Anda di halaman 1dari 87

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik
dan samudera hindia dan mempunyai tatanan geografi yang rumit dilihat dari
topografi dasar lautnya. Dasar perairan indonesia di beberapa tempat, terutama di
kawasan barat menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata yang hampir
seragam, tetapi di tempat yang lain terutama di kawasan timur menunjukkan
bentuk-bentuk yang lebih majemuk, tidak teratur dan rumit. Bentuk dasar laut
yang majemuk tersebut serta lingkungan air di atasnya memberi kemungkinan
munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik
secara horizontal maupun secara vertical (Romimohtarto & Juwana, 1999).

Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat


menakjubkan. Walaupun sudah banyak sekali diketahui jenis-jenis tersebut,
ilmuan masih saja menemukan penghuni-penghuni baru, terutama di daerah
terpencil dan di lingkungan laut yang dulunya tak pernah dijangkau orang.
Perbedaan keadaan berbagai lingkungan di laut sangat besar dan penghuninya pun
beraneka ragam (Romimohtarto & Juwana, 1999).

Biota laut sangat banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan ke dalam


beberapa kelompok (taksa). Kelompok hewan meliputi ikan, moluska, krustasea,
koral, echinodermata, dan sponge. pengenalan dan pemahaman tentang biota laut
yang lebih mendalam adalah dengan mempelajari “Taksonomi”. Taksonomi
adalah ilmu mengenai penggolongan biota ke dalam taksa-taksa mulai dari tingkat
tertinggi (Kingdom) sampai tingkat spesies atau sub-spesies. Taksonomi
diperlukan agar kita tidak salah menentukan dalam menilai atau menggolongkan
suatu biota ke dalam kelompok tertentu (Romimohtarto & Juwana, 1999).

Praktikum ini diadakan dengan latar belakang agar mahasiswa mengetahu


jenis – jenis biota laut yang ada di Teluk awur, dan juga dapat mengetahui secara
langsung bagaimana kondisi habitat biota itu sendiri. Selain itu, pengalaman
2

sampling di laut merupakan hal yang sangat ingin dilakukan mahasiswa oleh
sebab itu, praktikum ini dilakukan langsung di lapangan.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum avertebrata dan vertebrata laut ini adalah sebagai
berikut :
1.2.1. Vertebrata Laut (Ikan)
1. Morfologi Ikan
a. Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi dan
mengklasifikasikan ikan.
2. Identifikasi dan Taksonomi Ikan
a. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi bentuk luar tubuh
ikan dari ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan teleostei
(osteichthyes).
b. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi luar atau morfologi serta
melakukan pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh ikan dan
membandingkannya dengan kunci identifikasi, antara lain :
 Susunan, jenis dan rumus sirip
 Jenis sisik dan penghitungan sisik
 Tipe ekor
 Bentuk mulut
 Perbandingan antar bagian tubuh ikan
 Bentuk dan jumlah filamen insang
 Tanda-tanda khusus seperti sungut, fin let, lateral keel, adipose
dll
1.2.2. Avertebrata Laut
a. Mengetahui dan mempelajari struktur morfologi dari jenis-jenis
organisme laut yang termasuk dalam phylum Porifera, Cnidaria,
Moluska, Arthropoda, Echinodermata, dan Annelida.
b. Mempelajari dan mengamati anatomi dari organisme laut yang
termasuk dalam phylum Porifera, Cnidaria, Moluska, Arthropoda,
Echinodermata, dan Annelida.
3

c. Melakukan identifikasi terhadap organisme laut yang termasuk ke


dalam phylum Porifera, Cnidaria, Moluska, Arthropoda,
Echinodermata, dan Annelida.
d. Mempelajari beberapa proses biologis yang berlangsung pada tubuh
organisme laut yang termasuk dalam phylum Porifera, Cnidaria,
Moluska, Arthropoda, Echinodermata, dan Annelida.

1.3. Waktu dan Tempat


Hari : Jumat-Minggu
Tanggal : 1-3 Mei 2015
Pukul : 07.00 s.d. 01.00 WIB
Tempat : 1. Laboratorium Basah Marine Station Teluk Awur, Jepara
2. Dermaga Teluk Awur, Jepara
3. Stasiun Mecok Teluk Awur, Jepara
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Avertebrata
2.1.1. Annelida
Menurut Campbell (2004), menyatakan bahwa Annelida berarti “cincin
kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan serangkaian cincin yang menyatu
merupakan ciri khas cacing filum Annelida. Terdapat sekitar 15.000 spesies filum
annelida ini, yang panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai 3 mm
pada cacing tanah raksasa Australia. Anggota filum ini hidup di laut dan sebagian
besar habitat air tawar, dan tanah lembab. Selom pada filum ini terpasrtisi oleh
septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah longitudinal dan tali saraf
menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh hewan itu (pembuluh utama
memiliki cabang bersegmen). Filum ini juga memiliki sistem pencernaan dimana
memiliki beberapa daerah khusus:faring,esophagus,tembolok,rempela dan usus
halus. Sistem sirkulasi tertutup terdiri atas suatu jaringan pembuluh yang
mengandung darah dengan hemoglobin pembawa oksigen. Pembuluh dorsal dan
ventral dihubungkan oleh bebrapa pasang pembuluh segmental. Pembuluh dorsal
dan lima pasangan pembuluh yang melingkari esophagus anelida adalah
pembuluh berotot dan memompa darah melalui sistem sirkulasi. Pembuluh darah
kecil sangat banyak pada kulit dan berfungsi sebagai organ pernafasannya.
Beberapa hewan anelida akuatik berenang untuk mencari makan, tetapi
sebagian besar tinggal di dasar dan bersarang didalam pasir dan endapan lumpur,
tentunya merupakan pembentuk sarang dalam lubang. Filum anelida ini dibagi
menjadi 3 kelas yaitu Oligochaeta, Polychaeta dan Hirudinea.(Campbell,2004)
2.1.2. Arthropoda
Arthropoda merupakan phylum terbesar dalam kerajaan animalia. Dari
sekitar 1.250.000 spesies hewan yang telah dikenal dan dideskripsikan, 1.000.000
diantaranya adalah arthropoda. Dengan demikian, phylum ini mencakup sekitar
80% dari semua jenis hewan yang telah dikenal saat ini. Ini menggambarkan
bahwa phylum ini merupakan kelompok hewan paling berhasil menghuni planet
bumi. Sebagai hasil dari adaptasi yang tinggi, artropoda telah menyebar ke
seluruh bagian bumi, baik daratan maupun perairan, yang suhunya diatas titik
5

beku dalam jangka waktu yang cukup lama untuk memungkinkan


perkembangbiakan. Karena itu anggota phylum ini mudah dijumpai di darat,
perairan tawar maupun laut. Selain itu, artropoda juga mencakup satu-satunya
kelompok hewan invertebrata yang dapat terbang (Hegner,1968).
Arthropoda merupakan hewan tubuhnya bersegmen-segmen. Ada tiga ciri
khas Arthropoda yang dapat dilihat dari luar. Pertama adalah embelan yang
berbuku-buku yang muncul berpasangan dari sebagian atau semua segmen tubuh.
Yang kedua adalah organisasi segmen-segmen ke dalam bagian-bagian tubuh
yang disebut tagmata (tunggal :tagma). Yang ketiga adalah kutikula yang
disekresikan oleh epidermis, yang menyelubungi tubuh dan biasanya membentuk
eksoskeleton yang keras kecuali di bagian-bagian tubuh yang perlu lentur.
Kutikula secara berklala diganti, dalam proses ganti kulit, untuk memungkinkan
pertumbuhan (Radiopoetro,1986).
2.1.3. Cnidaria
Cnidaria adalah filum hewan yang memiliki tubuh sangat sederhana. Kata
cnidaria berasal dari kata cnido yang berarti penyengat, karena sesuai dengan
cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terletak pada tantakel yang
terdapat disekitar mulutnya. Terdapat 10.000 spesies coelenterata yang sebagian
besar hidup di laut. Ciri-ciri umum Cnidaria diantaranya : habitat di laut, kecuali
sejenis hydra hidup di air tawar. Cnidaria merupakan hewan bersel banyak
(multiseluler). Sruktur tubuh nya terdiri dari : radial simetris, dipoblastik terdiri
ektoderm dan endoderm dan terdapat rongga (mesoglea) antara lapisan ektoderm
dan endoderm. Bentuk tubuh ada yang menyerupai tabung (polip) dan menyerupai
mangkok (medusa). Di atas tubuh terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap
mangsa dan bergerak. Pada lapisan luar ektodermis tentakel terdapat sel racun
(knidoblast) atau sel penyengat (nematosis). Cnidaria mempunyai rongga
gastrovaskuler untuk pencernaan. Sistem pernapasan dengan cara difusi (seluruh
permukaan tubuh), kecuali Anthozoa dan Sifonoglia. Sistem saraf nya melalui
proses difusi (Johan,1997).
Cnidaria Mengalami siklus hidup (metagenesis). Dalam siklus hidupnya
pada umumnya Coelentarata mempunyai dua bentuk tubuh, yaitu Polip dan
Medusa. Polip adalah bentuk Coelentarata yang menempel pada tempat
6

hidupnya. Tubuh berbentuk silindris, bagian proximal melekat dan bagian distal
mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. Polip yang membentuk koloni
memiliki beberapa macam bentuk (polimorfisme). Misalnya : polip untuk
pembiakan yang menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip untuk makan yakni
gastrozoid.Medusa adalah bentuk ubur-ubur seperti payung/parasut atau seperti
lonceng yang dapat berenang bebas (Pachenik,2005)
2.1.4. Echinodermata
Menurut Brotowidjojo (1989) yang menyatakan bahwa Echinodermata
adalah binatang berkulit duri yang hidup di wilayah laut dengan jumlah lengan
lima buah bersimetris tubuh sismatis radial. Beberapa organ tubuh echinodermata
sudh berkembang dengan baik . Misalnya teripang teripang, ketimun laut, bulu
babi, bintang ular, dolar pasir, bintang laut, dan lilia laut. Hewan ehinodermata
adalah komponen komunitas bentik di lamun yang lebih menarik dan lebih
memilki nilai ekonomis. Lima kelas echinodermata ditemukan pada ekosistem
lamun di Indonesia. Dibawa ini urutan echinodermata bernilai secara ekonomis :
1. Holothuroida (Timun laut atau teripang);
2. Echinoidea (Bulu babi);
3. Asteroidea (Bintang laut);
4. Ophiuroidea (bintang Ular) ;
5. Crinoidea (Bintang dolar)
Echinodermata besar lain seperti Protoreaster, Peintaceraster dan Culcita
spp. Cenderung pengurai dan pemakan segala dan tidak memakan lamun secara
langsung. Di Indonesia, sepanjang Indo- Pasifik, Echinoids, juga ditemukan di
padang lamun (Tripneustes gratilla, Diadema setosum dan yang Lainnya), agak
jarang dilingkungan terumbu karang. Sedangkan pada rataan terumbu karang di
daerah intertidal adalah bintang laut bertanduk Protoreaster nodosus dan Linckia
laevigata. P. nodosus secara frekuensi sangat melimpah di area yang populasi
timun lautnya sudah di eksploitasi secara berlebihan (Salabanka, Komodo)
(Jasin,1992).
7

2.1.5. Mollusca
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang
bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga
yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan
bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya
beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk
torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa.
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan
ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa
juga ada yang hidup sebagai parasite (Jasin,1992).
Reproduksi umumnya mollusca menguntungkan bagi manusia, namun ada
pula yang merugikan. Peran mollusca yang menguntungkan adalah sebagai
berikut -Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu Aemaeba sp.,
kerang Anadara sp., kerang hijau Mytilus viridis, Tridacna sp., sotong Sepia sp.
cumi-cumi (Loligo sp), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatina fulica).
Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera).Adapun yang
melatarbelakangi dilakuaknnya prakrikum ini adalah untuk mengamati morfologi
dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili mollusca serta mendeskripsikan
dan menyusun klasifikasinya (Rusyana,2011).
2.1.6. Porifera
Porifera berasal dari kata orous yang berarti pori-pori dan ferre yang
berarti membawa. Jadi, prifera adalah hewan yang memiliki pori. Porifera
merupakan filum hewan invertebrata yang bersel banyak ( multiseluler) yang
paling sederhana. Tidak memiliki jaringan atau organ yang sejati namun masing-
masing sel memperlihatkan kebebasannya sampai batatas-batas tertentu.
Umumnya hewan porifera dijumpai hidup dilaut , melekat pada substrat dan
hanya bergerak sedikit sekali. Hanya famili spongilidae yang hidup diair tawar
pada porifera yang hidup dilaut berkisar 10.000 species. Umumnya pada air
dangkal, namun dad pula pada bagian yang dalam ( Muliyanti, 2009 )
8

2.2. Vertebrata
2.2.1. Pisces
Menurut Campbell (2004) Pisces disebut hewan poikiloterm karena suhu
tubuh tidak tetap (berdarah dingin), yaitu terpengaruh suhu disekelilingnya. Ikan
bernafas dengan insang (operculum) dan dibantu oleh kulit, tubuh ditutupi oleh
sisik dan memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi berenang. Pada
ikan jantung terdiri atas satu serambi dan satu bilik, dan tubuh terdiri atas kepala
dan badan. Ikan berenang dengan bantuan sirip. Jumlah sirip pada berbagi jenis
ikan berbeda-beda.
Ikan dapat ditemukan di hampir semua perairan baik air tawar, air payau
maupun air asin dan juga pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan air
hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan air. Namun, danau yang terlalu
asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies
ikan dibudidayakan dan dipelihara untuk hiasan dalam akuarium, yang dikenal
sebagai ikan hias. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu
sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan.
Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena
hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1%
merupakan perairan tawar (Affandi,1992)
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan
kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang penyusunnya, kelas
pisces dibedakan atas Agnatha, Chonrichtyes, dan Osteichtyes. Ciri- ciri kelas
Agnatha adalah mulut tanpa rahang ( bentuk bulat ) ,tubuh gilig/ silindris tubuh
halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip
berpasangan, cekung hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial, dan insang
terletak dalam kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh
(Brotowidjoyo,1995).
2.2.2. Penyu
Penyu merupakan hewan reptile yang hamper seluruh masa hidupnya
berada didalam lautan. Penyu termasuk binatang ovipar, pembuahan telur
berlangsung didalam tubuh induknya. Dalam memilih pantai untuk tempat
bertelur, penyu dipengaruhi oleh beberapa factor lingkungan antara lain pasang
9

surut, penutupan vegetasi, lebar dan kemiringan pantai dan juga tipe pasir. Penyu
memiliki kemampuan untuk memproduksi telur dalam jumlah yang besar. Dari
ratusan butir telur yang dihasilkan, hanya belasan tukik yang berhasil sampai ke
laut kembali dan tumbuh dewasa (Panjaitan et al,2012).
Dari 7 jenis penyu yang ada didunia, 6 diantaranya hidup diperairan
Indonesia yaitu penyu belimbing(Dermochelys coriacea), Penyu Hijau(Chelonia
mydas), Penyu sisik(Eretmochelys imbricata), Penyu lekang(Lepidochelys
olivacea), Penyu tempayan(Caretta caretta) dan Penyu pipih(Natator depressus)
(Panjaitan et al,2012).

