikatakan
Jalaluddin dalam buku psikologi agama, anak-anak tertarik dan senang pada lembaga
keagamaan yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa dalam lingkungan mereka. Segala
bentuk tindak (amal) keagamaan mereka ikuti dan mempelajarinya dengan penuh minat.

Dengan demikian, penting kiranya pendidikan agama pada anak agar menjadi orang
yang taat terhadap ajaran agama setelah ia dewasa dan diiringi dengan bimbingan orang tua
maupun guru agar potensi Keberagamaan pada anak tidak salah arah dan mudah
mengembangkannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa keberagamaan
anak usia 8-10 tahun
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan kognitif jiwa keberagamaan anak usia
8-10 tahun?
3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Afektif jiwa keberagamaan anak usia
8-10 tahun?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Kognitif jiwa Keberagamaan
anak usia 8-10 tahun

2
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa
keberagaman Anak usia 8-10 tahun
3. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Afektif jiwa keberagamaan
anak usia 8-10 tahun

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan memiliki kata asal “tumbuh”. Dalam KBBI sendiri, tumbuh memiliki arti
timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sehingga secara istilah, pertumbuhan
memiliki pengertian perubahan secara kuantitatif pada fisik manusia karena beberapa faktor
(faktor internal dan eksternal). Perubahan kuantitaif sendiri dapat di ukur atau dinyatakan
dalam satuan serta dapat diamati secara jelas. Misalnya berupa pertambahan, pembesaran,
perubahan ukuran dan bentuk, hal yang tidak ada menjadi ada, kecil menjadi besar, sedikit
menjadi banyak, pendek menjadi tinggi, serta kurus menjadi gemuk. 1

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan


struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan struktur organ dalam tubuh
dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan otak, anak tersebut memiliki kemampuan
yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan berpikir. 2

Dalam ilmu psikologi, perkembangan memiliki arti perubahan secara kualitatif pada
ranah jasmani dan rohani manusia yang saling berkesinambungan menuju ke arah yang lebih
baik atau ke arah yang sempurna. Yang dimaksud perubahan fisik pada perkembangan manusia
ialah mengacu pada optimaliasasi fungsi-fungsi organ jasmaniah manusia, bukan pada
pertumbuhan jasmaniah itu sendiri. Sehingga dari sini dapat terlihat bahwa pertumbuhan dan
perkembangan adalah sesuatu yang berbeda tetapi saling berkesinambungan atau berhubungan.

Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu perubahan-


perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi yang bersifat
psikis dan fisik pada diri anak secara berkelanjutan, yang ditunjang oleh faktor keturunan dan
faktor lingkungan melalui proses maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu
proses penyempurnakan, pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang terjadi secara
alami. Proses learning merupakan proses belajar, melalui pengalaman pada jangka waktu
tertentu untuk menuju kedewasaan. 3

1
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: FT Rincka Cipta,
1990) h. 41
2
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, Erlangga, Jakarta
3
Drs. J. Agoes Achir, Perkembangan Anak dan Remaja, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus, 1979

4
Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan memiliki rasa
keingintahuan yang besar terhadap lingkungan sekitar. Hal ini ditandai dengan banyaknya
pertanyaan yang diajukan mereka. Rasa ingin tahu tersebut memberikan kesempatan kepada
anak dalam belajar mengenal sesuatu. Interaksi anak dengan lingkungannya misalnya dengan
teman seumuran maupun guru akan membuat anak belajar untuk mengembangkan aspek sosial
dan emosi mereka. Interaksi dengan teman sebaya akan memberikan pengalaman dalam
bersosialisasi dan berkomunikasi, seperti bermain bersama- sama, mau berbagi, mau mengalah
dan sebagainya. Sedangkan interaksi anak dengan lingkungan alam akan memberikan perasaan
santai dan rileks. Kondisi inilah yang sangat dibutuhkan anak dalam proses belajar dan
bermain.

B. Perkembangan Aspek Kognitif, Psikomotorik, dan Afektif Anak usia 8-10


tahun

Seiring dengan pertambahan usia, anak yang memasuki usia 8-10 tahun juga
mengalami tahapan perkembangan yang baru. Namun, sebagai orangtua Anda mungkin juga
bertanya-tanya, apakah anak Anda telah mengalami perkembangan berdasarkan usianya atau
belum.

