Anda di halaman 1dari 49

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA 6 : ECHINODERMATA DAN ARTHROPODA

LAPORAN

OLEH :
AGUNG NUR IHSAN
D061191022

MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada program studi Teknik Geologi, terdapat mata kuliah yang dinamakan
paleontologi. Paleontologi berasal dari tiga kata yaitu paleo yang artinya masa
lalu, onthos yang artinya kehidupan, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa paleontologi adalah cabang ilmu geologi yang
mempelajari kehidupan di masa lampau atau purba. Paleontologi sangat erat
kaitannya dengan fosil, karena alat yang dilakukan dalam praktikum paleontologi
adalah fosil. Jadi, dapat juga dikatakan pengertian paleontologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang fosil. Berdasarkan asal katanya, fosil berasal dari bahasa
latin yaitu fossa yang berarti "galian", adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk
hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau
tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Hewan atau tumbuhan yang dikira
sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil dalam ilmu
paleontology memiliki banyak fungsi diantaranya fosil dapat digunakan untuk
menentukan umur pada batuan, selain itu fosil juga dapat berfungsi sebagai bukti
evolusi yang menyatakan bahwa manusia, hewan, dan tumbuhan itu pernah ada.
Pada praktikum paleontologi kali ini, materi yang akan dibahas yaitu fosil dari
filum Artropoda dan filum Echinodermata .

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum acara 6 filum Artropoda dan filum


Echinodermata ini adalah:
1. Praktikan dapat mengetahui nama spesies fosil dari Filum Artropoda dan
Filum Echinodermata yang diamati selama praktikum
2. Praktikan dapat mengetahui bentuk fosil dari Filum Artropoda dan Filum
Echinodermata yang diamati selama praktikum
3. Praktikan dapat mengetahui proses pemfosilan fosil dari Filum Artropoda dan
Filum Echinodermata yang diamati selama praktikum
4. Praktikan dapat mengetahui perbedaan ciri fosil dari Filum Artropoda dan
Filum Echinodermata

1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum acara 5 Filum Moluska ini adalah:


1. Memberikan pengetahuan mengenai Filum Artropoda dan Filum
Echinodermata
2. Mampu mendeskripsikan berbagai bentuk-bentuk fosil dari Filum Artropoda
dan Filum Echinodermata
3. Mampu membedakan jenis-jenis fosil Filum Artropoda dan Filum
Echinodermata sesuai dengan susunan taksonominya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fosil

Fosil merupakan istilah yang sangat familiar di dalam dunia sejarah. Fosil
merupakan bukti peninggalan dari zaman pra sejarah yang sering digunakan untuk
riset dan penelitian tentang keadaan Bumi masa lampau. Pengertian fosil sendiri
merupakan jejak atau sisa- sisa makhluk hidup atau organisme hidup yang telah
menjadi mineral atau batu. Makhluk hidup yang dapat berubah menjadi fosil
adalah manusia, binatang dan juga tumbuhan. Sisa- sisa manusia, tanda binatang
maupun tumbuhan ini tentu saja yang telah ditutupi oleh sedimen. Tanaman atau
binatang dianggap punah namun masih hidup disebut dengan sebutan fosil.
Kebanyakan yang ditemukan adalah kerangka fosil sebagai shell atau cangkang,
tulang dan juga gigi. Untuk fosil jaringan lunak masih jarang ditemukan. Studi
ilmu yang mempelajari mengenai fosil disebut dengan Paleontologi ( Djauhari
Noor, 2012 )

2.2 Syarat Terbentuknya Fosil

Secara umum fosil terbentuk dari proses penghancuran peninggalan


organisme yang pernah hidup. Hal ini sering terjadi apabila tumbuhan atau hewan
terkubur dalam lingkungan yang terbebas dari oksigen. Fakta- fakta yang telah
ditemukan, fosil tidak bertahan dalam bentuk aslinya. Maka dari itulah dalam
beberapa kasus, mineral atau perubahan kimia sisa- sisa makhluk hidup dilarutkan
sehingga semuanya diubah dalam bentuk cetakan untuk mendapatkan bentuk yang
lebih mirip aslinya. Sebelum berubah menjadi fosil, tentunya ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi. Hal ini karena tidak semua sisa makhluk hidup dapat
berubah menjadi fosil. Setidaknya ada beberapa kriteria yang bisa dianggap
pemfosilan diantaranya sebagai berikut:
a) Memiliki umur lebih dari 10.000 tahun yang lalu
b) Organisme mempunyai bagian tubuh yang sulit
c) Terjadi secara alamiah atau proses alam
d) Mengalami pelestarian
e) Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
f) Terbebas dari bakteri pembusuk atau pengurai yang dapat menghancurkan
sisa- sisa makhluk hidup tersebut. ( Djauhari Noor,2012 )