2.3. Morfologi
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.
Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan
diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar
organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang
kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan
air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama
pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis dan mengalami
proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian pada sebagian
besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi perubahan,
perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit (Jasin,1989).
Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air erat
kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya;
terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi)
hewan tersebut. Morfologi adalah bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan
dari luar. Oleh karena itu, untuk membuat suatu pengklasifikasian dibutuhkan
adanya pengamatan morfologi dari parameter yang sudah ditentukan, sehingga
dari parameter morfologi dapat dilakukan pengenalan dan pengklasifikasian
hewan vertebrata dan avertebrata (Brotowidjojo,1990).
10

2.4. Anatomi
Anatomi berasal dari bahasa Yunani anatomia, dari anatemnein yang berarti
memotong. Anatomi sendiri berarti cabang dari ilmu biologi yang berhubungan
dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup. Sedangkan menurut kamus
Besar Bahasa Indonesia, anatomi dapat diartikan sebagai ilmu yang melukiskan
letak dan hubungan bagian-bagian tubuh manusia, binatang, atau tumbuh-
tumbuhan. Anatomi hewan berarti penjelasan tentang struktur tubuh bagian dalam
hewan beserta organisasinya (Campbell,2004).
Dalam morfologi setiap kelas hewan vertebrata terdapat perbedaan satu sama
lain. Maka secara otomatis anatominya pula akan terjadi perbedaan baik bentuk,
lay out, maupun ukuran dari masing-masing bagiannya. Perbedaan itu akan
diketahui jika ddilakukan pembedahan terhadap jenis masing-masing kelas.
Kemudian dilanjutkan dengan pengamatan yang cermat dan teliti. Sehingga akan
dapat dilakukan perbandingan anatomi dari kelompok hewan vertebrata
(Bakus,1973).
Pada kelompok hewan tingkat tinggi sebagaimana hewan vertebrata, biasanya
memiliki anatomi tubuh yang lebih kompleks dan sempurna daripada hewan
invertebrate. Anatomi memiliki peran yang sangat urgen bagi semua jenis
makhluk hidup. Tanpa adanya struktur tubuh bagian dalam (anatomi), semua
makhluk hidup tidak akan dapat melangsungkan kehidupannya. Jika dianalogikan
dengan kegiatan industry, anatomi seperti mesin industry yang bertugas
menerima, mengolah, dann mengeluarkan berbagai zat yang telah selesai
dipergunakan oleh tubuh. Maka dari itu, guna menjalankan fungsinya sebagai
pendukung utama kehidupan suatu makhluk hidup, khususnya vertebrata, masing-
masing bagian anatomi melakukan koordinasi satu sama lain (Birkeland,1989).

2.5. Identifikasi
Indentifikasi atau “pengenalan” merupakan kegiatan untuk menetapkan
identitas (jati diri) suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain daripada
menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem
klasifikasi. Istilah identifikasi sering juga digunakan istilah determinasi
(Saanin,1968).
11

Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi.Identifikasi


mencakup dua kegiatan, yaitu klasifikasi dan tata nama. Jadi, identifikasi adalah
menentukan persamaan dan perbedaan antara dua makhluk hidup, kemudian
menentukan apakah keduanya sama atau tidak, baru kemudian memberi
nama.Identifikasi terhadap makhluk hidup yang sudah dikenal pada umumnya
dapat dilakukan langsung oleh otak kita. Untuk mengidentifikasi makhluk hidup
yang baru saja dikenal, kita memerlukan alat pembanding berupa gambar, realia
atau spesimen (Saanin,1968).

2.6. Teluk Awur

Teluk Awur adalah nama sebuah desa di ujung utara Jepara, Jawa Tengah
Indonesia. Terletak pada 110°38’8” BT dan 6°37’38” LS, pantainya berbatasan
langsung dengan Laut Jawa. Pantai Teluk Awur adalah pantai yang terletak
di Desa Telukawur, Tahunan 4 km dari pusat kota Jepara. Pantai ini ditandai oleh
banyaknya pohon mangrove yang berfungsi sebagai peneduh selain sebagai
penahan abrasi. Setiap tahun di pantai ini diadakan acara tradisional Pesta
Lomban. Berbeda dengan Pantai Kartini Jepara dan Pantai Tirto Samudra
Bandengan Jepara, Pantai Teluk Awur tidak memungut bayaran. Karena tidak
dikelola secara berbayar, maka fasilitas yang didapatkan pun sederhana
(Wikipedia).
12

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

Pada paktikum kali ini alat dan bahan yang digunakan antara laim tertera
pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum

No Nama Fungsi
1. Gunting untuk memotong benda
2. Penggaris untuk mengukur panjang benda
3. alat tulis untuk menggambar dan menulis
4. Alcohol untuk mengawetkan
5. jarum pentul untuk menancapkan benda
6. buku gambar untuk menggambar
7. tissue pembersih untuk membersihkan alas dan benda
8. plastik zip lock untuk tempat sampel sementara
9. Pinset untuk mengambil sampel
10. Nampan untuk alas bahan
11. modul praktikum sebagai buku panduan
12. Loop alat bantu untuk mengamati
13. Cutter alat untuk memotong dan mengiris
14. kertas laminating sebagai alas
15. kamera untuk dokumentasi
16. sampel sebagai bahan uji

3.2. Peta Lokasi Stasiun


Praktkum kali ini dailakukan di marine station Teluk Awur, Jepara, Jawa
Tengah yang tepatnya berada di dua stasiun yaitu stasiun Dermaga Teluk Awur
dan stasiun MECoK. Berikut lokasi stasiun tersebut tertera pada gambar 1.1. dan
gambar 1.2.
13

Gambar 1.1. Dermaga Teluk Awur

Gambar 1.2. Station MECoK


14

3.3. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel untuk praktikum kali ini dibagi menjadi dua tempat,
yaitu stasiun Dermaga Teluk Awur dan stasiun MENCoK. Pengambilan sampel
untuk filum Cnidaria,Mollusca, Porifera dan Echinodermata dapat ditemukan
banyak di stasiun Dermaga. Pengambilan sampel dilakukan secara langsung
menggunakan peralatan skin dive. Sedangkan untuk filum Artopoda, Annelida,
diambil di estuari dekat stasiun mencok dan d stasiun mencok itu sendiri.
Pengambilan sampel dilakukan langsung di setiap stasiun. Setelah sampel didapat
kemudian sampel ditempatkan di wadah sementara yang telah tersedia berupa
plastic zip lock dan ember. Untuk sampel filum vertebrata yang berupa ikan dan
penyu telah tersedia di laboratorium karena keduanya tidak dimungkinkan untuk
diambil secara langsung. Setelah semua sampel didapatkan kemudian diletakan di
laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut.

3.4. Prosedur Kerja

Berikut prosedur kerja yang dilakukan di laboratorium untuk


mengidentifikasi spesies dari sampel yang telah didapatkan di lapangan :
15

S : 06o37’03,4 E : 110o38’21,1
16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1. Filum Annelida

4.1.1.1 Kelas Polychaeta

Gambar

Ukuran :

 Panjang : 12,2 cm
 Lebar :

Gambar

Ukuran :
17

 Panjang : 5 cm
 Lebar :

Gambar

Ukuran :

 Panjang : 10,5 cm
 Lebar :

Gambar

Ukuran :

 Panjang : 5,3 cm
 Lebar :
18

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Eunicida
Family : Eunicedae
Genus : Eunice
Spesies : Eunice viridis

Bagian – bagian morfologi dan anatomi

Keterangan:

1. Kepala
2. Mata
3. Tentakel
4. Usus
5. Parapodia
6. Anus
7. Septa

Ciri – ciri umum :

1. Memiliki Parapodia yang berfungsi sebagai alat gerak dan insang.


2. Tubuh dibedakan menjadi prostomium (kepala) dan peristomium (segmen
pertama)
3. Tubuhnya terdiri dari banyak rambut.
4. Setiap segmen mempunyai parapodia dan setiap parapodia memiliki setae,
kecuali pada segmen terakhir.
5. Memiliki sepasang nefridia yang terdapat pada tiap-tiap segmen yang
berfungsi sebagai alat eksresi.
19

4.2.2. Arthopoda
4.2.2.1. Scylla paramamosain

Gambar 1. Scylla paramamosain. (Sumber : Dokumentasi Praktikum


2015)

 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Brachyura
Family : Portunidae
Genus : Scylla
Species : Scylla paramamosain

 Bagian Morfologi Dan Anatomi


Karapas berwarna sedikit keunguan, pada kiri-kanannya terdapat
sembilan buah duri-duri tajam, dan pada bagian depannya diantaranya
tangkai mata terdapat enam buah duri, berfungsi untuk melindungi organ
dalam bagian kepala, badan dan insang. Dactylus kanannya lebih besar
dari dactilus kiri dengan warna kemerahan pada kedua ujungnya,
mempunyai tiga pasang peripodia (kaki berjalan) dan satu plepodia (kaki
perenang) yang terdapat pada ujung abdomen dengan bagian ujungnya
dilengkapi dengan alat pendayung. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh
20

maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapase tidak membentuk
sebuah rostrum yang panjang.

Gambar : Bagian morfologi dan anatomi Scylla paramamosain (Sumber:


Edi, 2013)
 Ciri - ciri Umum
o Memiliki capit dan empat pasang kaki (tiga pasang peripodia dan
sepasang plapodia)
o Lebar carapas berukuran lebih besar dibandingkan panjangnya
o Abdomen pada Scylla Paramomosain jantan terdapat organ
kelamin berbentuk segitiga yang sempit dan agak meruncing pada
bagian depan, sedangkan organ kelamin betinanya berbentuk
segitiga yang relatif lebih lebar dengan bagian depan agak tumpul
atau lonjong.
o Tersebar di perairan payau atau hutan bakau.
4.2.2.2. Episesarma sp

Gambar Episesarma sp. jantan . (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)


21

Gambar Episesarma sp. betina (Sumber : Dokumentasi Praktikum


2015)

 Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Brachyura
Family : Sesarmidae
Genus : Episesarma
Species : Episesarma sp.

 Bagian Morfologi dan Anatomi


Kepiting jantan, memiliki bentuk abdomen atau perut yang lancip.
Sedangkan kepiting betinanya memiliki perut yang membundar. Matanya
terletak agak ke tengah. Kepiting memiliki pasangan anggota tubuh
bernama Maksiliped yang digunakan untuk makan.

 Ciri - ciri umum


o Besarnya sekepalan tangan orang dewasa.
o Kepiting jantan, memiliki bentuk abdomen atau perut yang lancip.
Sedangkan kepiting betinanya memiliki perut yang membundar.
o Kepiting ini memanjat pohon mangrove
22

4.2.2.3 Metapenaeus monoceros

Gambar Metapenaeus monoceros. (Sumber : Dokumentasi Praktikum


2015)

 Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub-filum : Crustaceae
Kelas : Malacostraca
Sub-kelas : Eumalacostraca
Bangsa : Decapoda
Sub-bangsa : Dendrobranchiata
Keluarga : Penaeidae
Genus : Metapenaeus
Spesies : Metapenaeus monoceros Fab.

 Bagian morfologi dan anatomi

Keterangan :
1. Antennula 7. Antenna
2. Rostum 8. Peripodia
3. Mata 9. Plepodia
4. Thoraks 10. Uropodia
5. Abdomen 11. Telson
6. Scapocerix
23

Gambar: Bagian-bagian
Metapenaeus monoceros
(Sumber: Soegiarto, 2013)
Secara morfologi, Metapenaeus monoceros terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian kepala yang menyatu dengan dada (cephalothorax) dan
bagian badan (abdomen) yang terdapat ekor di belakangnya.
Metapenaeus monoceros memiliki tubuh yang beruas-ruas dan seluruh
bagian tubuhnya tertutup kulit kitin yang tebal dan keras.

 Ciri-ciri umum
o Mempunyai rostrum panjang dan lurus
o Kaki jalan pertama dilengkapi dengan tonjolan duri yang kelihatan
sangan kecil. Eksopod pada kaki jalan kelima tidak ada.
o Abdomen kasar dan berambut
o Ujung kaki dan ekor berwarna kemerah-merahan, kecuali dua kaki
pertama yang berwarna putih
o Panjangnya dapat mencapai 18 cm

4.1.3. Filum Cnidaria

4.1.3.1 fungia sp

Gambar 1. Fungia sp. (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)


24

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Class : Anthozoa
Ordo : Madreporaria
Family : Fungiidae
Genus : Fungia
Spesiess : Fungia sp

Morfologi dan Anatomi

Dari segi morfologi Fungia sp merupakan karang yang berbentuk seperti


jamur. Tubuh Fungia sp terdapat skeleton yang dibuat oleh epidermis (ektoderm)
dari CaCO3 dan bentuknya seperti mangkuk. Tubuh terbagi menjadi 3 bagian
utama, yaitu bagian cakram pedal atau bagian kaki, bagian kolumna atau skapus
atau bagian batang tubuh dan bagian cakram oral atau kapikulum. Antara bagian
cakram pedal dengan bagian skapus dihubungkan oleh bagian yang disebut
limbus. Sedang antara skapus dengan bagian cakram oral dihubungkan oleh
bagian yang disebut collar. Fungia sp memiliki gastrovaseculer yang dimulai
dengan mulut, mulut dihubungkan dengan colenteron oleh suatu saluran yang
berbentuk seperti tabung yang disebut stomodeum. Saluran stomodeum itu
disepanjang sisanya dilengkapi alur cincin yang bersilia disebut siphonoglyph.
Dinding rongga anteron mengadakan pelipatan secara konsentris yang biasa
disebut septa. Rongga coelenteron dibagi menjadi bersekat-sekat oleh enam buah
septa atau mesentris sehingga terbentuklah enam ruang. Epitelium yang melapisi
stomodeum berasal dari ektoderm. Infundibulum serta saluran-saluran lain dilapisi
oleh gastrodermis. Batas antara ektoderm dan endoderm ialah pada batas
stomodeum dan infundibulum. Letak mulut pada Fungia sp tidak langsung
berhubungan kerongkongan sebelah dalam. Gonadnya berasal dari lapisan
gastrodermal.
Ukuran tubuh
25

panjang tubuh sekitar 7 – 10 cm, tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1
meter.

Ciri – Ciri :
1. Seperti jamur pada umumnya
2. Mulut menghadap ke atas
3. Terdapat septa pada tubuhnya
4. Berbentuk seperti mangkuk
5. Makanannya berupa detritus

Habitat atau tempat hidup Fungia sp yaitu di air laut hangat dan jernih dengan
meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat pada dasar laut.

4.1.3.2 Goniastrea pectinata

Gambar 1. Goniastrea pectinata. (Sumber :


http://www.reeffrontiers.com/photos_corals/data/524/41Goniastrea_pectinata.jpg)

Gambar 2. Goniastrea pectinata. (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)


26

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Classis : Anthozoa
Ordo : Gorgonacea
Familia : Goniastreadae
Genus : Goniastrea
Spesies : Goniastrea pectinata

Goniastraea pectinata mempunyai bagian – bagian tubuh yaitu, epidermis,


pori – pori, dan skeleton. Hewan ini memiliki banyak celah dan bentuknya seperti
batu. Habitatnya di dasar laut, tidak memiliki spikula dan saluran pencernaan.
Rangka tubuh hewan ini terbuat dari sponging

Ciri-ciri : hidup secara koloni dan biasa mempunyai bentuk seperti tumbuhan,
skeleton, sumbu berupa spicula kapur; polip pendek, ordo ini memiliki 1000
species. Mempunyai mulut yang bersambung dengan stomodeum, cakram oral
tipis atau pipih, dengan tentakel pendek.

4.1.4. Filum Echinodermata

4.1.4.1 Asteroidea

Gambar 1. Asteroidea. (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)


27

Klasifikasi

Kingdom :animalia
filum :echinodermata
kelas :asteroidea
genus :asteroidea
spesies :asteroidea sp

Bentuk seperti bintang (berlengan 5).Tubuhnya berduri tersusun zat kapur


(osikel). Pada bagian dasar terdapat duri yang mengalami perubahan disebut
pediselaria. Pada ujung-ujung lengan terdapat alat sensor.Ujung tentakel pada
bintik mata yang mengandung pigmen merah, peka terhadap cahaya Pada
umumnya berwarna oranye, biru, ungu, hijau atau gabungan warna-warna
tersebut. Alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh lengan. Mulut terdapat di
permukaan bawah atau disebut permukaan oral dan anus terletak di permukaan
atas disebut permukaan aboral.Kaki tabung tentakel (tentacle) terdapat pada
permukaan oral. Sedangkan pada permukaan aboral selain anus terdapat pula
madreporit. Banyak dijumpai di zona litoral laut / daerah pasang surut (
pantai).Mempunyai kemampuan regenerasi /pengembalian diri dari kerusakan
tubuh yang cepat.Mempunyai kemampuan autotomi : memutuskan tubuhnya yang
luka.
Ukuran yang didapatkan saat praktikum yaitu 3cm.

