UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA V : FILUM MOLLUSCA
TUGAS PENDAHULUAN
OLEH :
RENDRA SATRIA RAHARJA
D061191106
BATU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Tujuan
1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai filum mollusca.
2. Dapat mendeskripsikan fosil dari filum mollusca.
3. Dapat mengklasifikasi filum mollusca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang berarti lunak. Jadi,
mollusca merupakan hewan multiseluler yang tidak memiliki tulang belakang
(invertebrata) dan bertubuh lunak. Tubuh dari mollusca dapat digolongkan dalam
2 bagian besar yaitu bagian lunak dan bagian yang keras (shell).
Mollusca merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya yang lunak
dilindungi oleh cangkang, meskipu ada juga yang tidak bercangkang. Pada
kenyataanya, bagian yang lunak tidak bisa terlepas dari baian yang keras.
Walaupun pada akhirnya bagian lunak ini akan memfosil, tetapi beberapa organ
akan mengadakan pelarutan dengan cangkangnya sehingga nanti akan didapat
bekasnya. Terdapat sekitar 150.000 jenis spesies yang masih hidup dan ribuan
yang telah menjadi fosil.
Jika kita meninjau didasarkan atas baian-bagian yang luak, maka dalam
paeontlogi kita hanya akan mendapatkan sedikit sekali. Mempelajari mollusca
pada bagian lunaknya saja diseut Malacology. Sedangkan ilmu yang mempeajari
mollusca didasarkan atas bagian tubuh yang keras disebut Conchology.
Mollusca telah menyebar pada setiap tempat hidup air dan elah hidup
hinga ke darat. Sehingga merupakan jenis yang paling sukses hidup dari filum
lainnya sepanjang waktu geologi dan dipercaya sebagai penentu untuk fosil
indeks. Muncul sejak zaman kambrium hingga sekarang. (Asisten Paleontologi,
2020)
Filum terbesar kedua setelah Artropoda ini merupakan kelompok hewan
yang mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi dengan ukuran dan bentuk
tubuh bervariasi. Kemunculannya dimulai sejak Zaman Kambrium hingga
sekarang. Penemuan fosilnya sangat penting khususnya untuk merekonstruksi
lingkungan purba dan umur suatu lapisan batuan, karena beberapa kelompok
moluska hanya hidup pada lingkungan dan rentang umur tertentu. Dan sebagian
besar fosil moluska dapat dikenali langsung di lapangan. Fosil moluska makro
berguna untuk mengetahui posisi stratigrafi, sedangkan moluska mikro
dimanfaatkan untuk penelitian biostratigrafi bawah permukaan.
2.4.1 Amphyneura
2.4.2 Scaphopoda
2.4.3 Pelecypoda
Berasal dari kata “Pelekys” yaitu kapak kecil dan “Pous” yaitu kaki. Jadi
Pelecypoda adalah binatang yang mempunyai kaki mirip kapak kecil disebut juga
Lamellibranchia (lempeng kecil).
Binatang dari phylum ini memiliki insang, test dari kulit kerang (bivalve)
dimana dua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari gigi dan
socket. Bagian dalam test ini dilapisi oleh membran yang tipis dimana kearah
posteior kulit mantel dapat membentuk saluran – saluran. Pada umumnya
Pelecypoda yang hidup di lumpur mempunyai siphon yang lebih besar
dibandingkan yang hidup di laut. Kelas Pelecypoda ini memiliki tiga ordo, yaitu :
a. Ordo Taksodonta
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen, mempunyai gigi yang
hampir sama besar dan berjumlah 35 buah
b. Ordo Anisomyaria
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen. Mempunyai dua muscle
scar, dimana muscle scar bagian belakang (posterior) lebih besar dari
anterior, serta mempunyai gigi dan socket dua buah
c. Ordo Eulamellibranchiata
Mempunyai anterior muscle scar yang lebih kecil dari posterior muscle
scar, tetapi umumnya sama besar dimana gigi dan susunan giginya tidak
sama besar. (Eldin, 2018).
