I. PENDAHULUAN
sampling di laut merupakan hal yang sangat ingin dilakukan mahasiswa oleh
sebab itu, praktikum ini dilakukan langsung di lapangan.
2.1. Avertebrata
2.1.1. Annelida
Menurut Campbell (2004), menyatakan bahwa Annelida berarti “cincin
kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan serangkaian cincin yang menyatu
merupakan ciri khas cacing filum Annelida. Terdapat sekitar 15.000 spesies filum
annelida ini, yang panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai 3 mm
pada cacing tanah raksasa Australia. Anggota filum ini hidup di laut dan sebagian
besar habitat air tawar, dan tanah lembab. Selom pada filum ini terpasrtisi oleh
septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah longitudinal dan tali saraf
menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh hewan itu (pembuluh utama
memiliki cabang bersegmen). Filum ini juga memiliki sistem pencernaan dimana
memiliki beberapa daerah khusus:faring,esophagus,tembolok,rempela dan usus
halus. Sistem sirkulasi tertutup terdiri atas suatu jaringan pembuluh yang
mengandung darah dengan hemoglobin pembawa oksigen. Pembuluh dorsal dan
ventral dihubungkan oleh bebrapa pasang pembuluh segmental. Pembuluh dorsal
dan lima pasangan pembuluh yang melingkari esophagus anelida adalah
pembuluh berotot dan memompa darah melalui sistem sirkulasi. Pembuluh darah
kecil sangat banyak pada kulit dan berfungsi sebagai organ pernafasannya.
Beberapa hewan anelida akuatik berenang untuk mencari makan, tetapi
sebagian besar tinggal di dasar dan bersarang didalam pasir dan endapan lumpur,
tentunya merupakan pembentuk sarang dalam lubang. Filum anelida ini dibagi
menjadi 3 kelas yaitu Oligochaeta, Polychaeta dan Hirudinea.(Campbell,2004)
2.1.2. Arthropoda
Arthropoda merupakan phylum terbesar dalam kerajaan animalia. Dari
sekitar 1.250.000 spesies hewan yang telah dikenal dan dideskripsikan, 1.000.000
diantaranya adalah arthropoda. Dengan demikian, phylum ini mencakup sekitar
80% dari semua jenis hewan yang telah dikenal saat ini. Ini menggambarkan
bahwa phylum ini merupakan kelompok hewan paling berhasil menghuni planet
bumi. Sebagai hasil dari adaptasi yang tinggi, artropoda telah menyebar ke
seluruh bagian bumi, baik daratan maupun perairan, yang suhunya diatas titik
5
hidupnya. Tubuh berbentuk silindris, bagian proximal melekat dan bagian distal
mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. Polip yang membentuk koloni
memiliki beberapa macam bentuk (polimorfisme). Misalnya : polip untuk
pembiakan yang menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip untuk makan yakni
gastrozoid.Medusa adalah bentuk ubur-ubur seperti payung/parasut atau seperti
lonceng yang dapat berenang bebas (Pachenik,2005)
2.1.4. Echinodermata
Menurut Brotowidjojo (1989) yang menyatakan bahwa Echinodermata
adalah binatang berkulit duri yang hidup di wilayah laut dengan jumlah lengan
lima buah bersimetris tubuh sismatis radial. Beberapa organ tubuh echinodermata
sudh berkembang dengan baik . Misalnya teripang teripang, ketimun laut, bulu
babi, bintang ular, dolar pasir, bintang laut, dan lilia laut. Hewan ehinodermata
adalah komponen komunitas bentik di lamun yang lebih menarik dan lebih
memilki nilai ekonomis. Lima kelas echinodermata ditemukan pada ekosistem
lamun di Indonesia. Dibawa ini urutan echinodermata bernilai secara ekonomis :
1. Holothuroida (Timun laut atau teripang);
2. Echinoidea (Bulu babi);
3. Asteroidea (Bintang laut);
4. Ophiuroidea (bintang Ular) ;
5. Crinoidea (Bintang dolar)
Echinodermata besar lain seperti Protoreaster, Peintaceraster dan Culcita
spp. Cenderung pengurai dan pemakan segala dan tidak memakan lamun secara
langsung. Di Indonesia, sepanjang Indo- Pasifik, Echinoids, juga ditemukan di
padang lamun (Tripneustes gratilla, Diadema setosum dan yang Lainnya), agak
jarang dilingkungan terumbu karang. Sedangkan pada rataan terumbu karang di
daerah intertidal adalah bintang laut bertanduk Protoreaster nodosus dan Linckia
laevigata. P. nodosus secara frekuensi sangat melimpah di area yang populasi
timun lautnya sudah di eksploitasi secara berlebihan (Salabanka, Komodo)
(Jasin,1992).
7
2.1.5. Mollusca
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang
bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga
yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan
bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya
beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk
torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa.
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan
ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa
juga ada yang hidup sebagai parasite (Jasin,1992).
Reproduksi umumnya mollusca menguntungkan bagi manusia, namun ada
pula yang merugikan. Peran mollusca yang menguntungkan adalah sebagai
berikut -Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu Aemaeba sp.,
kerang Anadara sp., kerang hijau Mytilus viridis, Tridacna sp., sotong Sepia sp.
cumi-cumi (Loligo sp), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatina fulica).
Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera).Adapun yang
melatarbelakangi dilakuaknnya prakrikum ini adalah untuk mengamati morfologi
dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili mollusca serta mendeskripsikan
dan menyusun klasifikasinya (Rusyana,2011).
2.1.6. Porifera
Porifera berasal dari kata orous yang berarti pori-pori dan ferre yang
berarti membawa. Jadi, prifera adalah hewan yang memiliki pori. Porifera
merupakan filum hewan invertebrata yang bersel banyak ( multiseluler) yang
paling sederhana. Tidak memiliki jaringan atau organ yang sejati namun masing-
masing sel memperlihatkan kebebasannya sampai batatas-batas tertentu.
Umumnya hewan porifera dijumpai hidup dilaut , melekat pada substrat dan
hanya bergerak sedikit sekali. Hanya famili spongilidae yang hidup diair tawar
pada porifera yang hidup dilaut berkisar 10.000 species. Umumnya pada air
dangkal, namun dad pula pada bagian yang dalam ( Muliyanti, 2009 )
8
2.2. Vertebrata
2.2.1. Pisces
Menurut Campbell (2004) Pisces disebut hewan poikiloterm karena suhu
tubuh tidak tetap (berdarah dingin), yaitu terpengaruh suhu disekelilingnya. Ikan
bernafas dengan insang (operculum) dan dibantu oleh kulit, tubuh ditutupi oleh
sisik dan memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi berenang. Pada
ikan jantung terdiri atas satu serambi dan satu bilik, dan tubuh terdiri atas kepala
dan badan. Ikan berenang dengan bantuan sirip. Jumlah sirip pada berbagi jenis
ikan berbeda-beda.
Ikan dapat ditemukan di hampir semua perairan baik air tawar, air payau
maupun air asin dan juga pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan air
hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan air. Namun, danau yang terlalu
asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies
ikan dibudidayakan dan dipelihara untuk hiasan dalam akuarium, yang dikenal
sebagai ikan hias. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu
sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan.
Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena
hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1%
merupakan perairan tawar (Affandi,1992)
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan
kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang penyusunnya, kelas
pisces dibedakan atas Agnatha, Chonrichtyes, dan Osteichtyes. Ciri- ciri kelas
Agnatha adalah mulut tanpa rahang ( bentuk bulat ) ,tubuh gilig/ silindris tubuh
halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip
berpasangan, cekung hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial, dan insang
terletak dalam kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh
(Brotowidjoyo,1995).