4.1.4.2 Ophiuroidea

Gambar 1. Ophiuroidea. (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)


28

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Ophiuroidea
Genus : Ophiuroidea
Spesies : Ophiuroidea brevispinum

Tubuh seperti bola cakral kecil dengan 5 buah lengan bulat panjang. Tiap-tiap
lengan terdiri atas ruas-ruas yang sama. Kelima tangan ini juga bisa digerak-
gerakkan sehingga menyerupai ular. Mulut dan madreporitnya terdapat di
permukaan oral. Pada masing-masing ruas terdapat 2 garis tempat melekatnya
osikula. Di bagian lateral terdapat duri, sedangkan pada bagian dorsal dan ventral
duri tidak ada. Pada bagian dalam dari ruas-ruas lengan sebagian besar terisi
osikula. Kaki tabung tanpa pengisap, dan tidak berfungsi sebagai alat gerak akan
tetapi bertindak sebagai alat sensoris dan membantu sistem respirasi. Mulut
terletak di pusat tubuh dan dikelilingi oleh lima kelompok lempeng kapur yang
berfungsi sebagai rahang. Hewan ini tidak mempunyai amburakal dan anus,
sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan
melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau dalam. Biasanya
bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di
lumpur/pasir. Bintang ular sangat aktif di malam hari. Makanannya adalah udang,
kerang atau serpihan organisme lain (sampah).

4.1.5. Filum Mollusca


4.1.5.1 Cerithidea cingulata

Gambar 1. Cerithidea cingulata Sumber: Dokumentasi Praktikum 2015


29

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Portamididae
Genus : Cerithidea
Spesies : Cerithidea cingulata

Ukuran : Panjang = 3.5 cm


Lebar = 1.4 cm

Bagian morfologi dan anatomi:


Cerithidea cingulata memiliki cangkang tinggi berbentuk kerucut dengan sisi
cangkang yang tidak mencembung sehingga terlihat meruncing. Permukaan
cangkang umumnya berwarna cokelat dan bertitik putih dengan garis spiral bagian
dorsal yang sangat menonjol. Tipe operkulum pada Cerithidea cingulata adalah
multispiral dengan bahan dasar kitin.

Ciri-ciri umum:
- Cangkang tinggi berbentuk kerucut
- panjang rata-rata adalah 35 mm - 45 mm
- Umumnya hidup di zona intertidal, terutama pantai berlumpur, pantai berpasir,
dan di hutan mangrove

4.1.5.2 Cerithidea obtusa

Gambar 2. Cerithidea obtusa Sumber: Dokumentasi Praktikum 2015


30

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Portamididae
Genus : Cerithidea
Spesies : Cerithidea obtusa

Ukuran : Panjang = 4.4 cm


Lebar = 2.2 cm
Bagian anatomi dan morfologi :
Cerithidea obtusa memiliki cangkang berbentuk kerucut dengan sisi cangkang
yang mencembung namun meruncing di bagian bawahnya. Memiliki Operculum
yang bulat dan berwarna gelap. Cerithidea obtusa memiliki sepasang mata pada
bagian tentakelnya. Spesies ini memiliki mata ketiga yang sering dikenal dengan
mata pallial yang terdapat pada kulit cangkangnya. Spesies Cerithidea obtusa
yang hidup akan memiliki mata yang berwarna merah.

Ciri - ciri umum:


- Umumnya hidup di daerah hutan mangrove
- panjang sekitar 50 - 60 mm
- Istilah spesies ini di Indonesia dikenal sebagai Keong Mata Merah

4.1.5.3 Neritida albicilla

Gambar 3. Neritida albicilla Sumber: Dokumentasi Praktikum 2015


31

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Famili : Neritidae
Genus : Neritida
Spesies : Neritida albicilla

Ukuran : Panjang = 1.5 cm


Lebar = 1 cm
Bagian anatomi dan morfologi :
Neritida albicilla memiliki permukaan cangkang yang halus, bentuk kerangka
cangkangnya melengkung seperti berbentuk gunung atau menggunung melintang.
Warna kulit cangkangnya bervariasi. Neritida albicilla yang kami amati berwarna
hitam dan putih. Bagian dalam cangkang spesies ini berwarna putih dengan
granupar opercullum berwarna pink keabu-abuan.

Ciri - ciri umum:


- Spesies ini dapat tumbuh hingga panjangnya 4 cm
- Habitatnya terdapat di persebaran hutan mangrove dan terdapat pada disekitar
litoral batuan
- Memiliki 4 buah gigi yang lemah pada columella

4.1.5.4 Telescopium telescopium

Gambar 4. Telescopium telescopium Sumber: Dokumentasi praktikum 2015


32

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Potamididae
Genus : Telecopsium
Spesies : Telescopium telescopium

Ukuran : Panjang = 7.5 cm


Lebar = 3.5 cm
Bagian anatomi dan morfologi :
Cangkang spesies ini berbentuk kerucut, panjang dan mendatar pada bagian
bawah. Warna cangkang yaitu coklat keruh. Lapisan luar cangkang dilengkapi
dengan garis-garis spiral yang sangat rapat dan mempunyai jalur-jalur yang
melengkung ke dalam. Anatomi sisten pencernaan spesies ini adalah berbentuk
kantong yang bergulung-gulung. Oeseophagus berupa tabung yang berbanding
tipis dan berbentuk garis panjang.

Ciri-ciri umum:
- Tubuhnya berbentuk kerucut dan panjang. Umumnya berwarna coklat keruh,
coklat kehitaman dan coklat keunguan
- Spesies ini memiliki panjang maksimum hingga 13 cm. Namun pada umumnya,
panjang cangkang berkisar antara 7.5 - 11 cm
- Spesies ini umumnya hidup di daerah terumbu karang dan merupakan jenis
hewan indopasifik yang mampu tinggal di daerah bakau tropis
33

4.1.5.5 Gafrarium .sp

Gambar 5. Gafrarium .sp Sumber: Dokumentasi Praktikum 2015

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Veneridae
Genus : Gafrarium
Spesies : Gafrarium .sp

Ukuran : Panjang = 3.5 cm


Tebal = 3 cm
Bagian morfologi dan anatomi :
Spesies ini dapat digolongkan ke dalam kelas bivalvia karena spesies ini memiliki
dua buah cangkang yang posisinya simetris dan saling mengatup. Bagian
cangkangnya keras tetapi tidak kuat karna mudah pecah. Cangkang berwarna
putih kecoklatan dan terdapat garis-garis lurus pada bagian cangkangnya. Spesies
ini umumnya memiliki panjang 30 - 40 mm dan cangkang dari spesies ini mudah
terbuka.

Ciri-ciri umum:
- Biasanya dimanfaatkan sebagai sebuah cindera mata atau hasil karya pajangan.
34

- Umumnya kerang berwarna putih kecoklatan dan terdapat samaran berwarna


kuning dan terdapat bintik pada setiap garis pada cangkangnya
- Dapat ditemukan di perairan laut, di dalam pasir ataupun lumpur di laut

4.1.5.6 Barbatia .sp

Gambar 6. Barbatia .sp Sumber : Dokumentasi praktikum 2015

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Taxodonta
Family : Arcidae
Genus : Barbatia
Spesies : Barbatia .sp
Ukuran : Panjang = 4.5 cm
Tebal 1.7 cm

Bagian Morfologi dan Anatomi


Cangkang spesies ini bertekstur kasar di bagian luarnya dan halus pada bagian
dalamnya. Warna cangkang putih dan coklat. Tubuhnya pipih laterolateral.
35

Susunan gigi pada spesies ini berengsel pendek dan berderet di tepi cangkang.
Dan ukuran kedua otot aduktornya sama.
Ciri - ciri:
- Habitatnya berada pada perairan lautnya, membenamkan diri di dalam pasir atau
bahkan lumpur di laut.
- Ukurannya yaitu 4.5 cm dengan tebal 1.7 cm

4.1.5.7 Tellina remies

Gambar 7. Tellina remies (Sumber: Dokumentasi Praktikum 2015)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Family : Tellinidae
Genus : Tellina
Spesies : Tellina remies
Bagian morfologi dan anatomi
Spesies ini dapat digolongkan kelas bivalvia karena memiliki cangkang yang
saling mengatup. Memiliki cangkang dengan panjang 3 cm. Tekstur di bagian
luarnya kasar sedangkan bagian dalamnya halus. Cangkang berwarna coklat
kuning keabu-abuan. Spesies inipun memiliki organ pencernaan, organ
pernapasan dan ekskresi seperti spesies-spesies kelas bivalvia lainnya.
Ciri-ciri :
36

Habitatnya di perairan laut, biasanya meliang atau membenamkan diri di dalam


pasir atau lumpur di laut.

4.1.6. Filum Porifera

4.1.6.1. Aaptos sp.

Gambar 1. Aaptos sp. (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Hadromerida
Famili : Suberitidae
Genus : Aaptos
Spesies : Aaptos sp.

Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:

1. Tidak berpindah tempat


2. Epidermis tersusun dari sel pinakosit
3. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel skeroblas,
sel arkeosit
4. Memiliki oskulum yang besar
5. Memiliki banyak ostia
6. Memiliki spongocoel
37

7. Tipe saluran leukonoid


8. Tersusun dari spons, termasuk demospongia

Ukuran : 14 cm

Ciri-ciri umum :
1. Berwarna hitam
2. Tekstur berbulu
3. Bentuk tidak beraturan
4.1.6.2. Spongia sp.

Gambar 1. Spongia sp. (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Porifera

Kelas : Demospongia

Ordo : Dictyoceratida

Famili : Thorectidae

Genus : Spongia

Spesies : Spongia sp.

Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:

1. Tidak berpindah tempat


38

2. Epidermis tersusun dari sel pinakosit


3. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel
skeroblas, sel arkeosit
4. Memiliki oskulum yang besar
5. Memiliki banyak ostia
6. Memiliki ostium
7. Memiliki spongocoel
8. Tipe saluran leukonoid
9. Tersusun dari spons
Ukuran : 6,8 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna hitam
2. Tekstur berbulu lebih kasar
3. Bentuk tidak beraturan

4.1.6.3. Hyrtios sp.

Gambar 1. Hyrtios sp. (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Dictyoceratida
Famili : Thorectidae
Genus : Hyrtios
Spesies : Hyrtios sp.
39

Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:


1. Epidermis tersusun dari sel pinakosit
2. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel
skeroblas, sel arkeosit
3. Memiliki oskulum tidak terlalu besar
4. Memiliki banyak ostia
5. Memiliki ostium
6. Memiliki spongocoel
7. Tersusun dari kapur, termasuk kelas Calcarea
8. Tipe saluran asconoid
Ukuran : 15 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna hijau
2. Tekstur keras dari kapur
3. Bentuk seperti batu tidak beraturan

4.1.6.4. Spesies 1

Gambar 1. Spesies 1 (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo :
Famili :
40

Genus :
Spesies : Spesies 1
Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:

1. Epidermis tersusun dari sel pinakosit


2. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel
skeroblas, sel arkeosit
3. Memiliki oskulum kecil
4. Memiliki ostium
5. Memiliki spongocoel
6. Tersusun dari spons, termasuk kelas Demospongia
7. Tipe saluran leukonoid
Ukuran : 7,6 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna hijau- putih
2. Tekstur seperti daun kasar
3. Bentuk seperti rumput laut

4.1.6.5. Spesies 2

Gambar 1. Spesies 2 (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo :
41

Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 2
Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:
1. Epidermis tersusun dari sel pinakosit
2. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel
skeroblas, sel arkeosit
3. Memiliki oskulum besar
4. Memiliki ostium
5. Memiliki spongocoel
6. Pori-pori sesperti bunga
7. Tersusun dari spons, termasuk kelas Demospongia
8. Tipe saluran leukonoid
Ukuran : 7 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna hijau keabuan
2. Tekstur kasar
3. Bentuk tidak beraturan
4.

4.1.6.6. Spesies 3

Gambar 1. Spesies 3 (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
42

Kelas : Demospongia
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 3
Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:
1. Epidermis tersusun dari sel pinakosit
2. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel
skeroblas, sel arkeosit
3. Memiliki oskulum
4. Memiliki ostia yang berada disamping dengan jelas
5. Memiliki spongocoel
6. Tersusun dari spons, termasuk kelas Demospongia
7. Tipe saluran leukonoid
Ukuran : 4,2 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna coklat - kehitaman
2. Tekstur kasar dan seperti tulang rawan
3. Bentuk seperti tanaman

4.1.6.7. Spesies 4

Gambar 1. Spesies 4 (Sumber : Dokumentasi Praktikum 2015)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
43

Kelas : Demospongia
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 1
Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:

1. Epidermis tersusun dari sel pinakosit


2. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel
skeroblas, sel arkeosit
3. Memiliki oskulum besar
4. Memiliki ostium
5. Memiliki spongocoel
6. Tersusun dari spons, termasuk kelas Demospongia
7. Tipe saluran leukonoid
Ukuran : 7,6 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna coklat
2. Tekstur berbulu
3. Bentuk tidak beraturan

4.1.7. Filum Pisces

4.1.7.1 Hippocampus sp

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
44

Kelas : Actinopterygii
Ordo : Sygnathiformes
Family : Sygnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus sp

Bagian – bagian morfologi dan anatomi

1
2
3
4

5
6

Keterangan:

8. Muncung
9. Sirip
10. Pectoralfin
11. Badan
12. Mata

Ciri – ciri umum :

6. Memiliki dua buah sirip pada bagian tubuhnya


7. Tidak memiliki gigi
8. Berenang hanya mengandalkan sirip, dan karena tubuhnya selalu tegap,
menyebabkan kuda laut hanya mampu berenang lambat
9. Yang mengandung dan melahirkan adalah kuda laut jantan
10. Memiliki ekor dan muncung yang panjang

Ukuran; panjang :
Lebar :
45

4.1.7.2. Pomacentridae sp
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentrinadae
Ukuran panjang:
Lebar:
Gambar anatomi dan morfologi

1
2
3
4
5

Keterangan:

1. Dorsal
2. Caudal
3. Pectoral
4. Ventral
5. Anal

Ciri-ciri umum:

1. Bentuk caudal forked


2. Bentuk tubuh compressed
3. Bentuk sisik ctenoid

4.1.8. Penyu
46

4.1.8.1. Chelonia mydas (Penyu hijau)


Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Cheloniidae
Genus : Chelonia
Spesies : Chelonia mydas

1
2
3
4

Gambar X Chelonia mydas tampak depan


Keterangan:
1. Kaki belakang
2. Prefontal
3. Central
4. Lateral
5. Kaki depan

1
2
3
4
5

Gambar X Chelonia mydas tampak belakang


Keterangan:
47

1. Kaki depan
2. Kaki belakang
3. Ekor
4. Plasenta
5. Karapaks

Ciri-ciri umum:

1. Memiliki sentral berjumlah lima pasang


2. Memiliki lateral sejumlah empat pasang
3. Memiliki inframarginal berjumlah dua pasang
4. Bila masih kecil tubuhnya berwarna hitam, bila telah dewasa tubuhnya
berwarna hijau
5. Kepalanya kecil dan paruhnya tumpul

4.1.9. Parameter Lingkungan Perairan

4.1.9.1. Suhu

 Suhu di Dermaga : 32°C


 Suhu di Mecok : 28,6°C

4.1.9.2. Salinitas

 Salinitas di Dermaga : 33 ‰
 Salinitas di Mecok : 33 ‰

4.1.9.3. Kondisi Cuaca

Cerah sedikit berawan, Cuaca dalam keadaan baik dan mendukung.