2.4.4 Gastropoda
Gastropoda berasal dari kata “gaster” yaitu perut dan “podos” yaitu kaki.
Jadi Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut yang
dalam hal ini disebut kaki. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak
mampu melakukan autofertilisasi. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot
(Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea javanica), siput laut (Fissurella sp),
dan siput perantara fasciolosis (Lemnaea trunculata). Adapun ciri-ciri kelas
gastropoda adalah sebagai berikut :
1. Hidup di air laut & air payau
2. Rumahnya terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang
melalui satu sumbu
3. Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki dan alat pencernaan
4. Kepala dilengkapi dengan alat pengunyah yang disebut rongga mantel
(berfungsi sebagai insang pada air laut & berfungsi sebagai paru-paru
pada lingkungan darat
5. Test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui satu
garis lurus (putaran involut & evolut)
6. Arah putaran test gastropoda terdiri dari Dextral (searah jarum jam) &
Sinistral (berlawanan putaran jarum jam). (Eldin, 2018)
1. Subclass Protogastropoda
a. Ordo Cynostraca
b. Ordo Cochliostracea
2. Subclass Prosobranchia
a. Ordo Archaeogastropoda
b. Ordo Mesogastropoda
c. Ordo Neogastropoda
3. Subclass Opisthobranchia
a. Ordo Pleurocoela
b. Ordo Pteropoda
c. Ordo Acoela
4. Subclass Pulmonata
a. Ordo Basommatophora
b. Ordo Stylommatophora
2.4.5 Chepalopoda
Gambar 2.6 Contoh Kelas Cephalopoda
Chepalopoda berasal dari kata “cephale” yaitu kepala dan “podos” yaitu
kaki. Chepalopoda adalah mollusca yang berkaki di kepala. Cumi-cumi dan gurita
adalah Cephalopoda yang cukup dikenal. Pada cumi-cumi, rangka dalam
tubuhnya dihasilkan dari zat hasil sekresi internal oleh mantel. Adapun, gurita
tidak memiliki rangka sama sekali. Cephalopoda memakan hewan-hewan kecil
dan invertebrata lainnya.
Di samping itu, semua anggotanya tidak memiliki cangkang, kecuali
spesies Nautilus. Cephalopoda merupakan Mollusca dengan kepala yang jelas dan
mata yang besar. Kaki otot dimodifikasi menjadi tangan, tentakel sekeliling
mulut, dan corong yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel. Pada
Cephalopoda, kaki telah berevolusi menjadi lengan yang panjang dekat kepala.
Cumi-cumi memiliki 10 lengan, sedangkan gurita memiliki 8 lengan.
Cephalopoda menggunakan lengannya ini untuk menangkap mangsanya dan
memasukkannya ke dalam mulut. Semua Cephalopoda adalah karnivor. Dalam
mulutnya, terdapat beberapa pasang struktur seperti gigi yang digunakan untuk
menggigit dan merobek mangsanya.
Sebagian besar Cephalopoda mempunyai kelenjar tinta. Pada kulit
Cephalopoda mengandung kromatofor, yaitu pigmen yang memungkinkan
tubuhnya berubah warna. Cephalopoda mempunyai peran yang cukup penting
dalam ekosistem. Mereka merupakan mata rantai penting dalam jaring makanan
pada ekosistem laut. Berbagai ikan memangsa cumi-cumi sebagai sumber
makanannya. Selain itu, cumi-cumi dan sotong merupakan makanan laut yang
digemari manusi. (Eldin, 2018).
2.5 Peranan Mollusca Pada Kehidupan Sehari-Hari
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. HCL
2. Lap Kasar
3. Lap Halus
4. Lembar kerja praktikum
5. Buku penuntun
6. Alat tulis menulis
Pada tahapan ini, praktikan melakukan response tulis dengan diberi soal-
soal sehubungan dengan materi yang akan dilaksanakan pada praktikum tersebut
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki praktikan terhadap
praktikum yang akan dilaksanakan. Setelah melakukan response umum, kegiatan
praktikum dilakukan dengan melakukakan pengambilan data melalui pengamatn
terhadap sampel fosil yang diberikan yang dituliskan pada lembar kerja.