2.2.2. Penyu
Penyu merupakan hewan reptile yang hamper seluruh masa hidupnya
berada didalam lautan. Penyu termasuk binatang ovipar, pembuahan telur
berlangsung didalam tubuh induknya. Dalam memilih pantai untuk tempat
bertelur, penyu dipengaruhi oleh beberapa factor lingkungan antara lain pasang
9
surut, penutupan vegetasi, lebar dan kemiringan pantai dan juga tipe pasir. Penyu
memiliki kemampuan untuk memproduksi telur dalam jumlah yang besar. Dari
ratusan butir telur yang dihasilkan, hanya belasan tukik yang berhasil sampai ke
laut kembali dan tumbuh dewasa (Panjaitan et al,2012).
Dari 7 jenis penyu yang ada didunia, 6 diantaranya hidup diperairan
Indonesia yaitu penyu belimbing(Dermochelys coriacea), Penyu Hijau(Chelonia
mydas), Penyu sisik(Eretmochelys imbricata), Penyu lekang(Lepidochelys
olivacea), Penyu tempayan(Caretta caretta) dan Penyu pipih(Natator depressus)
(Panjaitan et al,2012).
2.3. Morfologi
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.
Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan
diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar
organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang
kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan
air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama
pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis dan mengalami
proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian pada sebagian
besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi perubahan,
perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit (Jasin,1989).
Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air erat
kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya;
terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi)
hewan tersebut. Morfologi adalah bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan
dari luar. Oleh karena itu, untuk membuat suatu pengklasifikasian dibutuhkan
adanya pengamatan morfologi dari parameter yang sudah ditentukan, sehingga
dari parameter morfologi dapat dilakukan pengenalan dan pengklasifikasian
hewan vertebrata dan avertebrata (Brotowidjojo,1990).
10
2.4. Anatomi
Anatomi berasal dari bahasa Yunani anatomia, dari anatemnein yang berarti
memotong. Anatomi sendiri berarti cabang dari ilmu biologi yang berhubungan
dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup. Sedangkan menurut kamus
Besar Bahasa Indonesia, anatomi dapat diartikan sebagai ilmu yang melukiskan
letak dan hubungan bagian-bagian tubuh manusia, binatang, atau tumbuh-
tumbuhan. Anatomi hewan berarti penjelasan tentang struktur tubuh bagian dalam
hewan beserta organisasinya (Campbell,2004).
Dalam morfologi setiap kelas hewan vertebrata terdapat perbedaan satu sama
lain. Maka secara otomatis anatominya pula akan terjadi perbedaan baik bentuk,
lay out, maupun ukuran dari masing-masing bagiannya. Perbedaan itu akan
diketahui jika ddilakukan pembedahan terhadap jenis masing-masing kelas.
Kemudian dilanjutkan dengan pengamatan yang cermat dan teliti. Sehingga akan
dapat dilakukan perbandingan anatomi dari kelompok hewan vertebrata
(Bakus,1973).
Pada kelompok hewan tingkat tinggi sebagaimana hewan vertebrata, biasanya
memiliki anatomi tubuh yang lebih kompleks dan sempurna daripada hewan
invertebrate. Anatomi memiliki peran yang sangat urgen bagi semua jenis
makhluk hidup. Tanpa adanya struktur tubuh bagian dalam (anatomi), semua
makhluk hidup tidak akan dapat melangsungkan kehidupannya. Jika dianalogikan
dengan kegiatan industry, anatomi seperti mesin industry yang bertugas
menerima, mengolah, dann mengeluarkan berbagai zat yang telah selesai
dipergunakan oleh tubuh. Maka dari itu, guna menjalankan fungsinya sebagai
pendukung utama kehidupan suatu makhluk hidup, khususnya vertebrata, masing-
masing bagian anatomi melakukan koordinasi satu sama lain (Birkeland,1989).
2.5. Identifikasi
Indentifikasi atau “pengenalan” merupakan kegiatan untuk menetapkan
identitas (jati diri) suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain daripada
menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem
klasifikasi. Istilah identifikasi sering juga digunakan istilah determinasi
(Saanin,1968).
11
Teluk Awur adalah nama sebuah desa di ujung utara Jepara, Jawa Tengah
Indonesia. Terletak pada 110°38’8” BT dan 6°37’38” LS, pantainya berbatasan
langsung dengan Laut Jawa. Pantai Teluk Awur adalah pantai yang terletak
di Desa Telukawur, Tahunan 4 km dari pusat kota Jepara. Pantai ini ditandai oleh
banyaknya pohon mangrove yang berfungsi sebagai peneduh selain sebagai
penahan abrasi. Setiap tahun di pantai ini diadakan acara tradisional Pesta
Lomban. Berbeda dengan Pantai Kartini Jepara dan Pantai Tirto Samudra
Bandengan Jepara, Pantai Teluk Awur tidak memungut bayaran. Karena tidak
dikelola secara berbayar, maka fasilitas yang didapatkan pun sederhana
(Wikipedia).
12
3.1. Materi
Pada paktikum kali ini alat dan bahan yang digunakan antara laim tertera
pada tabel 1 berikut ini:
No Nama Fungsi
1. Gunting untuk memotong benda
2. Penggaris untuk mengukur panjang benda
3. alat tulis untuk menggambar dan menulis
4. Alcohol untuk mengawetkan
5. jarum pentul untuk menancapkan benda
6. buku gambar untuk menggambar
7. tissue pembersih untuk membersihkan alas dan benda
8. plastik zip lock untuk tempat sampel sementara
9. Pinset untuk mengambil sampel
10. Nampan untuk alas bahan
11. modul praktikum sebagai buku panduan
12. Loop alat bantu untuk mengamati
13. Cutter alat untuk memotong dan mengiris
14. kertas laminating sebagai alas
15. kamera untuk dokumentasi
16. sampel sebagai bahan uji
Pengambilan sampel untuk praktikum kali ini dibagi menjadi dua tempat,
yaitu stasiun Dermaga Teluk Awur dan stasiun MENCoK. Pengambilan sampel
untuk filum Cnidaria,Mollusca, Porifera dan Echinodermata dapat ditemukan
banyak di stasiun Dermaga. Pengambilan sampel dilakukan secara langsung
menggunakan peralatan skin dive. Sedangkan untuk filum Artopoda, Annelida,
diambil di estuari dekat stasiun mencok dan d stasiun mencok itu sendiri.
Pengambilan sampel dilakukan langsung di setiap stasiun. Setelah sampel didapat
kemudian sampel ditempatkan di wadah sementara yang telah tersedia berupa
plastic zip lock dan ember. Untuk sampel filum vertebrata yang berupa ikan dan
penyu telah tersedia di laboratorium karena keduanya tidak dimungkinkan untuk
diambil secara langsung. Setelah semua sampel didapatkan kemudian diletakan di
laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut.
S : 06o37’03,4 E : 110o38’21,1
16
Gambar
Ukuran :
Panjang : 12,2 cm
Lebar :
Gambar
Ukuran :
17
Panjang : 5 cm
Lebar :
Gambar
Ukuran :
Panjang : 10,5 cm
Lebar :
Gambar
Ukuran :
Panjang : 5,3 cm
Lebar :
18
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Eunicida
Family : Eunicedae
Genus : Eunice
Spesies : Eunice viridis
Keterangan:
1. Kepala
2. Mata
3. Tentakel
4. Usus
5. Parapodia
6. Anus
7. Septa
4.2.2. Arthopoda
4.2.2.1. Scylla paramamosain
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Brachyura
Family : Portunidae
Genus : Scylla
Species : Scylla paramamosain
maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapase tidak membentuk
sebuah rostrum yang panjang.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Brachyura
Family : Sesarmidae
Genus : Episesarma
Species : Episesarma sp.