2.3 Arthropoda

Mollusca merupakan salah satu filum yang terbesar pada kelompok hewan,
baik dalam jumlah spesies maupun dalam jumlah individu, dua kelas terbesar dari
filum Mollusca adalah Gastropoda dan Bivalvia (Khade, 2012; Dibyowati, 2009;
Omamoke, 2013). Mollusca hidup sejak periode cambrian, terdapat lebih dari
100.000 spesies hidup dan 35.000 spesies fosil. Kebanyakan Mollusca dijumpai di
laut dangkal, beberapa pada kedalaman sampai 7.000 m, beberapa di payau, di air
tawar, dan di darat (Sugiarti, 2005). Mollusca memiliki peranan penting dalam
kehidupan, yaitu sebagai bahan makanan bagi manusia, bahan baku kerajinan
hiasan dan ornamen, bahan tambahan pakan ternak, dan juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku bangunan (Ariska, 2012).
Mollusca kelompok hewan yang sifatnya tripoblastik slomata dan
invertebrata yang bertubuh lunak dan multiseluler. Istilah Mollusca berasal dari
bahasa Yunani dari kata molluscus yang berarti lunak. Mollusca termasuk dalam
hewan yang lunak baik yang dengan cangkang ataupun tanpa cangkang. Seperti
dari berbagai jenis kerang-kerangan, siput, kiton, dan cumi-cumi serta
kerabatanya. Mollusca merupakan filum yang terbesar kedua dari kerajaan
binatang (Animalia) sesudah filum Arthropoda.
Pada saat ini, diperkirakan terdapat 75 ribu jenis, dengan ditambah 35 ribu
jenis yang dalam bentuk posil. Molluska hidup di air laut, air tawar, payau, dan
darat. Habitat Mollusca dapat berada di palung benua laut sampai pegunungan
yang tinggi, dan bahkan dapat ditemukan dengan mudah di sekitar rumah kita.
Molluska dipelajari pada cabang zoologi yang disebut dengan malakologi
(malacology). Mollusca memiliki spektrum penyebaran biogeografi yang amat
luas,mulai dari lingkungan akuatis (laut,payau,tawar) sampai dengan lingkungan
terrestris (darat).Merupakan jenis Kingdom Animalia yang paling sintas
sepanjang waktu geologi,sehingga banyak digunakan sebagai fosil indeks.

2.3.1 Ciri- Ciri

Adapun karakteristik dari filum ini yaitu


1. Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik schizocoelomata),
tubuh umumnya beruas-ruas dan bersatu secara, kepala, dana dan abdomen
jelas atau bersatu (ruas kepala selalu bersatu)
2. Appendages satu pasang setiap ruas (somite) atau tidak ada, masing-masing
dihubungkan dengan sendi.
3. Memiliki eksoskeleton yang terbuat dari kitin , sabagai hasil sekresi
epidermis, melakukan ekdisis pada interval tertentu.
4. Alat pencernaan komplit, mulut diadaptasikan untuk mengunyah atau
menusuk, anus di bagian ujung.
5. Sistem peredaran darah terbuka, darah akan kembali ke dalam jantung
melalui rongga tubuh (haemocoel), sistem arteri semakin berkembang.
6. Respirasi melalui insang, sistem trakea, paru-paru buku, atau permukaan
tubuh.
7. Sistem ekskresi dengan kelenjar hijau atau coxal, atau slauran Malpighi yang
bersastu dengan usus.
8. Sistem saraf dengan ganglia supra esophageal yang dihubungkan ke tali saraf
(nerve cord) yang meluas di sepanjang tubuhnya dengan ganglion dan
sepasang tali saraf lateral di setiap ruas.
9. Organ sensoris berupa antenna, rambut, mata majemuk, dan statocyst.
10. Umunya berumah dua, fertilisasi umumnya internal. Pada beberapa Crustacea
parthenogenesis.

2.3.2 Klasifikasi Filum Arthropoda

Filum Arthropoda di bagi atas 5 kelas yaitu:


1. Crustacea
Crustacea (baca: krustasea) adalah suatu kelompok besar dari arthropoda,
terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya
dianggap sebagai suatu subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang
cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip.
Mayoritas merupakan hewan air, baik air tawar maupun laut, walaupun beberapa
kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat.
Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat
parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya. Tubuh Crustacea terdiri atas
dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut atau badan
belakang (Abdomen). Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang disebut
karapas (Cangkang; Exoskeleton) dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang
kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan.