Pada tahapan ini, praktikan melakukan analisi data yang telah di ambil
pada tahapan sebelumnya yang kemudian dikembangkan untuk pembuatan
laporan sebagai hasil dari praktikum tersebut.
Pada tahapan ini kami membuat laporan berdasarkan analisis data yang
telah kami asistensikan sehingga menghasilkan laporan lengkap praktikum.
Adapun diagram alur tahapan praktikum, sebagai berikut :
Tahapan
Pendahuluan
Tahapan
Praktikum
Analisis Data
Pembuatan Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Naulitida,
famili Pseudoterocerasidae, genus Pseudoteroceras, dan dengan nama spesies
Pseudoteroceras stellaeformis GUMB.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah Sperichal, yaitu fosil yang bentuknya seperti
cakram. Bagian tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian tubuh
fosil, septa yaitu kamar pada tubuh fosil, suture yaitu garis pemisah antar kamar
yang terdapat pada bagian tubuh fosil, aperture yaitu anus pada bagian tubuh fosil,
dan umbilicus yaitu bagian tubuh fosil kamar pertama sebagai pusat perputaran
lingkaran terluar.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) dan memiliki lingkungan pengendapan di laut dagkal. Adapun
umur fosil ini adalah Jurrasic Bawah (±195 – 176 juta tahun lalu). Fosil ini
berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur
relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.
Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo Arcida, famili
Glycymerisidae, genus Glycymeris, dan dengan nama spesies Glycymeris philipi.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah biconvex, yaitu fosil yang memiliki dua sisi
cembung. Bagian tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian tubuh
fosil, costae yaitu aksesori pada cangkang fosil, growth line yaitu garis tumbuh
pada cangkang fosil.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) dan memiliki lingkungan pengendapan di laut dangkal. Adapun
umur fosil ini adalah Oligosen Atas (±33-22,5 juta tahun lalu). Fosil ini berguna
sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif
lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.
Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Sachopoda, ordo Belemnitida,
famili Belemnitellanidae, genus Belemnitella, dan dengan nama spesies Belemnitella
mucronata (SCLOTH).
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil yang berbentuk seperti
kerucut karena karena ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Bagian tubuh fosil yang masih dapat diamati antara lain
Test yang merupakan keseluruhan tubuh organisme, dan apex bagian puncak dari
tubuh fosil
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) dan memiliki lingkungan pengendapan di laut dangkal. Adapun
umur fosil ini adalah kapur atas (±100 – 65 juta tahun lalu) . Fosil ini berguna sebagai
bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.
Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Murchisoniina,
famili Ceolozonenidae, genus Ceolozone, dan dengan nama spesies Ceolozone verna
(BARR.) PERNER
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Artinya,
seluruh bagian dari fosil tersebut mengalami penggantian oleh mineral lain
sehingga tidak terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah Globular, yaitu fosil yang bentuknya
membulat. Bagian tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian tubuh
fosil secara keseluruhan.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) dan memiliki lingkungan pengendapan di laut dangkal. Adapun
umur fosil ini adalah Silurian Atas (± 423-395 juta tahun lalu). Fosil ini berguna
sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi, penentu umur relatif
lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu lingkungan
pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.
Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Gastropoda, ordo Sorbeoconcha,
famili Turritellanidae, genus Turritella, dan dengan nama spesies Turritella (Mesalia)
intermedia DESH.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil yang berbentuk seperti
kerucut karena karena ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Adapun bagian fosil yang masih dapat dikenali terdiri dari
test yaitu tubuh fosil secara keseluruhan dan apex yaitu bagian ujung dari fosil ini.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini adalah Eosen Tengah (50 – 45 juta
tahun yang lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau
dan evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi
sedimentasi, penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.
Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas Pelecypoda, ordo Mydia, famili
Dreissenanidae, genus Dreissena, dan dengan nama spesies Dreissena spathulata
(PARTSCH).