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub-filum : Crustaceae
Kelas : Malacostraca
Sub-kelas : Eumalacostraca
Bangsa : Decapoda
Sub-bangsa : Dendrobranchiata
Keluarga : Penaeidae
Genus : Metapenaeus
Spesies : Metapenaeus monoceros Fab.
Keterangan :
1. Antennula 7. Antenna
2. Rostum 8. Peripodia
3. Mata 9. Plepodia
4. Thoraks 10. Uropodia
5. Abdomen 11. Telson
6. Scapocerix
23
Gambar: Bagian-bagian
Metapenaeus monoceros
(Sumber: Soegiarto, 2013)
Secara morfologi, Metapenaeus monoceros terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian kepala yang menyatu dengan dada (cephalothorax) dan
bagian badan (abdomen) yang terdapat ekor di belakangnya.
Metapenaeus monoceros memiliki tubuh yang beruas-ruas dan seluruh
bagian tubuhnya tertutup kulit kitin yang tebal dan keras.
Ciri-ciri umum
o Mempunyai rostrum panjang dan lurus
o Kaki jalan pertama dilengkapi dengan tonjolan duri yang kelihatan
sangan kecil. Eksopod pada kaki jalan kelima tidak ada.
o Abdomen kasar dan berambut
o Ujung kaki dan ekor berwarna kemerah-merahan, kecuali dua kaki
pertama yang berwarna putih
o Panjangnya dapat mencapai 18 cm
4.1.3.1 fungia sp
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Class : Anthozoa
Ordo : Madreporaria
Family : Fungiidae
Genus : Fungia
Spesiess : Fungia sp
panjang tubuh sekitar 7 – 10 cm, tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1
meter.
Ciri – Ciri :
1. Seperti jamur pada umumnya
2. Mulut menghadap ke atas
3. Terdapat septa pada tubuhnya
4. Berbentuk seperti mangkuk
5. Makanannya berupa detritus
Habitat atau tempat hidup Fungia sp yaitu di air laut hangat dan jernih dengan
meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat pada dasar laut.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Classis : Anthozoa
Ordo : Gorgonacea
Familia : Goniastreadae
Genus : Goniastrea
Spesies : Goniastrea pectinata
Ciri-ciri : hidup secara koloni dan biasa mempunyai bentuk seperti tumbuhan,
skeleton, sumbu berupa spicula kapur; polip pendek, ordo ini memiliki 1000
species. Mempunyai mulut yang bersambung dengan stomodeum, cakram oral
tipis atau pipih, dengan tentakel pendek.
4.1.4.1 Asteroidea
Klasifikasi
Kingdom :animalia
filum :echinodermata
kelas :asteroidea
genus :asteroidea
spesies :asteroidea sp
4.1.4.2 Ophiuroidea
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Ophiuroidea
Genus : Ophiuroidea
Spesies : Ophiuroidea brevispinum
Tubuh seperti bola cakral kecil dengan 5 buah lengan bulat panjang. Tiap-tiap
lengan terdiri atas ruas-ruas yang sama. Kelima tangan ini juga bisa digerak-
gerakkan sehingga menyerupai ular. Mulut dan madreporitnya terdapat di
permukaan oral. Pada masing-masing ruas terdapat 2 garis tempat melekatnya
osikula. Di bagian lateral terdapat duri, sedangkan pada bagian dorsal dan ventral
duri tidak ada. Pada bagian dalam dari ruas-ruas lengan sebagian besar terisi
osikula. Kaki tabung tanpa pengisap, dan tidak berfungsi sebagai alat gerak akan
tetapi bertindak sebagai alat sensoris dan membantu sistem respirasi. Mulut
terletak di pusat tubuh dan dikelilingi oleh lima kelompok lempeng kapur yang
berfungsi sebagai rahang. Hewan ini tidak mempunyai amburakal dan anus,
sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan
melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau dalam. Biasanya
bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di
lumpur/pasir. Bintang ular sangat aktif di malam hari. Makanannya adalah udang,
kerang atau serpihan organisme lain (sampah).
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Portamididae
Genus : Cerithidea
Spesies : Cerithidea cingulata
Ciri-ciri umum:
- Cangkang tinggi berbentuk kerucut
- panjang rata-rata adalah 35 mm - 45 mm
- Umumnya hidup di zona intertidal, terutama pantai berlumpur, pantai berpasir,
dan di hutan mangrove
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Portamididae
Genus : Cerithidea
Spesies : Cerithidea obtusa
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Famili : Neritidae
Genus : Neritida
Spesies : Neritida albicilla
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Potamididae
Genus : Telecopsium
Spesies : Telescopium telescopium
Ciri-ciri umum:
- Tubuhnya berbentuk kerucut dan panjang. Umumnya berwarna coklat keruh,
coklat kehitaman dan coklat keunguan
- Spesies ini memiliki panjang maksimum hingga 13 cm. Namun pada umumnya,
panjang cangkang berkisar antara 7.5 - 11 cm
- Spesies ini umumnya hidup di daerah terumbu karang dan merupakan jenis
hewan indopasifik yang mampu tinggal di daerah bakau tropis
33
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Veneridae
Genus : Gafrarium
Spesies : Gafrarium .sp
Ciri-ciri umum:
- Biasanya dimanfaatkan sebagai sebuah cindera mata atau hasil karya pajangan.
34
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Taxodonta
Family : Arcidae
Genus : Barbatia
Spesies : Barbatia .sp
Ukuran : Panjang = 4.5 cm
Tebal 1.7 cm
Susunan gigi pada spesies ini berengsel pendek dan berderet di tepi cangkang.
Dan ukuran kedua otot aduktornya sama.
Ciri - ciri:
- Habitatnya berada pada perairan lautnya, membenamkan diri di dalam pasir atau
bahkan lumpur di laut.
- Ukurannya yaitu 4.5 cm dengan tebal 1.7 cm
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Family : Tellinidae
Genus : Tellina
Spesies : Tellina remies
Bagian morfologi dan anatomi
Spesies ini dapat digolongkan kelas bivalvia karena memiliki cangkang yang
saling mengatup. Memiliki cangkang dengan panjang 3 cm. Tekstur di bagian
luarnya kasar sedangkan bagian dalamnya halus. Cangkang berwarna coklat
kuning keabu-abuan. Spesies inipun memiliki organ pencernaan, organ
pernapasan dan ekskresi seperti spesies-spesies kelas bivalvia lainnya.
Ciri-ciri :
36
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Hadromerida
Famili : Suberitidae
Genus : Aaptos
Spesies : Aaptos sp.
Ukuran : 14 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna hitam
2. Tekstur berbulu
3. Bentuk tidak beraturan
4.1.6.2. Spongia sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Dictyoceratida
Famili : Thorectidae
Genus : Spongia
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Dictyoceratida
Famili : Thorectidae
Genus : Hyrtios
Spesies : Hyrtios sp.
39
4.1.6.4. Spesies 1
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo :
Famili :
40
Genus :
Spesies : Spesies 1
Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:
4.1.6.5. Spesies 2
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo :
41
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 2
Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:
1. Epidermis tersusun dari sel pinakosit
2. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel
skeroblas, sel arkeosit
3. Memiliki oskulum besar
4. Memiliki ostium
5. Memiliki spongocoel
6. Pori-pori sesperti bunga
7. Tersusun dari spons, termasuk kelas Demospongia
8. Tipe saluran leukonoid
Ukuran : 7 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna hijau keabuan
2. Tekstur kasar
3. Bentuk tidak beraturan
4.
