Anda di halaman 1dari 20

MINI RISET PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

JIWA KEBERAGAMAAN ANAK

USIA 12-14 TAHUN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada


Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampuh : Ramadhan Lubis, M.Ag

Disusun Oleh :
KELOMPOK VII
Annida Azhari Ritonga 0306212155
Annisa Rahmadani 0306212134
Nurhafizah 0306212121
Nurul Handini 0306212106
Rizki Ramadhani 0306212170

JURUSAN/SEMESTER:PGMI 3/ III
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2022

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanahu


WaTa’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim yang mana telah melimpahkan
berkah dan nikmat kepada kita semua terutama nikmat yang paling besar yaitu nikmat
Iman,dan Islam. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad Shallalahu‘alaihiWassalam,

Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata kuliahPsikologi


Agama bapak Ramadhan Lubis, M.Ag yang telah membimbing pembuatan mini riset ini
sehingga dapat selesai dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan miniriset ini masih terdapat banyak sekali
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran yang dapat
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga mini
riset ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca

Medan, 10 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Fokus Masalah.................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................2
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN.........................................................................................3
A. Pengertian Pertumbuhan ................................................................................................4
B. Pengertian Perkembangan ..............................................................................................5
C. Pengertian Jiwa Keberagamaan......................................................................................6
D. Anak Usia 12-14 Tahun..................................................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................10
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian....................................................................................10
B. Tempat dan waktu ........................................................................................................10
C. Sumber Data..................................................................................................................10
D. Instrument Pengumpulan Data......................................................................................11
E. Analisis Data.................................................................................................................12
BAB IV HASIL DAM PEMBAHASAN ...............................................................................13
A. Temuan Umum .............................................................................................................13
B. Temuan Khusus.............................................................................................................13
BAB V PENUTUP....................................................................................................................16
A. Kesimpulan...................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak dilahirkan dengan sistem penciptaan terbaik oleh Allah swt, ia telah
memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan
pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada anak
usia dini. Perkembangan jiwa keagamaan pada anak hampir sepenuhnya autoritas,
maksudnya konsep keagamaan itu akan bekembang pada diri mereka dipengaruhi oleh
faktor dari luar diri mereka.
Fisik atau jasmani manusia baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan
dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan berfungsi jika kematangan dan
pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepadapengeksplorasian
perkembangannya. Kemampuan itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan
melalui pentahapan. Demikian juga perkembangan agama pada diri anak.
Menurut Zakiah masa pertumbuhan pertama (masa anak-anak) terjadi pada usia 0-12
tahun.2 Bahkan, lebih dari itu menurutnya sejak masa kandungan pun, kondisi dan sikap
orang tua telah mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan anaknya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kondisi jiwa beragama anak dapat berkembang
sesuai dengan lingkungan anak berada. Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, seorang
anak yang tumbuh dewasa, menurut Jalaluddin, memerlukan bimbingan sesuai dengan
prinsip yang dimilikinya, yaitu prinsip biologis, prinsip tanpa daya, dan prinsip
eksplorasi.
Orang tua yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan,
pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi
dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya, tentu sangat perlu memahami secara
serius perkembangan jiwa agama anak usia dini, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Jalaluddin bahwa pengaruh bimbingan Ibu Bapak memiliki peran strategis dalam
membentuk jiwa agama pada diri anak.

iv
Demikian pentingnya pengaruh bimbingan itu, hingga dikaitkan dengan aqidah, sebab
bila dibiarkan berkembang dengan sendirinya, maka potensi
keberagamaan pada anak akan salah arah dan sulit untuk mengembangkannya.

