Dosen Pengampu:
Dian Rachmawati, M.Sc. dan Aditya Rahman Kn, S.Si., Eng.
Kelompok: 4
Kelas: 7C
Atikadewi Laely Jannah (2224180041)
Fenti Maulana (2224180004)
M. Aris Mulya Firmansyah (2224180008)
Nur Afria Ningsih (2224180016)
Siti Aminah (2224180002)
Siti Nurhapipah (2224180044)
Yulis (2224180026
A B C
Evolusi yang terjadi Pola dan struktur Hubungan pisces
pada hewan tubuh vertebrata dengan tetrapoda
vertebrata
A. Pengertian Evolusi Vertebrata
Evolusi yang terjadi pada hewan vertebrata terjadi melalui
proses yang sangat panjang dan membutuhkan waktu yang
lama, perubahan dari struktur tubuh baik bentuk anatomi dan
morfologi sangat berpengaruh sebagai bentuk evolusi yang
dihasilkan. Salah satu bentuk evolusi yang terjadi yaitu yang
diduga hewan yang berkembangbiak dilaut, kemudian
menurunkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan air yang hidup dan
berkembangbiak dalam air. Karena adanya kompetisi maka
berbagai jenis hewan akan mencoba hidup dan berkembangbiak
di darat hingga nantinya beberapa spesies akan kembali ke air
karna menganggap dirinya tidak mampu berkompetisi dan
bertahan hidup di darat.
B. Evolusi vertebrata
Salah satu filum yang muncul tiba-tiba pada jaman Kambrium adalah Chordata, makhluk yang
memiliki sistem saraf pusat yang terlindung dalam suatu tengkorak dan notochord atau tulang belakang.
Vertebrata adalah satu bagian dari chordata. Vertebrata dibagi lagi menjadi beberapa kelas dasar seperti ikan,
amfibia, reptilia, burung, dan mamalia.
1. Para ahli paleontologi Cina di fauna Chengjiang menemukan fosil dari dua spesies ikan yang berumur
sekitar 530 juta tahun, zaman yang disebut Kambrium Awal. Dengan demikian, jelaslah bahwa bersama-
sama dengan filum lain, subfilum vertebrata juga ada pada Zaman Kambrium, tanpa moyang evolusi apa
pun. . Anggota tertua filum Chordata yang dapat dikenali dari jaman Kambrium adalah makhluk laut yang
disebut Pikaia, yang tubuh panjangnya, pada pandangan pertama, mengingatkan kita pada cacing. Pikaia
muncul pada saat yang bersamaan dengan spesies lain dalam filum tersebut yang diajukan sebagai nenek
moyang mereka, dan tanpa bentuk peralihan di antara mereka. Profesor Mustafa Kuru, seorang ahli biologi
evolusi Turki, mengatakan dalam bukunya Vertebrata.
2. Teori evolusi beranggapan bahwa Chordata pertama, seperti Pikaia, berevolusi menjadi ikan. Akan tetapi,
sama halnya dengan yang dianggap sebagai evolusi Chordata, teori evolusi ikan juga kekurangan bukti fosil
yang mendukungnya, Terdapat jutaan fosil invertebrata dan jutaan fosil ikan; namun tidak satu fosil pun
yang merupakan peralihan antara mereka.
Hewan-hewan yang termasuk dalam Chordata adalah semua
hewan yang tubuhnya dilengkapi dengan organ penyokong
tubuh dalam, yang umumnya mulai dari tingkat yang paling
primitif atau sederhana bentuk tubuhnya mirip cacing
sehingga dinamakan tunicata, kemudian sejenis ikan
Lancelet sampai pada tingkat yang lebih maju atau
sempurna, yaitu mamalia. Kebanyakan hewan-hewan
Chordata hidup secara bebas.