4.1.6.6. Spesies 3
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
42
Kelas : Demospongia
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 3
Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:
1. Epidermis tersusun dari sel pinakosit
2. Mesoglea tersusun dari sel koanosit, sel amoebosit, sel
skeroblas, sel arkeosit
3. Memiliki oskulum
4. Memiliki ostia yang berada disamping dengan jelas
5. Memiliki spongocoel
6. Tersusun dari spons, termasuk kelas Demospongia
7. Tipe saluran leukonoid
Ukuran : 4,2 cm
Ciri-ciri umum :
1. Berwarna coklat - kehitaman
2. Tekstur kasar dan seperti tulang rawan
3. Bentuk seperti tanaman
4.1.6.7. Spesies 4
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
43
Kelas : Demospongia
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies : Spesies 1
Bagian- bagian Morfologi dan anatomi:
4.1.7.1 Hippocampus sp
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
44
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Sygnathiformes
Family : Sygnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus sp
1
2
3
4
5
6
Keterangan:
8. Muncung
9. Sirip
10. Pectoralfin
11. Badan
12. Mata
Ukuran; panjang :
Lebar :
45
4.1.7.2. Pomacentridae sp
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentrinadae
Ukuran panjang:
Lebar:
Gambar anatomi dan morfologi
1
2
3
4
5
Keterangan:
1. Dorsal
2. Caudal
3. Pectoral
4. Ventral
5. Anal
Ciri-ciri umum:
4.1.8. Penyu
46
1
2
3
4
1
2
3
4
5
1. Kaki depan
2. Kaki belakang
3. Ekor
4. Plasenta
5. Karapaks
Ciri-ciri umum:
4.1.9.1. Suhu
4.1.9.2. Salinitas
Salinitas di Dermaga : 33 ‰
Salinitas di Mecok : 33 ‰
4.2. Pembahasan
4.2.1. Annelida
4.2.1.1. Polychaeta
Polychaeta (Yunani (Y): polys = banyak; chaite = bulu), yakni cacing laut
berbulu yang banyak terdapat di lingkungan pantai. Sejenis cacing polychaeta
digunakan untuk umpan makanan ikan, tidak hanya itu cacing polychaeta
digunakan sebagai makanan lezat (Romimohtarto, 2009).
A. Morfologi Polychaeta
Tubuh cacing Polychaeta tersusun atas bagian anterior yang terdiri dari
prostomium dan peristomium yang mempunyai atau tidak mempunyai parapodia
(achateous segment). Sejumlah segmen pada bagian badan pygidium terletak pada
ujung anterior. Setiap segmen mempunyai sepasang parapodia yang terdiri dari
ventral (neuropodial) dan dorsal (notopodial), kedua ciri ini mempunyai chaeta
yang didukung oleh acicula (Romimohtarto, 2001).
Polychaeta umumnya berukuran panjang 5-10 cm dengan diameter 2-10
mm. Pada tiap sisi lateral ruas tubuh polychaeta, kecuali kepala dan bagian ujung
posterior, biasanya terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae.
Parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih dan biramus, terdiri atas
notopodium dan neuropodium, masing-masing ditunjang oleh sebuah batang kitin
yang disebut acicula. Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan pada
neuropodium terdapat cirrus ventral. Pada prostomium terdapat mata, antena dan
palp. Sesudah prostomium mengalami modifikasi dengan adanya alat indera
seperti cirrus peristomium, prostomium dan peristomium dianggap sebagai
polychaeta (Aslan, dkk,. 2007).
49
Gerak polychaeta disebabkan oleh perpaduan gerak antara parapodia, otot dinding
tubuh dan cairan rongga tubuh. Polychaeta umumnya bernafas dengan insang,
tetapi bentuk dan letaknya berbeda-beda tergantung jenisnya. Meskipun
mempunyai insang, pertukaran gas melalui permukaan tubuh masih terjadi. Pada
umumnya insang berkaitan erat dengan parapodia atau merupakan modifikasi dari
sebagian parapodia, misalnya cirrus dorsal. Pada polychaeta dengan metamerik
hampir sempurna, tiap ruas mengandung insang kecuali ujung anterior dan
posterior. Pada cacing yang mengalami modifikasi, jumlah dan letak insang
terbatas pada ruang-ruang tertentu (Aslan, dkk,. 2007).
B. Anatomi
Menurut Romimohtarto (2001), terdapat ganglion serebral atau
supraesofageal atau disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala.
Ganglion supraesofageal dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah
saraf sirkumesofagal. Dari ganglion subesofageal, mengalir ke belakang sebatang
saraf ventral. Tiap segmen, batang saraf ventral membuat tonjolan sebagai segmen
ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral. Palpus dan tentakel
merupakan indera yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal, terdapat
mata sederhana 4 buah, terdiri dari kornea, lensa dan retina.
Alat indera yang utama bagi Polychaeta adalah mata, nuchal organ dan
statocyst. Hanya cacing jenis errantia yang mempunyai mata, kecuali Sabellidae.
Tetapi adakalanya jenis errantia yang juga tidak mempunyai mata. Letak mata
pada permukaan prostomium dan berjumlah 2-4 pasang. Ada yang sederhana dan
ada yang sudah berkembang dengan baik. Pada umumnya ialah bentuk retional
cup. Fungsi mata hanya sebagai pengenal cahaya. Kebanyakan Polychaeta bersifat
phototropic negatif (Romimohtarto, 2001).
C. Habitat
Polychaeta banyak ditemui di pantai, sangat banyak terdapat pada pantai
cadas, paparan lumpur dan sangat umum ditemui di pantai pasir. Beberapa jenis
hidup dibawah batu, dalam lubang lumpur dan yang lainnya lagi hidup dalam
tabung yang terbuat dari berbagai bahan. Meskipun mereka adalah hewan benthic,
tetapi beberapa jenis berenang bebas di dekat permukaan laut, terutama selama
musim memijah. (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
50
4.2.1.2. Oligochaeta
A. Morfologi
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) memiliki bentuk tubuh simetri
bilateral, panjang silindris, membulat didepan, menumpul dibagian
ekornya.Tubuh bersegmen-segmen, warna tubuh cacing berwarna coklat gelap,
permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta
dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat. Mulut terdapat di ujung
anterior, mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris. System ekskrasi cacing
tanah berupa nephridios pada setiap segmen terdapat sepasang. Pada cacing
terdapat clitellum yaitu satu bagian hal kelenjar yang ditebalkan dari tembok
tubuh di cacing tanah dan lintah, yang mengeluarkan satu kantung lekat-lekat
dimana telor adalah deposited. Ini hadir 2 sentimeter kesana-sini (0. 79 di) di
belakang di depan akhir dari tubuh (di sekitar ke-14, Segmen ke-15 dan ke-16).
Satu clitellum menjadi bagian dari sistem reproduktif dari clitellates, satu
bagian jenis dari annelids yang mengandung oligochaetes (cacing tanah). clitellum
adalah satu tebal, seperti pelana, cincin ditemukan pada epidermis (kulit) dari
cacing, biasanya dengan satu pigmen berwarna lembut. Untuk membentuk satu
kokon untuk telor ini, clitellum mengeluarkan satu zalir kental. Anggota tubuh ini
dipergunakan di reproduksi seksual dari beberapa annelids. clitellum menjadi
nyata pada matang annelids tapi susah untuk menempatkan terlihat pada annelids
51
lebih muda. Di lintah, ini tampak musiman. Warna ini biasanya korek api sedikit
dibandingkan tersebut tubuh dari annelid. Adakalanya, segmen hidup dari cacing
akan ditumpahkan dengan clitellum.
B. Anatomi
Dinding tubuh cacing tanah (Lumbricus terresteris) mempunyai 2 lapis
otot, yaitu circulare dan longitudinal, mulut cacing terletak di dalam rongga oris.
Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, system sirkulasi cacing tanah,
dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebu plasma, dan sel-sel darah
atau korpuskula. System ekskresi cacing tanah berupa nephridia. Pada setiap
segmen tubuh terdapat sepasang, system saraf cacing tanah, terletak di sebelah
dorsal pharynx di salam segmen yang ke-3 dan terdiri ganglion ceberal, yang
tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan commisura, berkas saraf ventralis
dengan cabang-cabangnya. Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada
kulit tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar .
Bagian mulut cacing disebut juga prostomium. Funsi dari prostomium
adalah untuk makan dan menghancurkan seresah. Bagian atas cacing atau disebut
sebagai peristomium adalah bagian ujung depan cacing sampai batas lambung
cacing. Fungsi dari peristomium adalah untuk membuat lubang pada tanah.
Bagian cacing yang menebal disebut clitellum. Clitellum adalah batas bagian
depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari clitellum adalah untuk
memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan
pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian belakang cacing yang dekat
dengan anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan
cast atau kotoran. Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang membantu
pergerakan cacing dalam tanah.
Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang
memanjang sehingga berupa tangga tali. Alat eksresi disebut nephridium. Alat
pencernaan makanan sempurna mulai dari mulut, saluran pencernaan dan anus.
Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus berada di
ujung belakang. Respirasi dengan menggunakan epidermis pada seluruh
permukaan tubuh dan berlangsung secara difusi. Sistem peredaran darah tertutup.
Hewan ini bersifat hermafrodit dan memiliki klitelum sebagai alat kopulasi.
52
Tempat hidup air tawar, air laut dan darat. Sebagian ada yang bersifat parasit
(merugikan karena menempel pada inangnya). (Subler et al, 1998).
C. Sistem Reproduksi
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) bersifat hermaprodit. Sepasang
ovarium menghasilkan oval, dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua
oviductnya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan infudibulumnya bersilia.
Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di
dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam
suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis. Ductus
spermaticus mulai dari testis bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posterior
sampai segmen ke-15, dan pada segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.
Spermatozoa yang telah meninggalkan testis, akan masuk ke dalam
vesicular seminalis dan selanjutnya tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing
tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-
segmen 9 dan 10; 10 dan 11, terdapat receptaculum seminalis, yang merupakan
tempat penampung spermatozoa dari cacing lain.
D. Sistem Pencernaan
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) sudah mempunyai alat pencernaan
makanan, mereka mencerna makanannya secara ekstraseluler. Sistem pencernaan
annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus,
dan anus. Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus
berada di ujung belakang.
E. Sistem Eksresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia,
nefrostom, dan nefrotor. Nefridia (tunggal – nefridium) merupakan organ ekskresi
yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.
Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat
sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Nefridia = organ dalam segmen
yang mengumpulkan sisa-sisa cairan & keluar melalui nephridiofor.
F. Sistem Saraf dan Indera
Sistem saraf cacing tanah (Lumbricus terresteris) adalah sistem saraf
tangga tali. Terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang
53
memanjang sehingga berupa tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring
pada anterior. Susunan syaraf terdiri atas anterior, dorsal ganglionic mass, disebut
otak. Atau sebuah benang syaraf yang panjang dengan ganglionic swelling dan
syaraf lateral pada tiap ruas. Cincin ganglia dihubungkan oleh tali saraf ventral
Ganglia = seperti kantong yang merupakan pembesaran dari jaringan saraf,
membentuk “otak”. Tali saraf = sel-sel yang memanjang tubuh & mengandung
impuls-impuls saraf.
G. Sistem Peredaran Darah / Sirkulasi
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) ini sudah memiliki pembuluh darah
sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung
hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari
esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Lengkung aorta: lima
tabung seperti jantung yang memompa darah ke dalam dua tabung utama
sepanjang tubuh. Darah: subtansi cair yang mengedarkan makanan & membawa
sisa-sisa makanan.
H. Sistem pernafasan
Cacing bernapas melalui kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap
lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang
sangat dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh hemoglobin
dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering,
cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya
matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit mereka
kering. Cacing tanah adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm), mereka tidak
mampu menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.
4.2.1.3. Hirudineae
sehingga 5.5 gm darah. Kuantiti darah tersebut sudah cukup bagi lintah untuk
bertahan selama 6 bulan. Pada air liur lintah terdapat sekurang-kurangnya 15 jenis
zat aktif. Di antaranya ialah sejenis zat yang sama seperti yang terkandung di
dalam putih telur.Zat aktif yang terdapat dalam air liur lintah diantaranya Hirudin,
Hyaluronidase, Pseudohirudin, Destabilase, Apyrase, Bdellines, Eglines,
Kininases, Histamine, Collagenase, Prostanoids, lintah, Proteases, Lipolytic
enzymes.
Ciri- ciri Lintah (Hirudinea)
Panjang tubuh mencapai 5 cm
Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula
Tubuh relatif pipih
Tubuh terdiri dari 34 segmen
Tidak mempunyai parapodia dan setae
Mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior maupun posterior
Bersifat hermafrodit
Hewan ini berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun sungai.
Hewan ini tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.
Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah, bagian terbesar di
antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya
dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria
ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-
segmen ujung anterior (biasanya kecil) dan posterior (lebih besar) termodifikasi
manjadi alat penghisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Jumlah
segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan cincin sekunder di luarnya (annuli)
menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitteum dibentuk segmen-segmen
IX,X atau XI.
a) Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus.
Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior, mulut,
55
4.2.2. Arthopoda
4.2.2.1. Scylla paramamosain
Scylla paramamosain disebut juga Green Mud Crab. Ukuran
minimum karapas Scylla paramamosain dewasa yaitu dengan lebar 150
mm (15 cm) (Taylor, 1984). Scylla paramamosain hanya tersebar di
perairan tropis yang salinitasnuya tergolong payau atau hutan bakau
karena ekosistemnya sangat mendukung pertumbuhan hutan bakau. Scylla
paramamosain hidupnya dari peraitran pantai ke perairan laut, kemudian
induk dan anaknya berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai
atau daerah hutan mangrove untuk berlindung dan mencari makan (Kordi,
1997). Scylla paramamosain yang telah siap melakukan perkawinan akan
memasuki perairan atau tambak. Setelah perkawinan berlangsung, secara
perlahan-lahan ki perairan atau tambak. Setelah perkawinan berlangsung,
secara perlahan-lahan Scylla paramamosain betina akan berpindah dari
perairan bakau atau tambak ke tepi pantai dan selanjutnya ke tengah laut
untuk melakukan pemijahan (Kasry, 1991) sedangkan kepiting jantan akan
tetap berada di perairan bakau yang pakannya berlimpah (Ariola, 1990)
Kepiting bakau atau Scylla paramamosain dewasa bersifat
pemakan segala dan pemakan bangkai (omnivorus – scavenger) dan
pemakan sesama jenis (cannibal) (Ariola, 1990), sedangkan larva Scylla
paramamosain pada masa awal hanya memakan plankton (Soim, 1994).
Scylla paramamosain aktif mencari makan pada malam hari (noktunal)
(Walton, 2006). Pada hutan mangrove, Scylla paramamosain dewasa juga
pemakan organisme bentos dan organisme yang bergerak lambat seperti
bivalvia, kepiting kecil, cacing dan jenis crustacea lainnya. Makanan yang
diperoleh dihancurkan dengan menggunakan capit, kemudian baru
dimakan. (Prianto, 2007). Larva Scylla paramamosain memakan jenis
organisme seperti diatom, larva echinodermata, mollusca, dan cacing.
(Syahidah dan Rusdi, 2003).
Siklus hidup Scylla paramamosain setelah telurnya menetas maka
masuk pada stadia larva yang mengalami beberapa fase, diantaranya fase
zoea 1 yang berganti kulit (moulting) sebanyak 5 kali sampai zoea 5
57
Udang ini kulitnya tebal dan kasar, berwana merah muda agak
kekuningan. Nama dagangnya adalah Pink Shrimp, ada yang berwarna
kuning kehijuan disebut yellow White Shrimp (Rahayu, 2013).
4.2.3.1. Fungia sp
Dalam praktikum ini, salah satu spesies yang diamati yaitu Fungia sp,
dimana Fungia sp dapat dilihat dari segi morfologi, anatomi, fisiologi serta hal-
hal lainnya. Dari segi morfologi Fungia sp merupakan karang yang berbentuk
seperti jamur. Tubuh Fungia sp terdapat skeleton yang dibuat oleh epidermis
(ektoderm) dari CaCO3 dan bentuknya seperti mangkuk. Untuk ukurantubuhnya
kami tidak mengukur secara jeli dikarenakan beberapa praktikan mulai tidak
focus. Bila berdasarkan data yang di temukan ukuran tubuh yang di miliki oleh
fungia sp ini 7 – 10 cm, tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1 meter.
Tubuh fungia sp terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu bagian cakram pedal atau
bagian kaki, bagian kolumna atau skapus atau bagian batang tubuh dan bagian
cakram oral atau kapikulum. Antara bagian cakram pedal dengan bagian skapus
dihubungkan oleh bagian yang disebut limbus. Sedang antara skapus dengan
bagian cakram oral dihubungkan oleh bagian yang disebut collar. Fungia sp
biasanya berkoloni dan berkembang ke samping
Fungia sp memiliki gastrovaseculer yang dimulai dengan mulut, mulut
dihubungkan dengan colenteron oleh suatu saluran yang berbentuk seperti tabung
yang disebut stomodeum. Saluran stomodeum itu disepanjang sisanya dilengkapi
alur cincin yang bersilia disebut siphonoglyph. Dinding rongga anteron
mengadakan pelipatan secara konsentris yang biasa disebut septa. Rongga
coelenteron dibagi menjadi bersekat-sekat oleh enam buah septa atau mesentris
sehingga terbentuklah enam ruang. Epitelium yang melapisi stomodeum berasal
dari ektoderm. Infundibulum serta saluran-saluran lain dilapisi oleh gastrodermis.
Batas antara ektoderm dan endoderm ialah pada batas stomodeum dan
infundibulum. Letak mulut pada Fungia sp tidak langsung berhubungan
kerongkongan sebelah dalam. Gonadnya berasal dari lapisan gastrodermal.
59
Bentuk fisiologi yang dimiliki oleh Fungia sp yaitu terdiri dari sistem
reproduksi dimana Spermatozoa pada jantan dipancarkan masuk kedalam air lalu
berenang – renang mencari tubuh betina. Reproduksi secara aseksual dilakukan
dengan cara bertunas. Dalam hal pernapasan baik pemasukan O2 maupun keluar
Co2 berlangsumg secara difusi osmosis secara langsung melalui semua
permukaan tubunya. Dalam proses pencernaan yaitu dilakukan secara
ekstraseluler dan intraseluler. Fungia sp tidak memilki alat eksresi khusus.
Habitat atau tempat hidup Fungia sp yaitu di air laut hangat dan jernih
dengan meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat pada dasar laut.fungia sp
hidup seacara berkoloni , fungia sp juga bisa di temukan dilaut dangkal atau zona
neritic ,terdapat di kedalaman laut sekitar 50 meter. Fungia sp memiliki peranan
atau manfaat yang sangat penting diantaranya yaitu sebagai tempat hidupnya ikan-
ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan
baronang, ikan ekor kuning, dan lain-lain. Sebagai “benteng” pelindung pantai
dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut, sehingga
manusia dapat hidup di daerah dekat pantai, sebagai tempat untuk wisata
Bintang laut merupakan hewan simetri radial dan umumnya memiliki lima
atau lebih lengan. Beberapa lengan (5 atau dikalikan dengan 5) memancar dari
badan pusat. Ada beberapa bintang laut yang memiliki 6 atau 7 senjata, untuk
luzonicus Echinmaster atau Prototeaster, beberapa bahkan lebih seperti bintang
laut Peri-bersenjata (Coscinaterias calamania). Lain biasanya memiliki 5 lengan
namun sekarang memiliki lengan lebih, karena setelah cedera lengan dan tumbuh
dibagi menjadi dua lengan. Ekologi dan berbagai bintang. Bintang laut ini hidup
dimana-mana di terumbu karang dan pasir atau batu.
Bintang laut memiliki lengan dengan jumlah yang beragam. Tetapi
kebanyakan jumlah lengannya antara 14 sampai 17 batang. Diameter terbesar
mencapai 60 cm. Permukaan aboral ditutupi oleh duri-duri, sehingga hewan ini
dinamakan mahkota duri atau duri seribu. Spesimen berukuran diameter 30 cm
mempunyai duri-duri kuat rata-rata panjangnya 2 cm. Kulit yang melapisi duri-
duri tersebut mengandung bahan berbisa dan jika hewan ini terinjak kaki telanjang
dapat menyebabkan sakit sekali dan bahkan menyebabkan muntah-muntah. Warna
tubuh bintang laut ini menarik, biasanya ujung duri berwarna kemerahmerahan
atau oranye sedangkan permukaan lengan berwarna abu-abu kebiru biruan. Jika
hewan ini berada ditengah-tengah karang hidup bersamabiota lain yang berada di
sekitarnya, orang-orang yang tidak biasa mengamatinya susah untuk
menemukannya karena warna bulu seribu tersebut berbaur dengan warna
lingkungan sekitarnya.
61
sebagian telah dicerna kemudian diserap melalui perut. Proses makan ini terjadi
beberapa jam. Kaki tabung tidak ikut berperan dalam proses ini. Bintang laut ini
makan semua jenis karang hermatipik (hermatypic corals) , walaupun kadang-
kadang diketahui mereka juga memakan hewan Alcyonaria , dan bahkan juga sisa
otot pengikat kima yang sudah mati. Sedangkan sebab kematian kima ini tidak
diketahui. Sebaran: Habitat bintang laut ini adalah di terumbu karang, terutama di
lereng terumbu pada kedalaman 2 sampai 6 m. Ada yang ditemukan di paparan
terumbu yang terbuka pada saat air surut dan ada yang ditemukan di terumbu
karang hidup pada kedalaman 33 m. Di Great Barrier Reef, Australia, hewan ini
dijumpai di semua kedalaman yang tidakmelebihi 60 m.
Peranan Bintang laut
Bintang laut yang tersedia di bumi nusantara ini ternyata bisa digunakan
untuk mengobati sakit asma.Demikian hasil riset ilmnuwan dilondon yang bisa
menjadi referensi bagi kita. Penyakit asma selama ini diketahui belum ada obat
yang bisa menyembuhkannya, begitu pula dengan radang sendi atau arthritis. Tapi
studi terbaru dari ilmuwan kelautan menunjukkan bahwa bintang laut bisa
menjadi obat untuk penderita asma dan radang sendi.
Sebuah tim peneliti dari Scottish Association for Marine Science telah
mempelajari substansi atau bahan berlendir yang melapisi tubuh bintang laut
berduri.Peneliti menemukan bahwa bahan licin pada bintang laut lebih baik dari
Teflon untuk menghentikan puing-puing menempel pada tubuh bintang laut,
sehingga bisa menjaga kebersihannya.
Dan peneliti percaya bahwa bahan tidak lengket ini dapat dijadikan senjata
baru yang penting untuk mengobati penyakit inflamasi atau peradangan seperti
asma dan radang sendi.Penyakit peradangan seperti asma dan radang sendi
merupakan kondisi yang terjadi ketika respon alami tubuh terhadap infeksi
dipercepat diluar kendali.
Hal ini membuat sel darah putih (leukosit) yang bertugas memerangi
infeksi mulai menumpuk di pembuluh darah dan menempel pada sisi-sisinya,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
63
Lendir bintang laut dapat digunakan untuk melapisi pembuluh darah yang
akan membiarkan sel darah putih mengalir dengan mudah, sel-sel darah putih
harus tetap mengalir pada pembuluh darah. Jadi tim peneliti mulai mempelajari
bagaimana lendir bintang laut dapat mengatasi hal ini dan mencegah terjadinya
peradangan pada tubuh manusia.
Ini dapat mengurangi jumlah obat yang harus diminum pasien asma dan
radang sendi, yang sering memiliki efek samping yang tidak diinginkan, bintang
laut sangat efektif dan telah banyak membantu pengobatan manusia Hewan-
hewan yang hidup bersimbiosis dengan karang dapat membantu karang
mempertahankan diri dari pemangsaan A. planci. Sebagian besar karang
bercabang mempunyai simbion (rekan simbiosis), terutama pada famili
Acroporidae dan Pocilloporidae. Simbion karang tersebut meliputi ikan gobi,
udang-udangan, dan kepiting. Pratchet (2001) menggunakan eksperimen untuk
menentukan simbion mana yang paling membantu karang dalam menghadapi
pemangsaan A. planci pada enam spesies karang. Dia melaporkan bahwa diantara
keenam karang tersebut A. planci paling banyak memangsa Acropora gemmifera.
Ketika simbion karang dihilangkan, A. planci tidak mempunyai preferensi jenis
karang di dalam pemangsaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kehadiran
simbion mempengaruhi preferensi pemangsaan A. planci. Diantara simbion
karang yang diuji, kepiting Trapezia terbukti sangat penting untuk melawan
pemangsaan A. planci. Hingga saat ini, belum ada pesaing (competitor) A. planci
dalam memangsa karang. Pemangsa karang lain yang ganas adalah siput Drupella
spp. (Muricidae). Tetapi kedua pembunuh utama karang tersebut belum pernah
dilaporkan melakukan pemangsaan massal yang besar secara bersama-sama.
Tubuh seperti bola cakral kecil dengan 5 buah lengan bulat panjang. Tiap-
tiap lengan terdiri atas ruas-ruas yang sama. Pada masing-masing ruas terdapat 2
garis tempat melekatnya osikula. Di bagian lateral terdapat duri, sedangkan pada
bagian dorsal dan ventral duri tidak ada.
Pada bagian dalam dari ruas-ruas lengan sebagian besar terisi osikula.
Kaki tabung tanpa pengisap, dan tidak berfungsi sebagai alat gerak akan tetapi
64
bertindak sebagai alat sensoris dan membantu sistem respirasi. Mulut terletak di
pusat tubuh dan dikelilingi oleh lima kelompok lempeng kapur yang berfungsi
sebagai rahang.
Alat pencernaan makanan terdapat di dalam bola cakram. Lambung bentuknya
seperti kantung. Organ respirasi terdiri dari lima pasang kantung bursae. Kantung
tersebut selain berfungsi sebagai organ respirasi juga berfungsi untuk menerima
saluran gonad. Sistem ambulakral sama dengan sistem ambulakral pada
Asteriodea, madreporit terletak didaerah permukaan dekat mulut. Jenis kelamin
terpisah, fertilisasi eksternal. Hasil pembuahan akan menghasilkan larva
mikroskopis yang disebut pluteus (memiliki lengan bersilia), kemudian akan
mengalami metamorfosis menjadi suatu bentuk seperti bintang laut dan akhirnya
menjadi bintang ular laut. Habitatnya di laut dangkal-dalam, bersembunyi di
bawah batu-batu karang atau rumput laut, mengubukan diri dalam lumpur atau
pasir, aktif pada malam hari.
Hewan ini berpindah tempat dengan gerakan yang mengular, memegang suatu
objek dengan satu lengan atau lebih, kemudian menghentakkannya. Tangannya
mudah putus, dan memiliki daya regenerasi tinggi.
Bagaimana jadinya jika di laut tidak ada hewan echinodemata seperti
bintang ular. Para ahli biologi membayangkan mungkin di laut akan menjadi
limbah raksasa yang penuh dengan benda berbau busuk.Laut bisa bersih seperti
sekarang ini antara lain merupakan jasa hewan Echinodermata. Hewan ini adalah
pemakan bangkai, sisa-sisa hewan, dan kotoran hewan laut lainnya.Oleh karena
itu hewan ini sering disebut sebagai hewan pembersih laut/pantai Hewan ini jenis
tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang.
Kelima tangan ini juga bisa digerak-gerakkan sehingga menyerupai ular.Mulut
dan madreporitnya terdapat di permukaan oral.Hewan ini tidak mempunyai
amburakal dan anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan
cara dimuntahkan melalui mulutnya.Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau
dalam.Biasanya bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur
diri di lumpur/pasir.Bintang ular sangat aktif di malam hari.Makanannya adalah
udang, kerang atau serpihan organisme lain (sampah).
65
4.2.5.4.Telescopium telescopium
Sistem saraf terdiri dari tiga ganglion, yaitu ganglion selebral yang
terletak disisi esofagus, ganglion pedal dibagian kaki dan ganglion visceral
pada bawah otot aduktor posterior. Dan coordinator dari setiap ganglion
menggunakan saraf penghubung. Pada mantel terdapat urat-urat yang
dapat merespon terhadap sentuhan halus atau rangsangan kimia.
69
4.1.6.1 Aaptos sp
4.2.6.2 Spongia sp
Kebanyakan reaksi yang terjadi berasal dari hasil reaksi dari sel individu dalam
menanggapi stimulus. Memiliki Regulasi isotonik atau Isoosmotik terhadap air
laut. Reproduksi hewan ini dilakukan secara aseksual maupun seksual. Umumnya,
spons menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga
porifera bersifat Hemafrodit. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan
pembentukan tunas dan gemmule. Reproduksi secara seksual dilakukan dengan
pembuahan sel telur suatu porifera oleh sel sprema porifera yang lain secara
internal. Spongia sp banyak ditemukan di perairan laut yang kedalamannya
mencapai 50 meter dari dasar laut. Sudah sejak zaman dahulu orang menggunakan
spongia (bunga karang) untuk membersihkan badan, untuk menyuci barang dan
sebagainya.
4.2.6.3 Hyrtios sp
Hyrtios sp memiliki tubuh berpori dan permukaan yang keras seperti batu.
Selain itu, Hyrtios sp. juga menyerap oksigen dari air melalui proses difusi.
Hyrtios sp. dapat ditemukan di kedalaman 7 meter. Hyrtios sp memiliki struktural
produk alam yang unik, termasuk sesterterpenes, scalarane, tritrpen asiklik,
alkaloid indol, dan makrolida selain steroid. Banyak dari senyawa ini yang
menarik dalam kegiatan biologisnya. (Longeon, 2011)
Hyrtios sp. dapat digunakan sebagai obat anti kanker. Hyrtios sp.
merupakan spons laut alami yang bisa menjadi solusi untuk pengobatan kanker.