B. Fokus Masalah
Untuk mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik, Jiwa Keberagamaan pada anak usia 12-14 tahun.
C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu:


1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa keberagamaan anak
usia 12-14 tahun?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan kognitif jiwa keberagamaan anak usia
12-14 tahun?
3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Afektif jiwa keberagamaan anak usia
12-14 tahun?
D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu:


1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa
keberagamaan anak usia 12-14 tahun
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kognitif jiwa keberagamaan
anak usia 12-14 tahun
3. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Afektif jiwa keberagamaan anak
usia 12-14 tahun

v
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan memiliki kata asal “tumbuh”. Dalam KBBI sendiri, tumbuh
memiliki arti timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sehingga secara
istilah, pertumbuhan memiliki pengertian perubahan secara kuantitatif pada fisik
manusia karena beberapa faktor (faktor internal dan eksternal). Perubahan kuantitaif
sendiri dapat di ukur atau dinyatakan dalam satuan serta dapat diamati secara jelas.
Misalnya berupa pertambahan, pembesaran, perubahan ukuran dan bentuk, hal yang
tidak ada menjadi ada, kecil menjadi besar, sedikit menjadi banyak, pendek menjadi
tinggi, serta kurus menjadi gemuk.1
Telah disebutkan diatas, bahwa faktor pertumbuhan ada dua yakni faktor
internal meliputi gen, sel, atom, kromosom atau gizi. Kemudia yang kedua adalah
faktor ekseternal meliputi lingkungan sekitar baik pola hidup maupun olahraga.
Kedua faktir tersebut sama-sama berpengaruh dalam proses pertumbuhan seseorang.
Ketika yang optimal hanya salah satu faktor, maka hasil pertumbuhan akan kurang
maksimal. Sedangkan ketika kedua faktor tersebut dapat berjalan beriringan dan
maksimal, maka pertumbuhan seseorang juga akan berjalan maksimal.
Karakteristik pertumbuhan adalah adanya perubahan secara kuantitas yang
meliputi jumlah, ukuran, bentuk, luas, tinggi serta berat pada fisisk seseorang anak.
Selain itu, setiap anak telah mengalami pertumbuhan sejak bertemunya se telur
dengan sel ovum dalam kandungan ibu sampai batas usia tertentu, secara berangsur-
angsur. Setiap anak mengalami fase-fase pertumbuhan yang berbeda tetapi perbedaan
tersebut tidak terlalu mencolok ketika sang anak masuk kategori “normal” atau tidak
berkebutuhan khusus terkait gen atau sel. Perubahan pada pertumbuhan dapat diamati
1
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1990) hal 41.

vi
atau dianalisis menggunakan alat ukur (timbangan untuk berat badan, alat ukur
tinggi badan untuk mengetahui perubahan tinggi badan) serta dapat dinyatakan
dalam bentuk huruf atau satuan.

B. Pengertian Perkembangan
Perkembangan tentu memiliki perbedaan dengan peertumbuhan. Ketika
pertumbuhan identik dengan perubahan secara kuantitatif, maka perkembangan
sendiri identik dengan perubahan secara kualitatif. Berdasarkan KBBI,
perkembangan memiliki arti perihal berkembang. Kemudian arti bekembang sendiri
berdasarkan KBBI ialah pertambah, memekar atau membentang.
Dengan demikian dalam ilmu psikologi, perkembangan memiliki arti
perubahan secara kualitatif pada ranah jasmani dan rohani manusia yang saling
berkesinambungan menuju ke arah yang lebih baik atau ke arah yang sempurna.
Yang dimaksud perubahan fisik pada perkembangan manusia ialah mengacu pada
optimaliasasi fungsi-fungsi organ jasmaniah manusia, bukan pada pertumbuhan
jasmaniah itu sendiri. Sehingga dari sini dapat terlihat bahwa pertumbuhan dan
perkembangan adalah sesuatu yang berbeda tetapi saling berkesinambungan atau
berhubungan.2
Karakteristik dari perkembangan ialah meliputi perubahan fungsi-fungsi
organ fisik, fungsi psikologis atau kepribadian, menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar, perkembangan bahasa, perkembangan pemikiran dan perkembangan
sosioemosi. Perkembangan memiliki 2 faktor yang mempengaruhi, yakni fator
internal yang terdiri dari usia dan bakat atau kemampuan yang dimiliki seseorang.
Kemudian ada faktor eksternal yang terdiri dari tentang proses pematangan
(khususnya pematangan kognitif), 3
proses belajar seseorang dalam kehidupan
(pengalaman), serta lingkungan sekitar Proses belajar seseorang dalam kehidupan
serta lingkungan adalah salah satu faktor terpenting dalam perkembangan, karena
dengan belajar atau aktivitas di dalam kehidupan seseorang pasti menemukan sebuah
masalah yang membutuhkan penyelesaian, sehingga disitu pengalaman baru akan