Ada beberapa tahapan yang akan dilalui anak saat memasuki usia 8-10 tahun sebagai
bagian dari perkembangan anak 6-9 tahun Tumbuh kembang anak usia 8 tahun yang dialami
anak termasuk dari segi fisik, kognitif, psikologi, dan berbicara serta bahasa.

1. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik anak usia 8-10 tahun tidak berbeda jauh dengan perkembangan
yang dialami di usia 6-7 tahun. Pada usia 8-10 tahun, tinggi badan anak mengalami peningkatan
5-7 sentimeter (cm). Selain itu, anak juga mengalami peningkatan berat badan hingga 1-3
kilogram (kg). Perkembangan fisik yang dialami anak pada usia 8-10 tahun juga termasuk:4

a. Anak mulai bisa mandi dan berpakaian sendiri tanpa bantuan orang
tua.
b. Gigi susu mulai copot dan tumbuh gigi permanen pada usia ini.
c. Muncul kemampuan fisik yang lebih spesifik, misalnya melompat,
berlari mengejar, dan masih banyak lagi.
d. Mampu mengontrol kekuatan otot.

4
Soegeng Santoso, Dasar-dasar Pendidikan TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011) h. 1.3.

5
e. Kemampuan motorik halus anak sudah berkembang jauh lebih baik.
f. Mulai bisa menulis mengikuti garis dan bisa memotong berbagai
bentuk yang tidak biasa.

Pada usia 8-10 tahun, anak juga mulai menyadari apakah ia suka melakukan aktivitas
fisik atau justru lebih memilih untuk menghindari aktivitas fisik yang terlalu melelahkan.
Namun, orang tua juga harus siap dengan tanda-tanda rasa kurang percaya diri anak yang
mungkin dimiliki karena bentuk fisiknya. Demi mendukung perkembangan fisik anak, sebagai
orang tua, perlu menekankan kepada anak bahwa lebih penting kesehatan tubuh dibanding
bentuk tubuh. Hal itu mungkin bisa membantu anak lebih positif memandang tubuhnya. Jangan
lupa untuk mendukung anak beraktivitas fisik di luar rumah. Pada usia ini, anak mungkin sudah
mulai senang berkegiatan di luar rumah bersama dengan teman sebayanya. Meski begitu,
kegiatan yang dilakukan oleh anak di luar rumah harus tetap dalam pengawasan Anda. 5

2. Perkembangan kognitif

Kemampuan kognitif berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan
berpikir logis. Memasuki usia 8-10 tahun, pastikan bahwa anak Anda mengalami
perkembangan kognitif yang sesuai dengan usianya. Umumnya, pada usia 8-10 tahun ini anak
akan mengalami berbagai perkembangan kognitif berikut ini6 :

a. Mulai memahami tentang uang secara konsep maupun saat melihat


jumlah uang secara langsung.
b. Sudah bisa memahami konsep waktu.
c. Mampu berhitung, misalnya hanya menghitung angka genap, atau
hanya menghitung angka ganjil dan sebagainya.
d. Bisa mengerjakan penambahan atau pengurangan yang sederhana.
e. Dapat membedakan kiri dan kanan dengan baik.
f. Punya perspektif tersendiri akan suatu hal, apakah hal itu bagus,
buruk, benar, atau salah.
g. Kemampuan anak menyelesaikan masalah semakin meningkat.
h. Daya ingat anak berbagai hal semakin meningkat, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.

5
Aris Priyanto, “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui Aktivitas Bermain”, dalam Jurnal
Ilmiah Guru “COPE” Pengawas SMA Dinas Pendidikan Yogyakarta, No. 02 November, 2014, h. 42
6
Suyadi, Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2010), h. 194.

6
i. Kemampuan anak berkonsentrasi semakin meningkat.
j. Lebih memahami dan menghargai pola pikir dan pendapat orang lain.
k. Sudah bisa membuat rencana dan benar-benar melakukan rencana
yang dibuatnya.

Meski begitu, orang tua tetap perlu berhati-hati dan mengawasi anak usia 8 tahun yang
masih dalam masa perkembangan. Ini karena di usia 8-10 tahun ini tumbuh kembang anak dari
segi cara berpikir sering kali masih dipengaruhi oleh perasaan dan emosi yang dimilikinya.
Anak mungkin tidak bisa benar-benar fokus terhadap suatu hal jika ia merasa khawatir akan
suatu hal. Bahkan, si kecil juga tidak bisa berpikir secara jernih saat sedang merasa marah.

