Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA 2-6 TAHUN


(Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta
Didik)

Dosen Pengampu : Ade Iwan Ridwanullah, S.Sos., M.Sc.

Disusun oleh:

Kelompok 3

Muamar Kusumah 1202010080


Muhamad Iqbal Attarqi 1202010082
Muhamad Rifai Suhendra 1202010084
Nia Afifah Makavilia 1202010100
Nur Ramadania Arigawati 1202010105

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul “Perkembangan Peserta Didik Usia 2-6 Tahun”
dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini, penyusun mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik bapak Ade Iwan Ridwanullah, S.Sos., M.Sc. yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah Perkembangan Peserta Didik ini, dan
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Makalah ini, berisi tentang perkembangan fisik, perkembangan kognitif,
pengembangan kepribadian, hubungan kelarga serta teman dan sahabat bermain
dari peserta didik usia 2-6 tahun.
Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penyusun pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuataan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penyusun menerima
saran dan kritik yang bersifat membagun demi perbaikan kearah yang lebih baik.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Bandung, 24 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian ................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Perkembangan Fisik............................................................................... 4
2.2 Perkembangan Kognitif ......................................................................... 7
2.3 Perkembangan Kepribadian ................................................................. 9
2.3.1 Pengertian Kepribadian ....................................................................... 9
2.3.2 Proses Pengembangan Kepribadian ............................................ 10
2.3.3 Aspek Kepribadian ....................................................................... 10
2.3.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan
perkembangan kepribadian ........................................................................ 11
2.4 Hubungan Keluarga ............................................................................. 12
2.5 Teman dan Sahabat Bermain .............................................................. 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18
3.2 Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Umur 2 sampai 6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau
tahun-tahun pra sekolah atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), baik formal maupun nonformal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
merupakan upaya pembinaan dan pengembangan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Kegiatan itu dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Seperti bayi dan balita, Anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat,
baik secara fisik maupun kognitif. Dengan perubahan yang cepat itu, bukan
tidak mungkin seorang yang tadinya gemuk pendek dan hampir tidak dapat
berbicara tiba-tiba menjadi seorang anak yang lebih tinggi dan ramping yang
mampu berbicara secara baik dan lancar. Terutama terlihat pada anak usia dini
adalah kenyataan bahwa perkembangannya benar-benar terintegrasi baik secara
biologis, psikologis, maupun perubahan sosial yang terjadi saat ini (serta
sepanjang sisa masa hidup) yang saling terkait.
Usia prasekolah memberikan contoh luar biasa bagaimana anak-anak
memainkan peran aktif dalam pengembangan kognitif mereka sendiri,
khususnya dalam memahami,menjelaskan, mengorganisasikan, memanipulasi,
membangun, dan memprediksi. Anak-anak prasekolah mengalami kesulitan
mengendalikan perhatian mereka sendiri dan fungsi memori, bingung dalam
menampilkan diri, dangkal dengan realitas, dan fokus pada satu aspek
pengalaman pada suatu waktu. Anak-anak sekolah cenderung membuat
kesalahan lintas budaya yang sama karena kemampuan kognitif yang belum
matang. Maka kita perlu mengetahui bagaimana sajakah perkembangan anak-
anak usia 2-6 tahun tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan pada makalah ini
adalah :
a. Apa yang dimaksud dengan perkembangan fisik?
b. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif?
c. Bagaimana cara pengembangan kepribadian?
d. Apa yang dimaksud dengan hubungan keluarga?
e. Bagaimana maksud teman dan sahabat bermain?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam, yaitu :
a. Untuk mengetahui makna perkembangan fisik
b. Untuk mengetahui makna perkembangan kognitif
c. Untuk memahami bagaimana cara pengembagan kepribadian
d. Untuk mengetahui makna hubungan keluarga
e. Untuk memahami maksud teman dan sahabat bermain

1.4 Metode Penelitian


Metode penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pengumpulan
data yang diperoleh dari berbagai sumber literatur yakni media internet berupa
jurnal , modul pembelajaran dan beberapa sumber website penambah.