48

4.2. Pembahasan

4.2.1. Annelida
4.2.1.1. Polychaeta
Polychaeta (Yunani (Y): polys = banyak; chaite = bulu), yakni cacing laut
berbulu yang banyak terdapat di lingkungan pantai. Sejenis cacing polychaeta
digunakan untuk umpan makanan ikan, tidak hanya itu cacing polychaeta
digunakan sebagai makanan lezat (Romimohtarto, 2009).

Polychaeta umumnya hidup di laut sehingga lebih dikenal sebagai cacing


laut, walaupun tidak semua cacing laut termasuk polychaeta. Cacing ini juga
dikenal dengan sebutan cacing bersegmen atau cacing berbulu sikat.
Keanekaragamannya tinggi dan melimpah di laut dan estuari, kemudian akan
berkurang pada habitat air tawar. Jumlah polychaeta yang telah teridentifikasi
sebanyak 13.000 spesies terdiri atas 83 famili dari prakiraan 25.000-30.000
spesies yang ada (Glasby et al., 2000).

A. Morfologi Polychaeta
Tubuh cacing Polychaeta tersusun atas bagian anterior yang terdiri dari
prostomium dan peristomium yang mempunyai atau tidak mempunyai parapodia
(achateous segment). Sejumlah segmen pada bagian badan pygidium terletak pada
ujung anterior. Setiap segmen mempunyai sepasang parapodia yang terdiri dari
ventral (neuropodial) dan dorsal (notopodial), kedua ciri ini mempunyai chaeta
yang didukung oleh acicula (Romimohtarto, 2001).
Polychaeta umumnya berukuran panjang 5-10 cm dengan diameter 2-10
mm. Pada tiap sisi lateral ruas tubuh polychaeta, kecuali kepala dan bagian ujung
posterior, biasanya terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae.
Parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih dan biramus, terdiri atas
notopodium dan neuropodium, masing-masing ditunjang oleh sebuah batang kitin
yang disebut acicula. Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan pada
neuropodium terdapat cirrus ventral. Pada prostomium terdapat mata, antena dan
palp. Sesudah prostomium mengalami modifikasi dengan adanya alat indera
seperti cirrus peristomium, prostomium dan peristomium dianggap sebagai
polychaeta (Aslan, dkk,. 2007).
49

Gerak polychaeta disebabkan oleh perpaduan gerak antara parapodia, otot dinding
tubuh dan cairan rongga tubuh. Polychaeta umumnya bernafas dengan insang,
tetapi bentuk dan letaknya berbeda-beda tergantung jenisnya. Meskipun
mempunyai insang, pertukaran gas melalui permukaan tubuh masih terjadi. Pada
umumnya insang berkaitan erat dengan parapodia atau merupakan modifikasi dari
sebagian parapodia, misalnya cirrus dorsal. Pada polychaeta dengan metamerik
hampir sempurna, tiap ruas mengandung insang kecuali ujung anterior dan
posterior. Pada cacing yang mengalami modifikasi, jumlah dan letak insang
terbatas pada ruang-ruang tertentu (Aslan, dkk,. 2007).
B. Anatomi
Menurut Romimohtarto (2001), terdapat ganglion serebral atau
supraesofageal atau disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala.
Ganglion supraesofageal dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah
saraf sirkumesofagal. Dari ganglion subesofageal, mengalir ke belakang sebatang
saraf ventral. Tiap segmen, batang saraf ventral membuat tonjolan sebagai segmen
ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral. Palpus dan tentakel
merupakan indera yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal, terdapat
mata sederhana 4 buah, terdiri dari kornea, lensa dan retina.
Alat indera yang utama bagi Polychaeta adalah mata, nuchal organ dan
statocyst. Hanya cacing jenis errantia yang mempunyai mata, kecuali Sabellidae.
Tetapi adakalanya jenis errantia yang juga tidak mempunyai mata. Letak mata
pada permukaan prostomium dan berjumlah 2-4 pasang. Ada yang sederhana dan
ada yang sudah berkembang dengan baik. Pada umumnya ialah bentuk retional
cup. Fungsi mata hanya sebagai pengenal cahaya. Kebanyakan Polychaeta bersifat
phototropic negatif (Romimohtarto, 2001).
C. Habitat
Polychaeta banyak ditemui di pantai, sangat banyak terdapat pada pantai
cadas, paparan lumpur dan sangat umum ditemui di pantai pasir. Beberapa jenis
hidup dibawah batu, dalam lubang lumpur dan yang lainnya lagi hidup dalam
tabung yang terbuat dari berbagai bahan. Meskipun mereka adalah hewan benthic,
tetapi beberapa jenis berenang bebas di dekat permukaan laut, terutama selama
musim memijah. (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
50

Kelas Polychaeta dibagi menjadi dua subkelas, yaitu errantia yang


berkeliaran bebas dan sedentaria yang menetap termasuk erantia antara lain jenis
pelagis, merayap pada celah batu dan karang, membuat lubang atau lorong dalam
pasir dan lumpur ada pula yang membentuk selubung. Cacing sedentaria
kebanyakan tinggal dalam liang atau selubung permanen, tidak pernah
meninggalkan liang, hanya kepalanya saja yang keluar masuk untuk makan.
Bentuk kepala cacing sedentaria umumnya mengalami berbagai modifikasi sesuai
dengan fungsimya sebagai ciliari feeder. Sedangkan semua ruas cacing rerantia
dapat dikatakan sama bentuk dan ukurannya, sedangkan ruas cacing sedentaria
cenderung mengalami modifikasi. Perbedaannya antara lain terletak pada
perbedaan diameter ruas, parapodia atau ada tidaknya insang (Sugiarti, 1998).

4.2.1.2. Oligochaeta

A. Morfologi
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) memiliki bentuk tubuh simetri
bilateral, panjang silindris, membulat didepan, menumpul dibagian
ekornya.Tubuh bersegmen-segmen, warna tubuh cacing berwarna coklat gelap,
permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta
dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat. Mulut terdapat di ujung
anterior, mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris. System ekskrasi cacing
tanah berupa nephridios pada setiap segmen terdapat sepasang. Pada cacing
terdapat clitellum yaitu satu bagian hal kelenjar yang ditebalkan dari tembok
tubuh di cacing tanah dan lintah, yang mengeluarkan satu kantung lekat-lekat
dimana telor adalah deposited. Ini hadir 2 sentimeter kesana-sini (0. 79 di) di
belakang di depan akhir dari tubuh (di sekitar ke-14, Segmen ke-15 dan ke-16).
Satu clitellum menjadi bagian dari sistem reproduktif dari clitellates, satu
bagian jenis dari annelids yang mengandung oligochaetes (cacing tanah). clitellum
adalah satu tebal, seperti pelana, cincin ditemukan pada epidermis (kulit) dari
cacing, biasanya dengan satu pigmen berwarna lembut. Untuk membentuk satu
kokon untuk telor ini, clitellum mengeluarkan satu zalir kental. Anggota tubuh ini
dipergunakan di reproduksi seksual dari beberapa annelids. clitellum menjadi
nyata pada matang annelids tapi susah untuk menempatkan terlihat pada annelids
51

lebih muda. Di lintah, ini tampak musiman. Warna ini biasanya korek api sedikit
dibandingkan tersebut tubuh dari annelid. Adakalanya, segmen hidup dari cacing
akan ditumpahkan dengan clitellum.
B. Anatomi
Dinding tubuh cacing tanah (Lumbricus terresteris) mempunyai 2 lapis
otot, yaitu circulare dan longitudinal, mulut cacing terletak di dalam rongga oris.
Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, system sirkulasi cacing tanah,
dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebu plasma, dan sel-sel darah
atau korpuskula. System ekskresi cacing tanah berupa nephridia. Pada setiap
segmen tubuh terdapat sepasang, system saraf cacing tanah, terletak di sebelah
dorsal pharynx di salam segmen yang ke-3 dan terdiri ganglion ceberal, yang
tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan commisura, berkas saraf ventralis
dengan cabang-cabangnya. Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada
kulit tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar .
Bagian mulut cacing disebut juga prostomium. Funsi dari prostomium
adalah untuk makan dan menghancurkan seresah. Bagian atas cacing atau disebut
sebagai peristomium adalah bagian ujung depan cacing sampai batas lambung
cacing. Fungsi dari peristomium adalah untuk membuat lubang pada tanah.
Bagian cacing yang menebal disebut clitellum. Clitellum adalah batas bagian
depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari clitellum adalah untuk
memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan
pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian belakang cacing yang dekat
dengan anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan
cast atau kotoran. Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang membantu
pergerakan cacing dalam tanah.
Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang
memanjang sehingga berupa tangga tali. Alat eksresi disebut nephridium. Alat
pencernaan makanan sempurna mulai dari mulut, saluran pencernaan dan anus.
Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus berada di
ujung belakang. Respirasi dengan menggunakan epidermis pada seluruh
permukaan tubuh dan berlangsung secara difusi. Sistem peredaran darah tertutup.
Hewan ini bersifat hermafrodit dan memiliki klitelum sebagai alat kopulasi.
52

Tempat hidup air tawar, air laut dan darat. Sebagian ada yang bersifat parasit
(merugikan karena menempel pada inangnya). (Subler et al, 1998).
C. Sistem Reproduksi
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) bersifat hermaprodit. Sepasang
ovarium menghasilkan oval, dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua
oviductnya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan infudibulumnya bersilia.
Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di
dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam
suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis. Ductus
spermaticus mulai dari testis bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posterior
sampai segmen ke-15, dan pada segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.
Spermatozoa yang telah meninggalkan testis, akan masuk ke dalam
vesicular seminalis dan selanjutnya tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing
tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-
segmen 9 dan 10; 10 dan 11, terdapat receptaculum seminalis, yang merupakan
tempat penampung spermatozoa dari cacing lain.
D. Sistem Pencernaan
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) sudah mempunyai alat pencernaan
makanan, mereka mencerna makanannya secara ekstraseluler. Sistem pencernaan
annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus,
dan anus. Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus
berada di ujung belakang.
E. Sistem Eksresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia,
nefrostom, dan nefrotor. Nefridia (tunggal – nefridium) merupakan organ ekskresi
yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.
Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat
sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Nefridia = organ dalam segmen
yang mengumpulkan sisa-sisa cairan & keluar melalui nephridiofor.
F. Sistem Saraf dan Indera
Sistem saraf cacing tanah (Lumbricus terresteris) adalah sistem saraf
tangga tali. Terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang
53

memanjang sehingga berupa tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring
pada anterior. Susunan syaraf terdiri atas anterior, dorsal ganglionic mass, disebut
otak. Atau sebuah benang syaraf yang panjang dengan ganglionic swelling dan
syaraf lateral pada tiap ruas. Cincin ganglia dihubungkan oleh tali saraf ventral
Ganglia = seperti kantong yang merupakan pembesaran dari jaringan saraf,
membentuk “otak”. Tali saraf = sel-sel yang memanjang tubuh & mengandung
impuls-impuls saraf.
G. Sistem Peredaran Darah / Sirkulasi
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) ini sudah memiliki pembuluh darah
sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung
hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari
esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Lengkung aorta: lima
tabung seperti jantung yang memompa darah ke dalam dua tabung utama
sepanjang tubuh. Darah: subtansi cair yang mengedarkan makanan & membawa
sisa-sisa makanan.
H. Sistem pernafasan
Cacing bernapas melalui kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap
lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang
sangat dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh hemoglobin
dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering,
cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya
matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit mereka
kering. Cacing tanah adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm), mereka tidak
mampu menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.

4.2.1.3. Hirudineae

A. Anatomi Lintah (Hirudinea)


Secara umum, lintah berbadan leper, mempunyai 34 gelang dan penghisap pada
ujungnya.Ukuran biasa adalah 50 mm dan bahkan mencapai 30 cm.Seekor lintah
mungkin mengambil waktu antara 15 hingga 30 menit untuk menyedot darah dari
badan manusia. Dalam tempo waktu tersebut ia dapat menghisap kira-kira 2.5
54

sehingga 5.5 gm darah. Kuantiti darah tersebut sudah cukup bagi lintah untuk
bertahan selama 6 bulan. Pada air liur lintah terdapat sekurang-kurangnya 15 jenis
zat aktif. Di antaranya ialah sejenis zat yang sama seperti yang terkandung di
dalam putih telur.Zat aktif yang terdapat dalam air liur lintah diantaranya Hirudin,
Hyaluronidase, Pseudohirudin, Destabilase, Apyrase, Bdellines, Eglines,
Kininases, Histamine, Collagenase, Prostanoids, lintah, Proteases, Lipolytic
enzymes.
Ciri- ciri Lintah (Hirudinea)
 Panjang tubuh mencapai 5 cm
 Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula
 Tubuh relatif pipih
 Tubuh terdiri dari 34 segmen
 Tidak mempunyai parapodia dan setae
 Mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior maupun posterior
 Bersifat hermafrodit
 Hewan ini berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun sungai.

Hewan ini tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.
Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah, bagian terbesar di
antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya
dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria
ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-
segmen ujung anterior (biasanya kecil) dan posterior (lebih besar) termodifikasi
manjadi alat penghisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Jumlah
segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan cincin sekunder di luarnya (annuli)
menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitteum dibentuk segmen-segmen
IX,X atau XI.

a) Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus.
Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior, mulut,
55

faring, tembolok, usus, usus buntu, anus, penghisap, posterior.Di kerongkongan


tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji
yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit lintah bisa menyedot
darah sebanyak 15 ml – kuota yang cukup untuk hidupnya selama setengah tahun.
Air ludahnya pun mengandung zat aktif yang sekurang-kurangnya berisi 15 unsur.
Contohnya, zat putih telur hirudin yang bermanfaat untuk mengencerkan darah,
dan mengandung penisilin..
b) Sistem Reproduksi
 Monoceous
 Jantan: 4-12 pasang testis. 1 pasang ductus spermaticus.
 Betina: 2 ovarium & Oviduct yang berhubungan dengan kelenjar albumin &
vagina di median yang bermuara di belakang porus genitalia jantan
 Tidak ada tingkat larva
 Lintah membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi &
kokon akan diletakkan dalam air/tanah.
c) Sistem Pernapasan
Lintah menyedut oksigen melalui kulitnya yang lembap. Jika keadaan air kurang
oksigen, lintah akan muncul ke permukaan.
d) Saraf dan Indera
 Ruas 5 & 6 terdapat lingkar saraf ganglia: “otak”
 Alat indera: mata & papilla
 Mata: fotoreseptor
 Papilla & sensila: tonjolan kecil pada epidermis. Fungsi: alat peraba & perasa
e) Kegunaan Lintah
Ekstraknya dijadikan medium utama sebatian kimia dalam perobatan terutamanya
pembedahan. Ekstrak lintah ini juga dijadikan campuran di dalam bahan-bahan
kosmetik. Protein lintah ini juga boleh dijadikan minyak dan alternatif lain dalam
penggunaan obat gosok. Lintah itu sendiri dijadikan obat (berbekam, dijadikan
alternatif kedua untuk membersihkan darah kotor, nanah dan mencantikkan kulit
yang keriput). Lintah juga menjadikan luka cepat sembuh.
56

4.2.2. Arthopoda
4.2.2.1. Scylla paramamosain
Scylla paramamosain disebut juga Green Mud Crab. Ukuran
minimum karapas Scylla paramamosain dewasa yaitu dengan lebar 150
mm (15 cm) (Taylor, 1984). Scylla paramamosain hanya tersebar di
perairan tropis yang salinitasnuya tergolong payau atau hutan bakau
karena ekosistemnya sangat mendukung pertumbuhan hutan bakau. Scylla
paramamosain hidupnya dari peraitran pantai ke perairan laut, kemudian
induk dan anaknya berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai
atau daerah hutan mangrove untuk berlindung dan mencari makan (Kordi,
1997). Scylla paramamosain yang telah siap melakukan perkawinan akan
memasuki perairan atau tambak. Setelah perkawinan berlangsung, secara
perlahan-lahan ki perairan atau tambak. Setelah perkawinan berlangsung,
secara perlahan-lahan Scylla paramamosain betina akan berpindah dari
perairan bakau atau tambak ke tepi pantai dan selanjutnya ke tengah laut
untuk melakukan pemijahan (Kasry, 1991) sedangkan kepiting jantan akan
tetap berada di perairan bakau yang pakannya berlimpah (Ariola, 1990)
Kepiting bakau atau Scylla paramamosain dewasa bersifat
pemakan segala dan pemakan bangkai (omnivorus – scavenger) dan
pemakan sesama jenis (cannibal) (Ariola, 1990), sedangkan larva Scylla
paramamosain pada masa awal hanya memakan plankton (Soim, 1994).
Scylla paramamosain aktif mencari makan pada malam hari (noktunal)
(Walton, 2006). Pada hutan mangrove, Scylla paramamosain dewasa juga
pemakan organisme bentos dan organisme yang bergerak lambat seperti
bivalvia, kepiting kecil, cacing dan jenis crustacea lainnya. Makanan yang
diperoleh dihancurkan dengan menggunakan capit, kemudian baru
dimakan. (Prianto, 2007). Larva Scylla paramamosain memakan jenis
organisme seperti diatom, larva echinodermata, mollusca, dan cacing.
(Syahidah dan Rusdi, 2003).
Siklus hidup Scylla paramamosain setelah telurnya menetas maka
masuk pada stadia larva yang mengalami beberapa fase, diantaranya fase
zoea 1 yang berganti kulit (moulting) sebanyak 5 kali sampai zoea 5
57

selama 21 hari, fase megapola yang mengalami moulting sebanyak 2 kali


selama 7-12 hari dan fase crab yang mengalami moulting sebanyak 15 kali
hingga menjadi dewasa. (Karsy, 1991).