1. Kelas Amphibia
2. Kelas Reptilia
3. Kelas Aves
4. Kelas Mammalia
2. Super Kelas Tetrapoda
01
Kelas Amphibia
Hewan-hewan yang termasuk dalam super kelas ini
adalah hewan-hewan yang berkaki empat (tetra=
empat dan poda= kaki). Super kelas tetrapoda dibagi
02
dalam empat kelas, yaitu sebagai berikut. Kelas Reptilia
03
Kelas Aves
04
Kelas Mammalia
2. Super Kelas Tetrapoda
Amfibia merupakan perintis verebrata daratan Amfibia yang paling awal
adalah Diplovertebron, panjangnya ±60 cm. Beberapa contoh fosil berukuran
±2,5 cm. Amfibia ini hanya berjaya selama zaman Karbon. Bumi ditutupi oleh
rawa yang luas, kehidupan tumbuhan yang berlimpah, dan terdapat banyak
insekta untuk di makan oleh amfibia. Zaman ini sering disebut zaman
Amphiba. Zaman ini diikuti oleh suatu periode (Permian) ketika bumi menjadi
lebih dingin dan lebih kering. Penurunan kejayaan amfibi terjadi yang
berlangsung terus sampai sekarang. Pada waktu ini hanya tertinggal tiga
ordo ialah :
(1)katak dan bangkong (ordo Anura),
(2)(2) Salamander dan kadal air (newt) (ordo Urodela),
(3)(3) Sesilia (ordo Apoda), yang merupakan hewan seperti cacing dan
tanpa kaki. Karena tidak mempunyai kulit dan telur yang kedap air, maka tak
ada satu amfibia pun yang dapat menyesuaikan sepenuhnya dengan
keadaan daratan..
Kelas Amphibia
amphibia berasal dari kata amphi, artinya rangkap dan bios artinya kehidupan. Jadi,
dapat dikatakan bahwa amphibia adalah hewan yang hidup melalui dua fase
kehidupan, yaitu fase kehidupan di dalam air, keadaan ini pada umumnya disebut
fase larva atau dalam istilah yang lebih popular disebut berudu. Kemudian,
setelah fase di air selesai dilanjutkan fase kehidupan di darat. Amfibia yang paling
awal adalah Diplovertebron, panjangnya ±60 cm. Beberapa contoh fosil berukuran
±2,5 cm. Amfibia ini hanya berjaya selama zaman Karbon. Bumi ditutupi oleh rawa
yang luas, kehidupan tumbuhan yang berlimpah, dan terdapat banyak insekta
untuk di makan oleh amfibia. Zaman ini sering disebut zaman Amphiba. Zaman ini
diikuti oleh suatu periode (Permian) ketika bumi menjadi lebih dingin dan lebih
kering. Penurunan kejayaan amfibi terjadi yang berlangsung terus sampai sekarang
Kelas Amphibia
Pada waktu ini hanya tertinggal tiga ordo ialah : (1)
katak dan bangkong (ordo Anura), (2) Salamander dan
kadal air (newt) (ordo Urodela), (3) Sesilia (ordo
Apoda), yang merupakan hewan seperti cacing dan
tanpa kaki. Karena tidak mempunyai kulit dan telur
yang kedap air, maka tak ada satu amfibia pun yang
dapat menyesuaikan sepenuhnya dengan keadaan
daratan.
Hewan yang termasuk dalam ordo ini adalah kadal dan ular,
hewan ini diduga masih satu nenek moyang dengan
Sphenodon punctatum. Kulit ular dan kadal pada umumnya
diliputi oleh lapisan squama epidermal yang bentuknya sudah
menanduk, tetapi kadang-kadang di bagian bawahnya
disokong oleh lamina dermalis yang menulang. Adapun
lubang pelepasan hampir selalu berupa celah yang transversal.
Ordo Crocodilia atau Loricata
Kelompok reptilia kedua yang mengudara mengembangkan suatu modifikasi yang tidak
terdapat pada pterosaurus yaitu bulu. Pertumbuhan bulu ini memberi permukaan bagi sayap
yang luas, ringan tetapi kuat. Bulu ini juga memberikan insulasi (penutup hangat) bagi tubuh,
sehingga membuatnya lebih kecil namun dapat mempertahankan suhu tubuh yang relatif tinggi
dan tetap meskipun di daratan beriklim dingin. Bulu menjadi penciri utama munculnya burung
pertama.
Penemuan fosil Archeopteryx dalam batuan zaman Jura merupakan salah satu contoh
yang terbaik dari “mata rantai yang hilang”. Hewan ini mempunyai bulu, dengan
demikian kita menyebutnya burung. Tetapi hubungannya dengan reptilian jelas. Sayap
yang agak rudimeter mempunyai cakar, dalam mulut terdapat gigi dan mempunyai ekor
yang panjang. Ciri-ciri reptilia ini tidak ditemui lagi pada burung-burung yang masih
hidup. Meskipun hewan ini pada akhir zaman Mesozoikum sudah mantap, tetapi pada
zaman Cenozoikum burung-burung ini mengalami radiasi adaptif yang luas. Jumlah
spesies yang besar dan distribusinya yang luas membuktikan keberhasilan mereka.