1.5 Sistematika Penulisan


Penyusunan makalah ini dilakukan secara sistematis dengan dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan dari makalah “Perkembangan Peserta
Didik Usia 2-6 Tahun”

2
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan mengenai perkembangan fisik,
perkembangan kognitif, perkembangan kepribadian, hubungan keluara dan
teman & sahabat bermain.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil keseluruhan makalah dan
saran untuk makalah perkembangan peserta didik usia 2-6 tahunn.

3
BAB II
PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Fisik


Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang
kompleks dan sangat mengagumkan. Kuhlen dan Thompson mengemukakan
bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
a. Sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan
emosi;
b. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik;
c. Kelenjar Endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam
suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;
d. Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi berat dan proporsi.
Masa kanak-kanak awal (early childhood) merupakan periode
perkembangan yang terjadi mulai akhir masa bayi hingga sekitar usia 5 atau 6
tahun, kadang periode ini disebut tahun pra sekolah. Kelas satu sekolah dasar
biasanya menandai akhirnya periode ini. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa, masa kanak-kanak awal masa perkembangan anak dari
usia 2 tahun sampai usia 6 tahun, yang mana bisa disebut juga dengan periode
prasekolah.
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh baik berat badan maupun
tinggi badan serta kekuatannya, memungkinkan anak untuk lebih aktif dan
berkembang keterampilan fisiknya, dan juga berkembangnya eksplorasi terhadap
lingkungan tanpa bantuan orang tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat
memberikan kesiapan pada anak untuk lebih meningkatkan pemahaman dan
penguasaannnya terhadap tubuhnya.
a. Tinggi: Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada
usia enam tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inchi;

4
b. Berat: Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima
pon. Pada usia enam tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir.
Anak perempuan rata-rata 48,5 pon dan laki-laki 49 pon;
c. Perbandingan tubuh: Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil
tetapi dagu tampak jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan tubuh
berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata,
dan dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi, lengan dan kaki
lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar;
d. Postur tubuh: Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal
masa kanak-kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik),
ada yang kuat berotot (mesomorfik), ada yang relatif kurus (ektomorfik);
e. Tulang dan otot: Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh
mengikuti hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan
kuat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah;
f. Lemak: Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan
lemaknya dari pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan
yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan
lemak;
g. Gigi: Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa kanak-kanak,
empat gigi bayi terakhir geraham belakang muncul. Selama setengah tahun
terakhir gigi bayi mulai tanggal digantikan oleh gigi tetap. Yang pertama
lepas adalah gigi bayi yang pertama kali tumbuh yaitu gigi seri tengah. Bila
masa kanak-kanak berakhir, pada umumnya bayi memiliki satu atau dua gigi
tetap di depan dan beberapa celah di mana gigi tetap akan muncul.
Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, seperti pada usia tiga tahun, rata-
rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada
usia lima tahun, tingginya mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan
cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia sebelumnya. Tulang
dan gigi anak semakin besar serta lengkapnya gigi anak, sehingga si anak sudah
mulai menyukai makanan padat, seperti: daging, sayuran, buah-buahan dan
kacang-kacangan. Anggota badan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda

5
dan tiap anak mempunyai tempo perkembangannya sendiri. Proporsi badan dan
jaringan urat daging dapat dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima.
Setelah itu mulailah apa yang disebut “Gestaltwandel” pertama. Hal ini berarti
bahwa anak yang dulunya mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota
badan yang pendek, mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang.
Anggota badan yang lainnya menjadi lebih panjang. Perut mengecil dan
anggota badan lainnya mendapatkan proporsi yang normal. Jaringan tulang dan
urat lebih berkembang menjadi lebih berat dan jaringan lemak lebih melambat.
Selama tahun kelima nampak perkembangan jaringan urat daging yang secara
cepat.
Pertumbuhan otak anak pada usia lima tahun mencapai 75% dari ukuran
orang dewasa dan 90% pada usia 6 tahun. Pada usia ini juga tumbuh
“myelinization” (lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat
berwarna putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu
transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan
terhadap kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Di samping itu, pada usia ini
terjadi banyak perubahan fisiologis lainnya seperti: pernapasan menjadi lebih
lambat dan mendalam dan denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Aspek lain yang sangat penting bagi perkembangan manusia adalah otak
(brain). Otak merupakan sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Otak
terdiri dari 100 miliar sel syaraf (neuron), dan setiap sel syaraf tersebut, rata-rata
memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) denga sel-sel syaraf yang lainnya. Sel
ini terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi sebagai penyalur
aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel yang lain. Secara struktur otak terdiri dari
atas tiga bagian, yaitu:
a. Brainstem (termasuk didalamnya celebellum) yang berfungsi sebagai
pengontrol keseimbangan dan koordinasi;
b. Midbrain yang berfungsi sebagai stasiun pengulang atau penyumbang dan
pengotrol pernafasan dan fungsi menelan;