3. Perkembangan psikologi (sosial dan afektif/emosional)

Perkembangan psikologi anak berusia 8 tahun biasanya berjalan seiring sejalan dengan
perkembangan fisik. Umumnya, anak berusia 8-10 tahun akan mengalami perkembangan
emosional dan sosial berupa :7

a. Merasa penerimaan diri oleh teman sebaya menjadi hal yang amat
penting.
b. Belajar untuk beradaptasi dan bekerjasama, serta lebih mudah untuk
berbagi dengan teman.
c. Mulai merasa santai saat harus bermain dengan teman lawan jenis.
d. Anak laki-laki cenderung suka bermain tim dan berkompetisi dalam
permainan.
e. Mencoba berbagai hal dan mencari tahu mana yang salah dan yang
benar.
f. Suka menyendiri dan lebih menjaga privasi.
g. Sering kali ingin diberikan kasih sayang melalui sentuhan oleh
orangtua langsung saat merasa stres, tapi di lain waktu justru tidak
suka disentuh.
h. Mulai bisa menahan diri meski sedang merasa frustasi atau kecewa
atas suatu kondisi.
i. Belajar memahami perasaan orang lain dan bisa ikut berempati.

7
Muhammad Fadillah, Desain Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), h. 56

7
j. Mulai melakukan hal-hal baik kepada orang lain, misalnya
memberikan dukungan, berbuat baik, dan lebih banyak berbagi.
k. Merasa bahwa suatu aturan harus diikuti dengan tepat sehingga saat
orang lain tidak melakukannya, anak bisa saja menghardik orang
tersebut.8

Di samping itu, pada usia 8-10 tahun, perkembangan psikologi anak juga ditunjukkan
dengan kemampuan anak berkomunikasi dengan teman Biasanya, anak akan mendapatkan
banyak teman baru di usia ini. Tentu hal ini menjadi salah satu faktor krusial yang akan
membangun kemampuan sosial anak nanti. Selain itu, anak usia 8-10 tahun biasanya mulai
mengidentifikasikan dirinya melalui pertemanan, keluarga, kegemaran, maupun kemampuan
yang dimiliki. Di usia 8-10 tahun ini, anak juga mulai sering merasa tidak percaya diri sebagai
bentuk tumbuh kembang, meski perasaan itu hanya sesekali saja terjadi. 9

Oleh karena itu, sebagai orang tua, perlu mendukung perkembangan psikologi anak
umur 8-10 tahun. Jika Anda ingin memberikan pujian, pujilah dengan cara yang tepat. Jangan
sampai anak justru salah mengartikan pujian yang diberikan. Usia 8-10 tahun merupakan usia
di mana anak masih mencari tahu mana yang salah dan yang benar.

Jadi, jangan heran jika anak sering bertanya banyak hal kepada orang tua. Orang tua juga
diharapkan untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai kapasitas kemampuan
anak dalam berpikir. Bantu anak agar tidak terjebak dalam stereotip yang ada. Melansir dari
Mott Children’s Hospital, buku biasanya menjadi salah satu hal yang menarik di masa tumbuh
kembang anak usia 8-10 tahun.

C. Jiwa Keberagamaan

Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam
keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi
bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap
lebih-lebih pada usia dini. Perkembangan jiwa beragama pada anak-anak umumnya adalah
perkembangan yang masih awal, tetapi sebenarnya sebelum masa anak-anak pun seorang anak
telah mendapatkan sebuah pendidikan tentang keagamaan, yaitu dalam kandungan, masa
pranatal dan masa bayi. 10 Walaupun pada saat itu penerimaan pendidikan agama itu belum

8
Mursid, Pengembangan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), h. 98.
9
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), h. 15.
10
Jalaluddin. Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Giulindo Pads, 2003), h. 63-60

8
dapat diberikan secara langsung misalnya dalam kandungan, seorang janin hanya bisa
menerima rangsangan atau respon dari sang ibu, ketika ibu sedang sholat mungkin atau
mengerjakan perintah-perintah agama lainnya, begitu juga pada saat bayi dilahirkan, ia hanya
menerima rangsangan dari luar misalnya pada saat sang bayi diazankan. Masa anak-anak
bukanlah masa yang paling awal mendapatkan pendidikan keagamaan.

