Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA V FILUM ARTHROPODA DAN ECHINODERMATA

LAPORAN

OLEH :
AHMAD HIDAYAT
F 121 21 059
KELOMPOK 2

PALU

2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paleontologi adalah studi tentang bentuk kehidupan purba, termasuk evolusi
dan interaksinya satu sama lain serta lingkungannya selama skala waktu geologis,
yang sebagian besar diwakili oleh fosil. Istilah “paleontologi” berasal dari kata
Yunani “palaios” yang berarti tua atau kuno, “ontos” berarti keberadaan, dan
“logos” berarti pengetahuan atau studi. Salah satu bagian dalam mempelajari ilmu
paleontologi yaitu dengan mengetahui filum Arthropda dan Echinodermata.
Filum Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang
mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu, dan hewan mirip
lainnya. Arthropoda adalah kelompok hewan beruas, bersendi, atau bersegmen.
Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 713.500 jenis Arthropoda, dengan sekitar
80% di antaranya sudah dikenal. Arthropoda merupakan kelompok hewan paling
sukses di dunia dan dapat ditemukan hampir di semua habitat, mulai dari air, di
dalam tanah, permukaan tanah, udara, pada pepohonan, pada serasah, di bawah
batu, pada kayu lapuk, pada tanaman sebagai hama, bahkan pada hewan dan
manusia. Arthropoda memiliki peran penting dalam jaring-jaring makanan,
sebagai dekomposer, predator, hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosistem
Filum Echinodermata merupakan kelompok hewan laut yang mencakup
bintang laut, bulu babi, teripang, dan sebagainya. Hewan-hewan ini memiliki
simetri radial dan sistem vaskular air yang unik. Mereka juga memiliki kerangka
dalam berupa plak kalsium yang memberikan dukungan struktural.
Echinodermata memiliki peran penting dalam ekosistem laut, di mana beberapa
spesies menjadi bagian penting dari rantai makanan. Mereka juga memiliki
kemampuan regenerasi yang luar biasa. Echinodermata ditemukan di berbagai
habitat laut, mulai dari perairan dangkal hingga laut dalam. Kelompok ini juga
memiliki peran dalam sejarah evolusi, dengan fosil-fosilnya yang telah ada sejak
jutaan tahun yang lalu.
.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pelaksanaan praktikum pada acara ini yaitu untuk
memperkenalkan fosil-fosil yang termasuk kedalam filum Arthropoda dan
Echinodermata.
Adapun tujuan dilakukanya praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu filum arthropoda dan Echinodermata
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi pada filum arthropoda
dan Echinodermata
3. Agar dapat mengetahui manfaat dari filum arthropoda dan Echinodermata
4. Untuk dapat mengetahui fosil apa sja yang berhasil di deskripsi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Filum Arthropoda
2.1.1 Pengertian filum arthropoda
Filum Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang
mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu, dan hewan mirip
lainnya. Arthropoda berasal dari bahasa yunani, asal katanya adalah “arthron”
yang artinya ruas atau buku-buku dan “podos” yang berarti kaki. Sehingga secara
terminology Arthropoda berarti hewan yang tidak bertulang belakang yang
mempunyai kaki yang berbuku buku. Filum Arthropoda memiliki catatan fosil
yang sangat kaya, dengan bukti fosil yang berasal dari periode Ediacaran sekitar
555 juta tahun yang lalu. Pada periode Kambrium, terjadi kemunculan kelompok
hewan yang kemudian menaklukkan berbagai lingkungan laut dan bahkan
melakukan langkah-langkah pertama ke daratan. Sekitar 80% spesies hewan yang
masih ada saat ini adalah Arthropoda, dengan lebih dari satu juta spesies modern
yang telah dideskripsikan dan catatan fosil yang luas hingga ke dasar Kambrium.
2.1.2 Ciri – ciri filum arthropoda
Filum Arthropodaa memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut:
a) Memiliki tubuh dan kaki yang berbuku-buku, bersegmen atau beruas-ruas.
b) Tubuhnya simetri bilateral.
c) Merupakan hewan triploblastik selomata, yaitu memiliki tiga lapisan tubuh dan
rongga tubuh yang sejati.
d) Merupakan hewan eksoskeleton yang terbuat dari senyawa protein dan kitin
untuk melindungi dan membentuk kerangka tubuhnya.
e) Struktur tubuh terdiri dari kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen).
f) Sudah memiliki sistem tubuh seperti saraf, pencernaan, ekskresi, peredaran
darah, dan indera.
g) Alat respirasi bervariasi tergantung kelasnya, ada yang menggunakan trakea,
insang, permukaan tubuh, atau paru-paru.
h) Hewan berumah dua, yaitu alat kelamin terpisah antara jantan dan betina pada
suatu individunya.
i) Reproduksi dilakukan secara seksual dan aseksual.
2.1.3 Bagian tubuh filum arthropoda
Bagian tubuh filum arthropoda yang umum diamati terdiri atas bagian- bagian
sebagai berikut:

Gambar 2.1, Bagian tubuh filum arthropoda


a) Kepala lobster menjadi tempat penempelan mata, antena, dan mulut, namun
tidak terdapat otak di dalamnya.
b) Lobster memiliki antena yang berfungsi sebagai organ peraba lingkungan
sekitar. Lobster memiliki sepasang antena panjang dan 2 pasang antena pendek
yang disebut antenula.
c) Thoraks merupakan bagian dada dari lobster, bagian kepala dan thoraks
menyatu dan sering disebut sebagai satu kesatuan dengan nama chepalothoraks.
d) Abdomen merupakan bagian perut lobster, bagian dimana terdapat organ-organ
reproduksi lobster.
e) Chela atau juga capit adalah senjata yang digunakan sebagai pertahanan dan
alat untuk menangkap mangsa.
f) Pereiopod adalah kaki jalan yang digunakan untuk bergerak, terdapat 4 pasang
pereiopod pada lobster
g) Mata, pada serangga terdiri dari mata majemuk (compound eyes) dan mata
Tunggal (ocelli).
h) Tarsus, biasanya beberapa ruas kecil dibelakang tibia.
i) Koksa, merupakan ruas dasar.
j) Trochanter, satu ruas kecil (biasanya dua ruas) sesudah koksa
k) Tympanum, Struktur pendengaran eksternal j. Spirakel, lubang – lubang
pernafasan
l) Femur, biasanya ruas pertama yang panjang pada tungkai
m)Tibia, ruas kedua yang panjang
n) Ovipositor, adalah struktur berbentuk tabung yang digunakan oleh serangga
untuk bertelur
o) Serkus, segmen paling belakang sebagai sensorik
p) Cephalon adalah kepala hewan yang memiliki struktur yang kompleks dan
berfungsi secara mandiri.
q) Pygidium adalah bagian tubuh hewan yang mengandung otot dan gangguan
yang berfungsi secara mandiri, seperti mata, jantung, dan tulang.
2.1.4 Klasifikasi filum arthropoda
Filum arthropoda dibagi menjadi 5 kelas diantaranya sebagai berikut:
a. Kelas Crustacea

Gambar 2.1, kelas crustacea


Crustacea adalah suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari kurang
lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu
subfilum. Kelompok ini mencangkup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti
lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip. Mayoritas merupakan hewan
akuatik, hidup di air tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah
beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat. Mayoritas dapat bebas
bergerak, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan
menumpang pada inangnya.
b. Kelas Hexapoda/Insecta

Gambar 2.1, kelas hexapoda


Insekta berasal dari bahasa latin, insecti yang berarti serangga. Insekta
termasuk salah satu anggota dari fillum Arthropoda. Banyak anggota insekta yang
dapat ditemukan disekitar kita misalnya lalat, kupu-kupu, kecoak, jangkrik, semut,
nyamuk dan belalang. Anggota insekta sangat beragam, tetapi memiliki ciri
khusus, yaitu kakinya berjumalah enam buah, sehingga disebut juga hexapoda
(hexa = enam, podos = kaki).
c. Kelas Myriapoda

Gambar 2.1, kelas myriapoda


Myriapoda adalah gabungan dari kelas Chilopoda dan Diplopoda dengan
tubuh beruas-ruas dan setiap ruas mempunyai satu pasang atau dua pasang kaki.
Tubuh dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan abdomen (perut). Hewan
ini banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat di darat terutama tempat yang
benyak mengandung sampah, misalnya kebun dan di bawah batu-batuan.
d. Kelas Trilobit

Gambar 2.1, kelas trilobit


Sebenarnya trilobite memiliki subfilum tersendiri yaiu trilobitomorpha.
Namun, sepertinya harus dipisahkan, karena trilobite memiliki bentuk yang sangat
beragam sehingga dapat dijadikan sebagai penciri daerah tertentu dan juga usia
tertentu.
e. Kelas Chelicerata

Gambar 2.1, kelas chelicerata


Chelicerata merupakan sub filum paling besar yang ada dalam arthropoda,
tubuhnya memiliki 6 pasang kaki, hingga kini dikenal hingga 65.000 spesies yang
ada di dunia ini.
2.2 Filum Echinodermata
2.2.1 Pengertian filum echinodermata
Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri), Filum
Echinodermata merupakan kelompok hewan laut yang mencakup bintang laut,
bulu babi, teripang, dan sebagainya. Hewan-hewan ini memiliki simetri radial dan
sistem vaskular air yang unik. Mereka juga memiliki kerangka dalam berupa plak
kalsium yang memberikan dukungan struktural. Echinodermata memiliki peran
penting dalam ekosistem laut, di mana beberapa spesies menjadi bagian penting
dari rantai makanan. Mereka juga memiliki kemampuan regenerasi yang luar
bisar. Echinodermata ditemukan di berbagai habitat laut, mulai dari perairan
dangkal hingga laut dalam. Filum ini muncul di periode Kambrium awal dan
terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah.
2.2.2 Ciri – ciri filum echinodermata
Ciri-ciri filum Echinodermata yaitu sebagai berikut :
a. Merupakan hewan yang memiliki habitat dilaut
b. Tubuhnya memiliki bentuk simetri radial
c. Hewan ini memiliki system pencernaan yang sempurna dimana mulut sebagai
jalan masuk makanan dan anus sebagai jalan keluarnya sisa pencernaan
d. Sistem gerak dengan menggunakan kaki ambulacral, juga digunakan untuk
menangkan mangsa
e. Secara umum Echinodermata memiliki 5 lengan
f. Hewan ini memiliki kemampuan autotomy
2.2.3 Bagian tubuh filum echinodermata
Bagian tubuh filum echinodermata umum diamati terdiri atas bagian- bagian
sebagai berikut:
Gambar 2.2, bagian tubuh filum echinodermata
a. Maderoporit, pori atau lubang kecil dibagian atas tubuh Bintang laut
b. Anus, tempat keluar sisa pencernaan
c. Kaki tabung, untuk bergerak juga berfungsi untuk menangkap mangsa
d. Mulut, tempat masuknya makanan
e. Duri, berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan
tubuhnya dari kotoran
f.Ambulakral, berfungsi untuk bergerak, bernafas, melekat pada kerrang,
pertukaran gas, dan ekskresi.
2.2.4 Klasifikasi filum echinodermata
Filum echinodermata dibagi menjadi 5 kelas diantaranya sebagai berikut:
a. Kelas Asteroidea

Gambar 2.2, kelas asteroidea


Asteroida sering disebut Bintang laut, sesuai dengan Namanya itu, jenis
hewan ini berbentuk Bintang dengan 5 lengan. Dipermukaan kulir tubuhnya
terdapat duriduri dengan berbagai ukuran. Hewan ini banyak di jumpai di Pantai,
ciri lainnya adalah organ tubuhnya bercabang ke seluruh lengan. Kehadiran klas
ini sekitar 1.500 spesies.
b. Kelas Echinoidea

Gambar 2.2, kelas echinoidea


Kelas ini mencakup hewan seperti landak laut dan bulu babi yang memiliki
tubuh yang bulat dan ditutupi oleh duri-duri yang tajam. Itulah sebabnya jenis
hewan ini sering disebut landak laut, jenis hewan ini biasanya hidup di sela-sela
pasir atau sela-sela bebatuan sekitar Pantai atau di dasar laut. Tubuhnya tanpa
lengan hampir bulat atau gepeng. Kehadiran klas ini sekitar 1.000 spesies.
c. Kelas Ophiuroidea

Gambar 2.2, Ophiuroidea


Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5 lengan yang Panjang – Panjang. Kelima
tangan ini juga bisa digerak – gerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu
hewan jenis ini sering di sebut Binatang ular laut (Ophiuroidea brevispinum).
Kehadiran klas ini sekitar 1.500 spesies.
d. Kelas Crinoidea