Gambar: Siklus hidup Scylla paramamosain (Sumber: Kanna, 2002)


4.2.2.2. Episesarma sp
Episesarma sp beraktifitas dengan menaiki akar mangrove untuk
mencari makanannya lalu tinggal di dalam lubang untuk berlindung dari
serangan burung dan predator lainnya. Diameter lubangnya bisa mencapai
6 cm. Kepiting ini hidup secara berkelompok. Untuk membedakan satu
spesies dengan spesies lainnya kita bisa melihat dari warna capitnya.
Kepiting jantan memiliki bentuk abdomen perut yang lancip
(Setyobudiandi, 1999)
Episesarma sp senang memakan daun Avicenia, Bruguiera,
Rhizophora, dan Ceriops spp. Di Teluk Awur, jenis Episesarma sp
merupakan jenis yang paling dominan.

4.2.2.3. Metapenaeus monoceros


Di Indonesia, Metapenaeus monoceros disebut juga udang api-api,
udang dogol, udang werus, udang kasap, udang kader, dan lain-lain.
Dalam perdagangan, dikenal sebagai endeavor prawn. Udang dogol
merupakan salah satu organisme pemakan plankton, baik fitoplankton
maupun zooplankton dan merupakan predator beberapa invertebrata
(Nybakken, 1992).
58

Udang ini kulitnya tebal dan kasar, berwana merah muda agak
kekuningan. Nama dagangnya adalah Pink Shrimp, ada yang berwarna
kuning kehijuan disebut yellow White Shrimp (Rahayu, 2013).

4.2.3. Filum Cnidaria

4.2.3.1. Fungia sp

Dalam praktikum ini, salah satu spesies yang diamati yaitu Fungia sp,
dimana Fungia sp dapat dilihat dari segi morfologi, anatomi, fisiologi serta hal-
hal lainnya. Dari segi morfologi Fungia sp merupakan karang yang berbentuk
seperti jamur. Tubuh Fungia sp terdapat skeleton yang dibuat oleh epidermis
(ektoderm) dari CaCO3 dan bentuknya seperti mangkuk. Untuk ukurantubuhnya
kami tidak mengukur secara jeli dikarenakan beberapa praktikan mulai tidak
focus. Bila berdasarkan data yang di temukan ukuran tubuh yang di miliki oleh
fungia sp ini 7 – 10 cm, tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1 meter.
Tubuh fungia sp terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu bagian cakram pedal atau
bagian kaki, bagian kolumna atau skapus atau bagian batang tubuh dan bagian
cakram oral atau kapikulum. Antara bagian cakram pedal dengan bagian skapus
dihubungkan oleh bagian yang disebut limbus. Sedang antara skapus dengan
bagian cakram oral dihubungkan oleh bagian yang disebut collar. Fungia sp
biasanya berkoloni dan berkembang ke samping
Fungia sp memiliki gastrovaseculer yang dimulai dengan mulut, mulut
dihubungkan dengan colenteron oleh suatu saluran yang berbentuk seperti tabung
yang disebut stomodeum. Saluran stomodeum itu disepanjang sisanya dilengkapi
alur cincin yang bersilia disebut siphonoglyph. Dinding rongga anteron
mengadakan pelipatan secara konsentris yang biasa disebut septa. Rongga
coelenteron dibagi menjadi bersekat-sekat oleh enam buah septa atau mesentris
sehingga terbentuklah enam ruang. Epitelium yang melapisi stomodeum berasal
dari ektoderm. Infundibulum serta saluran-saluran lain dilapisi oleh gastrodermis.
Batas antara ektoderm dan endoderm ialah pada batas stomodeum dan
infundibulum. Letak mulut pada Fungia sp tidak langsung berhubungan
kerongkongan sebelah dalam. Gonadnya berasal dari lapisan gastrodermal.
59

Bentuk fisiologi yang dimiliki oleh Fungia sp yaitu terdiri dari sistem
reproduksi dimana Spermatozoa pada jantan dipancarkan masuk kedalam air lalu
berenang – renang mencari tubuh betina. Reproduksi secara aseksual dilakukan
dengan cara bertunas. Dalam hal pernapasan baik pemasukan O2 maupun keluar
Co2 berlangsumg secara difusi osmosis secara langsung melalui semua
permukaan tubunya. Dalam proses pencernaan yaitu dilakukan secara
ekstraseluler dan intraseluler. Fungia sp tidak memilki alat eksresi khusus.
Habitat atau tempat hidup Fungia sp yaitu di air laut hangat dan jernih
dengan meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat pada dasar laut.fungia sp
hidup seacara berkoloni , fungia sp juga bisa di temukan dilaut dangkal atau zona
neritic ,terdapat di kedalaman laut sekitar 50 meter. Fungia sp memiliki peranan
atau manfaat yang sangat penting diantaranya yaitu sebagai tempat hidupnya ikan-
ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan
baronang, ikan ekor kuning, dan lain-lain. Sebagai “benteng” pelindung pantai
dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut, sehingga
manusia dapat hidup di daerah dekat pantai, sebagai tempat untuk wisata

4.2.3.2 Ganiastrea Pactinata


Ganiastrea Pactinata merupakan spesies anggota phylum coloentrata yang
mempunyai bentuk tubuh polip. Bentuk polip, tubuhnya berbentuk silindris,
bagian proksimal melekat dan bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi
oleh tentakel. Biasanya dalam koloni, gonad mungkin eksternal mungkin juga
internal. Nampak permukaan tubuh spesies ini bergelombang dengan rongga kecil
diseluruh tubuhnya. Warna awetan spesies ini adalah jingga.
Goniastraea pectinata memiliki banyak celah dan bentuknya seperti batu.
Habitatnya di dasar laut serta tidak memiliki spikula dan saluran pencernaan.
Rangka tubuh hewan ini terbuat dari sponging. Berbentuk bulat pipih dengan
rongga yang besar dan kecil. Skeleton sumbu berupa spikula kapur
Biasanya karang ini hidup berkoloni , merekamemiliki warna seragam
yaitu coklat pucat mungkin akan lebih gelap di perairan dalam atau keruh dimana
pancaran sinar matahari yang didapat tidak cukupbanyak. Jika karang ini
mendapatkan pancaran sinar matahari yang cukup warna yang dimiliki bisa
menjadi violet atau merah muda.Karang ini berasal dari biotope yang menyerupai
60

G. edwarsi dan G. retiformis namun memiliki koralit yang lebih besar di


bandingan G. pecinta. Karang ini hampir menyerupai G.australensis namun
biasanya lebih meandroid. Karang ini memiliki submasif atau encrusting. Koralit
yang cerioid itu untuk submeandroid, sedangkan untuk monocentric kurang dari
ke tiga pusat tersebut. Septa di bedakan dalam 2 di dalam karangini walaupun
beberapa urutan kedua seota bisa berkurang atau tidakada.

4.2.4. Filum Echinodermata

4.2.4.1 Asteroidea ( Bintang Laut)

Bintang laut merupakan hewan simetri radial dan umumnya memiliki lima
atau lebih lengan. Beberapa lengan (5 atau dikalikan dengan 5) memancar dari
badan pusat. Ada beberapa bintang laut yang memiliki 6 atau 7 senjata, untuk
luzonicus Echinmaster atau Prototeaster, beberapa bahkan lebih seperti bintang
laut Peri-bersenjata (Coscinaterias calamania). Lain biasanya memiliki 5 lengan
namun sekarang memiliki lengan lebih, karena setelah cedera lengan dan tumbuh
dibagi menjadi dua lengan. Ekologi dan berbagai bintang. Bintang laut ini hidup
dimana-mana di terumbu karang dan pasir atau batu.
Bintang laut memiliki lengan dengan jumlah yang beragam. Tetapi
kebanyakan jumlah lengannya antara 14 sampai 17 batang. Diameter terbesar
mencapai 60 cm. Permukaan aboral ditutupi oleh duri-duri, sehingga hewan ini
dinamakan mahkota duri atau duri seribu. Spesimen berukuran diameter 30 cm
mempunyai duri-duri kuat rata-rata panjangnya 2 cm. Kulit yang melapisi duri-
duri tersebut mengandung bahan berbisa dan jika hewan ini terinjak kaki telanjang
dapat menyebabkan sakit sekali dan bahkan menyebabkan muntah-muntah. Warna
tubuh bintang laut ini menarik, biasanya ujung duri berwarna kemerahmerahan
atau oranye sedangkan permukaan lengan berwarna abu-abu kebiru biruan. Jika
hewan ini berada ditengah-tengah karang hidup bersamabiota lain yang berada di
sekitarnya, orang-orang yang tidak biasa mengamatinya susah untuk
menemukannya karena warna bulu seribu tersebut berbaur dengan warna
lingkungan sekitarnya.
61

Reproduksi Bintang Laut


Bintang laut dapat bereproduksi dengan cara berikut ini :
1. Seekor bintang laut betina diperkirakan dapat bertelur antara 12 sampai 24
juta butir telur.
2. Dalam 10 menit hewan jantan mulai membuahi si betina. Proses ini bisa
menyebabkan air di sekitarnya berwarna putih seperti susu.
3. Dari beberapa jantan yang membuahinya, hanya terlihat seekor betina yang
dibuahi. Ia berada pada jarak lebih dari 1 m dari jantannya.
4. Telur tertuangkan dan mengalir terus menerus dari beberapa gonopora ke
dalam air dan langsung disebar oleh arus air.
5. Hewan ini melepaskan sel kelamin ke air dan hasil pembuahannya akan
tumbuh menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersillia, disebut pluteus.
Pleteus kemudian mengalami metamorfosis menjadi bentuk seperti bintang
laut dan akhirnya menjadi bintang ular.mukan pada kedalaman lebih dari 500
meter (1.620 kaki).
Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram, dimulai dari
mulut yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantong.
Hewan ini tidak memiliki anus. Di sekeliling mulut terdapat rahang yang berupa 5
kelompok lempeng kapur.Makanan dipegang dengan satu atau lebih lengannya,
kemudian dihentakkan dan dengan bantuan tentakel dimasukkan ke mulut.
Sesudah dicerna, bahan-bahan yang tidak tercerna dibuang ke luar melalui
mulutnya.
1. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.
2. Sistem ekskresi tidak ada.Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang
merupakan pemanjangan kulit.
3. Sistem sirkulasi belum berkembang baik.

Cara Hidup dan perkembangbiakan bintang laut


Teman-teman tahu cara makan bintang laut? Kalau belum berikut cara
makan Bintang laut : Kantung gastrik (gasteric sac) dibalikkan melalui mulut dan
dibentangkan di atas koenosark (coenosarc). Enzim di dalam duh atau cairan
pencernaan secepatnya melarutkan jaringan karang dan fragmen-fragmen yang
62

sebagian telah dicerna kemudian diserap melalui perut. Proses makan ini terjadi
beberapa jam. Kaki tabung tidak ikut berperan dalam proses ini. Bintang laut ini
makan semua jenis karang hermatipik (hermatypic corals) , walaupun kadang-
kadang diketahui mereka juga memakan hewan Alcyonaria , dan bahkan juga sisa
otot pengikat kima yang sudah mati. Sedangkan sebab kematian kima ini tidak
diketahui. Sebaran: Habitat bintang laut ini adalah di terumbu karang, terutama di
lereng terumbu pada kedalaman 2 sampai 6 m. Ada yang ditemukan di paparan
terumbu yang terbuka pada saat air surut dan ada yang ditemukan di terumbu
karang hidup pada kedalaman 33 m. Di Great Barrier Reef, Australia, hewan ini
dijumpai di semua kedalaman yang tidakmelebihi 60 m.
Peranan Bintang laut
Bintang laut yang tersedia di bumi nusantara ini ternyata bisa digunakan
untuk mengobati sakit asma.Demikian hasil riset ilmnuwan dilondon yang bisa
menjadi referensi bagi kita. Penyakit asma selama ini diketahui belum ada obat
yang bisa menyembuhkannya, begitu pula dengan radang sendi atau arthritis. Tapi
studi terbaru dari ilmuwan kelautan menunjukkan bahwa bintang laut bisa
menjadi obat untuk penderita asma dan radang sendi.
Sebuah tim peneliti dari Scottish Association for Marine Science telah
mempelajari substansi atau bahan berlendir yang melapisi tubuh bintang laut
berduri.Peneliti menemukan bahwa bahan licin pada bintang laut lebih baik dari
Teflon untuk menghentikan puing-puing menempel pada tubuh bintang laut,
sehingga bisa menjaga kebersihannya.
Dan peneliti percaya bahwa bahan tidak lengket ini dapat dijadikan senjata
baru yang penting untuk mengobati penyakit inflamasi atau peradangan seperti
asma dan radang sendi.Penyakit peradangan seperti asma dan radang sendi
merupakan kondisi yang terjadi ketika respon alami tubuh terhadap infeksi
dipercepat diluar kendali.
Hal ini membuat sel darah putih (leukosit) yang bertugas memerangi
infeksi mulai menumpuk di pembuluh darah dan menempel pada sisi-sisinya,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
63

Lendir bintang laut dapat digunakan untuk melapisi pembuluh darah yang
akan membiarkan sel darah putih mengalir dengan mudah, sel-sel darah putih
harus tetap mengalir pada pembuluh darah. Jadi tim peneliti mulai mempelajari
bagaimana lendir bintang laut dapat mengatasi hal ini dan mencegah terjadinya
peradangan pada tubuh manusia.
Ini dapat mengurangi jumlah obat yang harus diminum pasien asma dan
radang sendi, yang sering memiliki efek samping yang tidak diinginkan, bintang
laut sangat efektif dan telah banyak membantu pengobatan manusia Hewan-
hewan yang hidup bersimbiosis dengan karang dapat membantu karang
mempertahankan diri dari pemangsaan A. planci. Sebagian besar karang
bercabang mempunyai simbion (rekan simbiosis), terutama pada famili
Acroporidae dan Pocilloporidae. Simbion karang tersebut meliputi ikan gobi,
udang-udangan, dan kepiting. Pratchet (2001) menggunakan eksperimen untuk
menentukan simbion mana yang paling membantu karang dalam menghadapi
pemangsaan A. planci pada enam spesies karang. Dia melaporkan bahwa diantara
keenam karang tersebut A. planci paling banyak memangsa Acropora gemmifera.
Ketika simbion karang dihilangkan, A. planci tidak mempunyai preferensi jenis
karang di dalam pemangsaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kehadiran
simbion mempengaruhi preferensi pemangsaan A. planci. Diantara simbion
karang yang diuji, kepiting Trapezia terbukti sangat penting untuk melawan
pemangsaan A. planci. Hingga saat ini, belum ada pesaing (competitor) A. planci
dalam memangsa karang. Pemangsa karang lain yang ganas adalah siput Drupella
spp. (Muricidae). Tetapi kedua pembunuh utama karang tersebut belum pernah
dilaporkan melakukan pemangsaan massal yang besar secara bersama-sama.