Timbulnya jiwa keagamaan pada anak kemantapan dan kesempurnaan perkembangan


potensi manusia yang dibawanya sejak lahir baik jasmani maupun rohani memerlukan
pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara
sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi
baik dan berfungsi kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada
pengeksplorasian perkembangannya. Kesemuanya itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus
melainkan melalui pertahapan. Demikian juga perkembangan agama pada anak. Menurut
beberapa ahli anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religius Anak yang haru
dilahirkan lebih mirip binatang dan malahan mereka mengatakan anak seekor kera lebih
bersifat kemanusiaan daripada bayi manusia itu sendiri. Selain itu ada pula yang berpendapat
sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru
berfungsi dikemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap
kematangan. Ada beberapa toori mengenai pertumbuhan agama pada anak antara lain:

1. Rasa ketergantungan (Sense of Depende)

Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya, manusia
dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan, yaitu:

a) Keinginan untuk perlindungan (security)

b) Keinginan akan pengalaman baru (new experience)

c) Keinginan untuk mendapat tanggapan (response)

d) Keinginan untuk dikenal (recognation) Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari


keempat keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui
pengalaman- pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa
keagamaan pada diri anak.

9
2. Instink keagamaan

Menurut Woodworth, hayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink


diantaranya instink keagamaan. Misalnya instink social pada anak sebagai potensi bawaannya
sebagai makhluk homo socius, baru akan berfungsi setelah anak dapat bergaul dan
berkemampuan untuk berkomunikasi. Jadi instink social itu tergantung dari kematangan fungsi
lainnya. Demikian pula instink keagamaan. 11

Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada
anak-anak. Sesuai dengan ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak- anak tumbuh
mengikuti pola ideas concept on outhority. Ide keagamaan pada anak sepenuhnya autoritaruis,
maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.
Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia muda telah terlihat mempelajari hal-hal
yang berada diluar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan
dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan
kemaslahatan agama. Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsif
dengan eksplorasi yang mereka miliki. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama
merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para orang tua
maupun guru mereka. Bagi mereka sangat mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa
walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut.12

11
Ibid, Jalaluddin. Prikologi Agama... h. 67-68
12
M. Junaidi, Perkembangan Beragama Pada Masia Anak (Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmai Pendidikan, 2020), h. 801-
808

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam rangka menggali data yang diperlukan penelitian ini,maka kami menggunakan
cara pendekatan field study, maksudnya dalam penelitian ini, penulis mengadakan riset
dilapangan, yaitu dibuat berdasarkan observasi dan ditulis dalam bentuk akademik. Sedangkan
untuk jenis metode penelitiannya ialah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
kegiatan pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang
menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian Traves
menyatakan bahwa tujuan utama dalam penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan
sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejela tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah rumah narasumber yang beralamat di Jl. Jermal XII Gg.
Anggrek IV No. 56. Penelitian dilakukan didalam rumah narasumber untuk mewawancarai
narasumber, dan kedua tante (adik dari ibunya narasumber) tinggal serumah dengan
narasumber sehingga tahu mengenai informasi tentang responden, guna mendapatkan
informasi mendalam. Penelitian ini dilaksanakan pada 1 Mei 2023, Pukul 20.30 WIB

C. Sumber Data (Subjek) Penelitian

Subjek penelitian ini adalah :

Nama : Amanda Nur Afifah (ANA)

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 13 Desember 2013

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 9 Tahun

Alamat : Jl. Jermal XII Gg. Anggrek IV No 56 Kelurahan Denai, Kecamatan Medan
Denai, Kota Medan

Agama : Islam

Nama Ayah : Andi Kurniawan

11
Nama Ibu : Yati

Nama Tante 1 (Informan 1) : Wilda Kurniansyah

Nama Tante 2 (Informan 2) : Situ Astutin

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data
yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah akan memberi arah dan mempengaruhi metode
pengumpulan data.

Pengumpulan data adalah informasi yang didapat melalui pengukuran-pengukuran


tertentu untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta.
Sedangkan fakta itu sendiri adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empirik.
Dalam teknik pengumpulan data ini, penulis menggunakan teknik:

1. Interview (wawancara)

Interview (wawancara) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk
menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan untuk mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dengan jumlah responden yang sedikit. Penelitian ini memakai jenis
wawancara semi terstruktur. Semi terstruktur bertujuan untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan.