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Artinya, hanya sebagian dari fosil tersebut yang mengalami penggantian oleh
mineral lain sehingga masih terdapat sisa-sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
dipermukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah biconvex, yaitu fosil yang memiliki dua sisi
cembung. Bagian tubuh fosil yang masih dapat terlihat adalah test bagian tubuh
fosil secara keseluruhan dan growthline yaitu garis tumbuh.
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M, maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini Pliosen Bawah (± 65-58 juta tahun
lalu). Fosil ini berguna sebagai bukti adanya kehidupan masa lampau dan evolusi,
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu iklim saat terjadi sedimentasi,
penentu lingkungan pengendapan, dan untuk mengkorelasi batuan.
DAFTAR PUSTAKA
Bitar. 2019. Mollusca : Pengertian, Struktur Tubuh, Ciri, Klasifikasi, Contoh dan
Peranannya Secara lengkap.
https://www.gurupendidikan.co.id/mollusca/#ftoc-heading-9. Diakses
pada Selasa, 12 Mei 2019, pukul 19.45 WIB.
Eldin. 2018. Ilmu Paleontologi Dasar. Kendari : Teknik Geologi, Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo.
L
A
M
P
I
R
A
N
CATATAN : PARAF
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Test
2. Posterior
3. Sulture
4. Whorl
5. Anterior
6.
PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi
BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Miosen atas (12-6 juta tahun lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas
Gastropoda, ordo Caenogastropoda, famili
Tympanotonos, genus Tympanotonos, dan dengan
nama spesies Tympanotonos margaritaceus
(BROCCHI)
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini
adalah permineralisasi. Artinya, hanya sebagian
dari fosil tersebut yang mengalami penggantian
oleh mineral lain sehingga masih terdapat sisa-
sisa organisme dalam fosil ini.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi
oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke
permukaan. Setelah naik dipermukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang
berupa erosi air, angin, atau es sehingga tampak
di permukaan.
Adapun bentuk fosil ini adalah conical, yaitu fosil
yang berbentuk seperti kerucut karena karena
ukurannya yang semakin kecil (diameter) dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Adapun bagian fosil yang
masih dapat dikenali terdiri dari test yaitu tubuh fosil
apex yaitu bagian ujung pada cangkang fosil, suture
yaitu garis pemisah antar kamar, body whorl yaitu
kamar tempat tinggal organisme,
Jika fosil ini ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M,
maka fosil ini akan bereaksi membentuk buih-
buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Adapun
umur fosil ini adalah Meosen Bawah (± 22,5-
15juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai
bukti adanya kehidupan masa lampau dan
evolusi, penentu umur relatif lapisan sedimen,
penentu iklim saat terjadi sedimentasi, penentu
lingkungan pengendapan, dan untuk
mengkorelasi batuan.
CATATAN : PARAF
CATATAN : PARAF
NIM : D061191106
Review
Filum Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang berarti lunak. Jadi,
mollusca merupakan hewan multiseluler yang tidak memiliki tulang belakang
(invertebrata) dan bertubuh lunak. Tubuh dari mollusca dapat digolongkan dalam
2 bagian besar yaitu bagian lunak dan bagian yang keras (shell).
Mollusca telah menyebar pada setiap tempat hidup air dan telah hidup
hingga ke darat. Sehingga merupakan jenis yang paling sukses hidup dari filum
lainnya sepanjang waktu geologi & dipercaya sebagai penentu untuk fosil
indeks. Muncul sejak zaman Kambrium hingga sekarang.
1. Kelas Amphineura
Kelas Amphineura memiliki bentuk tubuh yang bulat, pipih, dan simetri
bilateral. Alat geraknya terletak pada bagian perut yang lebar dan rata. Saluran
pencernaan makanan terdiri atas mulut yang dilengkapi dengan lidah parut,
yaitu lidah dengan gigi tersusun dari zat kitin. Organ pernafasan yaitu insang
dan anus terletak pada bagian belakang (posterior). Kelas ini hidup sejak
Ordovicium hingga Holosen. Namun tidak banyak yang menjadi fosil. Kelas
Amphineura terdiri dari dua ordo utama yaitu: Ordo Polyplacopohore dan
Ordo Aplacophore. Salah satu contoh dari kelas ini adalah Cryptochiton sp.