Gambar 2.1 Krustasea

2. Myriapoda
Ciri-ciri Kelas Myriapoda antara lain :
A. Semua anggotanya hidup di darat.
B. Tubuhnya terdiri dari caput (kepala) yang memiliki sepasang antena,
sepasang mata, dan 2 atau 3 pasang rahang.
C. Badannya terbagi ke dalam ruas-ruas dengan ukuran yang relatif sama,
masing-masing memiliki sepasang kaki.
Kelas Myriapoda dibagi menjadi 2 subkelas, yaitu Diplopoda dan Chilopoda.
A. Subkelas Diplopoda
Subkelas Diplopoda adalah hewan dari Kelas Myriapoda yang sering disebut
sebagai si kaki seribu (millipedes), karena memiliki jumlah kaki yang sangat
banyak.
Ciri-ciri Subkelas Diplopoda antara lain :
a. Umumnya memiliki 30 pasang kaki atau lebih.
b. Tubuhnya bulat memanjang (silindir), beberapa segmen menyatu, pada
setiap segmen terdapat 2 pasang kaki.
c. Hidupnya sebagai herbivora, banyak dijumpai di bawah serasah, bebatuan,
atau di dalam tanah, dan selalu menghindar dari cahaya.
d. Gerakannya sangat lambat dan jika ada getaran, tubuhnya akan melingkar
membentuk spiral atau bola.
e. Pada kepalanya terdapat sepasang antena, dua pasang mata tunggal, dan
alat mulut tanpa taring bisa.
Contoh hewan dari Subkelas Diplopoda adalah Polyxenus sp., Sigmoria sp., dan
luwing (Spirobolus sp.).
B. Subkelas Chilopoda
Subkelas Chilopoda adalah hewan dari Kelas Myriapoda yang sering disebut
sebagai si kaki seratus (centipedes).
Ciri-ciri Subkelas Chilopoda antara lain :
a. Tubuhnya terdiri atas kepala (caput) dan badan (abdomen), berbentuk
pipih dengan 15 pasang kaki atau lebih, dan beruas-ruas.
b. Tiap ruas badan terdapat satu pasang kaki.
c. Pada kepala terdapat 5 pasang antena yang panjang dan 2 pasang mata
tunggal.
d. Mulut dilengkapi sepasang taring bisa, yaitu modifikasi alat gerak dari
segmen tubuh yang pertama (kaki depan).
Contoh hewan dari Subkelas Chilopoda adalah kelabang atau lipan (Scolopendra
sp.) dan Lithobius forficatus.
Gambar 2.2 Myriapoda
3. Hexapoda
Kelas Insecta adalah hewan dari Filum Arthropoda yang sering kita sebut
sebagai serangga. Ciri-ciri Kelas Insecta antara lain memiliki 3 pasang kaki,
sehingga disebut juga heksapoda. Kelas Insecta merupakan kelas dengan
keanekaragaman tertinggi di antara kelas-kelas yang lain. Penyebaran Insecta
sangat luas, dari perairan hingga puncak gunung, dari khatulistiwa hingga ke
kutub. Jumlah spesiesnya juga cukup banyak. Di dunia ini sedikitnya ditemukan
750.000 jenis yang dikelompokkan ke dalam 100 suku dan 26 ordo.

Gambar 2.3 Hexapoda


Berdasarkan ada tidaknya sayap, Kelas Insecta dibagi menjadi 2 subkelas, yaitu
Subkelas Apterygota dan Subkelas Pterygota.
A. Subkelas Apterygota
Subkelas Apterygota adalah serangga yang tidak bersayap. Subkelas
Apterygota terdiri atas 4 ordo yaitu Protura, Diplura, Collembola, Thysanura.
Ordo-ordo tersebut merupakan kelompok serangga yang tidak mengalami
metamorfosis (Ametabola), contohnya adalah kutu buku (Lepisma sp.).
B. Subkelas Pterygota
Subkelas Pterygota adalah kelompok Insecta yang memiliki sayap. Kelompok
bersayap ini bisa dibagi-bagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan sifat-
sifat tertentu.
4. Chelicerata
Chelicerata berasal dari bahasa Yunani : Chele = capit dan Keros = tanduk.
Kebanyakan anggota dari filum ini berukuran kecil dan hidup di daratan yang
keing dan hangat. Mempunyai kelenjar racun, rahan atau taring racun sebagai
sarana untuk membunuh mangsa, kemudian menghisap cairan tubuh atau jaringan
lunaknya. Gigitan atau sengatannya menimbulkan kesakitan bahkan kematian.
Tubuh biasanya terdiri atas cephalothorax dan abdomen yang tampak jelas. Pada
cephalothorax terdapat enam pasang apendik bersendi, yaitu sepasang chelicerae,
sepasang pedipalpi dan empat pasang kaki. Antena dan tanpa mendibel. Filum
Chelicerata terdiri atas kelas Merostomata, kelas Arachnida dan kelas
Pygnogonida.
5. Trilobite
A. Nama Trilobita berasal dari kenampakan binatang tersebut yang khas,
yaitu terdiri dari tiga bagian (three lobes) yaitu kepala (cephalon), thorax
(dada/perut) dan pygidium (ekor).
B. Disamping itu, ke arah lateralnya, tubuh trilobite juga terbagi menjadi 3
bagian, yaitu bagiantengah (central/axial lobe) dan bagian pinggir di kedua
sisinya(lateral lobes). Tubuh binatangini terbungkus rangka luar
(exoskeleton) yang tersusun oleh senyawa khitinan.
C. Ruas tubuhnya sangat lentur sehingga bisa digulung seperti bola.
D. Seperti anggota Arthropoda yang lain, pertumbuhan Trilobita dilakukan
dengan jalan bergantirangka (molting).
E. Trilobita rentang panjang dari 1 mm sampai 72 cm (1 / 25 inci hingga 28
inci), dengan berbagai ukuran khas dari 3 sampai 10 cm (1 sampai 4 inci).
2.4 Filum Echinodermata