6
c. Cerebrum yang berfungsi sebagai pusat otak yang paling tinggi yang
meliputi belahan otak kiri dan kanan (left and right hemispheres) dan
sebagai pengikat syaraf-syaraf yang berhubungan dengannya.
Proses pertumbuhan otak menurut para ahli melalui tiga tahap, yaitu:
a. Produksi sel (cell production), yaitu bahwa sel-sel itu telah diproduksi di
antara masa 8 sampai 16 minggu setelah masa konsepsi;
b. perpindahan sel (cell migration) yaitu bahwa neuron-neuron itu berimigrasi
melalui daya tarik kimia ke lokasi-lokasi sasaran yang semestinya;
c. Elaborasi sel (cell elaburation) yaitu terjadinya proses di mana Axon
(jaringan syaraf panjang body sel dalam neuron) dan dendrite (jaringan
syaraf pendek bodi sel dalam neuron) membentuk syaraf synepses (ruang
kecil diantara neuron-neuron di mana kegiatan syaraf terkomunikasikan
antara sel yang satu dengan yang lain).
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi aspek- aspek
perkembangan individu lainnya, baik berupa keterampilan motorik, intelektual,
emosional, sosial, moral maupun kepribadian. Begitu pun sebaliknya, pentingnya
gizi bagi pertumbuhan otak, dari beberapa hasil penelitian pada hewan
membuktikan bahwa gizi yang buruk (malnutrisi) yang diderita induk hewan
mengakibatkan sel otak janin lebih sedikit dari pada janin yang induknya normal.
Pada manusia, kekurangan gizi pada ibu hamil mengakibatkan berat badan bayi
sangat rendah juga berkaitan erat dengan angka kematian yang tinggi serta
penyebab yang sering terjadi yaitu perkembangan yang buruk.
2.2 Perkembangan Kognitif
Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak.
Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan
berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai
mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat. Dunia ognitif
anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang
sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih
baik. Pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan bahasa dengan
menirukan prilaku orang dewasa.

7
a. Tahap Pra-Operasional Piaget
Imajinasi anak prasekolah bekerja sepanjang waktu dan jangkauan
mental mereka tentang dunia mereka terus berkembang sepanjang waktu.
Piaget menggambarkan kognitif anak prasekolah sebagai pra-operasional.
Pemikiran pra-operasional adalah periode penantian yang nyaman untuk
menuju tahapan berikutnya, yakni pemikiran operasional konkret. Akan
tetapi label pra-operasional menekankan bahwa anak tersebut belum
menunjukkan suatu operasi, yaitu tindakan-tindakan internalisasi yang
memampukan anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya
dapat mereka lakukan secara fisik. Operasi adalah tindakan mental dua-
arah (reversibel). Penambahan dan pengurangan jumlah secara mental
adalah contoh operasi.
Tahapan pra-operasional, yang berlangsung kira-kira usia 2 hingga
7 tahun, adalah tahapan kedua dari teori piaget. Dalam tahapan ini, anak
mulai mempresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan, dan
gambar-gambar. Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui
koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik.
Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran-pemikiran mental muncul,
egosentrisme tumbuh, dan keyakinan-keyakinan magis mulai
terkonstruksi. Anak mulai bisa menulis dan menggambar dengan imajinasi
mereka. Masa ini disebut masa prasekolah dan masa sekolah. Anak mulai
berinteraksi dengan teman sebayanya dan bekerjasama, dan juga anak
berlompat, berlari, dan bermain bersama. Pemikiran pra-operasional dapat
dibagi menjadi sub-sub tahapan, yaitu sub tahapan fungsi sim simbolik
dan sub tahapan pemikiran intuitif.
b. Teori Vigotsky
Vigotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun
pengetahuan dan pemahaman mereka. Dalam teori Vigotsky, anak-anak
lebih sering digambarkan sebagai makhluk sosial daripada dalam teori
Piaget. Mereka mengembangkan cara-cara mereka dalam berpikir dan
pemahaman, terutama melalui interaksi sosial. Perkembangan kognitif

