Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN PESERTA DIDIK


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Dosen Pengampu : Ika Rifqiawati, M.Pd
Dwi Ratnasari, M.Pd

Disusun Oleh:
Helen Atmisuri 2224170060
Ismayuroh 2224170036

Kelas: 2C

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Baik
manusia, hewan, maupun tumbuhan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Istilah-istilah pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan
orang secara “interchangeably” artinya kedua istilah itu dipilih secara silih
berganti dengan maksud yang sama. Sebenarnya masing-masing istilah ini masih
jarang diperhatikan orang, begitu pula oleh sebagian besar para ahli atau penulis
tentang psikologi pendidikan. Tumbuh adalah berbeda dengan berkembang.
Pribadi yang bertumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang
berkembang. Karena itu, dapat dibedakan antara pertumbuhan dan
perkembangan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil
sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini
dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil
menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan
sebagainya. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan suatu
perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan bersifat
kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi
fungsional. Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, terutama pada
manusia dapat mempengaruhi proses dalam pendidikan. Karena perkembangan
psikologi sejalan dengan perkembangan pendidikan di sekolah-sekolah. Maka
dari itu, sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
manusia agar pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dapat disesuaikan
dan dapat dipahami pada tiap jenjang usianya, sehingga ilmu pengetahuan dapat
diterima dengan baik.

1
2

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apa saja perbedaan pertumbuhan dan perkembangan?
3. Bagaimana teori-teori mengenai pertumbuhan dan perkembangan?

C. Tujuan Penulisan
Segala sesuatu yang dilakukan pasti ada tujuannya, berikut ini beberapa tujuan
penulisan makalah adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembangan.
3. Untuk mengetahui teori-teori pertumbuhan dan perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pengertian pertumbuhan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “perkembangan” adalah
perihal berkembang. Sedangkan pengertian perkembangan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
hal (keadaan) tumbuh.
Adapun pengertian pertumbuhan dalam Kamus Biologi adalah proses
perubahan dalam makhluk hidup yang meliputi peningkatan kematangan,
kenaikan massa, penambahan ukuran dan penambahan jumlah populasi. (2009:
461). Sedangkan pengertian perkembangan dalam Kamus Biologi adalah
pertumbuhan teratur individu. (2009: 458)
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil
sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini
dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil
menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan
sebagainya. Ini tidak berarti bahwa pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal
yang bersifat kuantitatif, karena tidak selamanya materiil itu kuantitatif. Materiil
dapat terdiri dari bahan-bahan kuantitaif, seperti misalnya atom, sel, kromosom,
rambut, molekul, dan lain-lain, dapat pula materiil terdiri dari bahan-bahan
kuantitatif seperti kesan, keinginan, ide, ggasan, pengetahuan, nilai, dan lain-lain.
(Soemanto, 2006: 44)
Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan the Penguin Dictionary of
Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan
perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan

3
4

organism lainnya tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri


organisme tersebut. (Syah, 2014: 41)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar, dan
luas yang bersifat konkret. Sedangkan perkembangan adalah rentetan perubahan
jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan lebih sempurna.

B. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan


Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya,
maka pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang berbeda. Tidak
sedikit juga yang memahami bahwa pertumbuhan dan perkembangan memiliki
maksud yang sama. Namun keduanya memiliki beberapa perbedaan. Berikut ini
beberapa hal yang membedakan antara pertumbuhan dan perkembangan.
No. PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN
Bersifat kuantitatif Bersifat kualitatif
1. (bisa digambarkan dalam (tidak bisa digambarkan dengan
bilangan) bilangan)
2. Terlihat dari keadaan fisik Terlihat dari sifat dan kemampuan
3. Memiliki batasan usia Tidak terbatas oleh usia
Bersifat irreversible Bersifat reversible
4.
(tidak dapat kembali) (bisa kembali)
Dipengaruhi pembelahan sel
5. Dipengaruhi pengalaman
tubuh

(https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2016/02/2-pertumbuhan-dan-
perkembangan.pdf)
5