4.2.4.1 Ophiuroidea ( Bintang ular)

Tubuh seperti bola cakral kecil dengan 5 buah lengan bulat panjang. Tiap-
tiap lengan terdiri atas ruas-ruas yang sama. Pada masing-masing ruas terdapat 2
garis tempat melekatnya osikula. Di bagian lateral terdapat duri, sedangkan pada
bagian dorsal dan ventral duri tidak ada.
Pada bagian dalam dari ruas-ruas lengan sebagian besar terisi osikula.
Kaki tabung tanpa pengisap, dan tidak berfungsi sebagai alat gerak akan tetapi
64

bertindak sebagai alat sensoris dan membantu sistem respirasi. Mulut terletak di
pusat tubuh dan dikelilingi oleh lima kelompok lempeng kapur yang berfungsi
sebagai rahang.
Alat pencernaan makanan terdapat di dalam bola cakram. Lambung bentuknya
seperti kantung. Organ respirasi terdiri dari lima pasang kantung bursae. Kantung
tersebut selain berfungsi sebagai organ respirasi juga berfungsi untuk menerima
saluran gonad. Sistem ambulakral sama dengan sistem ambulakral pada
Asteriodea, madreporit terletak didaerah permukaan dekat mulut. Jenis kelamin
terpisah, fertilisasi eksternal. Hasil pembuahan akan menghasilkan larva
mikroskopis yang disebut pluteus (memiliki lengan bersilia), kemudian akan
mengalami metamorfosis menjadi suatu bentuk seperti bintang laut dan akhirnya
menjadi bintang ular laut. Habitatnya di laut dangkal-dalam, bersembunyi di
bawah batu-batu karang atau rumput laut, mengubukan diri dalam lumpur atau
pasir, aktif pada malam hari.
Hewan ini berpindah tempat dengan gerakan yang mengular, memegang suatu
objek dengan satu lengan atau lebih, kemudian menghentakkannya. Tangannya
mudah putus, dan memiliki daya regenerasi tinggi.
Bagaimana jadinya jika di laut tidak ada hewan echinodemata seperti
bintang ular. Para ahli biologi membayangkan mungkin di laut akan menjadi
limbah raksasa yang penuh dengan benda berbau busuk.Laut bisa bersih seperti
sekarang ini antara lain merupakan jasa hewan Echinodermata. Hewan ini adalah
pemakan bangkai, sisa-sisa hewan, dan kotoran hewan laut lainnya.Oleh karena
itu hewan ini sering disebut sebagai hewan pembersih laut/pantai Hewan ini jenis
tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang.
Kelima tangan ini juga bisa digerak-gerakkan sehingga menyerupai ular.Mulut
dan madreporitnya terdapat di permukaan oral.Hewan ini tidak mempunyai
amburakal dan anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan
cara dimuntahkan melalui mulutnya.Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau
dalam.Biasanya bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur
diri di lumpur/pasir.Bintang ular sangat aktif di malam hari.Makanannya adalah
udang, kerang atau serpihan organisme lain (sampah).
65

4.2.5. Filum Mollusca

4.2.5.1 Cerithidea cingulata

Cerithidea cingulata merupakan spesies dari kelas Gastropoda.


Tipe operkulum Cerithidea cingulata adalah multispiral dengan bahan
dasar kitin. Kitin merupakan polisakarida alami seperti selulosa, dekstran,
alginat dan sebagainya yang dapat terdegradasi secara alami dan non-
toksik. Operkulum pada Cerithidea Cingulata berfungsi sebagai alat
pertahanan terhadap predator. Spesies ini bernafas dengan insang dan
berperan penting dalam rantaia makanan di ekosistem mangrove sebagai
pemakan materi organik dalam sedimen atau lumpur di dasar perairan.
Spesies ini memakan makroalga, bakteri dan diatom yang ada pada
sedimen atau lumpur di dasar perairan. Populasi Cerithidea cingulata
dapat meledak jika jika di perairan tersebut banyak terdapat endapan-
endapan bahan organik, sehingga populasinya dalam jumlahbesar dapat
menjadi bioindikator tingkat pencemaran organik di perairan payau.

Habitat asli spesies ini adalah di perairan hutan mangrove, dapat


ditemukandi dasar perairan, akar mangrove atau menempel pada batang
mangrove. Spesies ini dapat hidup di daerah salinitas 15 - 45 ppm. Siput
tersebut akan beranjak dewasa setelah umurnya mencapai satu tahun dan
dapat bereproduksi dan berkembang dengan cepat.

4.2.5.2 . Cerithidea obtusa

Cerithidae obtusa merupakan spesies dari famili potamididae.


Yang pada umumnya, ciri-ciri spesies potamididae memiliki kulit tebal
dan padat, meruncing, berkerucut. Bagian luar cangkang kasar dan
berbentuk spiral dengan tonjolan bulat berwarna putih. Spesies ini akan
tumbuh berkembang dengan panjang sekitar 50 hingga 60 mm. Spesies ini
di bagian Asia Tenggara sering dikenal dengan sebutan "siput sendut" atau
"belitung". Di bagian Asia Tenggara, spesies ini dimanfaatkan untuk
bahan makanan lauk untuk disantap, terutama di Negara Singapura dan
Malaysia. Siput ini merupakan bahan makanan pokok sejak tahunan silam.
66

Makhluk yang berhabitat di daerah air payau ini sangat membutuhkan


sumber alam untuk hidup. Air yang mengalir melalui saluran sungai, parit
dan air asin laut dari pasang surut menuju zonasi hutan bakau sangat
diperlukan spesies ini. Spesies ini membutuhkan bahan organik yang
terdapat pada air payau dan lumpur di dasar laut sebagai sumber
makanannya.

4.2.5.3 Neritida albicilla

Spesies Neritida albicilla memiliki panjang maksimum 3.5 cm


tetapi pada umumnya memiliki panjang 2.5 cm. Distribusi spesies ini
tersebar pada wilayah Pasifik Indonesia Barat, dari Afrika Timur hingga
utara, termasuk dalam laut Merah dan Persyan Gulf. Tersebar juga pada
wilayah Jepang bagian utara hingga selatan dan Hawaii. Habitatnya
disekitar Pantai berbatu. Cangkang spesies ini sangatlah tebal dan
melingkar, ketebalan spesies ini akan lebih besar dibandingkan dengan
panjang spesies ini. Bagian luarnya tidak tajam dan berbentuk spiral bulat
dan akan menimbulkan lekukan bergelombang dibagian luar cangkangnya.
Lidah bagian luarnya tipis, dengan gigi-gigi kecil di bagian dalam
marginnya. Collumelar lebar dan tipis, yamg berjumlah banyak dengan
pustula yang berbeda pada bagian permukaan cangkangnya dan beberapa
gigi-gigi kecil di bagian dalam pusat margin. Warna dibagian luarnya
bervariasi, kebanyakan berwarna putih atau krem, dan warna di daerah
spiral dari cangkangnya berwarna hitam, abu-abu, coklat atau oranye.

4.2.5.4.Telescopium telescopium

Telescopium telescopium merupakan salah satu jenis Gastropoda


yang banyak hidup di air payau atau hutan manggrove yang di dominasi
oleh pohon bakau (Rhizopora sp) sehingga orang menyebutnya sebagai
keong bakau dan di kepilauan seribu dikenal dengan nama “blencong”,
sedangkan di sulawesi selatan dikenal dengan nama “burungan”.

Sistem reproduksi hewan ini bersifat dioecious (terpisan), fertilisasi


terjadi di dalam tubuh. Aktivitas seksual dimulai ketika spesies jantan
67

dengan kakinya memegang cangkang spesies betina lalu membalikkan


sehingga posisi aperatur betina berhadapan aperatur jantan dan selanjutnya
jantan memasukan kepala dan kakinya kedalam aperatur betina yang
terbuka.

Spesies ini hidup di daerah trumbu karang dan merupakan jenis


hewan indopasifik yang mampu hidup diperairan bakau tropis. Umumnya
jenis ini ditemukan sangat dekat dengan genangan air dan mampu bertahan
pada rantang kadar garam air yang tinggi, yaitu pada garam 15 – 34 ppt
dan bentuknya seperti kristal yang muncul di permukaan. Hewan ini sering
ditemukan jumlah berlimpah di daerah pertambakan yang berbatasan
dengan hutan mangrove, juga pada sungai yang dekat dengan daerah
pertambakan. Spesies ini pula banyak ditemukan didaerah pertambakan
yang dekat dengan mulut sungai juga spesies ini lebih banyak
membenamkan diri dalam lupur yang kaya bahan organik dari pada diatas
subrat lumpur.

4.2.5.5 . Gafrarium .sp

Pada umumnya hewan ini mempunyai cangkang setangkup dan


sebuah mantel yang berupa dua daun telinga atau cuping. Mantel
diletakkan pada cangkang dengan bantuan otot-otot yang meninggalkan
bekas garis melengkung dan biasanya berwarna putih. Bentuk tubuh
spesies ini simetris bilateral. Organ respirasi berupa insang yang
menggelantung dalam rongga mantel yang terletak disetiap sisi kaki.
Setiap insang tersusun dari dua lamella dibagian dorsal yang saling
berhubungan dengan penghubung interlamela yang membagi insang
bagian dalam menjadi bulu air yang terletak vertical. Alat penglihatan
spesies ini menggunakan sel-sel berpigmen yang terletak dalam suatu
lekukan berbentuk cangkir dengan lensa tembus pandang yang terletak
pada sisi kanan dan kiri benang insang. Sel-sel tersebut dapat mendeteksi
perubahan cahaya.

4.2.5.6 Barbatia .sp


68

Shell berwarna putih, dan posisi cangkangnya equivalen atau sama


sisi.Cangkangnya keras dengan bulu berwarna coklat yang berada pada
periostrakum. Rata-rata panjang cangkangnya berkisar 2.1 cm dan lebar
1.5 cm. Rusuk radial pada cangkang mengankat banyak nodul kecil
bersisik. Di bawah daerah bulu berwarna coklat gelap tersebut
terbentuklah perbatasan shell. Pada bagian posterior terdapat 2 hingga 3
garis konsentris. Bivalvia memiliki jantung yang terletak di bagian bawah
usus dalam rongga pericardium dan menjadi dua bagian aurikel dan
sebuah ventrikel. Ventrikal tersusun atas aorta anterior yang berfungsi
sebagai penyalur darah ke kaki, lambung dan mantel. Sedangkan aorta
posterior menyalurkan darah ke rectum dan mantel. Darah yang sudah
mengalami oksigenisasi di dalam mantel akan langsung kembali ke
jantung. Sedangkan darah yang bersikulasi dibeberapa bagian organ tubuh
akan menuju vena yang kemudian diteruskan menuju ginjal. Dari ginjal
darah akan dialirkan ke dalam insang. Di dalam insang terjadi pertukaran
gas oksigen dan karbondioksida yang dibawa oleh darah. Selanjutnya
darah akan menuju jantung dan kembali disalurkan ke organ-organ yang
membutuhkan.

4.2.5.7 Tellina remies

Hidup membenamkan dirinya di dalam pasir atau pasir berlumpur.


Beberapa jenis diantaranya ada yang menempel pada bendabenda keras
dengan semacam serabut pelekat yang dinamakan byssus. Serabut ini
dapat tumbuh kembali bila terputus. Organisme ini memiliki cangkang
ganda yang kuat dan tebal, organisme yang ditemukan berukuran 10 cm.

Sistem saraf terdiri dari tiga ganglion, yaitu ganglion selebral yang
terletak disisi esofagus, ganglion pedal dibagian kaki dan ganglion visceral
pada bawah otot aduktor posterior. Dan coordinator dari setiap ganglion
menggunakan saraf penghubung. Pada mantel terdapat urat-urat yang
dapat merespon terhadap sentuhan halus atau rangsangan kimia.
69

4.1.6. Filum Porifera

4.1.6.1 Aaptos sp

Jenis spons ini mempunyai rangka yang menyebar dengan 3 ukuran


kategoriseperti berbentuk kecil, berdinding tebal, atau tidak mikrosklera. Spons
ini sepert kerang yang besar dengan permukaan alasnya seperti akar yang
memiliki tonjolan, reproduksinya aseksual dan teksturnya halus dan licin (Proksch
,2005).

Dalam spesiesnya yaitu Aaptos aaptos memiliki khasiat sebagai


antikanker. Dari hasil pengujian bioaktivitas antibakteri dan toksisitas senyawa
ekstrak kasar spons Aaptos aaptos dan Petrosia sp. terhadap bakteri target dan
Artemia salina menunjukkan hasil yang bervariasi pada sampel alam dan
transplantasi. Secara keseluruhan, spons Aaptos aaptos menunjukkan bioaktivitas
yang lebih tinggi daripada Petrosia sp. Hal ini disebabkan oleh senyawa bioaktif
yang dikandung oleh kedua spons merupakan senyawa dengan struktur dan jenis
yang berbeda. Pada spon Aaptos aaptos mengandung senyawa homarine dan
piridiniumbetain B (Nurhayati,2006).

Aaptos mengandung senyawa aaptamine dan senyawa


demethyloxyaaptamine yang termasuk dalam golongan alkaloid. Senyawa ini
diketahui memiliki potensi sebagai antimikroba, antifungi, antifouling, H+,
inhibitor K+-ATPase, inhibitor HIV, dan aktivitas antitumor serta
immunosuppressive (Nurhayati,2006).

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terhadap Aaptos


aaptos menunjukkan bahwa spons ini memiliki senyawa bioaktif berupa senyawa
homarine dan pridiniumbetain. Di dalam Aaptos sp terdapat senyawa aaptamine,
demethylaaptamine dan demethyloxyaaptamine pada spons Aaptos aaptos
memiliki kemampuan sebagai antitumor, antimikroba dan kemampuan
menghalangi aktivitas α-adrenoceptor. Penelitian mengenai senyawa bioaktif yang
dikandung spons Petrosia sp. juga telah banyak dilakukan sebelumnya. Aaptos
mengandung senyawa yang termasuk dalam kelompok polyacetilene yang
memiliki aktivitas biologi sebagai antimikroba, antifungi, antifouling, inhibitor H+
70

dan K+ - ATPase, inhibitor HIV, dan aktivitas immunosupressive serta antitumor


(Nurhayati,2006).

4.2.6.2 Spongia sp

Spongia sp merupkan Salah satu spesiaes daru kelas Demospongia.


Spongia sp memiliki bentuk bulat masif menyerupai mangkuk. Kerangkanya
terdiri dari serabut spongin, zat yang secara kimia bersekutu dengan sutera dan
tidak mempunyai spikula maupun mengandung silika. Serabut-serabut spongin
(keras = tanduk) tersebut menyediakan dukungan untuk menjaga pori-pori terbuka
Dinding tubuh porifera, termasuk kelas Demospongia pada genus spongia sp
terdiri dari tiga lapis,yaitu: Pinacoderm, merupakan sel yang tersusun oleh sel
pipih (pinacocyte), mesohyl (mesoglea) yang terdiri atas zat semacam agar
(glatinous protein matrix) mengandung bahan tulang dan amoebocyte,
Choanocyte yang melapisi rongga spongocoel.