Spons Hyrtios sp menghasilkan spongistatins yang merupakan metabolit yang
paling penting dari spons ini. Senyawa spongistatins merupakan senyawa anti
kanker yang sangat kuat. Spons Hyrtios sp telah terbukti menjadi sumber yang
kaya metabolit sekonder yang beragam, termasuk sesterterpenes (2,6),
seskuiterpen (7,9), makroloid (10,11), indol dan β - carbolite alkaloid (12 – 16).
Indol memiliki aktivitas biologis yang berbeda termasuk anti kanker, antibiotik,
anti – inflamasi dan antioksidan. Tiga alkaloid baru, hyrtioerectines D – F (1 – 3)
memiliki antimikroba variabel, penghambatan pertumbuhan kanker radikal bebas
(Youssef et al., 2013)
72
4.2.7.1. Pomacentridae
4.2.7.2. Hippocampus sp
manusia. Meskipun termasuk dalam jenis ikan, cara berenang kuda laut
berbeda dengan cara berenang ikan pada umumnya. Kuda laut sendiri
berenang dalam posisi tubuh tegak. Mereka dapat menganggukkan kepala
keatas dan kebawah. Mata kuda laut sangat unik. Ia bisa meilihat dua buah
benda berbeda pada waktu bersamaan. Matanya juga dapat bergerak
dengan bebas, berputar-putar mengamati setiap sisi sehingga mereka dapat
melihat sekelilingnya dengan mudah, tanpa harus menggerakkan kepalnya
ke kiri ke kanan.
Kuda laut termasuk ke dalam jenis ikan yang memiliki penampilan
khusus (berbeda dengan jenis ikan lannya). Kepala kuda laut berbentuk
segitiga menyerupai kuda, mulutnya panjang dan runcing membentuk
sudut 90˚ dari badannya, ekornya panjang merincing di bagian ujung.
Ekornya berfungsi untuk mengaitkan tubuhnya pada suatu substrat seperti
rumpul laut, terumbu karang, atau benda-benda lain yang ada di
lingkungan. Ukuran kuda laut berkisar antara 1,5 inci hingga 14 inci.
Bagian tubuh kuda laut tertutup oleh keping tulang berlapis-lapis
menyerupai perisai. Jenis kelamin kuda laut dapat dibedakan dari dua hal,
yaitu ukuran tubuh dan kantung telur. Ukuran kuda laut jantan lebih besar
daripada betina. Selain itu, kuda laut jantan memiliki kantung telur di
bagian bawah perut. Fungsi kantung telur itu adalah untuk mengasuh
anak-anaknya. Hingga saat ini terdapat 25 spesies kuda laut tersebar
merata di seluruh dunia.
1. Kemampuan Berkamuflase
Kuda laut terkenal dengan kemampuan kamuflasenya sangat hebat,
yaitu dengan cara mengubah corak tubuhnya sesuai dengan lingkungan
sekitarnya atau menumbuhkan filamen-filamen di sekujur tubuhnya
sehingga tampak menyerupai tumbuhan laut. Kamuflase dilakukan dalam
rangka menghindari predator, mengelabui mangsa selama aktivitas
perkawinan.
Sebagain besar kuda laut mempunyai warna kecoklat-coklatan
alami, warna campuran abu-abu dan coklat atau bahkan warna hitam agar
sesuai dengan lingkungannya. Ada juga beberapa jenis dapat membuat diri
77
4.2.8. Penyu
perairan tropika, laut seluruh Indonesia dan Papua Nugini. Hewan ini baru
bisa mencapai usia dewasa sekitar 30-50 tahun. Jadi, Penyu hijau memiliki
siklus kehidupan yang panjang, namun tingkat kehidupannya rendah.
C. Pencernaan Penyu Hijau
Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk
mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.
Penyu hijau dewasa tergolong penyu laut herbivora. Makanan utama
mereka dalah lamun laut atau alga, yang hidup di perairan tropis da
subtropik. Tetapi anak-anaknya diasumsikan omnivore untuk
mempercepat pertumbuhan tubuh mereka. Kemungkinan besar terjadi
transisi bertahap, saat penyu mencapai besar yang cukup untuk dapat
menghindari predatornya.
Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan
tumbuhan (herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan
kecil. Hewan ini sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun
(seagrass) untuk mencari makan, dan kadang di temukan memakan
macroalga di sekitar padang alga. Pada padang lamun hewan ini lebih
menyukai beberapa jenis lamun kecil dan lunak seperti (Thalassia
testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis, dan H. ovata ). Pada
padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium dan
Chaclomorpha aerea). Pernah di laporkan pula bahwa penyu hijau
memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun
dan alga.
D. Cara Reproduksi Penyu Hijau
Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir
seluruh hidupnya di bawah permukaan laut. Induk betina dari hewan ini
hanya sesekali ke daratan untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada
substrate berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk. Untuk penyu
hijau, seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 -
150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya
sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenag
bebas untuk tumbuh dewasa. Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50
81
tahun untuk dapat melakukan perkawinan. Selama masa kawin, penyu laut
jantan menarik perhatian betinanya dengan menggosok-gosokkan
kepalanya atau menggigit leher sang betina. Sang jantan kemudian
mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang cangkang si betina. Kemudian ia
melipat ekornya yang panjang ke bawah cangkang betina. Beberapa jantan
dapat saling berkompetisi untuk merebut perhatian si betina.
Hanya penyu laut betina yang pergi ke pantai untuk bersarang dan
menetaskan telurnya. Penyu laut jantan jarang sekali kembali ke pantai
setelah mereka menetas. Penyu laut pergi untuk menetaskan telurnya ke
pantai dimana mereka dulu dilahirkan.
seringnya para praktikan bergerak pada saat pengambilan sample ini jelas
mempengaruhi stasiun tersebut dmana praktikan sering bergerak sehingga
mengakibatkan air pada perairan tersebut menjadi keruh dan mengakibatkan
pengambilan sample lebih sulit. Faktor lain adalah terlalu sedikitanya biota yang
dicari untuk dijumpai, faktor ini terjadi karena kualitas perairan atau baku mutu
perairan pada stasiun tersebut cukup buruk sehingga biota-biota yang dicari
menjadi sulit untuk ditemui. Keterbatasan alat, dimana ada alat-alat yang
dibutuhkan namun tidak ada atau tidak tersedianya alat tersebut dalam stasiun dan
mengakibatkan pengambilan sample atau biota menjadi terhambat. Adanya biota-
biota pada perairan tersebut yang menganggu berlangsungnya pengambilan
sample antara lain ubur-ubur, ular, nyamuk, kepiting. Hewan atau biota tersebut
jelas sangat mempengaruhi berlangsungnya pengambilan sample pada tiap stasiun
antara lain ketika terkena sengatan ubur-ubur praktikan akan sangat terganggu
dalam pengambilan sample, ular yang dijumpai pada stasiun pengambilan filum
gastropoda sangat mempengaruhi berlangsungnya pengambilan sample dimana
ketika praktikan berjumpa dengan ular dengan sentak para praktikan menjadi
takut dan menjauh dari stasiun tersebut dan mengakibatkan sample yang akan
diambil menjadi lari.
83
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Pada praktkum ini masih banyak kesalahan yang terjadi dan masih jauh
dari yang diharapkan. Beberapa saran yang dapat kami sarankan untuk praktikum
selanjutnya :
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN RESMI
Disusun Oleh :
Kelompok I
LAMPIRAN