C. Teori-Teori Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Jean Piaget (1896-1980), psikolog Swiss, menyatakan bahwa anak belajar
secara melalui bermain. Jean Piaget menyatakan bahwa peran orang dewasa
dalam membantu anak belajar adalah dengan mempersiapkan bahan-bahan bagi
anak untuk bermain dan berinteraksi. Setiap manusia butuh menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Proses penyesuaian diri (adaptasi) melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses menerima rangsangan dari
lingkungan yang sesuai dengan struktur kognitif seseorang, tetapi proses
perkembangan intelektual tidak akan terjadi apabila tidak sesuai dengan skema
yang dimiliki. Oleh karena itu, dibutuhkan proses akomodasi, yaitu perubahan
struktur kognitif, menyesuaikan dengan lingkungan. Proses ini menurut Piaget
disamakan dengan belajar. Piaget mengembangkan tahap-tahap perkembangan
manusia. (Musfah, 2012: 65-66)
Berikut ini tahap-tahap Piagetian:
 Tahap Sensorimotor (dari kelahiran sampai usia 2 tahun)
Pada masa ini, anak belajar dari sensasi dan gerak. Anak belajar
memisahkan dirinya dari lingkungan. Namun, aspek-aspek lingkungan –orang
tua atau mainan– tetap ada meskipun tidak berpengaruh terhadap sensori anak.
Tahap ini, pengajaran terhadap anak diarahkan untuk mengembangkan sistem
sensori-motoriknya. Anak menyesuaikan perilakunya dengan menggunakan
sensori.
 Tahap Pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk menggambarkan objek
dan mempersonifikasi objek. Anak telah lebih mampu berpikir tentang benda
dan kejadian meskipun mereka tidak segera hadir. Anak mengalami kesulitan
dengan waktu, sebab pemikiran mereka dipengaruhi oleh fantasi dan anak
6

menganggap orang lain melihat situasi dari sudut pandangnya. Pemikiran


operasional pun belum ada. (Musfah, 2012:65-66)
 Tahap Operasional Konkret (usia 7 sampai 11)
Anak kini bisa bernalar secara logis tentang kejadian-kejadian konkret dan
mampu mengklasifikasi objek ke dalam kelompok yang berbeda-beda.
Namun belum bisa memahami problem abstrak. (Santrock, 2011: 48)
 Tahap Operasional Formal (usia 11 sampai dewasa)
Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar
pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealistis, dan
logis. (Santrock, 2011: 54)

2. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky


Lev Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog dari Rusia mengatakan bahwa
interfensi oleh orang dewasa secara peka dan tepat waktu ketika anak
mempelajari tugas baru (disebut ZPD, Zone of Proximal Development) dapat
membantu anak dalam mempelajarinya. Teknik ini disebut “scaffolding”.
Dikatakan demikian, karena anak membangun pengetahuan baru di atas
pengetahuan yang telah dimilikinya melalui bantuan orang yang lebih tahu.
Vygotsky memfokuskan pada peran budaya dalam menentukan pola
pengembangan anak.
Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan merupakan proses sekaligus
periode kritis anak selama masa transformasi kualitatif fungsi mental anak ini.
Oleh karena itu, menempatkan anak pada lingkungan dan pendampingan yang
tepat akan memberikan dampak positif bagi perkembangan fisik dan psikologis
anak. (Musfah, 2012: 66-67)
7

3. Teori Perkembangan Psikoseksual Freud


Menurut Sigmund Freud (1856-1939) sebagai konseptor psikoanalitik, awal
perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan pembentukan kepribadian
dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Jika tahap-tahap
psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika
masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi.
fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual.
Freud mengemukakan bahwa perkembangan psikoseksual anak terdiri dari
fase oral, fase falik, dan fase genital. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu.
 Fase oral (0 sampai 11 bulan)
Sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada aktivits oral, seperti
menghisap, menggigit, mengunyah, dan mengucap.
 Fase anal (1 sampai 3 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu selama
perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan feses, bahkan
bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginannya. Dengan
demikian, toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode
ini.
 Fase falik (3 sampai 6 tahun)
Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang
sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat
kelamin. Oleh sebab itu, orang tua harus bijak dalam memberi penjelasan
tentang hal ini sesuai dengan kemampuan perkembangan kognitifnya agar
anak mendapatkan pemahaman yang benar.
 Fase laten (6 sampai 12 tahun)
Selama periode laten, anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang
merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya
8

melalui aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada awal fase laten, anak-anak
lebih menyukai berteman dengan teman yang sejenis dengan dirinya.
Pertanyaan anak tentang seks semakin banyak, megarah pada sistem
reproduksi. Dalam hal ini orang tua harus bijaksana dalam merespon,
yaitu menjawabnya dengan jujur dan hangat.
 Fase genital (12 sampai 18 tahun)
Tahap akhir perkembangan menurut Freud adalah tahapan genital ketika
anak mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya proses kematangan
organ reproduksi dan produksi hormon seks. (Supartini, 2002: 59-60).