Mempunyai tipe sel Leuconoid/Rhagon yang rumit dan kompleks. Pada


ujung cabangnya terdapat oskulum sebagai tempat keluarnya air dari dalam tubuh
spons dan di daerah badannya terdapat ostium sebagai tempat masuknya air.
Tubuh tipe ini memperlihatkan lipatan – lipatan dinding spongocoel yang rumit.
Lipatan sebelah dalam menghasilkan sejumlah besar kantung yang dilapisi
choanocyte yang disebut flagellated canal yang kemudian melipat lagi membentuk
rongga kecil berflagella yang disebut flagellated chamber atau choanosyte
chamber. Spongocoel menghilang dan digantikan oleh saluran – saluran kecil
menuju oskulum. Dengan banyaknya lipatan berturut – turut menyebabkan bentuk
spons tidak beraturan (masif).

Spongia sp adalah pemakan suspensi yang juga dikenal makan dengan


cara menyaring (filter feeder). Ia memperoleh makanan dalam bentuk partikel
organik renik, hidup atau tidak, seperti bakteri, mikroalga dan detritus, yang
masuk melalui pori-pori arus masuk yang terbuka dalam air, dan dibawa kedalam
rongga lambung atau ruang-ruang bercambuk ( Flagella ) di choanocyt.
Respirasinya melalui difusi oleh sel-sel individu dalam tubuh spons tersebut.
Spons tidak memiliki sel-sel saraf untuk mengkoordinasikan fungsi tubuh.
71

Kebanyakan reaksi yang terjadi berasal dari hasil reaksi dari sel individu dalam
menanggapi stimulus. Memiliki Regulasi isotonik atau Isoosmotik terhadap air
laut. Reproduksi hewan ini dilakukan secara aseksual maupun seksual. Umumnya,
spons menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga
porifera bersifat Hemafrodit. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan
pembentukan tunas dan gemmule. Reproduksi secara seksual dilakukan dengan
pembuahan sel telur suatu porifera oleh sel sprema porifera yang lain secara
internal. Spongia sp banyak ditemukan di perairan laut yang kedalamannya
mencapai 50 meter dari dasar laut. Sudah sejak zaman dahulu orang menggunakan
spongia (bunga karang) untuk membersihkan badan, untuk menyuci barang dan
sebagainya.

4.2.6.3 Hyrtios sp

Hyrtios sp memiliki tubuh berpori dan permukaan yang keras seperti batu.
Selain itu, Hyrtios sp. juga menyerap oksigen dari air melalui proses difusi.
Hyrtios sp. dapat ditemukan di kedalaman 7 meter. Hyrtios sp memiliki struktural
produk alam yang unik, termasuk sesterterpenes, scalarane, tritrpen asiklik,
alkaloid indol, dan makrolida selain steroid. Banyak dari senyawa ini yang
menarik dalam kegiatan biologisnya. (Longeon, 2011)

Hyrtios sp. dapat digunakan sebagai obat anti kanker. Hyrtios sp.
merupakan spons laut alami yang bisa menjadi solusi untuk pengobatan kanker.
Spons Hyrtios sp menghasilkan spongistatins yang merupakan metabolit yang
paling penting dari spons ini. Senyawa spongistatins merupakan senyawa anti
kanker yang sangat kuat. Spons Hyrtios sp telah terbukti menjadi sumber yang
kaya metabolit sekonder yang beragam, termasuk sesterterpenes (2,6),
seskuiterpen (7,9), makroloid (10,11), indol dan β - carbolite alkaloid (12 – 16).
Indol memiliki aktivitas biologis yang berbeda termasuk anti kanker, antibiotik,
anti – inflamasi dan antioksidan. Tiga alkaloid baru, hyrtioerectines D – F (1 – 3)
memiliki antimikroba variabel, penghambatan pertumbuhan kanker radikal bebas
(Youssef et al., 2013)
72

Ekstrak Hyrtios sp. diperiksa untuk aktivitas antikanker terhadap


karsinoma kolorektal sel RKO manusia yang wildtype untuk p53 dan RKO-E6
yang p53 rusak. Ekstrak Hyrtios sp. dosis-dependen menghambat kelangsungan
hidup di kedua baris sel. Multinukleasi sebagai indikasi bencana mitosis juga
diamati. Tes sitotoksisitas memberikan hasil yang berbeda secara signifikan untuk
RKO dan RKO-E6 sel setelah 48 jam paparan Hyrtios sp. ekstrak. Dalam RKO
sel diperlakukan dengan ekstrak Hyrtios sp., kematian sel terjadi dengan induksi
p53 dan p21 protein. Pada sel RKO-E6 p53-cacat, terjadi penurunan ekspresi
protein JNK dan peningkatan protein p21 pada ekstrak Hyrtios sp. Hasil ini
menunjukkan bahwa Hyrtios sp. ekstrak induksi apoptosis melalui jalur yang
berbeda tergantung pada status p53 dan bisa menjadi produk alami yang baik
untuk mengembangkan obat antikanker baru. ( Lim, et al. 2014)

4.2.7. Ikan (Pisces)

4.2.7.1. Pomacentridae

Family Pomacentridae merupakan jenis ikan karang, ikan karang


adalah ikan yang berada di daerah tropis dan kehidupannya berkaitan erat
dengan terumbu karang. Ikan-ikan tersebut memanfaatkan terumbu karang
secara langsung maupun tidak langsung untuk kepentingan hidupnya.

A. Morfologi Famili Pomacentridae

Bentuk tubuhnya mencerminkan habitat dan bagaimana ikan tersebut


hidup. Bentuk tubuhnya berbentuk compressed yang merupakan bagian
adaptasi untuk perenang cepat di permukaan.

Ikan Pomacentridae memiliki lubang hidung yang tunggal,


Chromis dan Dascyllus merupakan spesies yang memiliiki dua lubang
hidung. Genera ini biasanya memakan plankton, memiliki bentuk tubuh
yang tinggi dan pipih, mulut kecil, garis lateral tidak lengkap atau
berselisih, sirip ekor memiliki dua buah duri (sangat jarang tiga), sebuah
sirip punggung dengan 8-17 buah duri keras dan 11-18 duri halus. Para
ahli taksonomi menjelaskan bahwa sangat sulit untuk membedakan
73

damselfishes karena banyak spesies yang kompleks dan pola warnanya


yang berbeda-beda dengan individu dari beberapa generanya (Nelson,
2006 dalam Zulfianti, 20014).

Menurut March (2004), secara umum ikan famili Pomacentridae


ini mempunyai banyak genus, dengan badan pipi dan nampak dari
samping bulat, ikan ini berukuran kecil yang terbanyak di terumbu karang
(kelimpahan individu) sedangkan makanan dari famili ini yaitu plankton,
invertebrate dan alga, sebagian ada yang bersimbiosis dengan anemone
yaitu dari genus Amphiprion.

Ikan Pomacentridae dewasa pada umumnya berwarna coklat tua,


sedangkan ikan yang masih muda memiliki warna yang indah dengan garis
biru sepanjang kepala hingga panggul, berukuran hingga 10 mm. Warna
biru perlahan-lahan akan menghilang saat ikan beranjak dewasa sehingga
tidak ada ikan dewasa yang berwarna biru (Lythgoe and Lythgoe, 1992).

B. Habitat dan Distribusi Famili Pomacentridae

Daerah Indo-Pasifik bagian tengah yaitu Kepulauan Filipina dan


Indonesia merupakan daerah penyebaran ikan karang dan mempunyai
jumlah spesies yang jumlahnya sangat besar dan jumlah itu semakin
berkurang pada semua arah yang menjauhi pusat ini (Nybakken, 1992).

Ikan karang mengisi seluruh daerah di terumbu, maka terlihat dengan


jelas bahwa mereka merupakan penyokong hubungan yang ada di dalam
ekosistem terumbu karang. Salah satu sebab keragaman spesies yang
tinggi di terumbu karang adalah karena variasi habitat terumbu yang terdiri
dari karang, daerah berpasir, teluk dan celah, daerah alga dan juga perairan
yang dangkal serta zona-zona berbeda yang melintasi karang (Nybakken,
1992). Selain itu juga terdapat komposisi jenis yang beragam dan pada
patch reef yang berbeda (Zulfianti, 2014). Sorokin (1993) menyatakan
bahwa ikan-ikan karang memiliki kepadatan yang tinggi dengan biomassa
yang diperoleh sampai 200 gr/m2.
74

Ikan karang dari famili Pomacentridae termasuk jenis yang sangat


tergantung pada ruang lingkup atau daerah tertentu yang terbatas
berhubungan dengan spesies lain. Hilangnya dekorasi karang akan
membantu merusak daerah pertahanannya. Meskipun kebanyakan dari
famili Pomacentridae ditemukan di daerah terumbu karang, tetapi jenis ini
juga dapat hidup pada lingkungan dengan kondisi yang beragam. Seperti
beberapa jenis dari genus Dischistodus banyak dijumpai pada daerah
pantai bagian dalam yang dangkal termasuk di sekitar pelabuhan dan tepi
teluk yang terlindung dengan keadaan berpasir atau berlumpur serta
kecerahan yang rendah. Famili Pomacentridae akan berkembang biak
dengan baik pada daerah yang cukup menyediakan tempat untuk
berlindung (Allen, 1998).

Ikan Amphiprion dari famili Pomacentridae diketahui merupakan ikan


yang mempunyai daerah penyebaran relatif luas, terutama di daerah
seputar Indo-Pasifik. Satu jenis yaitu Amphiprion bicinciatus, diketahui
merupakan endemik Laut Merah. Mereka pada umumnya dijumpai pada
laguna-laguna berbatu di seputar terumbu karang atau pada daerah pantai
dengan kedalaman kurang dari 50 meter dan berair jernih. Di perairan
Papua New Guinea, bisa ditemukan ikan Amphiprion tidak kurang dari 8
spesies (Allen, 1998).

C. Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi Ikan Karang


Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang sering dipergunakan
oleh para ahli biologi konservasi. Keanekaragaman (biological diversity
atau biodiversity ) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan
keragaman ekosistem dan berbagai bentuk variabilitas hewan, tumbuhan,
serta jasad renik di alam (Dahuri, 2003). Nilai indeks keanekaragaman dan
keseragaman dapat menunjukkan keseimbangan dalam suatu pembagian
jumlah individu tiap jenis. Keseragaman mempunyai nilai yang besar jika
individu ditemukan berasal dari spesies atau genera yang berbeda-beda,
sedangkan keanekaragaman mempunyai nilai yang kecil atau sama dengan
nol jika semua inidividu berasal dari satu spesies. Indeks keseragaman
75

merupakan angka yang tidak mempunyai satuan, besarnya berkisar nol


sampai satu. Semakin kecil nilai suatu keseragaman, semakin kecil pula
keseragaman dalam komunitas (Zulfianti, 2014).
Indeks keanekaragaman (H’) merupakan suatu angka yang tidak
memiliki satuan dengan kisaran 0-3. Tingkat keanekaragaman akan tinggi
jika nilai H’ mendekati 3 sehingga hal ini menunjukkan kondisi perairan
baik. Sebaliknya jika nilai H’ mendekati 0 maka keanekaragaman rendah
dan kondisi perairan kurang baik (Odum, 1993).
Indeks keanekaragaman (H’) dapat diartikan sebagai suatu
penggambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan
dapat memudahkan proses analisa informasi-informasi mengenai macam
dan jumlah organisme. Selain itu keanekaragaman dan keseragaman
sangat tergantung pada banyaknya jenis dalam komunitasnya. Semakin
banyak jenis yang ditemukan maka keanekaragaman akan semakin besar,
meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah individu masing-masing
jenis (Wilhm dan doris, 1986). Pendapat ini juga didukung oleh Krebs (
1985) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota
individunya dan merata, maka indeks keanekaragaman juga akan semakin
besar.

4.2.7.2. Hippocampus sp

Morfologi dari kuda laut sangat unik, bahkan dapat dikatakan


menyimpang dari bentuk ikan-ikan pada umumnya. Namun, meski bentuk
tubuhnya menyimpang dari bentuk ikan pada umumnya tapi ia dilengkapi
oleh organ-organ yang identik dengan organ-organ ikan.
Tubuh kuda laut bersegmen dan mempunyai satu sirip punggung,
insang membuka sangat kecil. Dilengkapi sepasang sirip dada
(pectoralfin), satu sirip dubur (analfin) sangat kecil, sirip perut dan sirip
ekor tidak ada. Kuda laut memiliki baju disebut baju zirah atau "baju besi"
berfungsi sebagai pelindung bahaya. Baju zirah tersebut sangat keras
seperti batu, bahkan tidak dapat dihancurkan hanya dengan tangan
76

manusia. Meskipun termasuk dalam jenis ikan, cara berenang kuda laut
berbeda dengan cara berenang ikan pada umumnya. Kuda laut sendiri
berenang dalam posisi tubuh tegak. Mereka dapat menganggukkan kepala
keatas dan kebawah. Mata kuda laut sangat unik. Ia bisa meilihat dua buah
benda berbeda pada waktu bersamaan. Matanya juga dapat bergerak
dengan bebas, berputar-putar mengamati setiap sisi sehingga mereka dapat
melihat sekelilingnya dengan mudah, tanpa harus menggerakkan kepalnya
ke kiri ke kanan.
Kuda laut termasuk ke dalam jenis ikan yang memiliki penampilan
khusus (berbeda dengan jenis ikan lannya). Kepala kuda laut berbentuk
segitiga menyerupai kuda, mulutnya panjang dan runcing membentuk
sudut 90˚ dari badannya, ekornya panjang merincing di bagian ujung.
Ekornya berfungsi untuk mengaitkan tubuhnya pada suatu substrat seperti
rumpul laut, terumbu karang, atau benda-benda lain yang ada di
lingkungan. Ukuran kuda laut berkisar antara 1,5 inci hingga 14 inci.
Bagian tubuh kuda laut tertutup oleh keping tulang berlapis-lapis
menyerupai perisai. Jenis kelamin kuda laut dapat dibedakan dari dua hal,
yaitu ukuran tubuh dan kantung telur. Ukuran kuda laut jantan lebih besar
daripada betina. Selain itu, kuda laut jantan memiliki kantung telur di
bagian bawah perut. Fungsi kantung telur itu adalah untuk mengasuh
anak-anaknya. Hingga saat ini terdapat 25 spesies kuda laut tersebar
merata di seluruh dunia.