2. Kelas Scaphpoda
Kelas scaphopoda memiliki cangkang yang menyerupai gading yang
memanjang yang pada ujungnya terbuka. Komposisi cangkang yaitu dari
bahan organik dan tumbuh dengan penambahan ke bagian yang berdiameter
paling besar. Bergerak dengan menggunakan kaki yang berbentuk menyerupai
kerucut yang berguna untuk menggali lumpur. Hidupnya di laut dan
terpendam di dalam pasir atau lumpur. Tubuh memanjang, dorsoventral.
Kisaran hidup dari Kelas Scaphopoda mulai Devon hingga Holosen. Namun
tidak banyak meninggalkan fosil. Genus yang terkenal dari kelas ini adalah
Dentalium, Plagioglypta, dan Cadurus. Contoh spesies dari Kelas ini adalah
Dentalium vulgare dan Dentalium elephantium.
3. Kelas Pelecypoda
Kelas ini disebut sebagai bivalvia karena tubuhnya dilindungi oleh
cangkang yang setangkup dan memiliki tubuh simetri bilateral. Dari celah
cangkangnya akan keluar kaki yang pipih seperti mata kapak sehingga hewan
ini disebut juga Pelecypoda yang berarti pelecy yaitu pipih dan podos yaitu
kaki. Klasifikasi Pelecypoda didasarkan pada bagian tubuh tertentu, yaitu
insang, susunan gigi dan otot penutup kelopaknya. Bentuk gigi yang
sederhana telah dijumpai pada zaman Ordovisium & terjadi evolusi gigi
hingga menjadi dua susun. Contoh dari kelas ini adalah Maleagrina
margaritivera (kerang mutiara), Asaphis detlorata (remis), Pecten ostrea
(tiram) dan Anadonta woodina (kerang).
4. Kelas Gastropoda
Gastropoda, dalam bahasa latin yaitu gaster, berati perut dan podos,
berarti kaki adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat
gerak atau kakinya. Kelas ini terlindung dalam cangkang tunggal berbentuk
spiral memanjang melalui satu sumbu. Terdiri dari kepala, kaki dan alat
pencernaan, test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui
satu garis lurus (putaran involut & evolut), dan arah putaran test gastropoda
terdiri dari Dextral (searah jarum jam) & Sinistral (berlawanan putaran
jarum jam). Sebagian besar gastropoda adalah hewan laut, tetapi banyak juga
species air tawar, dan daratan. Kelas Filum Mollusca yang terbesar adalah
Gastropoda karena memiliki lebih dari 40.000 species yang hidup. Filum ini
merupakan salah satu dari beberapa kelompok invertebrata yang telah berhasil
menghuni daratan. Contoh spesiesnya adalah siput air (Lymnaea sp.), remis
(Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica).
5. Kelas Sephalopoda
Kelas Sephalopoda, menurut bahasa yaitu sephal yang berarti kepala dan
podos yang berarti kaki. Menurut istilah, sephalopoda berarti hewan yang
menggunakan kepalanya sebagai alat gerak. Tubuhnya bilateral simetris,
dilengkapi dengan kaki yang terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi
alat penghisap dan sistem saraf yang berkembang di kepala. Kelompok hewan
ini berbadan lunak dan tidak semua spesies mempunyai cangkang. Mantelnya
menyelimuti sekeliling tubuh. Anatomi yaitu cangkang berjumlah satu buah,
terputar planispiral, rongga tubuh terbagi menjadi kamar-kamar oleh septa
yang menyilang rongga tersebut, bagian lunak organisme terletak pada kamar
terakhir, mempunyai batang kecil memanjang ke arah dalam menembus septa,
disebut siphuncle yang berfungsi sebagai penyalur gas ke kamar-kamar yang
tidak ditempati, agar bisa tetap mengambang, garis potong antara septa
dengan dinding luar disebut sutur. Contoh spesies kelas ini adalah cumi-cumi
(Loligo pealii), gurita (Octopus sp.) dan sotong (Sepia sp.).