8
mereka bergantung pada alat yang disediakan oleh masyarakat, dan pikiran
mereka dibentuk oleh konteks budaya tempat mereka tinggal.9 Jika
dibandingkan, menurut teori Piaget anak berkembang dari kemampuannya
sendiri sedangkan menurut Vigotsky anak berkembang karena dibantu
oleh lingkungan sekitar mereka

2.3 Perkembangan Kepribadian


2.3.1 Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah sebuah konsep yang sangat sukar dimengerti
dalam psikologi, meskipun istilah ini digunakan sehari-hari. Kepribadian yang
sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawiyah), sukar dilihat atau diketahui
secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam
segala segi dan aspek kehidupan.Misalnya dalam menghadapi setiap
persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang kuat.
Orang awam dengan mudah mengatakan bahwa seseorang itu punya
kepribadian baik, kuat dan menyenangkan, sedangkan ada pula orang yang
mengatakan bahwa mempunyai kepribadian lemah, tidak baik atau buruk dan
sebagainya. Sehingga dengan kata lain pribadi atau kepribadian itu dipakai
untuk menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang ada pada seseorang.
Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat
gambaran yang umum tentang kepribadian.Yang dapat kita lakukan adalah
mencoba mengenal seseorang dengan mencoba mengetahui struktur
kepribadiannya.Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan
terhadap sejarah hidup, cita-cita dan perasaan-perasaan yang dihadapi
seseorang. Pandangn konvergensi mengatakan kepribadian seseorang pada
suatu saat (misalnya pada saat sedang diperiksa) adalah produk (hasil) dari
suatu proses yang dimulai pada saat orang itu lahir dengan membawa bakat-
bakatnya yang berlangsung terus melalui pengalaman sampai pada saat
tersebut.Dalam pemeriksaan psikologis, kita mencoba untuk menganalisis
dan membuat kesimpulan-kesimpulan dari riwayat hidup seseorang
melalui wawancara dan hasil psikotesnya, sehingga kita dapat mencoba

9
mengenal seseorang dengan baik dan tepat.
May berpendapat bahwa “Kepribadian adalah suatu aktualisasi dari
proses hidup dalam seorang individu yang bebas, terintegrasi dalam
masyarakat dan memiliki satu perasaan cemas dalam batin, yang
berhubungan dengan religiusitas.
Withington berpendapat “Kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku
seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang nampak pada orang lain.
Kepribadian ini bukan hanya yang melekat dalam diri seseorang tetapi lebih
merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang lama suatu kulturil.
2.3.2 Proses Pengembangan Kepribadian

1. Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang


tingkah laku sebagai pribadi yang sudah dan benar atau baik dan
buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya dan hal yang
penting adalah keteladanan itu sendiri.
2. Identifikasi yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru
penampilan atau tingkah laku seseorang yang menjadi idolanya.
3. Proses coba-coba (trial and error) yaitu dengan cara mengembangkan
tingkah laku moral semacam coba-coba. Tingkah laku yang
mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan,
sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan
akan dihentikan.
2.3.3 Aspek Kepribadian
a. Aspek Kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar.
1. Yang dikerjakan oleh lisan, seperti membaca Al-Qur’an,
mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengerjakannya.
2. Yang dikerjakan oleh anggota tubuh lain, seperti berbakti kepada
orang tua, memenuhi kebutuhan, menetapkan suatu berdasarkan
musyawarah, memenuhi peraturan, menghormati orang lain dan
sebaginya.

10
b. Aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan tidak ketahuan
dari luar. Seperti mencintai Tuhan dan agamanya, mencintai dan
memberi tanpa pamrih, ikhlas dalam beramal, sabar tidak sombong,
pemaaf, tidak mendendam, dan lain-lain.
c. Aspek kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup
dan kepercayaan, meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam
kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah kehidupan
individu. Bagi yang beragama aspek inilah yang menentukan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2.3.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan perkembangan


kepribadian
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.Dengan
demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan
keluarga.
Berdasarkan peneltiian yang dilakukan oleh Hirschi dan Selvin
(1967) sebagaimana dikutip oleh Dadang Hawari menujukkan bahwa
kepribadian orang tua sangat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.bila
salah seorang atau kedua oang tua mempunyai kelainan kepribadian orang
tua mempunyai kelainan kepribadian, maka presentase kenakalan anak
akan jauh lebih tinggi daripada kalau kedua orang tua tidak mempunyai
kelainan kepribadian.
Pola tingkah laku pikiran dan sugesti ayah ibu dapat mencetak pola
yang hampir sama pada anak-anak. Oleh karena itu, tradisi, kebiasan sehari-
hari, sikap hidup, cara berfikir dan filsafat hidup keluarga itu sangat besar
sekali pengaruhnya dalam proses pembentuk tingkah laku dan sikap
anggota keluarga terutama anak-anak. sebab tingkah laku orang tua itu
mudah sekali menular kepada anak-anak, khususnya mudah dioper oleh

11
anak-anak puber dan adolensens yang jiwanya belum stabil dan tengah
mengalami banyak gejolak batin.
Misalnya, temperamen ayah yang agresif meledak-ledak, suka marah-
marah, sewenang- wenang, tidak hanya akan mentransformasikan efek
temperamennya saja, akan tetapi juga menimbulkan iklim yang
mendemoralisir secara psikis di tengah keluarga. Jika anak diperlakukan
oleh kedua orang tuanya dengan perlakuan yang kejam, didikan dengan
pukulan yang keras atau sekedar penghinaan dan ejekan, maka yang akan
timbul ialah reaksi negatif yang tampak pada perilaku dan akhlak anak.
Mereka yang dibesarkan dengan disiplin militer yang keras, besar
kemungkinan akan tumbuh dengan kepribadian kaku dan keras.
Perkembangan kepribadian anak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor yang berasal dari dalam misalnya: faktor-faktor yang berhubungan
dengan konstitusi tubuh, struktur tubuh dan keadaan fisik, koordinasi
motorik, kemampuan mental dan bakat khusus dan emosionalitas.
Sedangkan faktor dari luar adalah lingkungan seperti ; rumah, sekolah dan
teman sebaya.
2.4 Hubungan Keluarga
Hubungan keluarga sangat penting untuk perkembangan kesehatan fisik.
Mental, dan sosial anak prasekolah. Banyak aspek dan dimensi teknis yang terkait
dengan pengasuhan keluarga, seperti disiplin, jumlah dan urutan kelahiran saudara
kandung, keuangan, keadaan atau kondisi, dan kesehatan keluarga yang memberi
kontribusi bagi perkembangan psikososial anak-anak muda.
1. Anak
Fungsi orang tua antara lain adalah mengasuh anak dengan baik.
Seperti halnya guru kepada peserta didiknya. Orang tua yang berbeda
menggunakan teknik pengasuhan yang berbeda pula kepada anak-anaknya.
Teknik kepengasuhan para orang tua tergantung pada standar budaya dan
masyarakat, situasi, dan perilaku anak-anak pada waktu itu. Para orang tua
menggunakan teknik kepengasuhan dalam berhubungan dengan anak-anak
mereka dicirikan oleh derajat kontrol dan kehangatan orang tua Ada orang

12
tua yang menggunakan kontrol kepengasuhan yang ketat. Ada pula yang
dilakukan dengan penuh kehangatan dan rasa cinta Orang tua yang otoriter
menunjukkan kontrol yang tinggi dan kehangatan rendah.
Orang tua yang demokratis cenderung menggunakan kontrol relatif
dan dengan hubungan kehangatan yang tinggi Orang tua yang permisif
menunjukkan kehangatan tinggi dan kontrol orang tua rendah, seperti
halnya terjadi pada keluarga yang demokratis. Namun, keluarga yang
permisif cenderung kebablasan, sehingga mengesankan serba boleh dan
membiarkan anak bertindak dan berperilaku sesuai dengan keinginannya.
Persoalan sekarang, bagaimana orang tua bisa mengontrol perilaku
anaknya dengan penuh kehangatan. Hal yang sama juga harus dilakukan
oleh guru kepada peserta didiknya. Kontrol tetap diperlukan sesuai dengan
standar disiplin yang disepakati bersama atau ditetapkan oleh sekolah,
namun hubungan yang hangat tetap terjaga.
Gaya kepengasuhan keluarga dan orang tua memiliki dampak tertentu
pada anak-anak, seperti halnya kepengasuhan guru kepada peserta
didiknya. Gaya demokratis orang tua menumbuhkan komunikasi dan
pemecahan masalah secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
mereka. Sebaliknya. Orang tua yang otoriter dapat menghasilkan anak-
anak takut dan tergantung. Guru yang otoriter juga menimbulkan rasa
takut dan antikreatif kepada siswanya, di samping ketergantungan yang
laten. Orang tua yang permisif dapat mengakibatkan anak memberontak.
Dengan cara itu pula orang tua dapat membuat anak acuh tak acuh,
bermusuhan, dan menyisakan persepsi yang buruk akibat ketidakjelasan
sikap. Pemberontakan semacam ini juga jangka panjang bisa muncul dari
peserta didik yang oleh gurunya diperlakukan secara permisif.
Dalam keluarga dengan dua orang tua, di mana masing-masingnya
katakanlah ayah pada satu sisi dan ibu pada sisi lain memiliki pengasuhan
yang berbeda, gaya satu orang tua yang sering positif menjadi
counterbalancess gaya orang tua lainnya. Sebagai contoh, gaya permisif
ibu bisa mengimbangi gaya otoriter suaminya. Namun demikian, hal ini

13
sulit berlaku di sekolah. Misalnya, gaya permisif guru Matematika tidak
cukup logis jika diasumsikan dapat diimbangi oleh gaya demokratis guru
Fisika.
Keinginan orang tua bernegosiasi dengan anak-anak mereka untuk
mencapai tujuan bersama adalah sangat diinginkan. Negosiasi untuk
penugasan atau ketika muncul perbedaan pendapat antara guru dan peserta
didik pun sangat dipentingkan. Bagaimana pun kesediaan ini tidak berarti
bahwa segala sesuatu dalam sistem keluarga dan sekolah bisa
dinegosiasikan. Baik orang tua maupun anak-anak mereka harus
bertanggung jawab pada semua waktu dan situasi, seperti tingkat kontrol
yang tidak sehat menyebabkan “perebutan kekuasaan” dalam keluarga.
Negosiasi orang tua harus menunjukkan pembelajaran kepada anak-anak
bahwa kualitas bubungan bisa berjalan adil atau sama dalam hal hak
berbagi (sharing), tanggung jawab dan pengambilan keputusan. Negosiasi
di lingkungan rumah yang hangat menampung ide dan saling mendukung
adalah kondisi ideal. Menjadi ideal pula, jika hal ini bisa dilakukan oleh
guru dengan peserta didik, kepala sekolah dengan guru, dan sebagainya.
2. Saudara Kandung
Saudara adalah kelompok sepermainan (peer group) pertama dan
terutama bagi anak-anak di dalam keluarga dan dalam pendampingan
untuk pergaulan sosial. Sebutan pendampingan mengandung makna bahwa
ketika berinteraksi dengan individu atau kelompok di luar keluarga,
mereka nyaris selalu ditemani oleh saudara kandung, keluarga dekat, atau
orang tuanya. Anak-anak prasekolah dapat belajar banyak atau lebih dari
saudara mereka sebagai dari orang tua. Terlepas dari perbedaan usia,
hubungan suara merupakan cermin hubungan sosial lainnya, menyediakan
persiapan dasar untuk berhubungan dengan orang di luar rumah. Biasanya
saudara hanya dapat memberikan kesempatan (baik yang diinginkan atau
tidak) bagi anak-anak untuk berlatih menghadapi sisi positif dan negatif
hubungan antarmanusia. Tentu saja anak-anak yang tanpa saudara tidak
selalu mengalami kerugian dalam perkembangannya. Penelitian

14
membuktikan bahwa anak-anak yang dibesarkan sendiri di dalam keluarga
berpotensi sama untuk berkembang dibandingkan dengan anak-anak yang
memiliki saudara kandung -jika tidak lebih baik dari yang lain- dilihat dari
perkembangan kepribadian, kecerdasan, dan prestasi. Salah satu
penjelasan yang mungkin dikedepankan di sini, bahwa anak yang pertama
dapat urutan kelahiran, anak-anak hanya dapat memiliki perhatian penuh
atau hampir penuh perhatian orang tuanya, yang pada gilirannya memiliki
lebih banyak menghabiskan waktu secara berkualitas dalam berinteraksi
dengan anak satu-satunya.
3. Keadaan Keluarga dan Kelas Sosial
Keadaan keluarga secara pasti mempengaruhi perkembangan anak-
anak muda. Karenanya, dengan keluarga yang aman dan utuh serta
mempunyai kemampuan keuangan yang baik anak-anaknya pun
cenderung berkembang dengan baik. Sayangnya, tidak semua keluarga
memiliki sumber daya yang memungkinkan orang tua
tetap di rumah pada siang hari atau untuk membeli layanan penitipan anak
sebaik mungkin. Selain itu, tidak semua keluarga mampu mengakses
layanan kesehatan yang diperlukan. Konsekuensi emosional jangka
panjang bagi anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial
ekonomi rendah sangat mungkin memerlukan perhatian yang lebih serius.
Untuk melihat seberapa jauh efek dari kelas sosial pada sikap dan
perkembangan anak, sosiologi Melvin Kohn mempelajari perbedaan dalam
gaya pengasuhan orang tua kelas pekerja dan kelas menengah. Kohn
menemukan bahwa orang tua kelas pekerja cenderung stres pada anak-
anak mereka ketika ke luar, sementara orang tua kelas menengah
cenderung stres pada aspek ekspresi diri, motivasi dan rasa ingin tahu pada
anak-anak mereka. Kohn menyimpulkan bahwa -kelas sosial di mana
sikap dan perilaku orang tua diturunkan kepada anak-anak- juga mereka
memainkan peran dalam pengembangan psikososial anak-anak muda.
Pada si lain dari dialog dengan para guru terungkap beberapa pendapat
subjektif.

15
Anak-anak yang berasal dari kelas bawah menjadi sumber keluhan
mereka selama mengajar. Meski tidak ada bukti bahwa anak-anak dati
keluarga miskin itu akan “miskin” pula prestasinya. Anak-anak yang
berasal dari kelas menengah umumnya tidak menjadi sumber keluhan para
guru, meski tidak juga ada bukti bahwa prestasi mereka akan mengungguli
anak-anak lain pada umumnya. Bahkan, anak-anak dari keluarga kelas
menengah sering berulah yang mengesankan arogan di mata kawan-
kawannya, sementara guru menanggung beban psikologis untuk
menertibkannya. Sebutan kelas menengah itu menggunakan indikator
posisi orang tua di birokrasi pemerintahan, jabatan politik, keluarga
“terpandang” atau “darah biru", dan kondisi ekonomi.
2.5 Teman dan Sahabat Bermain
Kontak awal yang baik di dalam keluarga dapat menentukan kemudahan
anak-anak untuk membangun persahabatan dan hubungan lainnya. Anak-anak
yang meliki hubungan yang penuh kasih, stabil, dan menerima asuhan yang baik
dari orang tua dan saudara kandung pada umumnya lebih cenderung membentuk
hubungan yang sama baiknya dengan teman-teman dan teman bermain.
Persahabatan pertama dibuat ketika anak berusia sekitar usia 3 tahun,
walaupun anak-anak prasekolah bisa bermain bersama sebelum usia itu. Sama
seperti orang dewasa, anak-anak prasekolah cenderung mengembangkan
persahabatan dengan anak-anak dan yang memiliki kepentingan bersama,
menyenangkan, menawarkan dukungan dan mirip dalam ukuran dan
penampilannya. Usia persahabatan menciptakan kesempatan bagi anak-anak
untuk belajar bagaimana menangani situasi -memancing kemarahan, berbagi,
belajar nilai-nilai dan mempraktikkan perilaku yang lebih matang. Anak-anak
prasekolah yang populer dongan rekan-rekan mereka unggul dalam kegiatan ini,
di mana mereka tahu bagaimana menjadi seorang teman tidak hanya bagaimana
memiliki teman.
Di sisi lain, anak-anak yang "pengoceh secara tidak atau kurang
bersahabat” atau menciptakan permusuhan langsung kepada teman-teman mereka
cenderung kurang populer. Pada gilirannya, anak-anak yang agresif sering