2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal 41.
3
Ibid., 42.

vii
muncul, maka pengalaman dapat dijadikan sebagai „guru‟ untuk pendewasaan
seseorang kearah yang lebih baik atau sempurna. Di dalam pengalam sendiri terdapat
pengetahuan, keamampua mengatasi masalah atau keterampilan serta sikap4.
Perkembangan dalam diri seseorang sendiri berlangsung sejak anak mulai
lahir kedunia, karena ia belajar mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuhnya,
meskipun dengan bantuan orang disekitarnya atau orangtua sampai si anak meningal
dunia. Dengan kata lain, perkembangan seseorang berlangsung sepanjang hayat.
Tetapi tiap anak memiliki tempo perkembangan yang berbeda-beda. Bisa saja si A
usia biologisnya adalah 10 tahun tetapi usia psikologis atau usia perkembangannya
masih 9 tahun atau 11 tahun atau mungkin sesuai, yakni sama 10 tahun. Usia
perkembangan seseorang dapat lebih cepat atau lebih lambat dari usia biologisnya,
hal ini terjadi karena berbedanya faktor-faktor perkembangan yang memhampiri
seseorang.5
Perkembangan memiliki sifat multidimensi, yakni integrasi anatara fikiran,
sosioemosi, kognitif, fungsi biologis serta intelegensi sosial. Karena beberapa hal
tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka perkembangan secara psikologis
akan terganggu, sehingga ada beberapa orang yang stres karena tekanan fikiran atau
terganggunya sosioemosi, fikiran dan intelegensi sosialnya. Selain itu, perkembangan
juga bersifat plastis atau kapasitas untuk berubah. Perubahan dapat kearah yang lebih
baik atu bahkan ke arah yang lebih buruk tergantung faktor yang mendasari dan
penyikapan seseorang terhadap masalah yang dihapai.
Perkembangan manusia bersifat konsektual maksudnya semua perkembangan
berlangsung dalam sebuah konteks atau setting atau latar tempat. Misalnya di
lingkungan sekolah, universitas, lingkungan kerja, keluarga, masyarakat, kelompok
teman sebaya, tempat ibadah, sebuah perkumpulan atau komunitas, dan sebagainya.
Manusia adalah makhluk yang sedang mengalami peubahan di dalam dunia atau
tempat yang mengalami perubahan. Dari sini akan berpenaruh normatif berdasarkan
usia, sejarah dan non normatif atau sangat individual. dalam pengaruh normatif usia
ialah adanya masa pubertas dan manepous yang berakibat pada psikologis seseorang
4
Ibid., 43.
5
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2017) hal 56.
viii
(pubertas remaja anak lebih cenderung ke teman sebaya dan masa manepous orangtua
memiliki sifat sedikit kekanak-kanakan), serta mencakup sosiobudaya dimana usia 6
tahun anak mulai masuk usia sekolah atau masuk ke lembaga pendidikan formal dn
orangtua usia 50 atau 60 tahun mengalami pensiun kerja. Sedangkan pengaruh
normatif berdasarkan sejarah, misalnya pada tahun sebelum 1945 mengalami masa
penjajahan, kemudian dari sini akan menjadi pembelajaran bagi generasi masa itu,
bahkan menjadi pelajaran juga bagi generasi selanjutnya. Kemudian pengaruh non-
normatif atau sangat individual, misalnya adanya tragedi yang sangat pribadi
(kematian orang tercinta atau orangtua ketika sang anak pada masa kecil,
kebakaran rumah, dan memenangkan undian). Dari peristiwa individual ini
tergantung setiap individu dalam mengatasi atau menyikapinya. Serta tidak semua
individu mengalami hal tersebut.6
C. Pengertian Jiwa Keberagamaan
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun
dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat
laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan
pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini. Perkembangan jiwa beragama
pada anak-anak umumnya adalah perkembangan yang masih awal, tetapi sebenarnya
sebelum masa anak- anak pun seorang anak telah mendapatkan sebuah pendidikan
tentang keagamaan, yaitu dalam kandungan, masa pranatal dan masa bayi. 7 Walaupun
pada saat itu penerimaan pendidikan agama itu belum dapat diberikan secara
langsung misalnya dalam kandungan, seorang janin hanya bisa menerima rangsangan
atau respon dari sang ibu, ketika ibu sedang sholat mungkin atau mengerjakan
perintah – perintah agama lainnya, begitu juga pada saat bayi dilahirkan, ia hanya
menerima rangsangan dari luar misalnya pada saat sang bayi di azan kan. nah dari itu
kita bisa menyimpulkan bahwa masa anak- anak bukan lah masa yang paling awal
mendapatkan pendidikan keagamaan1. Timbulnya jiwa keagamaan pada anak
kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawanya
sejak lahir baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui

6
John W. Santrock, Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup, terj. Benedictine Widyasinta,
(Jakarta: Erlangga, 2012), hal 8.
7
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 63-66
ix
pemeliharaan dan latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika
dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi baik
dan berfungsi kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada
pengeksplorasian perkembangannya. Kesemuanya itu tidak dapat dipenuhi secara
sekaligus melainkan melalui pertahapan. Demikian juga perkembangan agama pada
anak. Menurut beberapa ahli anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang
religius. Anak yang baru dilahirkan lebih mirip binatang dan malahan mereka
mengatakan anak seekor kera lebih bersifat kemanusiaan daripada bayi manusia itu
sendiri. Selain itu ada pula yang berpendapat sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan
telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi dikemudian hari melalui
proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan. Ada beberapa
teori mengenai pertumbuhan agama pada anak antara lain:
1. Rasa ketergantungan (Sense of Depende)
Teori ini dikemukakan oleh Thomas melalui teori Four Wishes. Menurutnya,
manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat keinginan, yaitu:
a) Keinginan untuk perlindungan (security)
b) Keinginan akan pengalaman baru (new experience)
c) Keinginan untuk mendapat tanggapan (response)
d) Keinginan untuk dikenal (recognation)
Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka
bayi sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-
pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa
keagamaan pada diri anak.
2. Instink keagamaan
Menurut Woodworth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink
diantaranya instink keagamaan. Misalnya instink social pada anak sebagai potensi
bawaannya sebagai makhluk homo socius, baru akan berfungsi setelah anak dapat
bergaul dan berkemampuan untuk berkomunikasi. Jadi instink social itu tergantung
dari kematangan fungsi lainnya. Demikian pula instink keagamaan.8

Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama


8
Ibid., 67-68
x
pada anak-anak. Sesuai dengan ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak-
anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on outhority. Ide keagamaan pada anak
sepenuhnya autoritaruis, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi
oleh faktor dari luar diri mereka. Hal tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia
muda telah terlihat, mempelajari hal-hal yang berada diluar diri mereka. Mereka telah
melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan
orang tua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemashlahatan agama.
Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsif dengan
eksplorasi yang mereka miliki. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama
merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para
orang tua maupun guru mereka. Bagi mereka sangat mudah untuk menerima ajaran
dari orang dewasa walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran
tersebut9
D. Anak usia 12-14 tahun
Pertumbuhan anak Tunas Remaja sering mengejutkan, karena tiba-tiba tubuh
mereka berubah cepat dan kita tidak lagi bisa mengenali mereka sebagai anak-anak.
Namun demikian di balik tubuh yang bertumbuh tersebut keadaan kejiwaan mereka
masih kekanak-kanakan. Hal ini sering membingungkan anak Tunas Remaja, karena
meskipun mereka tidak lagi dianggap anak-anak tapi mereka belum bisa diterima di
lingkungan orang dewasa

Pertumbuhan fisik berkembang sangat pesat, sehingga mengakibatkan


ketidakstabilan. Mereka merasa resah karena hal tersebut, untuk itu mereka
membutuhkan perhatian dan pengertian, serta makanan yang bergizi. Berat dan tinggi
badan anak perempuan bertambah lebih cepat dari anak laki-laki. Rata-rata anak
perempuan memang memiliki kedewasaan fisiologis dua tahun lebih cepat dibanding
anak laki-laki. Baik laki-laki maupun perempuan pada usia ini amat peka akan keadaan
fisik mereka. Karena itu, dalam membina hubungan yang sehat, jangan biarkan mereka
(termasuk gurunya) membuat gurauan/ledekan mengenai keberadaan fisik anak-anak
ini.Sudah mulai mengalami proses kematangan seksual, dimana anak perempuan mulai

9
M. Junaidi,, Perkembangan Jiwa Beragama Pada Masa Anak-anak. ( Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 2020 ) 801-808.
xi
mengalami mensturasi. Guru wanita sebaiknya mulai menyadari hal ini dengan
memberikan waktu untuk berbicara secara pribadi kepada mereka, karena sering mereka
malu berbicara tentang hal ini dengan orang tua mereka sendiri. Pita suara semakin
dewasa, yang menyebabkan suara anak laki-laki berubah. Besar kemungkinan sebagian
anak laki-laki merasa malu karenanya dan enggan untuk menyanyi. Untuk itu, guru
dengan bijaksana harus menyadari hal ini dan tidak memberi celaan kalau suara mereka
mengganggu dalam paduan suara. Sebaliknya berikan dorongan pada mereka, tapi bukan
dengan paksaan. Memasuki masa remaja, anak-anak ini tidak lagi terlalu suka melakukan
berbagai permainan/kegiatan yang menuntut aktivitas seluruh anggota tubuh mereka
(seperti layaknya dilakukan oleh anak-anak usia pratama dan madya). Mereka sekarang
cenderung menyukai permainan kelompok, permainan yang mempunyai peraturan
tertentu serta menuntut ketrampilan. Ketrampilan, keahlian serta kemampuan fisik
merupakan sesuatu yang amat penting, terutama bagi anak laki-laki.

Inilah usia dimana seorang anak memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka
mengadakan eksplorasi, diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala
sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi guru untuk merancang berbagai
program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta kreativitas mereka.
Pada usia ini, seorang anak senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat yang
diucapkannya kedengaran kurang sopan, namun demikianlah caranya mencari tahu
mengenai dunia sekitarnya. Guru sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah,
melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik kalimat
mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan. Menuntut segala sesuatu yang
logis dan bisa diajak berpikir secara serius. 10

https://www.academia.edu/36463216/
10

MAKALAH_PERKEMBANGAN_PESERTA_DIDIK_USIA_12_14_TAHUN (Diakses pada tanggal 12


Oktober 2022) pukul 12.06)
xii
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Dalam rangka menggali data yang diperlukan penelitian ini,maka kami
menggunakan cara pendekatan field study, maksudnya dalam penelitian ini, penulis
mengadakan riset dilapangan, yaitu dibuat berdasarkan observasi dan ditulis dalam
bentuk akademik. Sedangkan untuk jenis metode penelitiannya ialah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah kegiatan pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis
atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan
dari pokok suatu penelitian. Traves menyatakan bahwa tujuan utama dalam penelitian
deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan
pada saat penelitian dilakukan,dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejela tertentu.
B. Tempat dan Waktu
Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Kel. Sukamaju Kec. Binjai Barat
Tanggal : Minggu, 9 Oktober 2022
Waktu : 14.00 s/d selesai
C. Sumber Data
Dalam penelitian kali ini, peneliti memerlukan sumber data mengenai
Pertumbuhan Dan Pertumbuhan Anak Usia 12-14 tahun. Data yang didapat dari
penelitian ini adalah data langsung, yaitu melalui teknik wawancara kepada anak yang
bersangkutan langsung. Adapun data diri dari narasumber diantaranya, yaitu:
Nama : Rahma Aulia
Ttl : Binjai, 4 April 2010
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Kel. Sukamaju Kec. Binjai Barat
Agama : Islam
Nama Ayah : Suprapto
Nama Ibu : Pelita

xiii
D. Instrumen Pengumpulan Data
Tenik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan
cara. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data di lapangan yang berkaitan tentang pertumbuhan dan perkembangan
jiwa keberagamaan anak usia 12-14 tahun di Jl. Mayjend Sutoyo Lk V Kelurahan
Sukamaju Kec. Binjai Barat.
2. Metode Wawancara
Metode Interview (wawancara) adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan beradasarkan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini
peneliti mewawancarai Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun.
3. Metode Dokumentasi

xiv
E. Analisis Data
1. Totalitas data
Nama : Rahma Aulia
Ttl : Binjai, 4 April 2010
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Kel. Sukamaju Kec. Binjai Barat
Agama : Islam
Nama Ayah : Suprapto
Nama Ibu : Pelita
2. Penyajian Data