Berdasarkan penelitian ini menggunakan model wawancara semi terstruktur artinya


dalam wawancara peneliti hanya menyiapkan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan
informasi yang ingin di dapatkan, namun pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkembang
sesuai dengan situasi saat wawancara dilakukan. Adapun responden/ subjek penelitian dan
informan yang peneliti yaitu Pertama, Amanda Nur Afifah (ANA), anak yang berusia 9 tahun
sebagai subjek penelitian. Kedua, Wilda Kurniansyah sebagai Adik dari Ibu ANA. Ketiga,
Situ Astutin, sebagai adik dari Ibu ANA juga. Alasan memilih kedua inroman tersebut dan
bukan orang tua (ibu dan ayah ANA) dikarenakan Amanda Nur Afifah (ANA) sudah lama
tinggal bersama kedua informan tersebut dan tidak tinggal dengan orang tuanya. Jadi sedikit
banyaknya kedua informan tersebut lebih paham untuk menjawab pertanyaan yang diajukan

12
mengenai perkembangan jiwa keberagamaan Amanda Nur Afifah (9 tahun) pada aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif.

2. Observasi

Observasi diartikan sebagai kegiatan penelitian melalui pengamatan, dan pencatatan secara
sistematik terhadap berbagai gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode ini digunakan
untuk memperoleh data di lapangan yang berkaitan tentang pertumbuhan dan perkembangan
jiwa keberagamaan anak usia 8-10 tahun di Jl. Jermal XII Gg. Anggrek IV No 56 Kelurahan
Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi atau studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Pada penelitian ini peniliti menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi
dalam bentuk gambar (foto) ketika penulis mengumpulkan data pada proses wawancara dan
observasi.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

Mengenai temuan umum bahwa hasil profil dari anak usia 8-10 tahun adalah sebagai
berikut:

Nama : Amanda Nur Afifah (ANA)

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, Desember 20

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 9 Tahun

Alamat : Jl. Jermal XII Gg. Anggrek IV No 56 Kelurahan


Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan

Agama : Islam

Nama Ayah : Andi Kurniawan

Nama Ibu : Surasmiyati

B. Temuan Khusus

Adapun temuan khusus dan pembahasan dari hasil pengumpulan data melalui
observasi dan wawancara adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif jiwa keberagamaan anak usia


8-10 tahun
Kognitif adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar untuk memahami dan mengenali peristiwa. Pada kali inilah
proses praktik Penelitian kecerdasan kognitif berperan saat mengolah
pengetahuan. Penelitian observasi dengan berbagai pengamatan kognitif anak
tentang agama sudah lumayan bagus namun masih terlampau lamban dan
kurang fasih. Hasil wawancara yang dilakukan penulis, dengan berbagai macam
pertanyaan, diantaranya penulis menanyakan mengenai pengetahuan amanda
sebagai subjek penelitian tentang pengetahuan-pengetahuannya mengenai