4. Teori Perkembangan Psikososial Erickson


Teori perkembangan psikososial yang dikemukakan Erik Erikson, seorang
ahli analisa jiwa dari Amerika, merupakan salah satu teori yang mempunyai
pengaruh kuat dalam psikologi pendidikan. Beliau menjelaskan bahwa manusia
mempunyai keperluan asas yang sama dan perkembangan mereka bergantung
pada tindak balas terhadap keperluan tersebut. Perkembangan anak-anak berlaku
mengikut tahap tertentu. Erikson percaya bahwa setiap tahap mempunyai konflik
tertentu yang perlu diatasi supaya tidak menjelaskan perkembangan anak-anak.
Berikut tahapan-tahapan psikososial Erikson:
 Tahap I Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Tahap ini terjadi pada usia 0 sampai 18 bulan. Kepercayaan dasar
terbentuk pada masa bayi terhadap ibu (pengasuh) yang ditunjukkan dengan
kenyamanan selama dalam pengasuhan, baik ketika tidur, makan, maupun
bermain. Kebiasaan itu berlangsung terus dalam kehidupan bayi dan
merupakan dasar paling awal bagi berkembangnya suatu perasaan identitas
psikososial. Bayi belajar untuk percaya pada orang dewasa di sekitarnya dan
menjadi dasar baginya untuk mempercayai dirinya sendiri.
9

Kegagalan mengembangkan rasa percaya menyebabkan bayi


mengembangkan kecurigaan dasar. Ia akan merasa takut tidak akan ada
kenyamanan dari lingkungannya, sehingga bayi tersebut mengembangkan
kecurigaan pada orang lain dan tidak percaya pada dirinya sendiri. (Mowata,
2013:1)
 Tahap II Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Tahap ini terjadi pada usia 18 bulan sampai 3 tahun. Anak cenderung aktif
dalam segala hal. Anak harus didorong untuk mengalami situasi-situasi yang
menuntut kemandirian dalam melakukan pilihan. Rasa mampu mengendalikan
diri membuat anak memiliki kemauan yang baik dan bangga yang bersifat
menetap. Sebaliknya, pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan
anak akan mudah menyerah dan kehilangan kontrol diri sehingga
menyebabkan perasaan malu dan ragu-ragu dalam bertindak yang juga
bersifat menetap. (Mowata, 2013:1)
 Tahap III Inisiatif vs Kesalahan
Tahap ini terjadi pada usia 3 tahun sampai 5 tahun. Tahap inisiatif yaitu
suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab dengan
berinteraksi dengan lingkungan. Selama tahap ini anak menampilkan diri
lebih maju dan lebih seimbang secara fisik maupun kejiwaan yang
memunculkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya. Akan
tetapi, bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang salah,
mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya berdiam diri.
Keterasingan batin timbul karena suatu perasan bersalah dan sifat menetap
hingga dewasa. (Mowata, 2013:2)
 Tahap IV Kerajinan vs Inferioritas
Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun sampai pubertas. Pada tahap ini,
individu diharapkan mulai menempuh pendidikan formal. Orang tua harus
serlalu mendorong, guru harus selalu member perhatian, teman harus
10