16
mempunyai teman lebih sedikit dan cenderung menjadi "bahan bakar”
permusuhan. Di sekolah pun, anak-anak yang egois disertai dengan
ketidakunggulan pada hampir semua mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler
cenderung terasing di mata kawan-kawannya. Mereka mungkin saja bukan
diasingkan, melainkan mengasingkan diri. Mereka yang berpenampilan seperti ini
sering merepotkan guru ketika berada di kelas dan di sekolah, serta sangat kuat
potensinya berbuat onar.

17
BAB III
PENUTUP

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang
kompleks dan sangat mengagumkan. Perkembangan fisik merupakan dasar bagi
kemajuan perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh
baik berat badan maupun tinggi badan serta kekuatannya, memungkinkan anak
untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya, dan juga
berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tuanya.
Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan
kekuatan berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya
mulai mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat. Dunia
ognitif anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak
berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia
menjadi lebih baik. Pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan
bahasa dengan menirukan prilaku orang dewasa.
Kepribadian adalah sebuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam
psikologi, meskipun istilah ini digunakan sehari-hari. Kepribadian yang sesungguhnya adalah
abstrak (ma’nawiyah), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui
adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Pengembangan
kepribadian ini memiliki beberapa aspek yang menunjangnya.
Hubungan keluarga sangat penting untuk perkembangan kesehatan fisik.
Mental, dan sosial anak prasekolah. Banyak aspek dan dimensi teknis yang terkait
dengan pengasuhan keluarga, seperti disiplin, jumlah dan urutan kelahiran saudara
kandung, keuangan, keadaan atau kondisi, dan kesehatan keluarga yang memberi
kontribusi bagi perkembangan psikososial anak-anak muda.
Kontak awal yang baik di dalam keluarga dapat menentukan kemudahan
anak-anak untuk membangun persahabatan dan hubungan lainnya. Anak-anak
yang meliki hubungan yang penuh kasih, stabil, dan menerima asuhan yang baik

18
dari orang tua dan saudara kandung pada umumnya lebih cenderung membentuk
hubungan yang sama baiknya dengan teman-teman dan teman bermain.
3.2 Saran
Setelah dibuatnya makalah ini, kami sebagai penyusun menyarankan
kepada semua pembaca yang membaca makalah ini dapat memberikan beberapa
saran, kritik, dan komentar terbaiknya guna mendukung proses pembuatan
makalah yang lebih baik kedepannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Murni.2017. Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Psikososial Pada Masa Anak –


Anak Awal 2-6 Tahun. Volume III. Nomor 1. Januari – Juni
Chairilsyah, D. (2012). Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia
Dini.EDUCHILD.Vol.01 No.1,4.
Setiawan, S. (2021, Februari Minggu). Fase Perkembangan Kepribadian Beserta
Penjelasannya.p.1
Danim, Sudarwan. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta

20

Anda mungkin juga menyukai