14
bacaan sholat, surah pendek, doa-doa, kemampuan membaca iqro’ atau Al-
Qur’an, rukun iman dan rukun islam. Adapun jawaban dari narasumber bahwa
“ saya masih iqro’ 3 bu, saya sudah tau bacaan sholat bu jadi sholat sudah
dengan bacaannya dan tidak asal-asalan. Kalau surah pendek saya tidak
terlalu banyak hapal bu dikarenakan sudah lama tidak diulang, seperti al-
ikhlas, an-nas, al-falaq, an-ashr, al-fiil, al-ma’un, dulu juga pernah hapal an-
naba’ tetapi sudah agak lupa sekarang tapi kalau sama-sama masih ingat. Doa-
doa yang dihapal juga tidak terlalu banyak Bu, misalnya doa mau makan dan
setelah makan, mau dan selesai belajar, mau tidur dan bangun, keluar rumah,
dan bercermin Bu. Rukun iman dan rukun Islam sudah hapal bu dari lama, dari
TK” urainya.
Berdasarkan definisi, hasil observasi, dan wawancara tersebut ternyata anak
belum bisa membaca Alquran dan masih iqro’ jilid 3, mengetahui bacaan sholat
dan melaksanakan sholat wajib tetapi masih ada yang tinggal, sudah hapal
beberapa surah pendek, dan sudah menghafal doa-doa sebelum melakukan
kegiatan, seperti doa makan, doa selesai makan, doa mau tidur, doa bangun
tidur, doa mau belajar, doa selesai belajar, doa bercermin, dan doa keluar
rumdan selain itu anak juga sudah mengetahui rukun islam dan rukun iman.
2. Pertumbuhan dan perkembangan psikomotorik jiwa keberagamaan anak
usia 8-10 tahun
Perkenmbangan Psikomotorik merupakan salah satu cara untuk
mengukur kemampuan atau keterampilan seorang anak. Ranah ini masuk dalam
penilaian praktek yang ada dalam pembelajaran dan arti Pendidikan Psikomotor
adalah salah satu ranah yang menilai keterampilan (skill) atau kemampuan
melakukan sesuatu setelah seseorang menerima pembelajaran pada bidang
tertentu. Hasil belajar motorik akan terlihat ketika seseorang telah menerima
pembelajaran dan telah dinilai secara kognitif. Berdasarkan definisi tersebut
ternyata anak tersebut sudah mampu sudah mampu melafalkan bacaan sholat
dan mempraktikkan sholat dengan gerakan yang benar, serta melaksanakan
puasa ramadhan full 30 hari. Berdasarkan hasil observasi, anak memang sudah
cukup baik melakukan sholat terutama sholat wajib dan tidak jarang sholat ke
masjid jika ada kawan. Berdasarkan hasil wawancara, dengan pertanyaan
kepada narasumber, yakni amanda dan kedua tantenya (siti astutin dan wilda
Kurniansyah), yaitu “apakah amanda sudah mampu melaksanakan sholat

15
secara rutin dan tidak tinggal? Dan apakah gerakannya sudah benar? Serta
dimana biasanya amanda melaksanakan sholat?” adapun jawaban dari
pertanyaan tersebut bahwa “amanda sudah bisa melaksanakan sholat tetapi
masih bolong-bolong, untuk shalat wajibnya. Biasanya dikerjakan di rumah,
namun Ketika ramadhan kemarin amanda sudah melaksanakan sholat tarawih
dengan rajin dan setiap malam 23 rakaat, tetapi jika bersama tantenya tersebut,
jika tidak ada tantenya tidak ke masjid dikarenakan takut malah bermain
dengan temannya, dan gerakannya juga sudah cukup sesuai dengan aturannya”
ujar wilda dan astutin
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan dan perkembangan
psikomotorik jiwa keberagamaan anak tersebut sudah bisa melaksanakan sholat
dengan cukup baik sesuai syari’at dan dilaksanak dirumah untuk sholat wajib
sedangkan tarawih berjamaah di masjid dan melakukannya setiap malam 23
rakaat tanpa ada tinggal, anak juga sudah menerapkan puasa ramadhan full 30
hari.
3. Pertumbuhan dan perkembangan afektif jiwa keberagamaan anak usia 8-
10 tahun
Perkembangan Afektif merupakan tujuan-tujuan yang berkenaan
dengan kondisi emosi seseorang. Dalam hal ini ranah afektif dimaksudkan
untuk menggugah emosi siswa agar ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Berdasarkan definisi, observasi, dan hasil wawancara dengan
pertanyaan berikut, “apakah anak selalu nurut jika disuruh belajar terutama
ngaji? Lalu bagaimana sikap anak jika disuruh sholat? membantu pekerjaan
rumah? Lalu adakah sikap terpuji yang jika disuruh dan tanpa disuruh anak
selalu senang melakukannya?”, dan jawab berikut “jika disuruh belajar
terkadang malas apalagi dan melawan jika sudah bermain dengan kawan dan
hp, namun jika ada pr mau tidak mau harus belajar, ngaji lebih malas lagi
makanya sampai sekarang masih iqro’ jilid 3. Mengenai membantu pekerjaan
rumah terkadang jika disuruh enggan dan sedikit membantah tetapi tetap
dikerjakan, namun terkadang dengab kemauan sendiri membantu pekerjaan
rumah. Ada satu sikap yang tanpa disuruh maupun disuruh anak tetap senang
melakukannya yaitu berbagi dengan temannya, saat makan dia sering berbagi
dengan teman dengan bertanya apa si teman mau atau tidak.” Ujar kedua tante
amanda, Dapat disimpulkan bahwa ternyata anak terkadang masih belum bisa