Echinodermata berasal dari kata Yunani: Echinos = duri, derma = kulit;


berarti hewan yang kulitnya berduri. Kelompok hewan ini meliputi: Bintang Laut
(classis Asteroidea), Bintang Ular (classis Ophiuroidea), Landak Laut (classis
Echinoidea), Lilia Laut (classis Crinoidea), dan Mentimun Laut atau Tripang
(classis Holothuroidea), di samping beberapa classis yang telah punah. Hampir
semua bersifat simetris radial ketika dewasa, dan pada umumnya mempunyai
kerangka dalam bersifat kapur dengan spina-spina.
Echinodermata adalah semata-mata hewan laut dan berada di antara hewan
laut pada umumnya dan distribusinya yang luas, dijumpai di semua laut dari zona
intertidal sampai laut yang sangat dalam. Tubuhnya umumnya radial simetri,
hamper selalu pentamerous. Tubuhnya triploblastik, ceolomata dengan permukaan
oral dan aboral yang jelas; tanpa kepala dan tidak bersegmen. Ukuran tubuhnya
sedang sampai besar tetapi tidak ada yang mikroskopis. Bentuk tubuh bundar
sampai silindris atau bentuk bintang dengan tangan sederhana yang tersebar dari
diskus sentral atau tangan-tangan bercabang-cabang seperti bulu muncul dari
tubuh sentral. Permukaan tubuh agak halus, tertutup oleh lima ruangan secara
simetris memancar berupa alur berlekuk yang disebut ambrulakral diselingi lima
inter-radil atau interambrulakral. Dinding tubuh terdiri atas epidermis di sebelah
luar, dermis di tengah dan di sebelah dalam adalah peritoneum. Endoskeleton
tersusun dari lempengan-lempengan yang membentuk cangkang, biasanya disebut
theca atau test atau mungkin disusun dari ossikula-ossikula kecil yang terpisah.
Coelom dibatasi oleh peritoneum dan ditempati oleh sistem pencernaan makanan
dan sistem reproduksi. Mempunyai pembuluh air atau sistem ambulakral yang
merupakan ciri pada umumnya, terbuat dari tabung-tabung berisi cairan. Saluran
makanan biasanya berupa tabung melingkar membentang dari mulut di
permukaan oral sampai dengan anus pada permukaan aboral atau permukaan oral.
Sistem sirkulasi atau sistem haemal atau sistem darah lacunar adalah spesifik.
Respirasi terjadi melalui struktur bervariasi, misalnya: dengan papula pada
bintang laut, insang peristomial pada landak laut, bursa genital pada bintang ular
laut, pohon respirasi kloakal pada mentimun laut. Sistem ekskresi tidak ada.
Sistem saraf adalah prmitif, terdiri atas jaringan seperti jala terkonsentrasi di
dalam tali-tali saraf ganglion secara radial. Organ-organ sensorik kurang
berkembang. Seks biasanya terpisah (dioecious) dengan beberapa perke-cualian.
Kelenjar kelamin sederhana dengan atau tanpa salurang sederhana. Reproduksi
biasanya seksual, beberapa berkembang biak secara aseksual atau regenerasi.
Fertilisasi eksternal, sedangkan beberapa Echinodermata ada yang vivipar.
Perkembangan larva khas yang mengalami metamorphosis menjadi dewasa yang
bersifat simetris radial.

2.4.1 Ciri Ciri

Adapun ciri ciri dari filum arthropoda :


1. Umumnya bilateral simetris pada waktu larva dan radial simetris setelah
dewasa; tubuhnya terdiri atas lima bagian atau keping; memiliki tiga lapisan sel
(triploblastik enterocoelomata), umumnya organ tubuh bersilia; tidak ada kepala,
otak dan segmentasi.
2. Permukaan tubuh dengan lima daerah radial simetris; atau ambulacra tempat ke
luarnya tonjolan kaki
3. Tubuh ditutupi oleh epidermis yang padat dan di sebelah atasnya terdapat
endskeleton terbuat dari kapur sebagai hasil sekresi mesodermis dan biasanya
memiliki pola tertentu; sering dengan duri yang tajam atau tumpul.
4. Alat pencernaan sederhana umumnya komplit, pada beberapa hewan tidak
komplit (Ophiuroidea)
5. Sistem peredaran darah radiat, coelom dibatasi oleh peritoneum bersilia. Dan
cairannya berisi amoebocyte yang dapat bergerak bebas; memiliki sistem saluran
air dan kaki tabung yang berfungsi untuk pergerakan.
6. Respirasi dengan dermal branchia, kaki tabung, tentakel, kantung insang, dan
respiratory tree.
7. Ekskresi dengan amoebocyte.
8. Jenis kelamin terpisah; berumah dua, pembuahan eksternal; larva mikroskopis,
bersilia, transparan, biasanya berenang bebas dan mengalami perubahan bentuk.
Pada beberapa species dapat melakukan reproduksi vegetatif dengan membelah
diri.