Banyak ciri burung merupakan adaptasi yang
memfasilitasi kemampuan terbang, termasuk
modifikasi peringan tubuh yang menjadikan
terbang lebih efisien. Misalnya, burung tidak
memiliki kandung kemih, dan betina dari
kebanyakan spesies burung hanya memiliki satu
ovarium. Gonad betina maupun jantan biasanya
berukuran kecil, kecuali pada saat musim kawin
yang ukurannya bisa membesar. Adaptasi
burung yang paling jelas untuk terbang adalah
sayap dan bulunya.
Kelas Mammalia
Mamalia merupakan kelompok hewan yang memiliki derajat tinggi dalam golongan hewan.
Hewan pada kelompok mamalia memiliki Glandula mammae yang dapat menghasilkan air
susu, untuk diberikan kepada anaknya. Hewan-hewan yang termasuk kedalam kelompok
ini, antara lain tikus, kelelawar, kucing, kera, ikan paus, kuda, kijang, sapi, kerbau, dan
lain-lain. Termasuk manusia atau Homo sapies.
Mamalia pertama timbul pada akhir zaman Trias dari moyang terapsida. Mereka
merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang makanannya terutama terdiri atas insekta.
Kemampuan yang aktif ini berhubungan dengan kemampuannya untuk memelihara suhu
tubuh yang tetap (homeotermi). Hal ini berkaitan dengan perkembangan jantung beruang 4
dan pemisahan sempurna dari peredaran darah oksigen dan sistemik.
Evolusi mamalia yang paling awal berlangsung mulai beberapa jalur yang berbeda. Dari
kelompok tersebut hanya tiga yang sampai sekarang masih hidup, yaitu:
1) Monotremata, mamalia bertelur (Subkelas Prototheria)
2) Marsupialia, mamalia berkantung (Subkelas Metatheria)
3) Mamalia berplasenta (Subkelas Eutheria)
Masing-masing dibedakan dari cara merawat anak selama masa perkembangan embrio.
Monotremata tetap bertelur seperti moyang terapsidanya. Platipus paruh bebek dan pemakan
semut berduri (ekidna) merupakan satu-satunya monotremata yang ada di bumi sekarang.
Berikut ini, ciri-ciri khusus dari mamalia
1. Tubuh pada umumnya diliputi oleh rambut yang biasanya lepas secara periodik.
2. Mempunyai dua pasang anggota badan atau extremitas, kecuali pada anjing laut dan singa laut tidak
memiliki kaki belakang, setiap kaki dilengkapi dengan 5 jari-jari yang bentuknya bermacam-macam
sesuai dengan fungsinya, misalnya untuk berjalan, memanjat, membuat lubang, berenang, meloncat,
oleh karena itu jari-jari biasanya mempunyai kulit tanduk dan berbulu.
3. Pada caput atau bagian kepala terdapat rima oris (mulut) yang biasanya dibatasi oleh bibir atas atau
labium superior dan bibir bawah atau labium inferior.
4. Bagian truncus atau badan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu thorax atau bagian dada, abdomen
atau bagian perut, dorsum atau dorsal adalah bagian punggung, glutea adalah bagian pantat dan
bagian pireneum, yaitu daerah sempit antara lubang anus dan urogenitalis.
5. Penutup tubuh adalah berupa kulit lunak dan bentuknya tipis, kecuali pada bagian tertentu
mengalami proses penebalan dan cornifikasi, misalnya pada telapak tangan, pada telapak kaki.
Mamalia tergolong kedalam sekolompok amniota yang dikenal
sebagai Sinapsida. Sinapsida nonmamalia awal tidak memiliki
rambutm berjalan mengangkang dan bertelur. Karakteristik khas
sinapsida adalah sebuah temporal fenestra, lubang dibelakang
rongga mata, pada kedua sisi tengkorak.
Sinapsida berevolusi menjadi herbivor dan karnivora yang
berukuran besar selama periode perm. Walaupun bukan mamalia
sejati, sinapsida ini telah memperoleh sejumlah karakter turunan
yang membedakan dengan mamalia lain. Mereka berukuran kecil
an mungkin berambut dan mereka memakan serangga dimalam
hari.
C. Pola dan Struktur Tubuh
Vertebrata
Hewan vertebrata tidak mengikuti pola apapun dari pola hewan-hewan yang
sudah diketahui, baik pada hewan yang masih hidup maupun yang sudah punah.