Kognitif Afektif Psikomotorik

35%
40%

25%

Dari data diagram di atas terlihat bahwa jiwa keagamaan anak dalam pengetahuan
kognitif lebih besar dari pada pengetahuan afektif dan psikomotorik pada anak karena
anak lebih menguasai pengetahuan agamanya dibandingkan dengan sikap dan
keterampilannya terhadap jiwa keagamaannya.
3. Pengambilan Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang sudah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa jiwa
keberagamaan anak usia 12-14 tahun sudah banyak mengetahui tentang ilmu dasar
agama, bahkan untuk anak usia 12-14 dengan kemampuan kognitif yang baik ini
sudah sangat baik untuk anak seusianya. Akan tetapi untuk anak 12-14 tahun anak
tersebut mungkin sesekali masih belum bisa mengontrol emosinya.

xv
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
Mengenai temuan umum bahwa hasil profil dari anak usia 12-14 tahun adalah sebagai
berikut :
1. Nama : Rahma Aulia
2. Ttl : Binjai, 4 April 2010
3. Umur : 12 Tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Kel. Sukamaju Kec. Binjai Barat
6. Agama : Islam
7. Nama Ayah : Suprapto
8. Nama Ibu : Pelita
B. Temuan Khusus
1. Apakah adek sudah bisa sholat?
 Sudah kak.
2. Sudah sholat lima waktu?
 Belum kak, masih ada sholat yang sekali- sekali saya tinggalkan.
3. Adik sholat di Masjid atau dirumah ?
 Kadang di Masjid kadang dirumah kak.
4. Kalau mau sholat tunggu disuruh dulu atau ketika dengar azan langsung sholat?
 Kadang ketika teman ada yang ke mesjid saya ikut kak tanpa disuruh, kadang
juga masih disuruh orang tua.
5. Apakah adek bisa mengaji ?
 Bisa kak.
6. Masih Iqra atau sudah Al-Quran?
 Sudah Al-Quran kak
7. Apakah sudah bisa membaca Al-Quran dengan benar seperti panjang pendeknya
sudah bisa?
 Sudah kak kalau panjang pendeknya, qolqolah juga saya sudah bisa, tetapi untuk
membaca Al-Quran yang benar-benar ketentuannya itu belum bisa kak,.

xvi
8. Doa-doa ketika memulai kegiatan itu doa apa saja yang adek tau?
 Doa makan, doa selesai makan, doa mau tidur,doa bangun tidur, doa masuk wc,
doa keluar wc, doa mau belajar, doa selesai belajar, dan doa sebelum keluar
rumah kak.
9. Ketika puasa Ramadhan adek puasa nya sudah full atau masih setengah hari?
 Kalau puasa saya sudah full kak. Akan tetapi ada di beberapa hari yang saya
masih belum full.
10. Apakah adek mengetahui apa saja rukun iman dan rukun islam?
 Tau kak. Saya sejak dulu dari TK sudah hafal
11. Apakah adek ketika disuruh pergi ngaji atau sholat adek pernah marah atau melawan
karena tidak mau disuruh ?
 Pernah kak, kadang ketika saya sedang bermain dengan teman atau bermain
Handphone itu saya disuruh ngaji kadang saya juga pernah males kak jadi kadang
saya marah kak.
C. Pembahasan
a. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif jiwa keberagamaan anak usia 12-14
tahun
Kognitif adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan proses belajar
mengajar untuk memahami dan mengenali peristiwa. Pada kali inilah proses praktik
penelitian kecerdasan kognitif berperan saat mengolah pengetahuan. Berdasarkan
definisi tersebut ternyata anak sudah bisa membaca Al-Quran, melaksanakan sholat
lima waktu dan sudah menghafal doa-doa sebelum melakukan kegiatan, seperti doa
makan, doa selesai makan, doa mau tidur,doa bangun tidur, doa masuk wc, doa keluar
wc, doa mau belajar, doa selesai belajar, dan doa sebelum keluar rumah.
b. Pertumbuhan dan perkembangan afektif jiwa keberagamaan anak usia 12-14
tahun
Afektif merupakan tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kondisi emosi
seseorang. Dalam hal ini ranah afektif dimaksudkan untuk menggugah emosi siswa
agar ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan definisi
tersebut ternyata anak terkadang masih belum bisa mengontrol emosinya sendiri
ketika disuruh orangtua nya yang seperti dikatakannya kadang ketika dia sedang