menerima kehadirannya. Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa


mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak berhasil menguasai
tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru dan orangtua. Anak
dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses karena
mereka merasa tidak mampu (inferioritas), anak dapat mengembangkan sikap
rendah diri. (Mowata, 2013:2)
 Tahap V Identitas vs kekacauan identitas
Tahap ini terjadi pada usia 12 tahun sampai 20 tahun. Individu mulai
mencari siapa dirinya, namun sudah siap untuk memasuki suatu peranan yang
berarti di tengah masyarakat. Pada tahap ego ini memilki kapasitas untuk
memilih dan mengintegrasikan bakat-bakat dan keterampilan dalam
melakukan identifikasi dengan orang yang sependapat dalam lingkungan
sosial, serta menjaga pertahanannya terhadap berbagai ancaman dan
kecemasan.
Apabila terjadi krisis identitas, membentuk bentuk suatu identitas yang
stabil atau sebaliknya akan kekacauan peranan. Apabila seorang remaja dalam
mencari jati dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta
identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalam
lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas pada diri
remaja tersebut. (Mowata, 2013:2-3)
 Tahap VI Keintiman vs isolasi
Tahap ini terjadi pada usia 20 tahun sampai 24 tahun. Dalam tahap ini,
individu memiliki keinginan dan kesiapan untuk menyatukan identitasnya
dengan orang lain, dan diistilahkan dengan kata cinta. Agar memiliki arti
sosial yang bersifat menetap maka genitalitas membutuhkan seseorang untuk
dicintai dan diajak mengadakan hubungan seksual. Apabila hal tersebut tidak
dapat dilakukan maka ada kecenderungan mengalami masalah intimasi yaitu
isolasi (pengasingan). (Mowata, 2013:3)
11

 Tahap VII Generatifitas vs stagnasi


Tahap ini terjadi pada usia 25 tahun sampai 50 tahun. Tugas yang harus
dicapai dalam tahap ini ialah dapat mengabdikan diri guna mencapai
keseimbangan antara sifat melahirkan suesuatu (generatifitas) dengan tidak
melakukan apa-apa (stagnasi). Individu menaruh perhatian-perhatian terhadap
apa yang dihasilkan, keturunan, produk, ide serta pembentukan dan penetapan
garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila generatifitas lemah
atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami
stagnasi. (Mowata, 2013:3)
 Tahap VIII Integritas vs keputusasaan
Tahap ini terjadi pada usia 60 tahunan. Tahap ini merupakan tahap
terakhir, dimana individu berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan
kegagalan dalam hidup. Apabila individu mengalami kegagalan dalam
menyesuaikan diri, maka yang terbentuk adalah keputusasaan. Keputusasaan
dalam menghadapi berbagai siklus kehidupan. Dalam tahap ini berkembang
pula kebijaksanaan, yaitu nilai yang berkembang dari hasil pertemuan antara
integritas dan keputusasaan. (Mowata, 2013:3)

5. Teori Perkembangan Moral Kohlberg


Lawrence Kohlberg (1927-1987), menandaskan bahwa perkembangan moral
terutama melibatkan penalaran (reasoning) moral dan berlangsung dalam
tahapan-tahapan. Menurut Kohlberg, perkembangan sosial dan moral manusia itu
terjadi dalam tiga tingkatan besar yang meliputi :
1) Tingkat moralitas prakonvensional, yaitu ketika manusia berada dalam
fase perkembangan prayuwana (usia 4 sampai 10 tahun) yang belum
menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial. Tingkat ini terbagi
menjadi :
 Tahap 1 (Orientasi kepatuhan dan hukuman)
12

Anak patuh karena orang dewasa menyuruh mereka untuk patuh.


Orang mendasarkan keputusan moralnya karena takut pada
hukuman.
 Tahap 2 (Orientasi minat dan bakat)
Individu mengejar kepentingannya sendiri, tetapi membiarkan
orang lain melakukan hal yang sama.
2) Tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia menjelang dan
mulai memasuki fase perkembangan yuwana (usia 10 sampai 13 tahun)
yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial. Tingkat
ini terbagi menjadi :
 Tahap 3 (Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas)
Individu menggunakan rasa percaya, perhatian, dan loyalitas
kepada orang lain sebagai basis untuk penilaian moral.
 Tahap 4 (Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial)
Penilaian moral didasarkan pada pemahaman dan aturan aturan
sosial, hukum, keadilan, dan kewajiban.
3) Tingkat moralitas pascakonvensional, yaitu ketika manusia telah
memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana (usia 13 tahun ke
atas) yang memandang moral lebih dari sekedar kesepakatan tradisi sosial.
Tingkat ini terbagi menjadi :
 Tahap 5 (Orientasi kontak sosial)
Individu menggunakan rasa percaya, perhatian, dan loyalitas
kepada orang lain sebagai basis untuk penilaian moral.
 Tahap 6 (Prinsip etika universal)
Penilaian moral didasarkan pada pemahaman dan aturan aturan
sosial, hukum, keadilan, dan kewajiban. (Syah, 2014: 78)
13