Masing-masing subphylum berpencar asal-usulnya sekitar 600 juta tahun yang silam,
yaitu awal kambrium dan hanya beberapa sifat yang sama berkembang sesuai
kelompok.
Tata urutan taksa ditentukan bagi setiap hewan dari golongan yang paling tinggi
sampai golongan yang paling rendah, yaitu phylum, kelas, ordo, famili, genus, dan
spesies. Setiap hewan dapat dibedakan dari yang lainnya dengan menggunakan
penggolongan ini.
Penentuan derajat kekerabatan memerlukan kelompok hewan pada tingkat
hierarki tertentu. Spesies bukan suatu spesimen (contoh hewan) yang dipergunakan
untuk kriteria morfologi, tetapi sebagai dasar kekerabatan dari anggota-anggota yang
dapat berbiak silang.
Pengklasifikasian Vertebrata didasarkan,
antara lain:
1. Hewan-hewan yang digolongkan pada salah satu kategori/kelompok tertinggi (misal: kelas) relatif
sedikit mempunyai sifat kesamaan; sebaliknya kelompok hewan yang bersama-sama dalam satu
kategori yang rendah (misal: genus) relatif banyak memiliki sifat yang sama;
2. Semua kategori yang lebih kecil di dalam kelompok yang lebih besar berasal dari nenek moyang
yang sama;
3. Setiap takson besar cenderung lebih tua dalam asal-usulnya dari pada ratarata umur taksa yang lebih
kecil;
4. Takson yang relatif primitif telah didaftar lebih dulu dari urut-urutan serupa yang dinilai lebih maju.
Setiap kelompok hewan selalu ditempatkan berdampingan dengan kerabat dekatnya berdasarkan
ciri-ciri tertentu. Ini suatu pertanda bahwa mungkin hubungan kekerabatannya berdekatanpula. Jadi,
amphibia berkerabat dekat dengan ikan berangka tulang dalam klasifikasinya, dari pada
placodermata atau chondrichthyes yang dipisahkan oleh beberapa kelas lain.
Garis Besar Pendugaan Evolusi Vertebrata dalam Hubungannya dengan Umur
Zaman Geologi
D. Hubungan Pisces dengan Tetrapoda
Variasi sifat-sifat yang terdapat pada ikan paru-paru difusi lebih lanjut
menimbulkan dugaan oleh sebagian ilmuwan pro evolusi bahwa mereka
dianggap sebagai nenek moyang tetrapoda. Infrakelas Crossopterygii nenek
moyangnya mempunyai khoane (lubang hidung dalam), demikian pula paru-
paru yang fungsional dan peredaran darah yang sudah maju, tetapi
menyerupai amphibia awal, pola tulang tengkorak, dan struktur dalamnya
kompleks. Struktur sirip menunjukkan lebih dekat kepada kaki tetrapoda.
Crossopterygii ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Coelaranthii dan
Rhipidistia. Rhipidistia ini menjadi nenek moyang amphibia.
Hubungan Pisces dengan Tetrapoda
Tetrapoda adalah nenek moyang vertebrata yang menghuni daratan. Di luar lingkungan air, tubuh
tidak ramping lagi, leher menjadi lebih berguna sehingga kepala dapat berputar untuk mencari
makanan dan penglihatan tanpa bergerak berjalan. Anggota gerak diganti oleh tangan dan kaki yang
disokong oleh gelang bahu dan gelang panggul. Mata, telinga, dan hidung dapat berfungsi di udara.
Perkembangan telur semula disokong oleh lingkungan air untuk metabolisme. Pada tetrapoda
mempunyai cangkang dan selaput janin untuk melindungi dari kekeringan dan kerusakan mekanik.
Demikian pula struktur lain perlu mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kehidupan di
darat termasuk perubahan fisiologis. Oleh karena itu, tetrapoda pertama, yaitu amphibia tidak
menyempurnakan perubahan-perubahan itu.
Daftar pustaka
Burhanudin Iqbal Andi. 2018. Vertebrata Laut. Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama.
Campbell at al. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hadikastowo. 1984. Anatomi Komparativa. Bandung: Alumni.
Hildebrand, M and G. Goslow. 1998. Analysis of Vertebrate Structure. 5ed. John
Willey & Sons.
Homberger, D.G. and W.F. Walker. 2003. Vertebrate Dissection. 9 edition.
Brokks Cole.
Kimbal, John W. 1999. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
TERIMAKASIH