xvii
bermain dengan teman atau bermain Handphone itu dia disuruh ngaji dia terkadang
membantah karena malas hendak pergi mengaji. Tetapi ia juga terkadang pergi sholat
ke mesjid tanpa disuruh dulu oleh orang tuanya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa keberagamaan anak usia
12-14 tahun
Psikomotorik merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan atau
keterampilan seorang anak. Ranah ini masuk dalam penilaian praktek yang ada dalam
pembelajaran dan arti Pendidikan Psikomotor adalah salah satu ranah yang menilai
keterampilan (skill) atau kemampuan melakukan sesuatu setelah seseorang menerima
pembelajaran pada bidang tertentu. Hasil belajar motorik akan terlihat ketika
seseorang telah menerima pembelajaran dan telah dinilai secara kognitif. Berdasarkan
definisi tersebut ternyata anak tersebut sudah mampu membaca Al-Quran serta
panjang pendek dalam membaca Al-Quran juga sudah ia pahami .

xviii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kognitif adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan proses belajar mengajar
untuk memahami dan mengenali peristiwa. Pertumbuhan dan Perkembangan kognitif
jiwa keberagaman pada anak usia 12-14 tahun dapat dilihat ketika anak tersebut bisa
membaca Al-Quran, melaksanakan sholat lima waktu dan sudah bisa menghafal doa-
doa sebelum melakukan kegiatan.
2. Afektif merupakan tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kondisi emosi seseorang.
Anak usia 12-14 tahun biasanya masih belum bisa mengontrol emosinya sendiri.
Pertumbuhan dan perkembangan afektif jiwa keberagaman anak usia 12-14 tahun
dapat dilihat ketika seorang anak disuruh orangtua nya untuk pergi mengaji namun
dia terkadang membantah karena malas untuk pergi mengaji. Tetapi terkadang dia
juga pergi sholat ke mesjid tanpa disuruh terlebih dahulu oleh orang tuanya.
3. Psikomotorik merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan atau
keterampilan seorang anak. Pertumbuhan dan Perkembangan psikomotorik jiwa
keberagaman anak usia 12-14 tahun dapat dilihat ketika anak tersebut sudah mampu
membaca Al-Quran serta panjang pendeknya dan juga dapat memahami isi dari Al-
Qur'an.

B. Saran
Kami menyadari bahwa mini riset ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon
maaf sebesar – besarnya. Terima kasih kepada dosen pembimbing yang memberikan
tugas mini riset ini kepada kami. Karena, dapat membuat kami memahami dalam
pembuatan mini riset dan semoga mini riset ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Soemanto Wasty, ( 1990) Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),


Jakarta: PT Rineka Cipta,

Syah, Muhibbin (2004) Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,

Santrock, John W. ( 2012), Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup, terj.


Benedictine Widyasinta, Jakarta: Erlangga,

Jalaluddin, (2003), Psikologi Agama Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

Junaidi M., (2020), Perkembangan Jiwa Beragama Pada Masa Anak-anak. Al-Ikhtibar: Jurnal
Ilmu Pendidikan,

https://www.academia.edu/36463216/
MAKALAH_PERKEMBANGAN_PESERTA_DIDIK_USIA_12_14_TAHUN (Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2022 pukul 12.06)

xx

Anda mungkin juga menyukai