1. Kemampuan Berkamuflase
Kuda laut terkenal dengan kemampuan kamuflasenya sangat hebat,
yaitu dengan cara mengubah corak tubuhnya sesuai dengan lingkungan
sekitarnya atau menumbuhkan filamen-filamen di sekujur tubuhnya
sehingga tampak menyerupai tumbuhan laut. Kamuflase dilakukan dalam
rangka menghindari predator, mengelabui mangsa selama aktivitas
perkawinan.
Sebagain besar kuda laut mempunyai warna kecoklat-coklatan
alami, warna campuran abu-abu dan coklat atau bahkan warna hitam agar
sesuai dengan lingkungannya. Ada juga beberapa jenis dapat membuat diri
77

mereka menjadi oranye berpendar hingga ungu pekat (Hidayat dan


Silfester, 1998). Walaupun memiliki banyak warna, namun beberapa
spesiesnya berwarna sebagian transparan, sehingga tidak mudah dilihat.
Perbedaan jensi-jenis kuda laut paling menonjol adalah terdapatnya duri-
duri atau tulang yang muncul pada setiap cincin (ring) di tubuh serta
mahkotanya, perbedaan lainnya adalah bentuk badannya ada yang langsing
dan lebih panjang, ada juga yang lebih gemuk.
2. Reproduksi Kuda Laut
Makhluk hidup dapat menjaga kelanjutan generasinya melalui
sistem reproduksi berfungsi secara sempurna. Selain memiliki system
reproduksi, hewan juga memiliki naluri khusus membuat proses produksi
menjadi suatu hal penting dan menarik untuk dilakukan. Salah satu hewan
yang memiliki proses reproduksi cukup menarik adalah kuda laut, karena
pemeliharaan telur dan anak-anaknya diserahkan kepada individu jantan
(paternal).
Sebagian besar kuda laut memiliki musim kawin sepanjang tahun.
Biasanya mereka kawin pada pagi atau sore hari. Ada beberapa spesies
memiliki musim kawin antara bulan Agustus hingga Oktober. Ada pula
spesies musim kawinnya pada saat bulan purnama.
Kuda laut merupakan hewan bereproduksi secara eksternal. Pada
musim reproduksi, kuda laut jantan dengan kantung telur kosong siap
melakukan pemijahan. Biasanya kuda laut akan mencari tempat di dekat
rerumputan untuk melakukan perkawinan.
3. Pencernaan Kuda Laut
Kuda laut termasuk hewan planktivor dan piscivor, memakan
segala jenis hewan mulai dari kelompok crustasea hingga larva ikan.
Kuda laut mempunyai pandangan ganda (binocular vision). Menggunakan
matanya untuk mencari mangsa. Kuda laut adalah pemangsa pasif yaitu
menunggu makanan lewat dan menyerang mangsanya dengan cara
menghisap ke moncongnya. Kuda laut tidak mempunyai gigi sehingga
mangsa ditelan langsung (Elfahry, 2009). Kemampuan daya cerna kuda
78

laut sangat cepat, meskipun kuda laut mempunyai saluran pencernaan


bergulung-gulung (Asmanelli dan Ikhsan, 2000).
4. Habitat dan Penyebaran
Kuda laut dapat dijumpai hampir di seluruh perairan dunia, mulai
dari kawasan beriklim tropis hingga beriklim sedang. Habitat kuda laut
terutama di sepanjang pesisir pantai, tepian laut, teluk-teluk dangkal,
mendiami tempat-tempat yang banyak terdapat di terumbu karang, hutan
mangrove dan padang lamun. Dari sejumlah spesies anggota kuda laut,
Hippocampus kuda memiliki distribusi paling luas, terutama di sepanjang
perairan tropis Indo-Pasifik. Wilayah persebaran kuda lau ke barat hingga
Selat Inggris, ke timur hingga Kepulauan Hawaii, ke utara hingga Laut
Jepang, hingga ke selatan hingga pantai Australia (Adip, 2009).

A. Peranan Kuda Laut


Kuda laut amat cantik serta unik bentuk tubuhnya, maka tidak
jarang jika kuda laut memiliki peranan sebagai salah satu ikan hias
dalam aquarium. Peranan kuda laut juga sangat banyak dibalik
keunikan dan kecantikan tubuhnya, misalnya masyarakat China telah
ribuan tahun menjadikan kuda laut sebagai obat alternatif, antara lain:
• untuk mengatasi melemahnya organ ginjal dan hati,
• untuk memperlancar peredaran darah,
• mengobati asma,
• menambah vitalitas seksual atau juga disfungsi ereksi,
• bisa juga menambah jumlah sperma yang sedikit.
Banyak ahli kesehatan juga merekomendasikan kuda laut untuk:
• mengatasi gangguan insomnia,
• menguatkan rahim,
• mengatasi rasa nyeri di daerah lutut,
• serta mengatasi ancaman gangren.
79

4.2.8. Penyu

A. Morfologi Penyu Hijau


Sesuai dengan namanya, warna tubuh, lemak dan dagingnya agak
kehijau - hijauan. Ukuran penyu dewasa ini bisa mencapai kurang lebih
sekitar 250 cm, meskipun rata-rata sekarang adalah 100 cm. Penyu hijau
dewasa hidup di hamparan padang lamun dan ganggang. Berat Penyu hijau
dapat mencapai 400 kg, namun di Asia Tenggara yang tumbuh paling
besar sekitar separuh ukuran ini. Penyu hijau di Barat Daya kepulauan
Hawai kadang kala ditemukan mendarat pada waktu siang untuk berjemur
panas. Anak-anak Penyu hijau (tukik), setelah menetas, akan
menghabiskan waktu di pantai untuk mencari makanan. Tukik Penyu hijau
yang berada di sekitar Teluk California hanya memakan alga merah.
Penyu hijau akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap
3 hingga 4 tahun sekali.
Perisai atau karapasnya berbentuk hati dengan tepi rata, jumlah
keping kostal 4 pasang, berwarna hijau cokelat dengan bercak tua sampai
hitam. Keping kostal ukuran lebarnya hampir dua kali di banding dengan
lebar keping vertebral. Keping marginalnya relatif sempit. Kepalanya
memiliki sepasang sisik prefrontal yang lebar dan mempunyai tepi yang
berwarna putih. Kaki depannya dipenuhi dengan sisik yang relatif
berukuran sama, sehingga jari-jarinya tidak terlihat jelas
B. Habitat Penyu Hijau
Habitat Penyu hijau tersebar di daerah Indo-Pasifik, Samudera
Atlantik, Teluk Meksiko, sepanjang pesisir Argentina, di Laut
Mediterania. Habitat Penyu hijau ini hidup di perairan tropis dan sub-
tropis di sekitar pesisir benua dan kepulauan. Penyu hijau juga diketahui
sering terdapat di antara terumbu karang pada daerah laut lepas.
Kemampuan migrasi Penyu hijau pada beberapa populasi dapat mencapai
jarak 2.094 kilometer dari habitat peneluran menuju habitat mencari
makan. Meskipun daya jelajahnya sampai ribuan kilometer, uniknya Penyu
hijau hanya bereproduksi di tempat yang sama berdasarkan navigasi
medan magnet bumi. Di Indonesia, jenis penyu ini tersebar di sekitar
80

perairan tropika, laut seluruh Indonesia dan Papua Nugini. Hewan ini baru
bisa mencapai usia dewasa sekitar 30-50 tahun. Jadi, Penyu hijau memiliki
siklus kehidupan yang panjang, namun tingkat kehidupannya rendah.
C. Pencernaan Penyu Hijau
Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk
mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.
Penyu hijau dewasa tergolong penyu laut herbivora. Makanan utama
mereka dalah lamun laut atau alga, yang hidup di perairan tropis da
subtropik. Tetapi anak-anaknya diasumsikan omnivore untuk
mempercepat pertumbuhan tubuh mereka. Kemungkinan besar terjadi
transisi bertahap, saat penyu mencapai besar yang cukup untuk dapat
menghindari predatornya.
Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan
tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan
kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun
(seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan
macroalga di sekitar padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih
menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia
testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, dan H. ovata ). Pada
padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium dan
Chaclomorpha aerea). Pernah di laporkan pula bahwa penyu hijau
memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun
dan alga.
D. Cara Reproduksi Penyu Hijau
Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir
seluruh hidupnya di bawah permukaan laut. Induk betina dari hewan ini
hanya sesekali ke daratan untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada
substrate berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk. Untuk penyu
hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 -
150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya
sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenag
bebas untuk tumbuh dewasa. Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50
81

tahun untuk dapat melakukan perkawinan. Selama masa kawin, penyu laut
jantan menarik perhatian betinanya dengan menggosok-gosokkan
kepalanya atau menggigit leher sang betina. Sang jantan kemudian
mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang cangkang si betina. Kemudian ia
melipat ekornya yang panjang ke bawah cangkang betina. Beberapa jantan
dapat saling berkompetisi untuk merebut perhatian si betina.
Hanya penyu laut betina yang pergi ke pantai untuk bersarang dan
menetaskan telurnya. Penyu laut jantan jarang sekali kembali ke pantai
setelah mereka menetas. Penyu laut pergi untuk menetaskan telurnya ke
pantai dimana mereka dulu dilahirkan.

4.2.9. Kondisi Cuaca di Teluk Awur

Praktikum zoologi laut dilaksanakan di Pantai Teluk Awur Jepara.


Kondisi cuaca sangat mempengaruhi kegiatan praktikum lapangan, karena jika
cuaca tidak mendukung akan mempersulit praktikum lapangan ini. Kondisi cuaca
pada saat pengambilan sampel yaitu sangat cerah, sehingga pengamatan yang
dilakukan di lapangan berjalan dengan baik, dengan melakukan pengamatan dari
permukaan laut dapat terlihat jelas tanpa harus menyelam kedalam karena
perairan laut tidak keruh. Sehingga pengambilan sampel lebih mudah dan sampel
yang didapat lumayan banyak dan bervariasi. Ombak yang tidak terlalu besar
memudahkan pengambilan sampel yang dilakukan hingga 200 meter dari tepi
pantai. Perbedaan suhu didaerah Dermaga dan didaerah Mecok disebabkan karna
perbedaan waktu pengambilan sampel. Tetapi perbedaan suhu di kedua tempat
tersebut masih dalam kisaran layak yang menyebabkan tidak terganggunya
aktivitas biota laut tersebut dan jika suhu melampaui batas maka dapat
mempengaruhi aktivitas dari oragnisme dan suhu di permukaan daerah sangat
berpengaruh terhadap kondisi cuaca pada suatu daerah tersebut (Ruswahyuni,
2010).

4.2.10. Faktor Yang Mempengaruhi Tiap Stasiun

Dari praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa faktor yang


mempengaruhi praktikum pada tiap stasiun yang diantaranya adalah terlalu
82

seringnya para praktikan bergerak pada saat pengambilan sample ini jelas
mempengaruhi stasiun tersebut dmana praktikan sering bergerak sehingga
mengakibatkan air pada perairan tersebut menjadi keruh dan mengakibatkan
pengambilan sample lebih sulit. Faktor lain adalah terlalu sedikitanya biota yang
dicari untuk dijumpai, faktor ini terjadi karena kualitas perairan atau baku mutu
perairan pada stasiun tersebut cukup buruk sehingga biota-biota yang dicari
menjadi sulit untuk ditemui. Keterbatasan alat, dimana ada alat-alat yang
dibutuhkan namun tidak ada atau tidak tersedianya alat tersebut dalam stasiun dan
mengakibatkan pengambilan sample atau biota menjadi terhambat. Adanya biota-
biota pada perairan tersebut yang menganggu berlangsungnya pengambilan
sample antara lain ubur-ubur, ular, nyamuk, kepiting. Hewan atau biota tersebut
jelas sangat mempengaruhi berlangsungnya pengambilan sample pada tiap stasiun
antara lain ketika terkena sengatan ubur-ubur praktikan akan sangat terganggu
dalam pengambilan sample, ular yang dijumpai pada stasiun pengambilan filum
gastropoda sangat mempengaruhi berlangsungnya pengambilan sample dimana
ketika praktikan berjumpa dengan ular dengan sentak para praktikan menjadi
takut dan menjauh dari stasiun tersebut dan mengakibatkan sample yang akan
diambil menjadi lari.
83

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut :

1. Mahasiswa telah melakukan identifikasi vertebrata laut yang berupa ikan


dan tukik. Identifikasi meliputi morfologi dan telah ditentukan spesies dari
vertebrata tersebut dengan klasifikasi yang tertera pada bagian hasil.
2. Mahasiswa telah melakukan identifikasi avertebrata secara morfologi.
Avertebrata yang telah diidentifikasi berasal dari filum annelida,
echinodermata, molusca, porifera, arthopoda, cnidaria. Klasifikasi dari
spesies setiap filum tertera pada bagian hasil

5.2. Saran

Pada praktkum ini masih banyak kesalahan yang terjadi dan masih jauh
dari yang diharapkan. Beberapa saran yang dapat kami sarankan untuk praktikum
selanjutnya :

1. Praktikum harus lebih disiplin agar tidak membuang-buang waktu


2. Kondisi ruangan laboratorium untuk dapat lebih dikondisikan
3. Penyampaian materi dari praktikum dibuat lebih mudah dimengerti dan
tidak bertele-tele
84

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 1992. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Allen, G. R. ; R. Steene & M. Allen. 1998. A Guide to Angelfishes &
Buterflyfishes. Odyssey Publishing/Tropical Reef Research.
Aslan, dkk., 2007. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Bakus, G. J. in: O. A. Jones & R. Endean (eds.), Biology and Geology of Coral
Reef, vol. 2, Academic Press, New York, 1973, p. 325.
Birkeland, C. in: M. Jangoux & J.M. Lawrence, (eds.), Echinoderms Studies, vol.
3, A. A. Balkema, Rotterdam, Netherland, 1989, p. 79.
Brotowidjoyo. 1995. Zoologi. penebar Swadaya : Surabaya
Brotowidjojo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga : Jakarta
Campbell, A. Neil, et al. 2004. Biology Edisi Kelima Jilid Kedua. Erlangga,
Jakarta.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Djambatan. Jakarta. 2009. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.
Djambatan. Jakarta
Glasby, C.J., P.A. Hutching, K. Fauchald, H. Paxton, G.W. Rouse, C.W. Russel,
R.S. Wilson. 2000. Class Polychaetes. In Polychaetes and allies: the
Southern synthesis. Fauna of Australia. Polychaeta,
Myzostomida,Pogonophora, Echiura, Sipuncula. CSIRO: Melbourne.
Hegner Robert W. & Engemann, Joseph G. 1968. Invertebrate Zoology. The
Macmillan Company. New York.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya : Surabaya
Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematik Hewan (Avertebrata dan Vertebrata) untuk
universitas. Sinar Jaya. Surabaya.
Johan, Lars Hansson. 1997. Effect of temperature on growth rate of Aurelia aurita
(Cnidaria, Scyphozoa) from Gullmarsfjorden, Sweden. Marine Ecology
Progress Series, Vol. 161, No. 145-153: 1997
85

Krebs, C.J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and


Abundance. Ed. New York: Harper and Row Publishers
Lythgoe, J., and G. Lythgoe. 1992. Fishes of The Sea; The North Atlantic and
Mediterranean.The MIT Press. Cambridge, Massachusetts.
March.2004. Panduan Dasar Untuk Pengenalan Ikan Karang Secara Visual
Indonesia.Indonesia Coral Reef Foundation (Terangi). Jakarta
Muliyanti. 2009. Laporan Zoologi Invertebrata. www.Muliyanti’s.blogspot.com
Diakses pada tanggal 5 Juni 2015
Nelson, J.S. 2006.Fishes of The World. John and Wiley and Sons, Inc. Canad
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia,
Jakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga .Gajah mada University
Press. Jogjakarta. H.
Pachenik, Jan A. 2005.Biology Of The Invertebrates: Fifth Edition.McGraw Hill:
New York
Panjaitan,et al.2012.Hubungan Perubahan Garis Pantai Terhadap Habitat Bertelur
Penyu Hijau (Chelonia mydas) Di Pantai Pangumbahan Ujung
Genteng,Kabupaten Sukabumi. Jurnal Perikanan dan Kelautan.Vol 3.No 3
Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. 2012. FKIP UNPAR
Radiopoetro. 1986. Zoologi.Erlangga : Jakarta.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 1999. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang
Laut. Puslitbang Oseanologi - LIPI. Jakarta: 116 hal.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Alfabeta: Bandung
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.
Sorokin, Y. I., 1993. Coral Reef Ecology.Spinger-Verlag, Berlin, Heidelberg.
Sugiarti S. 1998. Avertebrata Air. IPB, Bogor.
Wilhm, J.L., and T.C. Doris.1986. Biologycal Parameter for water quality
Criteria.Bio. Science: 18.
86

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ZOOLOGI LAUT

Disusun Oleh :

Kelompok I

DEVI ANNISA 26020214120006


ADE RAMADANTA B. U. 26020214120008
TEGAR WINDUADI 26020214120017
VIRGINIA STEPHANIE C 26020214120022
PASHA HAKIM P 26020214120024
SUMITRO SIMANGUNSONG 26020214120037
FAUZAN HAMDILLAH 26020214120039
AULIA SEPTINE H 26020214120040
AINIATU SA’DIYAH 26020214120042
DIAN ITSNANI GHINA P 26020214120043
RENDHY PRATAMA PUTRI 26020211140087

PROGAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
87

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai