Anda di halaman 1dari 45

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA V : FILUM MOLLUSCA

TUGAS PENDAHULUAN

OLEH :
RENDRA SATRIA RAHARJA
D061191106

BATU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi berasal dari kata geo dan logos. geo yang berarti bumi


dan logos yang berarti pengertian. Secara etimologi, geologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari lapisan lapisan batuan yang berada di dalam bumi
beserta susunannya. Geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang berhubungan
dengan bumi, meneliti sejarahnya dengan kehidupan yang ada, susunan keraknya,
bangun dalamnya, berbagai gaya yang bekerja padanya, dan evolusi yang
dialaminya. Geologi sendiri memiliki cukup banyak cabang ilmu mulai dari yang
mempelajari apa yang ada di bumi saat ini maupun pada masa lampau. Salah
satunya adalah paleontologi
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup purba yang
biasanya dengan mempelajari fosil-fosilnya. Paleontologi mempelajari fosil
makhluk hidup untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang
zaman purba. Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil,
sebab jejak kehidupan zaman purba terekam dalam fosil. Fosil adalah sisa
kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan terekam pada bahan-bahan
dari kerak bumi.sisa kehidupan tersebut dapat berupa cangkang binatang, jejak
atau cetakan yang mengalami pembentukan atau penggantian oleh mineral. Pada
praktikum paleontologi kali ini, kita akan mempelajari lebih lanjut apa yang
dimaksud fosil serta proses-proses pemfosilan dengan tujuan agar kita dapat
memahami dengan baik apa itu fosil sebagai dasar dari paleontologi.
Praktikum paleontologi acara filum mollusca ini di lakukan agar
nantinya praktikan mampu membedakan fosil-fosil yang termasuk kedalam filum
ini dengan menganalisis ciri-ciri, bentuk, kelas, ordo, proses pemfosilan beserta
lingkungan pengendapannya dan proses pemunculan fosil kepermukaan.
1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun maksud dan tujuan diadakannya praktium kali ini adalah


sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah.


1. Praktikan dapat mengetahui ciri-ciri dari Filum Mollusca.
2. Praktikan dapat mengetahui kalsifikasi dari Filum Mollusca.

1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai filum mollusca.
2. Dapat mendeskripsikan fosil dari filum mollusca.
3. Dapat mengklasifikasi filum mollusca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filum Mollusca

Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang berarti lunak. Jadi,
mollusca merupakan hewan multiseluler yang tidak memiliki tulang belakang
(invertebrata) dan bertubuh lunak. Tubuh dari mollusca dapat digolongkan dalam
2 bagian besar yaitu bagian lunak dan bagian yang keras (shell).
Mollusca merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya yang lunak
dilindungi oleh cangkang, meskipu ada juga yang tidak bercangkang. Pada
kenyataanya, bagian yang lunak tidak bisa terlepas dari baian yang keras.
Walaupun pada akhirnya bagian lunak ini akan memfosil, tetapi beberapa organ
akan mengadakan pelarutan dengan cangkangnya sehingga nanti akan didapat
bekasnya. Terdapat sekitar 150.000 jenis spesies yang masih hidup dan ribuan
yang telah menjadi fosil.
Jika kita meninjau didasarkan atas baian-bagian yang luak, maka dalam
paeontlogi kita hanya akan mendapatkan sedikit sekali. Mempelajari mollusca
pada bagian lunaknya saja diseut Malacology. Sedangkan ilmu yang mempeajari
mollusca didasarkan atas bagian tubuh yang keras disebut Conchology.
Mollusca telah menyebar pada setiap tempat hidup air dan elah hidup
hinga ke darat. Sehingga merupakan jenis yang paling sukses hidup dari filum
lainnya sepanjang waktu geologi dan dipercaya sebagai penentu untuk fosil
indeks. Muncul sejak zaman kambrium hingga sekarang. (Asisten Paleontologi,
2020)
Filum terbesar kedua setelah Artropoda ini merupakan kelompok hewan
yang mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi dengan ukuran dan bentuk
tubuh bervariasi. Kemunculannya dimulai sejak Zaman Kambrium hingga
sekarang. Penemuan fosilnya sangat penting khususnya untuk merekonstruksi
lingkungan purba dan umur suatu lapisan batuan, karena beberapa kelompok
moluska hanya hidup pada lingkungan dan rentang umur tertentu. Dan sebagian
besar fosil moluska dapat dikenali langsung di lapangan. Fosil moluska makro
berguna untuk mengetahui posisi stratigrafi, sedangkan moluska mikro
dimanfaatkan untuk penelitian biostratigrafi bawah permukaan.

Museum Geologi sebagai tempat yang menyimpan berbagai jenis koleksi


fosil memiliki puluhan ribu spesimen fosil moluska. Koleksinya meliputi koleksi
sejak Zaman Penjajahan Belanda hingga koleksi dari kegiatan lapangan saat ini.
Koleksi fosilnya sebagian besar disimpan di storage dan didominasi oleh fosil dari
Kelas Gastropoda dan Pelecypoda. Lokasi penemuannya tersebar di berbagai
wilayah di Indonesia. Di Jawa Barat ditemukan 70.272 sampel, Jawa Tengah
6830, Jawa Timur 2431, Sumatra 31593 sampel, Kalimantan 4814, Sulawesi 780,
Maluku 412, Flores 190, Papua 370, dan Timor 931 sampel. Koleksi didominasi
oleh koleksi yang berasal dari Pulau Jawa, karena Tim Moluska Museum Geologi
ingin fokus melengkapi koleksi berdasarkan pembagian jenjang Neogen Pulau
Jawa. (Geomagz, 2016)

2.2 Ciri-ciri Filum Mollusca

Ciri-ciri umum filum mollusca adalah sebagai berikut:


1. Mollusca simetri tubuh bilateral. 
2. Mollusca memiliki tiga bagian tubuh yang utama, yaitu kaki yang
berfungsi sebagai alat gerak; massa visera; tempat terdapatnya organ
dalam; dan mantel, yang membentuk rongga berisi cairan tempat lubang
insang dan anus. 
3. Mollusca yang hidup di perairan bernapas menggunakan insang,
sedangkan yang hidup di daratan menggunakan rongga mantel
berpembuluh darah sebagai pengganti paru-paru. 
4. Mollusca merupakan hewan heterotrof. Hewan ini memakan hewan kecil
lainnya, seperti ganggang, udang, dan Mollusca lainnya. 
5. Mollusca makan dengan menggunakan struktur seperti lidah yang
memiliki gigi untuk menggerus makanannya. Lidah bergigi ini disebut
radula. 
6. Mollusca dapat ditemukan secara luas di laut, air tawar, dan daratan. Akan
tetapi, Mollusca paling banyak terdapat di laut. Mollusca merupakan
hewan triploblastik selomata.
7. Reproduksi Mollusca terjadi secara seksual dengan cara fertilisasi
internal. 
8. Mollusca ada yang berumah satu, yaitu jantan dan betina dalam satu
individu. Akan tetapi, ada pula yang berumah dua, yaitu jantan dan betina
terpisah. 
9. Selain bertubuh lunak, hewan ini ditandai dengan tubuh yang simetri
bilateral dan tubuh yang tidak beruas-ruas. 
10. Pada umumnya, tubuh Mollusca juga ditutupi oleh cangkang yang terbuat
dari zat kapur (kalsium karbonat), berfungsi melindungi organ-organ
dalam. (Eldin, 2018)

2.3 Bagian-Bagian Tubuh Mollusca

Tubuh Mollusca mempunyai 3 truktur utama antara lain sebagai berikut :


1. Kaki, merupakan penjuluran bagian tubuh yang terdiri dari otot-otot. Kaki
Mollusca ini berfungsi untuk bergerak, merayap, atau menggali. Sebagian
jenis Mollusca kaki digantikan dengan tentakel yang fungsinya dalam
menangkap mangsa.
2. Massa Viseral, yaitu bagian tubuh yang lunak tempat terdapatnya organ-
organ tubuh. Massa yang dselubungi oleh jaringan tebal yang disebut
dengan mantel.
3. Mantel,merupakan bagian yang menyelubungi dan melindungi massa
viseral. Pada mantel terdapat rongga cairan yang merupakan tempat
lubang insang, anus dan cairan hasil ekskresi. Mantel bisa mensekresikan
komponen yang membentuk cangkang. (Bitar, 2019)
Gambar 2.1 Bagian-bagian mollusca

2.4.1 Dasar Pembagian Kelas

Klasifikasi filum mollusca dibagi menjadi lima kelas yaitu Kelas


Amphyneura, Kelas Scaphopoda, Kelas Pelecypoda, Kelas Gastropoda, Kelas
Chepalopoda.

2.4.1 Amphyneura

Gambar 2.2 Contoh Kelas Amphineura

Fosil jarang terdapat ( umur: Kambrium – sekarang).Anggota-anggota


kelas ini secara jelas adalah hewan-hewan bilateral simentris kaki terletak ventral
memanjang. Ruang mantel mengandung banyak insang disebelah lateralnya,
permukaan dorsal tertutup dengan spikula-spikula berlendir atau yang lebih
tipikal. Semua Amphineura hidup di laut bersifat diesius atau hermaprodit. 
Contoh spesiesnya yaitu Chiton (Cryptochiton sp.) adalah hewan laut
dengan bentuk oval dan cangkang yang terbagi menjadi delapan lempengan dorsal
(namun demikian, tubuhnya sendiri tidak bersegmen). Biasanya chiton ini yang
melekat ke batuan di sepanjang pantai pada saat pasang surut. chiton dengan
kakinya, yang bertindak sebagai mangkuk penyedot, begitu kuat dan hebat
menjerat batuan. Menggunakan kaki berotot tersebut, chiton dapat merangkak
secara perlahan-lahan di atas permukaan batuan. Chiton menggunakan radulanya
untuk memotong dan menelan alga. (Eldin, 2018)

2.4.2 Scaphopoda

Gambar 2.3 Contoh Kelas Scaphopoda

Hewan ini hanya mempunyai anggota kira-kira dua ratus spesies.


Scaphopoda hidup di laut pada pantai-pantai yang berlumpur. Cangkoknya
berbentuk taring atau terompet dengan kedua ujung yang terbuka. Jika kita
berkaryawisata ke pantai, kita sering menemukan cangkoknya. Panjang tubuhnya
sekitar 2,5 – 5 cm. Dekat mulut terdapat tentakel kontraktif bersilia, yaitu alat
peraba. Fungsinya untuk menangkap mikroflora dan mikrofauna. Sirkulasi air
untuk pernafasan digerakkan oleh gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran
gas terjadi di mantel. Hewan ini mempunyai kelamin terpisah. Contoh spesies dari
kelas ini yaitu Dentalium Vulgare. ( Eldin, 2018 )

2.4.3 Pelecypoda

Gambar 2.4 Contoh Kelas Pelecypoda

Berasal dari kata “Pelekys” yaitu kapak kecil dan “Pous” yaitu kaki. Jadi
Pelecypoda adalah binatang yang mempunyai kaki mirip kapak kecil disebut juga
Lamellibranchia (lempeng kecil).
Binatang dari phylum ini memiliki insang, test dari kulit kerang (bivalve)
dimana dua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari gigi dan
socket. Bagian dalam test ini dilapisi oleh membran yang tipis dimana kearah
posteior kulit mantel dapat membentuk saluran – saluran. Pada umumnya
Pelecypoda yang hidup di lumpur mempunyai siphon yang lebih besar
dibandingkan yang hidup di laut. Kelas Pelecypoda ini memiliki tiga ordo, yaitu :

a. Ordo Taksodonta
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen, mempunyai gigi yang
hampir sama besar dan berjumlah 35 buah 
b. Ordo Anisomyaria
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen. Mempunyai dua muscle
scar, dimana muscle scar bagian belakang (posterior) lebih besar dari
anterior, serta mempunyai gigi dan socket dua buah 

c. Ordo Eulamellibranchiata
Mempunyai anterior muscle scar yang lebih kecil dari posterior muscle
scar, tetapi umumnya sama besar dimana gigi dan susunan giginya tidak
sama besar. (Eldin, 2018).

2.4.4 Gastropoda

Gambar 2.5 Contoh Gambar Kelas Gastropoda

Gastropoda berasal dari kata “gaster” yaitu perut dan “podos” yaitu kaki.
Jadi Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut yang
dalam hal ini disebut kaki. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak
mampu melakukan autofertilisasi. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot
(Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea javanica), siput laut (Fissurella sp),
dan siput perantara fasciolosis (Lemnaea trunculata).  Adapun ciri-ciri kelas
gastropoda adalah sebagai berikut :
1. Hidup di air laut & air payau 
2. Rumahnya terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang
melalui satu sumbu 
3. Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki dan alat pencernaan 
4. Kepala dilengkapi dengan alat pengunyah yang disebut rongga mantel
(berfungsi sebagai insang pada air laut & berfungsi sebagai paru-paru
pada lingkungan darat 
5. Test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui satu
garis lurus (putaran involut & evolut)
6. Arah putaran test gastropoda terdiri dari Dextral (searah jarum jam) &
Sinistral (berlawanan putaran jarum jam). (Eldin, 2018)

2.4.4.1 Klasifikasi Gastropoda

1. Subclass Protogastropoda
a. Ordo Cynostraca
b. Ordo Cochliostracea
2. Subclass Prosobranchia
a. Ordo Archaeogastropoda 
b. Ordo Mesogastropoda 
c. Ordo Neogastropoda
3. Subclass Opisthobranchia
a. Ordo Pleurocoela 
b. Ordo Pteropoda 
c. Ordo Acoela 
4. Subclass Pulmonata 
a. Ordo Basommatophora 
b. Ordo Stylommatophora

2.4.4.2 Manfaat Gastrpoda

Manfaat Gastropoda Dalam Geologi Khususnya Stratigrafi Gastropoda


berkembang cukup baik di daerah tropis. Beberapa spesies akan mencirikan
lapisan tertentu. (Eldin, 2018)

2.4.5 Chepalopoda
Gambar 2.6 Contoh Kelas Cephalopoda

Chepalopoda berasal dari kata “cephale” yaitu kepala dan “podos” yaitu
kaki. Chepalopoda adalah mollusca yang berkaki di kepala. Cumi-cumi dan gurita
adalah Cephalopoda yang cukup dikenal. Pada cumi-cumi, rangka dalam
tubuhnya dihasilkan dari zat hasil sekresi internal oleh mantel. Adapun, gurita
tidak memiliki rangka sama sekali. Cephalopoda memakan hewan-hewan kecil
dan invertebrata lainnya.
Di samping itu, semua anggotanya tidak memiliki cangkang, kecuali
spesies Nautilus. Cephalopoda merupakan Mollusca dengan kepala yang jelas dan
mata yang besar. Kaki otot dimodifikasi menjadi tangan, tentakel sekeliling
mulut, dan corong yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel. Pada
Cephalopoda, kaki telah berevolusi menjadi lengan yang panjang dekat kepala.
Cumi-cumi memiliki 10 lengan, sedangkan gurita memiliki 8 lengan.
Cephalopoda menggunakan lengannya ini untuk menangkap mangsanya dan
memasukkannya ke dalam mulut. Semua Cephalopoda adalah karnivor. Dalam
mulutnya, terdapat beberapa pasang struktur seperti gigi yang digunakan untuk
menggigit dan merobek mangsanya. 
Sebagian besar Cephalopoda mempunyai kelenjar tinta. Pada kulit
Cephalopoda mengandung kromatofor, yaitu pigmen yang memungkinkan
tubuhnya berubah warna. Cephalopoda mempunyai peran yang cukup penting
dalam ekosistem. Mereka merupakan mata rantai penting dalam jaring makanan
pada ekosistem laut. Berbagai ikan memangsa cumi-cumi sebagai sumber
makanannya. Selain itu, cumi-cumi dan sotong merupakan makanan laut yang
digemari manusi. (Eldin, 2018).
2.5 Peranan Mollusca Pada Kehidupan Sehari-Hari

Beberapa mollusca sangat berperan dan menimbulkan dampak yang


menguntungkan ataupun bersifat merugikan bagi kehidupan manusia. Mollusca
yang menguntungkan
1. Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu (Aemaea sp.),
kerang (Anadara sp.), kerang hijau (Mytilus viridis), Tridacna sp. , sotong
(Sepia sp.) cumi-cumi (Loligo sp.), dan bekicot (Achatina fulica).
2. Cangkang dari berbagai mollusca dijadikan bahan industry dan hiasan
karen banyak yang berwarna sangat indah.
3. Mutiara yaitu permata yang dihasilkan sejenis kerang dan merupakan
komoditas ekspor non migas yang cukup penting terutama bagi Negara
kita. Mollusca yang merugikan
4. Teredo sp, merusak kerang-kerang piaran dan bangunan kapal
5. Achatina fulica, sebagai hama bagi petani karena merusak tanaman. Selain
sebagai bahan makanan yang bergizi, cangkok hewan ini bisa
dimanfaatkan untuk membuat hiasan dinding, perhiasan wanita, atau
dibuat kancing. Ada pula yang suka mengumpulkan berbagai macam
cangkang Mollusca untuk koleksi atau perhiasan. Bahkan ada cangkang
Mollusca yang digunakan untuk bahan mainan, seperti kuwuk. Sejak abad
ke-17 mutiara merupakan barang perhiasan mewah yang diburu kaum
jutawan dan harganya cukup mahal contohnya mutiara. Mutiara dihasilkan
dari tiram mutiara seperti Pinctada margaritifera dan Pinctada mertensi
dari kelas Pelecypoda (Bivalvia). Mutiara ini ada yang dihasilkan secara
alami, dan adapula yang dibudidayakan. Saat ini banyak orang yang
membudidayakan tiram untuk menghasilkan mutiara. Caranya, benda
asing (kerikil, pasir atau arang) dimasukkan diantara mantel dan cangkok
tiram. Ketika benda asing itu ada di tubuhnya, tiram berusaha
mengeluarkan dengan cara membungkusnya dengan lendir. Lendir ini
akhirnya mengeras dan menjadi mutiara.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Tahapan Praktikum

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. HCL
2. Lap Kasar
3. Lap Halus
4. Lembar kerja praktikum
5. Buku penuntun
6. Alat tulis menulis

3.2 Tahapan Dalam Praktikum

Adapun tahan praktikum yang dilakukan pada praktikum filum porifera


adalah sebagai berikut:
3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan pendahuluan, praktikan melaksanakan asistensi cara dimana


pada asistensi acara tersebut praktikan diberikan materi dasar sebagai pengenalan
awal mengenai praktikum yang akan dilaksanakan. Pada tahapanini pula dibahas
juga hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mengikuti praktikum tersebut seperti
alat dan bahan yang digunakan serta pemberian tugas pendahuluan.

3.2.3 Tahapan Praktikum

Pada tahapan ini, praktikan melakukan response tulis dengan diberi soal-
soal sehubungan dengan materi yang akan dilaksanakan pada praktikum tersebut
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki praktikan terhadap
praktikum yang akan dilaksanakan. Setelah melakukan response umum, kegiatan
praktikum dilakukan dengan melakukakan pengambilan data melalui pengamatn
terhadap sampel fosil yang diberikan yang dituliskan pada lembar kerja.

3.2.4 Tahapan Analisis Data

Pada tahapan ini, praktikan melakukan analisi data yang telah di ambil
pada tahapan sebelumnya yang kemudian dikembangkan untuk pembuatan
laporan sebagai hasil dari praktikum tersebut.

3.2.5 Tahapan Pembuatan Laporan

Pada tahapan ini kami membuat laporan berdasarkan analisis data yang
telah kami asistensikan sehingga menghasilkan laporan lengkap praktikum.
Adapun diagram alur tahapan praktikum, sebagai berikut :

Tahapan
Pendahuluan

Tahapan
Praktikum
Analisis Data

Pembuatan Laporan

Gambar 3.1 Diagram alur tahapan praktikum

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel 1590

Gambar 4.1 Pseudasteroceras stellaeformis GUMB

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Naulitida,
famili Pseudoterocerasidae, genus Pseudoteroceras, dan dengan nama spesies
Pseudoteroceras stellaeformis GUMB.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.

Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah Sperichal, yaitu fosil yang bentuknya seperti
cakram. Bagian tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian tubuh
fosil, septa yaitu kamar pada tubuh fosil, suture yaitu garis pemisah antar kamar
yang terdapat pada bagian tubuh fosil, aperture yaitu anus pada bagian tubuh fosil,
dan umbilicus yaitu bagian tubuh fosil kamar pertama sebagai pusat perputaran
lingkaran terluar.

Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) dan memiliki lingkungan pengendapan di laut dagkal. Adapun
umur fosil ini adalah Jurrasic Bawah (±195 – 176 juta tahun lalu). Fosil ini
berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur
relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.2 Sampel 1942

Gambar 4.2 Glycmeris philippi

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo Arcida, famili
Glycymerisidae, genus Glycymeris, dan dengan nama spesies Glycymeris philipi.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah biconvex, yaitu fosil yang memiliki dua sisi
cembung. Bagian tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian tubuh
fosil, costae yaitu aksesori pada cangkang fosil, growth line yaitu garis tumbuh
pada cangkang fosil.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) dan memiliki lingkungan pengendapan di laut dangkal. Adapun
umur fosil ini adalah Oligosen Atas (±33-22,5 juta tahun lalu). Fosil ini berguna
sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif
lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.3 Sampel 819

Gambar 4.3 Belemnitella mucronata (SCHLOTH)

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Sachopoda, ordo Belemnitida,
famili Belemnitellanidae, genus Belemnitella, dan dengan nama spesies Belemnitella
mucronata (SCLOTH).
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil yang berbentuk seperti
kerucut karena  karena ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Bagian tubuh fosil yang masih dapat diamati antara lain
Test yang merupakan keseluruhan tubuh organisme, dan apex bagian puncak dari
tubuh fosil
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) dan memiliki lingkungan pengendapan di laut dangkal. Adapun
umur fosil ini adalah kapur atas (±100 – 65 juta tahun lalu) . Fosil ini berguna sebagai
bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.4 Sampel 1959

Gambar 4.4 Tympanotonos margaritaceous (BROCCHI)

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo


Caenogastropoda, famili Tympanotonos, genus Tympanotonos, dan dengan nama
spesies Tympanotonos margaritaceus (BROCCHI)
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil yang berbentuk seperti kerucut
karena  karena ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke bawah atau
sebaliknya. Adapun bagian fosil yang masih dapat dikenali terdiri dari test yaitu tubuh
fosil apex yaitu bagian ujung pada cangkang fosil, suture yaitu garis pemisah antar
kamar, body whorl yaitu kamar tempat tinggal organisme,
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini adalah Meosen Bawah (± 22,5-15juta
tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan
evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi
sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.5 Sampel 291

Gambar 4.5 Coelozone verna (BARR)

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Murchisoniina,
famili Ceolozonenidae, genus Ceolozone, dan dengan nama spesies Ceolozone verna
(BARR.) PERNER
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Artinya,
seluruh bagian dari fosil tersebut mengalami penggantian oleh mineral lain
sehingga tidak terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah Globular, yaitu fosil yang bentuknya
membulat. Bagian tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian tubuh
fosil secara keseluruhan.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) dan memiliki lingkungan pengendapan di laut dangkal. Adapun
umur fosil ini adalah Silurian Atas (± 423-395 juta tahun lalu). Fosil ini berguna
sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif
lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.6 Sampel 1848

Gambar 4.6 Turitella (Mesalia) intermedia DESH

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Sorbeoconcha,
famili Turritellanidae, genus Turritella, dan dengan nama spesies Turritella (Mesalia)
intermedia DESH.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil yang berbentuk seperti
kerucut karena  karena ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Adapun bagian fosil yang masih dapat dikenali terdiri dari
test yaitu tubuh fosil secara keseluruhan dan apex yaitu bagian ujung dari fosil ini.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini adalah Eosen Tengah (50 – 45 juta
tahun yang lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau
dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi
sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

4.7 Sampel 955

Gambar 4.7 Conus brocchi BRONN

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo


Neogastropoda, famili Conusidae, genus Conus, dan dengan nama spesies Conus
brocchi BRONN
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil yang berbentuk seperti kerucut
karena  karena ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke bawah atau
sebaliknya. Adapun bagian fosil yang masih dapat dikenali terdiri dari test yaitu tubuh
fosil apex yaitu bagian ujung pada cangkang fosil, suture yaitu garis pemisah antar
kamar, body whorl yaitu kamar tempat tinggal organisme, dan aperture yaitu anus pada
bagian tubuh fosil.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan
bereaksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini Pliosen Atas
(±58-55 juta tahun lalu ). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa
lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat
terjadi sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi
batuan.
4.8 Sampel 960

Gambar 4.8 Dreissena spathulata (PARTSCH)

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo Mydia, famili
Dreissenanidae, genus Dreissena, dan dengan nama spesies Dreissena spathulata
(PARTSCH).
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah biconvex, yaitu fosil yang memiliki dua sisi
cembung. Bagian tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian tubuh
fosil secara keseluruhan dan growthline yaitu garis tumbuh.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini Pliosen Bawah (± 65-58 juta tahun
lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi,
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi,
penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Ladang Fosil Moluska Cijurey-Tonjong.


http://geomagz.geologi.esdm.go.id/ladang-fosil-moluska-cijurey-
tonjong/. Diakses pada Selasa, 12 Mei 2019, pukul 19.45 WIB.

Bitar. 2019. Mollusca : Pengertian, Struktur Tubuh, Ciri, Klasifikasi, Contoh dan
Peranannya Secara lengkap.
https://www.gurupendidikan.co.id/mollusca/#ftoc-heading-9. Diakses
pada Selasa, 12 Mei 2019, pukul 19.45 WIB.

Tim Asisten. 2020. Penuntun Praktikum Paleontologi. Gowa : Laboratorium


Paleontologi, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin.

Eldin. 2018. Ilmu Paleontologi Dasar. Kendari : Teknik Geologi, Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo.
L
A
M
P
I
R
A
N

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
V/FILUM
MOLLUSCA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Mollusca
RENDRA SATRIA D061191106 14 Gastropo
KELAS
RAHARJA da
ORDO Naulitida
Pterocera
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN sidae
Pterocera
Kamis, 14 Mei 13.20 Muh. Yusril Ichsan GENUS
s
Pseudote
roceras
SPESIES stellaefor
mis
GUMB
NO. PERAGA: 1590
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test
2. Septa

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Spherical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Jurassic bawah (195-177 juta tahun)
LINGKUNGAN Laut dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Gastropoda, ordo Naulitida, famili
Pseudoterocerasidae, genus Pseudoteroceras, dan
dengan nama spesies Pseudoteroceras
stellaeformis GUMB.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah permineralisasi. Artinya, hanya sebagian
dari fosil tersebut yang mengalami penggantian
oleh mineral lain sehingga masih terdapat sisa-
sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh
tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan.
Setelah naik dipermukaan, fosil tersebut akan
terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah Sperichal, yaitu
fosil yang bentuknya seperti cakram. Bagian
tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test
bagian tubuh fosil, septa yaitu kamar pada tubuh
fosil, suture yaitu garis pemisah antar kamar
yang terdapat pada bagian tubuh fosil, aperture
yaitu anus pada bagian tubuh fosil, dan
umbilicus yaitu bagian tubuh fosil kamar
pertama sebagai pusat perputaran lingkaran
terluar.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dan
memiliki lingkungan pengendapan di laut
dagkal. Adapun umur fosil ini adalah Jurrasic
Bawah (±195 – 176 juta tahun lalu). Fosil ini
berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa
lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi,
penentu lingkungan pengendapan, dan untuk
mengkorelasi batuan.

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
V/FILUM
MOLLUSCA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Mollusca
RENDRA SATRIA D061191106 14 Pelecypo
KELAS
RAHARJA da
ORDO Arcida
Glycymer
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN isidae
Glycymer
Kamis, 14 Mei 12.25 Muh. Yusril Ichsan GENUS
is
Glycymer
SPESIES
is philipi
NO. PERAGA: 1942
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test
2. Growthline
3. Costae

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Biconvex
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Oligosen atas ( 33-22.6 juta tahun lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Pelecypoda, ordo Arcida, famili Glycymerisidae,
genus Glycymeris, dan dengan nama spesies
Glycymeris philipi.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah permineralisasi. Artinya, hanya sebagian
dari fosil tersebut yang mengalami penggantian
oleh mineral lain sehingga masih terdapat sisa-
sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh
tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan.
Setelah naik dipermukaan, fosil tersebut akan
terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah biconvex, yaitu
fosil yang memiliki dua sisi cembung. Bagian
tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test
bagian tubuh fosil, costae yaitu aksesori pada
cangkang fosil, growth line yaitu garis tumbuh
pada cangkang fosil.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dan
memiliki lingkungan pengendapan di laut
dangkal. Adapun umur fosil ini adalah Oligosen
Atas (±33-22,5 juta tahun lalu). Fosil ini berguna
sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau
dan evolusi, penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi,
penentu lingkungan pengendapan, dan untuk
mengkorelasi batuan.
CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
V/FILUM
MOLLUSCA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Mollusca
RENDRA SATRIA D061191106 14 Sachopo
KELAS
RAHARJA da
Belemniti
ORDO
da
Belemnit
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ellanidae
Belemnit
Kamis, 14 Mei 12.30 Muh. Yusril Ichsan GENUS
ella
Belemnite
lla
mucronat
SPESIES
a
(SCLOT
H)
NO. PERAGA: 819
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test
2. Apex

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Cretaceous atas (100-66 juta tahun lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Sachopoda, ordo Belemnitida, famili
Belemnitellanidae, genus Belemnitella, dan dengan
nama spesies Belemnitella mucronata (SCLOTH).
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah permineralisasi. Artinya, hanya sebagian
dari fosil tersebut yang mengalami penggantian
oleh mineral lain sehingga masih terdapat sisa-
sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh
tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan.
Setelah naik dipermukaan, fosil tersebut akan
terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu
fosil yang berbentuk seperti kerucut karena 
karena ukurannya yang semakin kecil (diameter)
dari atas ke bawah atau sebaliknya. Bagian tubuh
fosil yang masih dapat diamati antara lain Test
yang merupakan keseluruhan tubuh organisme,
dan apex bagian puncak dari tubuh fosil
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dan
memiliki lingkungan pengendapan di laut
dangkal. Adapun umur fosil ini adalah kapur atas
(±100 – 65 juta tahun lalu) . Fosil ini berguna
sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau
dan evolusi, penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi,
penentu lingkungan pengendapan, dan untuk
mengkorelasi batuan.

CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
V/FILUM
MOLLUSCA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Mollusca
14
RENDRA SATRIA D061191106 Gastropo
KELAS
RAHARJA da
Caenogas
ORDO
tropoda
Tympano
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN tononidae
Tympano
Kamis, 14 Mei 12.35 Muh. Yusril Ichsan GENUS
tono
SPESIES Tympanot
onos
margarit
aceus
(BROCC
HI)

NO. PERAGA: 1959

GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test
2. Posterior
3. Sulture
4. Whorl
5. Anterior
6.
PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi
BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Miosen atas (12-6 juta tahun lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Gastropoda, ordo Caenogastropoda, famili
Tympanotonos, genus Tympanotonos, dan dengan
nama spesies Tympanotonos margaritaceus
(BROCCHI)
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah permineralisasi. Artinya, hanya sebagian
dari fosil tersebut yang mengalami penggantian
oleh mineral lain sehingga masih terdapat sisa-
sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi
oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke
permukaan. Setelah naik dipermukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang
berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak
di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil
yang berbentuk seperti kerucut karena  karena
ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Adapun bagian fosil yang
masih dapat dikenali terdiri dari test yaitu tubuh fosil
apex yaitu bagian ujung pada cangkang fosil, suture
yaitu garis pemisah antar kamar, body whorl yaitu
kamar tempat tinggal organisme,
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Adapun
umur fosil ini adalah Meosen Bawah (± 22,5-
15juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai
bukti adanya kehidupan masa lampau dan
evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen,
penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu
lingkungan pengendapan, dan untuk
mengkorelasi batuan.
CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
V/FILUM
MOLLUSCA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Mollusca
RENDRA SATRIA D061191106 14 Gastropo
KELAS
RAHARJA da
Murchiso
ORDO
niina
Ceolozon
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN enidae
Ceolozon
Kamis, 14 Mei 12.40 Muh. Yusril Ichsan GENUS
e
SPESIES Ceolozon
e verna
(BARR.)
PERNER
NO. PERAGA: 291
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test

PROSES PEMFOSILAN Mineralisasi


BENTUK FOSIL Globular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Silur atas ( 423-396 juta tahun lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Gastropoda, ordo Murchisoniina, famili
Ceolozonenidae, genus Ceolozone, dan dengan
nama spesies Ceolozone verna (BARR.) PERNER
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah mineralisasi. Artinya, seluruh bagian dari
fosil tersebut mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga tidak terdapat sisa-sisa
organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi
oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke
permukaan. Setelah naik dipermukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang
berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak
di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah Globular, yaitu
fosil yang bentuknya membulat. Bagian tubuh
fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian
tubuh fosil secara keseluruhan.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dan
memiliki lingkungan pengendapan di laut
dangkal. Adapun umur fosil ini adalah Silurian
Atas (± 423-395 juta tahun lalu). Fosil ini
berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa
lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi,
penentu lingkungan pengendapan, dan untuk
mengkorelasi batuan.
CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
V/FILUM
MOLLUSCA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Mollusca
RENDRA SATRIA D061191106 14 Gastropo
KELAS
RAHARJA da
Sorbeoco
ORDO
ncha
Turritella
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN nidae
GENUS Turritella
Kamis, 14 Mei 12.45 Muh. Yusril Ichsan
Turritella
(Mesalia)
SPESIES
intermedi
a DESH.
NO. PERAGA: 1848
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test
2. Apex

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Eosen tengah (50-45 juta tahun lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Gastropoda, ordo Sorbeoconcha, famili
Turritellanidae, genus Turritella, dan dengan nama
spesies Turritella (Mesalia) intermedia DESH.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah permineralisasi. Artinya, hanya sebagian
dari fosil tersebut yang mengalami penggantian
oleh mineral lain sehingga masih terdapat sisa-
sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi
oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke
permukaan. Setelah naik dipermukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang
berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak
di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu
fosil yang berbentuk seperti kerucut karena 
karena ukurannya yang semakin kecil (diameter)
dari atas ke bawah atau sebaliknya. Adapun
bagian fosil yang masih dapat dikenali terdiri
dari test yaitu tubuh fosil secara keseluruhan dan
apex yaitu bagian ujung dari fosil ini.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Adapun
umur fosil ini adalah Eosen Tengah (50 – 45 juta
tahun yang lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti
adanya kehidupan masa lampau dan evolusi,
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
iklim saat terjadi sedimentasi, penentu
lingkungan pengendapan, dan untuk
mengkorelasi batuan.

CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
V/FILUM
MOLLUSCA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Mollusca
RENDRA SATRIA D061191106 14 Gastropo
KELAS
RAHARJA da
Neogastr
ORDO
opoda
Conusida
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN e
GENUS Conus
Kamis, 14 Mei 12.50 Muh. Yusril Ichsan
Conus
SPESIES brocchi
BRONN
NO. PERAGA: 955
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test
2. Posterior
3. Sulture

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Pliosen atas (3.2-1.9 juta tahun lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Gastropoda, ordo Neogastropoda, famili
Conusidae, genus Conus, dan dengan nama
spesies Conus brocchi BRONN
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah permineralisasi. Artinya, hanya sebagian
dari fosil tersebut yang mengalami penggantian
oleh mineral lain sehingga masih terdapat sisa-
sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi
oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke
permukaan. Setelah naik dipermukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang
berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak
di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil
yang berbentuk seperti kerucut karena  karena
ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Adapun bagian fosil yang
masih dapat dikenali terdiri dari test yaitu tubuh fosil
apex yaitu bagian ujung pada cangkang fosil, suture
yaitu garis pemisah antar kamar, body whorl yaitu
kamar tempat tinggal organisme, dan aperture yaitu
anus pada bagian tubuh fosil.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Adapun
umur fosil ini Pliosen Atas (±58-55 juta tahun
lalu ). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya
kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat
terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.
CATATAN : PARAF

UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL


LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
V/FILUM
MOLLUSCA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Mollusca
RENDRA SATRIA D061191106 14 Pelecypo
KELAS
RAHARJA da
ORDO Mydia
Dreissena
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN nidae
GENUS Dreissena
Kamis, 14 Mei 12.55 Muh. Yusril Ichsan
Dreissen
a
spathulat
SPESIES
a
(PARTS
CH)
NO. PERAGA: 960
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test
2. Growthline

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Biconvex
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Pliosen bawah (5-3.3 juta tahun lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Pelecypoda, ordo Mydia, famili Dreissenanidae,
genus Dreissena, dan dengan nama spesies
Dreissena spathulata (PARTSCH).
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah permineralisasi. Artinya, hanya sebagian
dari fosil tersebut yang mengalami penggantian
oleh mineral lain sehingga masih terdapat sisa-
sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi
oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke
permukaan. Setelah naik dipermukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang
berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak
di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah biconvex, yaitu
fosil yang memiliki dua sisi cembung. Bagian
tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test
bagian tubuh fosil secara keseluruhan dan
growthline yaitu garis tumbuh.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Adapun
umur fosil ini Pliosen Bawah (± 65-58 juta
tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti
adanya kehidupan masa lampau dan evolusi,
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
iklim saat terjadi sedimentasi, penentu
lingkungan pengendapan, dan untuk
mengkorelasi batuan.
CATATAN : PARAF

Nama : Rendra Satria Raharja

NIM : D061191106

Review

Filum Mollusca

Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang berarti lunak. Jadi,
mollusca merupakan hewan multiseluler yang tidak memiliki tulang belakang
(invertebrata) dan bertubuh lunak. Tubuh dari mollusca dapat digolongkan dalam
2 bagian besar yaitu bagian lunak dan bagian yang keras (shell).
Mollusca telah menyebar pada setiap tempat hidup air dan telah hidup
hingga ke darat. Sehingga merupakan jenis yang paling sukses hidup dari filum
lainnya sepanjang waktu geologi & dipercaya sebagai penentu untuk fosil
indeks. Muncul sejak zaman Kambrium hingga sekarang.

Klasifikasi Filum Mollusca

Klasifikasi dari filum mollusca ini didasarkan pada bentuk, kedudukan,


dan ada tidaknya alat gerak (kaki), jumlah dan keadaan dari alat-alat pernafasan,
perbedaan sistem saraf, struktur dan tipe alat gentalis, struktur dan keadaan
radulae, keadaan, bentuk, dan struktur shell.

1. Kelas Amphineura
Kelas Amphineura memiliki bentuk tubuh yang bulat, pipih, dan simetri
bilateral. Alat geraknya terletak pada bagian perut yang lebar dan rata. Saluran
pencernaan makanan terdiri atas mulut yang dilengkapi dengan lidah parut,
yaitu lidah dengan gigi tersusun dari zat kitin. Organ pernafasan yaitu insang
dan anus terletak pada bagian belakang (posterior). Kelas ini hidup sejak
Ordovicium hingga Holosen. Namun tidak banyak yang menjadi fosil. Kelas
Amphineura terdiri dari dua ordo utama yaitu: Ordo Polyplacopohore dan
Ordo Aplacophore. Salah satu contoh dari kelas ini adalah Cryptochiton sp.

2. Kelas Scaphpoda
Kelas scaphopoda memiliki cangkang yang menyerupai gading yang
memanjang yang pada ujungnya terbuka. Komposisi cangkang yaitu dari
bahan organik dan tumbuh dengan penambahan ke bagian yang berdiameter
paling besar. Bergerak dengan menggunakan kaki yang berbentuk menyerupai
kerucut yang berguna untuk menggali lumpur. Hidupnya di laut dan
terpendam di dalam pasir atau lumpur. Tubuh memanjang, dorsoventral.
Kisaran hidup dari Kelas Scaphopoda mulai Devon hingga Holosen. Namun
tidak banyak meninggalkan fosil. Genus yang terkenal dari kelas ini adalah
Dentalium, Plagioglypta, dan Cadurus. Contoh spesies dari Kelas ini adalah
Dentalium vulgare dan Dentalium elephantium.

3. Kelas Pelecypoda
Kelas ini disebut sebagai bivalvia karena tubuhnya dilindungi oleh
cangkang yang setangkup dan memiliki tubuh simetri bilateral. Dari celah
cangkangnya akan keluar kaki yang pipih seperti mata kapak sehingga hewan
ini disebut juga Pelecypoda yang berarti pelecy yaitu pipih dan podos yaitu
kaki. Klasifikasi Pelecypoda didasarkan pada bagian tubuh tertentu, yaitu
insang, susunan gigi dan otot penutup kelopaknya. Bentuk gigi yang
sederhana telah dijumpai pada zaman Ordovisium & terjadi evolusi gigi
hingga menjadi dua susun. Contoh dari kelas ini adalah Maleagrina
margaritivera (kerang mutiara), Asaphis detlorata (remis), Pecten ostrea
(tiram) dan Anadonta woodina (kerang).

4.  Kelas Gastropoda
Gastropoda, dalam bahasa latin yaitu gaster, berati perut dan podos,
berarti kaki adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat
gerak atau kakinya. Kelas ini terlindung dalam cangkang tunggal berbentuk
spiral memanjang melalui satu sumbu. Terdiri dari kepala, kaki dan alat
pencernaan, test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui
satu garis lurus (putaran involut & evolut), dan arah putaran test gastropoda
terdiri dari Dextral (searah jarum jam) & Sinistral (berlawanan putaran
jarum jam). Sebagian besar gastropoda adalah hewan laut, tetapi banyak juga
species air tawar, dan daratan. Kelas Filum Mollusca yang terbesar adalah
Gastropoda karena memiliki lebih dari 40.000 species yang hidup. Filum ini
merupakan salah satu dari beberapa kelompok invertebrata yang telah berhasil
menghuni daratan. Contoh spesiesnya adalah siput air (Lymnaea sp.), remis
(Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica).

5. Kelas Sephalopoda
Kelas Sephalopoda, menurut bahasa yaitu sephal yang berarti kepala dan
podos yang berarti kaki. Menurut istilah, sephalopoda berarti hewan yang
menggunakan kepalanya sebagai alat gerak. Tubuhnya bilateral simetris,
dilengkapi dengan kaki yang terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi
alat penghisap dan sistem saraf yang berkembang di kepala. Kelompok hewan
ini berbadan lunak dan tidak semua spesies mempunyai cangkang. Mantelnya
menyelimuti sekeliling tubuh. Anatomi yaitu cangkang berjumlah satu buah,
terputar planispiral, rongga tubuh terbagi menjadi kamar-kamar oleh septa
yang menyilang rongga tersebut, bagian lunak organisme terletak pada kamar
terakhir, mempunyai batang kecil memanjang ke arah dalam menembus septa,
disebut siphuncle yang berfungsi sebagai penyalur gas ke kamar-kamar yang
tidak ditempati, agar bisa tetap mengambang, garis potong antara septa
dengan dinding luar disebut sutur. Contoh spesies kelas ini adalah cumi-cumi
(Loligo pealii), gurita (Octopus sp.) dan sotong (Sepia sp.).

Anda mungkin juga menyukai