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar,
dan luas yang bersifat konkret. Sedangkan perkembangan adalah rentetan
perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan lebih
sempurna.
Terdapat beberapa perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Beberapa perbedaan tersebut seperti pertumbuhan bersifat kuantitatif dan
irreversible, sedangkan perkembangan bersifat kualitatif dan reversible.
Pertumbuhan dapat terlihat dari keadaan fisik, sedangkan perkembangan dapat
terlihat dari sifat dan kemampuan.
Beberapa teori pertumbuhan dan perkembangan menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
“Orang dewasa berperan dalam membantu anak belajar dengan
mempersiapkan bahan-bahan bagi anak untuk bermain dan berinteraksi.
Setiap manusia butuh menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses
penyesuaian diri (adaptasi) melalui proses asimilasi dan akomodasi”.
2. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
“Interfensi oleh orang dewasa secara peka dan tepat waktu ketika anak
mempelajari tugas baru (ZPD) dapat membantu anak dalam mempelajari
tugas tersebut”.
3. Teori Freud
“Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan pembentukan
kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Jika tahap-
tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang
14

sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi
dapat terjadi.”
4. Teori Erikson
“Manusia mempunyai keperluan asas yang sama dan perkembangan mereka
bergantung pada tindak balas terhadap keperluan tersebut. Perkembangan
anak-anak berlaku mengikut tahap tertentu”.
5. Teori Kohlberg
“Perkembangan moral mengutamakan agar melibatkan penalaran (reasoning)
moral dan berlangsung.”
GLOSARIUM

Abstrak : tidak berwujud, tidak berbentuk


Fantasi : gambar (bayangan) dalam angan-angan, khayalan
Fiksasi : Kondisi seseorang yang berhenti pada salah satu tahap
psikoseksual masa kanak-kanak
Genitalia : alat kelamin
Idealistis : berwatak seorang idealis, bersifat menuju cita-cita
Inferioritas : rasa rendah diri
Integritas : keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan
Interfensi : campur tangan
Intimasi : keakraban
Isolasi : Pengasingan
Konformitas : kesesuaian sikap dan perilaku dengan nilai dan kaidah yang
berlaku.
Konvensional : berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat,
kebiasaan, kelaziman)
Loyalitas : kepatuhan; kesetiaan.
Logis : masuk akal
Mempersonifikasi : mengumpamakan benda mati seolah-olah hidup sebagai
manusia.
Otot sfingter : otot-otot yang bekerja menutup bermacam pembuluh di
dalam tubuh
Progresif : kearah kemajuan
Scaffolding : perancah; pemberian bantuan dan bibingan kepada anak
selama awal-awal tahap pembelajaran dan kemudian anak
tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
segera setelah ia dapat melakukannya.
Toilet training proses ketika anak belajar untuk buang air kecil dan buang
:
air besar selayaknya orang dewasa.
Yuwana : anak-anak
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:
Musfah, Jejen. 2012. Pendidikan Holistik: Pendekatan Lintas Perspektif Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana.

Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Terjemahan Tri Wibowo
B.S. Educational Psychology 2nd Edition. Jakarta: Kencana.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya Offset.

Tim Reality. 2009. Kamus Biologi Lengkap. Surabaya: Reality Publisher.

Sumber Internet:
Burhanuddin, Arif. 2016. Pertumbuhan dan Perkembangan.
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2016/02/2-pertumbuhan-dan-
perkembangan.pdf. Diakses: Senin, 19 Februari 2018. Pukul: 14.05.

Mowata. 2013. Tahapan Perkembangan Psikososial Eric Erikson.


http://psikodemia.com/tahapan-perkembangan-psikososial-eric-
erikson/%3Fpdf%3D73&ved=2ahUKEwiB-
7DuzarZAhWJRo8KHcs2CK4QFjAFegQIChAB&usg=AOvVaw0nfPX559T
mAOZsjdWIpqh9. Diakses: Jum'at, 16 Februari 2018. Pukul: 21.07.

Anda mungkin juga menyukai