16
mengontrol emosinya sendiri ketika disuruh orangtuanya yang seperti
dikatakannya kadang ketika dia sedang bermain dengan teman atau bermain
Handphone itu dia disuruh ngaji dia terkadang membantah karena malas dan
mau bermain saja. Anak melaksanakan sholat wajib dirumah, Tetapi ia juga
terkadang pergi sholat ke mesjid tanpa disuruh dahulu jika ada kawan, dan anak
sering melaksanakan sholat tarawih di masjid tanpa disuruh. Jika disuruh
membantu pekerjaan rumah terkadang anak malas dan enggan, tetapi terkadang
pula melakukannya dengan senang hati. Ketika disuruh berbagi dengan teman
anak tanpa membantah dan dengan sangat senang hati pula membaginya.

17
BAB V

LAMPIRAN

A. Dokumentasi Observasi

Gambar 1.1 Anak sedang melaksanakan Sholat Isya

(Salah satu contoh perkembangan psikomotorik)

B. Dokumen Wawancara

Gambar 1.2 Wawancara penulis dengan narasumber 1 yakni Amanda Nur Afifah juga
sebagai subjek penelitian, dan narasumber 2 dan 3, sebagai tante dari Amanda yakni Wilda
Kurniansyah dan Siti Astutin

18
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Observas dan Wawancara yang dilakukan penulis dapat disimpulkan
sebagai berikut :

1. Perkembangan Kognitif adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan


proses belajar mengajar untuk memahami dan mengenali peristiwa.
Pertumbuhan dan Perkembangan kognitif jiwa keberagaman pada anak usia 8-
10 tahun dapat dilihat ketika anak tersebut bisa melaksanakan sholat dengan
bacaan-bacaannya, sudah bisa menghafal doa-doa sebelum melakukan
kegiatan, surah pendek, rukun islam dan rukun iman
2. Psikomotorik merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan atau
keterampilan seorang anak. Pertumbuhan dan Perkembangan psikomotorik jiwa
keberagaman anak usia 8-10 tahun dapat dilihat ketika anak tersebut sudah
mampu melaksanakan sholat wajib meskipun kadang tinggal, dan sholat tarawih
di masjid dengan gerakan sholat yang cukup baik, serta mampu melaksanakan
puasa ramadhan sebulan penuh
3. Afektif merupakan tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kondisi emosi
seseorang. Anak usia 8-10 tahun biasanya masih belum bisa mengontrol
emosinya sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan afektif jiwa Keberagamaan
anak usia 8-10 tahun dapat dilihat ketika seorang anak disuruh
orangtuanya/tantenya untuk belajar dan diajari ngaji namun dia terkadang
membantah karena malas dan ingin terus bermain. Namun terkadang dia juga
pergi sholat ke mesjid tanpa disuruh terlebih dahulu jika ada teman. Selain itu,
juga ada sikap dermawan karena dengan senang hati selalu berbagi dengan
teman tanpa disuruh maupun disuruh.
B. Saran

Kami menyadari bahwa mini riset ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan kepada kami dalam memperbaiki mini
riset ini. Ucapan terima kasih juga kepada dosen pengampu yang membimbing kami
dalam menyusun mini riset ini sehingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Semoga
mini riset ini dapat pula bermanfaat bagi pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achir, Agoes. 1979. Perkembangan Anak dan Remaja, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan
Kampus.
Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-Ruzz)

Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak. (Jogjakarta: DIVA Press)


Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2, Erlangga, Jakarta
Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Giulindo Pads)
Junaidi, M. 2020. “Perkembangan Beragama Pada Masia Anak” (Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmai
Pendidikan)
Mursid. 2015. Pengembangan Pembelajaran. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)
Priyanto , Aris. 2014 “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui Aktivitas
Bermain”. Jurnal Ilmiah Guru “COPE” Pengawas SMA Dinas Pendidikan Yogyakarta.
No. 02.
Santoso, Soegeng. 2011. Dasar-dasar Pendidikan TK. (Jakarta: Universitas Terbuka)

Sormanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan).


(Jakarta: FT Rincka Cipta)
Suyadi. 2010 Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia. (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan
Madani)

20

Anda mungkin juga menyukai