2.4.2 Klasifikasi Filum Echinodermata

Dalam filum Echinodermata terdapat 5 pembagian kelas yaitu:


A. Crinoidea
Anggota dari classis ini tidak bertangkai dan bergerak bebas, tubuh terdiri
atasmangkuk aboral, disebut calyx dan penutup oral atau atap, disebut tegmen
danstruktur kuat bercabang lima atau kelipatannya. Tangan-tangan dapat
digerakkan,sederhana, umumnya bercabang-cabang, biasanya berjumlah lima atau
sepuluhdengan atau tanpa pinula. Lekuk amburalakral, terbuka dan
memanjangsepanjang tangan dan pinnula-pinnula sampai ujung-ujungnya.
Mempunyai madreporit, spina-spina dan pedicellaria. Seks terpisah. Larva disebut
doliolaria.Classis ini hanya mempunyai satu ordo yaitu Articulata.
Contoh spesies : Brisingaster, Heliaster, dan Asterias
B. Holothuroidea
Tubuhnya simetris bilateral, biasanya memanjang atau dengan mulut terletak
pada satu ujung dan anus terletak pada ujung yang lain. Permukaan tubuh
kesat.Endoskeleton tereduksi berupa spikula berukuran mikroskopis atau
lempeng-lempeng tertanam di dalam dinding tubuh. Mulut dikelilingi oleh
sekumpulantentakel. Podia atau kaki tabung biasanya ada dan berfungsi untuk
pergerakan.Saluran pencernaan makanan terbentuk panjang dan berliku-liku dan
kloaka biasanya dengan pohon respirasi. Jenis kelamin biasanya terpisah dan
kelenjarkelamin berupa berkas tubulus tunggal atau berpasangan.
Contoh spesies : Thyone sp. , Holothuria sp
C. Echinoidea
Tubuh berbentuk bola, seperti mangkuk, oval atau bentuk jantung.
Tubuhtertutup oleh cangkang endoskeleton dari lempeng-lempeng kalkareus
yangrapat, tertutup oleh spina-spina yang dapat digerakkan. Lempeng-
lempengkalkareus yang sebelah luar, dibedakan ke dalam lima daerah ambulakral
berseling dengan lima daerah inter-ambulakral. Podia atau kaki tabung keluardari
lubang-lubang dari lempeng-lempeng ambulakral dan berfungsi untuk pergerakan.
Mulut terletak di pusat permukaan oral yang dikelilingi oleh peristomium yang
bersifat membran. Anus terletak di kutub aboral dandikelilingi oleh periprost
bersifat membrane. Lekuk-lekuk ambulakral tidak ada.Pedicellaria bertangkai dan
mempunyai tiga japit. Seks terpisah, kelenjar kelamin pentamerous.
Perkembanganbiakan meliputi larva echino-pluteus yang berenang bebas.
Contoh spesies : Strongylocentrotus sp. , Echinarachnius sp., Diadema sp.
D. Asteroidea
Tubuhnya pipih, pentagonal atau berbentuk bintang. Permukaan oral danaboral
adalah jelas, permukaan oral menghadap ke bawah dan aboral menghadapke atas.
Lima sampai 50 lengan panjang atau pendek menyebar secara simetridari sebuah
diskus sentral. Mulut bertempat di bagian sentral dari permukaan oraldikellingi
oleh peristome yang bersifat membran. Anusnya kecil dan berlokasi di permukaan
aboral. Ambulakral membentuk lekuk yang mencolok didukungdengan podia atau
kaki tabung. Ambulakral membatasi permukaan oral yangmembentang dari
peristome ke ujung-ujung lengan. Endoskeleton fleksibel,terbentuk dari ossikula
yang terpisah. Pedikelari-nya kecil, seperti duri yangdapat digerakkan. Respirasi
dengan papula. Seks terpisah, gonad tersusun secararadial. Perkembangan larva
termasuk larva bipinnaria atau brachiolaria.
Contoh spesies : Asterias forbesi, Linkhia sp , Pentaceros sp
E. Ophiuroidea
Tubuh pipih dengan diskus sentral bersegi lima atau bulat. Permukaan oraldan
aboral adalah jelas. Lengan-lengan biasanya lima, ramping, halus atau berduri.
Tidak memiliki lekuk ambulakral. Tidak punya anus dan intestine.Madreporit
terdapat pada permukaan oral. Seks terpisah, gonad pentamerous.Perkembangan
larva termasuk larva pluteus yang berenang bebas.
Contoh spesies : Ophiotrix sp. , Ophioderma sp.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan pada ini,yaitu:
1. Alat tulis kerja (ATK)
2. Sampel fosil
3. Pensil warna
4. HCL
5. Kertas HVS
6. Lap kasar
7. Lap halus
8. LKP (Lembar Kerja Praktikum)
9. Buku Penuntun

3.2. Tahapan Praktikum


Adapun tahapan praktikum adalah sebagai berikut:

Studi Literatur

Mengambil sampel fosil Mendeskripsi fosil dari literatur yang ada

Membuat hasil, pembahasan dan kesimpulan


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Homotelus bromidensis ESKER

Gambar 4.1 Homotelus bromidensis ESKER

Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita , Ordo Ashapida,
family Homotelusidae , genus Homotelus dan spesies bernama Homotelus
bromidensis ESKER.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan,
fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dan bagian-bagian tubuhnya
yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Occipital Furrow yang
merupakan garis horizontal pada fosil. Dan terdapat pleura yang merupakan ruas-
ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas yang horizontal).
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur
fosil ini adalah Ordovisium Tengah (±500-451 juta tahun). Kegunaan fosil ini
adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan,
untuk mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.2 Dizygocrinus rotundus (YANDELL & SHUMARD)

Gambar 4.2 Dizygocrinus rotundus (YANDELL & SHUMARD)


Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas Enchinoidea, Ordo
Monobathrida, family Dizygocrinusidae , genus Dizygocrinus dan spesies
bernama Dizygocrinus rotundus (YANDELL & SHUMARD).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan,
fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Globular dan bagian-bagian tubuhnya
yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Dan Axial Canal yang
merupakan anus atau tempat pembuangan pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur
fosil ini adalah Karbon Bawah (±345-391 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.3 Loriolaster mirabilis STURZT

Gambar 4.3 Loriolaster mirabilis STURZT


Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas Ophiuroidea, Ordo
Cheiropterasteridae, family Loriolastersidae , genus Loriolaster dan spesies
bernama Loriolaster mirabilis STURZT.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah Trail & Track. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan,
fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Plate dimana terdapat beberapa bagian
pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Ring Conal
yang merupakan bagian pinggir dari Madreporit. Madreporit yang merupakan
tempat masuknya air. Tubefeet yang merupakan bagian sisi kiri dari fosil.
Ampulae yang merupakan fosil yang berada pada sisi ampulakral. Piroximal
yang merupakan fosil yang mendekati Madreporit. Distal yang merupakan
bagian fosil yang menjauh dari madreporit. Dan Duri yang merupakan bagian
tajam dari fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur
fosil ini adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.4 Dalmanitina socialis (BARR)

Gambar 4.4 Dalmanitina socialis (BARR)


Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo Phacopida,
family Dalmanitinaidae , genus Dalmanitina dan spesies bernama Dalmanitina
socialis (BARR).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan,
fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan.
Pleura yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas
horizontal). Dan terdapat Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal
pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dalam, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia silikatan. Umur fosil
ini adalah Ordovisium (±500-436 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.
4.5 Hemiaster fourneli DESH

Gambar 4.5 Hemiaster fourneli DESH


Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas Asteroidea, Ordo
Spatangoida, family Hemiaster , genus Hemiater dan spesies bernama Hemiaster
fourneli DESH.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah Trail & Track. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan,
fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Globular dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Ring
Conal yang merupakan bagian pinggir dari Madreporit. Madreporit yang
merupakan tempat masuknya air. Tubefeet yang merupakan bagian sisi kiri dari
fosil. Ampulae yang merupakan fosil yang berada pada sisi ampulakral.
Piroximal yang merupakan fosil yang mendekati Madreporit. Distal yang
merupakan bagian fosil yang menjauh dari madreporit. Dan Duri yang
merupakan bagian tajam dari fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur
fosil ini adalah Kapur Atas (±100-66 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.6 Phacopina (vogesina) lacunafera WOLFART

Gambar 4.6 Phacopina (vogesina) lacunafera WOLFART


Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo pachopida,
family phacopinaidae , genus phacopina dan spesies bernama Phacopina
(vogesina) lecunafera WOLFART.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan.
Pleura yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas
horizontal). Dan terdapat Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal
pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dalam, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia silikatan. Umur fosil
ini adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.7 Odontochile hausmanni (BGT)

Gambar 4.7 Odontochile hausmanni (BGT)


Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo Pachopida,
family Odontochileidae , genus Odontochile dan spesies bernama Odontochile
hausmanni (BGT).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Pleura
yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas horizontal).
Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal pada fosil. Axial Furrow
yang merupakan garis vertikal pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur
fosil ini adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.8 Saccocoma pectiata GOLDF

Gambar 4.8 Saccocoma pectiata GOLDF


Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas Ophiuroidea, Ordo
Roveacrinida, family Saccocomaidae , genus Saccocoma dan spesies bernama
saccocoma pectinata GOLDF.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah Trail & Track. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga
fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan,
fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Plate dimana terdapat beberapa bagian
pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Ring Conal
yang merupakan bagian pinggir dari Madreporit. Madreporit yang merupakan
tempat masuknya air. Dan Distal yang merupakan bagian fosil yang menjauh
dari madreporit.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur
fosil ini adalah Jura Atas (± 160-142 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:


1. Filum Anthropoda memiliki beberapa ciri yaitu umumnya tubuh beruas-ruas
yang terbagi atas kepala (caput), dada (thoraks), dan badan belakang
(abdomen), memiliki 3 lapisan (triploblastik) yaitu ektoderm, mesoderm dan
endoderm dengan rongga tubuh, bentuk tubuh simetris bilateral, bagian tubuh
terbungkus oleh eksoskelet yang mengandung khitin. Sedangkan Filum
Enchinodermata memiliki beberapa ciri yaitu umumnya Semua echinodermata
hidup di air laut, simetri radial atau pentaradial, selalu terbagi lima bagian,
tidak ada kepala, tidak bersegmen, tubuh memiliki banyak kaki tabung yang
befungsi untuk bergerak dan menangkap makanan, tubuh ditutupi oleh
epidermis yang disokong oleh skeleton yang tetap dan spina.
2. Dalam praktikum ini bentuk fosil dari Filum Anthropoda yaitu Bifuring serta
memiliki lima kelas yaitu Crustacea, Trilobita, Myriapoda, Hexapoda, dan
Chelicerata. Sedangkan bentuk fosil dari Filum Enchinodermata yaitu
Globular, dan Plate serta memiliki lima kelas yaitu Asteroidea, Enchinoidea,
Ophuroidea, Holothuroidea, dan Crinoidea.
3. Adapun identifikasi yang terlihat dari tubuh fosil pada filum
Anthropoda dan filum Enchinodermata yaitu bentuknya yang beragam dan
proses pemfosilannya.

5.2. Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Adapun saran untuk kegiatan Praktikum, sebagai berikut :


1) Sebaiknya gambar sampel lebih diperjelas lagi
2) Bisa meminimalisir waktu praktikum
3) Mengizinkan praktikan shalat jika sudah masuk waktunya
5.1.2 Saran Untuk Asisten

Adapun saran untuk Asisten, sebagai berikut :


1) Membimbing praktikan selama asistensi
2) Membahas secara keseluruhan sampel-sampel yang diberikan
3) Memberikan keringanan kepada praktikan yang berhalangan
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari.2009. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.

Sukoco, Teo.2018. Seri Pengayaan Pembelajaran Geologi : Dunia Hewan.


Jakarta: PT. Sunda Kelapa Pustaka.
Vijaya, Isnaniawardhani.2017. Prinsip dan aplikasi Biostratigrafi. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Yanti, Febri.2018. Buku Ajar Taksonomi Invertebrata. Yogyakarta: Deepublish
Publisher.
L
A
M
P
I
R
A
N
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
6 / FILUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ECHINODERMATA DAN
FILUM ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Arthropoda

AGUNG NUR IHSAN D061191022 6 KELAS Trilobita


ORDO Polymerida
FAMILI Homotelusidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Homotelus
Kamis, 21-05-2020 14.00 Yusril Mahendra Homotelus
SPESIES bromidensis
NO. PERAGA : 170
ESKER
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Cephalon
2. Torax
3. Phygidium
4. Globella
5. Axis
6. Pleura

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Byfuring
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Ordo tengah (±500-451 juta tahun yang lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas , Ordo,
family Homotelusidae , genus pHomotelus dan spesies
bernama Homotelus bromidensis ESKER
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
mineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil ini adalah Ordovisium Bawah (± 500-451
juta tahun). Bentuk fosilnya Bifuring berupa dengan
komposisi kimia berupa karbonatan dimana lingkungan
pengendapanya berasal dari laut dangkal.

CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
6 / FILUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ECHINODERMATA DAN
FILUM ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Echinodermata

AGUNG NUR IHSAN D061191022 6 KELAS Crinoidea


ORDO Monobathrida
Dizygocrinusid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
GENUS Dizygocrinus
Kamis, 21-05-2020 14.00 Yusril Mahendra
Dizygocrinus
rotundus
SPESIES
NO. PERAGA : 1158 (YANDELL &
SHUMARD)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Madeporit
3. Ring Canal

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Globular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Oligosen Atas (±345-319 juta tahun yang lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas
Enchinoidea, Ordo , family Dizygocrinusidae , genus
Dizygocrinus dan spesies bernama Dizygocrinus rotundus
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
mineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil ini adalah Karbon Bawah (± 345-319 juta
tahun). Bentuk fosilnya berupa Globular dengan komposisi
kimia berupa karbonatan dimana lingkungan pengendapanya
berasal dari laut dangkal.

CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
6 / FILUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ECHINODERMATA DAN
FILUM ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Echinodermata

AGUNG NUR IHSAN D061191022 6 KELAS Ophiuroidea


ORDO Oegophiurida
FAMILI Loriolasternidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Loriolaster
Kamis, 21-05-2020 14.30 Yusril Mahendra Loriolaster
SPESIES mirabilis
NO. PERAGA : 355
STURTZ
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Madreporit
3. Ring Canal
4.Proksimal
5. Distal
6. Lengan/ Tentakel

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Plate
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Devon bawah (±395-371 juta tahun yang lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas
Ophiuroidea, Ordo , family Loriolastersidae , genus
Loriolaster dan spesies bernama Loriolaster mirabilis.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
mineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil ini adalah Devon Bawah (± 395-371 juta
tahun). Bentuk fosilnya berupa Plate dengan komposisi kimia
berupa karbonatan dimana lingkungan pengendapanya berasal
dari laut dangkal.

CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
6 / FILUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ECHINODERMATA DAN
FILUM ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Arthropoda
KELAS Trilobite
AGUNG NUR IHSAN D061191022 6
ORDO Phacopida
Dalmanitinani
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN FAMILI dae
Kamis, 21-05-2020 14.52 Yusril Mahendra Dalmanitina
GENUS
Dalmanitina
SPESIES socialis
NO. PERAGA : 136
(BARR.)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Phygidium
2. Pleura
3.

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Ordo tengah (±500-451 juta tahun yang lalu)
LINGKUNGAN Laut Dalam
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas , Ordo ,
family Dalmanitinaidae , genus Dalmanitina dan spesies
bernama Dalmanitina socialis (BARR)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
mineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil ini adalah Ordovisium (±500-436 juta
tahun). Bentuk fosilnya berupa dengan komposisi kimia
berupa silikatan dimana lingkungan pengendapanya berasal
dari laut dalam.

CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
6 / FILUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ECHINODERMATA DAN
FILUM ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Echinodermata

AGUNG NUR IHSAN D061191022 6 KELAS Echinoidea


ORDO Spatangoida
FAMILI Hemiasteridae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Hemiaster
Kamis, 21-05-2020 14.37 Yusril Mahendra Hemiaster
SPESIES
NO. PERAGA : 1817 fourneli DESH.
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Madreporit

PROSES PEMFOSILAN Mineralisasi


BENTUK FOSIL Globular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Kapur Atas (±100-66 juta tahun yang lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Mollusca, kelas , Ordo ,
family Hemiaster , genus Hemiater dan spesies bernama
Hemiaster fourneli DESH.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
Mineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil ini adalah Kapur Atas (± 100-66 juta tahun).
Bentuk fosilnya berupa Globular dengan komposisi kimia
berupa karbonatan dimana lingkungan pengendapanya berasal
dari laut dangkal.

CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
VI / FILUM
ECHINODERMATA &
ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Artrhopoda

Agung Nur Ihsan D061191022 6 KELAS Trilobite

ORDO Phacopida

FAMILI Phacopinanidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Phacopina
Kamis, 21 Mei 14.50 Yusril Mahendra
2020 Phacopina
(Vogesina)
SPESIES
NO. PERAGA: 845 lacunafera
WOLFART
GAMBAR:
KETERANGAN :
1. Pleura
2. Axis
3. Axial Furrow
4. Thorax

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Byfuring
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Devon bawah (±395-371 juta tahun yang lalu)
LINGKUNGAN Laut Dalam
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas,
Ordo, family phacopinaidae , genus phacopina dan spesies
bernama Phacopina (vogesina) lecunafera.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan
selama transportasi, material-material yang tidak resisten
terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap
material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang
relatif stabil. Bersamaan dengan itu, material-material
sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material
akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan,
dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan,
fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa
erosi air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil ini adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun).
Bentuk fosilnya berupa Bifuring dengan komposisi kimia
berupa silikatan dimana lingkungan pengendapanya berasal
dari laut dalam.

CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
6 / FILUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ECHINODERMATA DAN
FILUM ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Arthropoda

AGUNG NUR IHSAN D061191022 KELAS Trilobita


ORDO Phacopida
Odontochilenid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
GENUS Odontochile
Kamis, 21-05-2020 14.14 Yusril Mahendra
Odontochile
SPESIES hausmanni
NO. PERAGA : 307
(BGT.)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Phygidium
2. Axis
3. Pleura

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Conical
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Devon bawah (±395-371 juta tahun yang lalu)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Myriapoda,
Ordo , family Odontochileidae , genus Odontochile dan
spesies bernama Odontochile hausmanni (BGT)
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil ini adalah Devon Bawah (±-395-371 juta
tahun). Bentuk fosilnya berupa Bifuring dengan komposisi
kimia berupa karbonatan dimana lingkungan pengendapanya
berasal dari laut dangkal.

CATATAN : PARAF
UNIVERSITAS HASANUDDIN ACARA / MODUL
LABORATORIUM PALEONTOLOGI PRAKTIKUM
6 / FILUM
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ECHINODERMATA DAN
FILUM ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Echinodermata

AGUNG NUR IHSAN D061191022 6 KELAS Crinoidea


ORDO Artikulata
FAMILI Saccomanidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Saccoma
Kamis, 21-05-2020 14.10 Yusril Mahendra Saccocoma
SPESIES pectinata
NO. PERAGA : 758
GOLDF
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Arms
3. Dorsal cup

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Branching
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan
UMUR Jura Atas (±140-160 juta tahun)
LINGKUNGAN Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas
Ophiuroidea, Ordo , family Saccocomaidae , genus Saccocoma
dan spesies bernama saccocoma pectinata GOLDF
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama
transportasi, material-material yang tidak resisten terhadap
pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut
terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut
tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu
material mengalami sementasi . Seiring dengan berjalannya
waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
mineralisasi.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil ini adalah Jura Atas (±160-142 juta tahun).
Bentuk fosilnya berupa Plate dengan komposisi kimia berupa
karbonatan dimana lingkungan pengendapanya berasal dari
laut dangkal.

CATATAN : PARAF

Anda mungkin juga menyukai