Gambar 2.2, kelas crinoidea


Sekilas hewan ini mirip tumbuhan bunga. Ia memiliki tangkai dan melekat
pada bebatuan, tak beda seperti tumbuhan yang menempel di bebatuan. Ia juga
memiliki 5 lengan yang bercabang-cabang lagi mirip bunga lili laut (metacrinus
sp). Kehadiran klas ini sekitar 600 spesies
e. Kelas holoturoidea
Gambar 2.2, holoturoidea
Hewan jenis ini kulit durinnya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai
jenis Echinodermata. Tubuhya seperti mentimun dan disebut juga teripang.
Hewan ini sering ditemukan di tepi Pantai. Kehadiran klas ini sekitar 1000
spesies.
2.3 Manfaat Fosil Filum Arthropoda dan Echinodermata
Fosil dari filum Arthropoda dan Echinodermata memiliki beberapa
manfaat penting dalam bidang geologi. Adapun manfaatnya yaitu sebagai berikut:
1. Fosil Arthropoda dan Echinidermata membantu ilmuwan untuk memahami
evolusi dan perkembangan kelompok ini selama miliaran tahun. Mereka dapat
memberikan wawasan tentang perubahan morfologi, adaptasi, dan divergensi
spesies arthropoda dari waktu ke waktu.
2. Fosil Arthropoda dan Echinidermata dapat memberikan petunjuk tentang
kondisi lingkungan pada masa lalu.
3. Fosil-fosil ini memberikan bukti konkret tentang keberlanjutan kehidupan di
Bumi dan mendukung teori evolusi. Melalui pembandingan fosil-fosil ini dengan
organisme hidup saat ini, ilmuwan dapat menyusun kisah evolusi dan perubahan
lingkungan.
4. Membantu dalam memahami keragaman biologis kelompok ini dan dapat
memberikan wawasan tentang spesies-spesies yang telah punah atau telah
mengalami perubahan evolusi
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu:
1) Pensil
2) Pulpen
3) Penghapus
4) Lembar deskripsi
5) Kamera/hp

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu:
1) Sampel Fosil
3.2 Prosedur Kerja
Berikut prosedur kerja dalam pengamatan fosil filum arthropoda dan
echinodermata:
1. Menyiapkan alat tulis dan lembar deskripsi
2. Mengambil sampel yang akan dideskripsi
3. Mengamati sampel tersebut secara detail
4. Mencatat deskripsi sampel pada lembar deskripsi
5. Menggambar sampel/fosil dari bagian dorsal, ventral dan sinistral
6. Foto sampel dari berbgai arah dengan menggunakan perbandingan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sampel 1/ Hadromeros subulatus.

Gambar 4.1, Hadromeros subulatus


Pada sampel 01 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ARTHROPODA, Kelas TRILOBIT, Ordo PHACOPIDA, Family
CHEIRURIDAE, Genus Hadromeros, dan spesiesnya adalah Hadromeros
subulatus.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu C aCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
ordovisium bawah (± 450-452 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya
berada di zona neritik pada kedalaman 50 - 200 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), cephalon (kepala hewan yang memiliki struktur yang
kompleks dan berfungsi secara mandiri), Thoraks (bagian dada dan perut) dan
Pygidium (bagian tubuh hewan yang mengandung otot dan gangguan yang
berfungsi secara mandiri, seperti mata, jantung, dan tulang)
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi
4.2 Sampel 2/ Ceraurus sp

Gambar 4.2, Ceraurus globulobatus

Pada sampel 02 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ARTHROPODA, Kelas TRILOBIT, Ordo PHACOPIDA, Family
CHEIRURIDAE, Genus Ceraurus dan spesiesnya adalah Ceraurus sp.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
silur-devon (± 420-395 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di
zona neritik pada kedalaman 500 - 2500 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), cephalon (kepala hewan yang memiliki struktur yang
kompleks dan berfungsi secara mandiri), Thoraks (bagian dada dan perut) dan
Pygidium (bagian tubuh hewan yang mengandung otot dan gangguan yang
berfungsi secara mandiri, seperti mata, jantung, dan tulang).
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi

4.3 Sampel 3/ Kettneraspis sp.


Gambar 4.3, Kettneraspis sp

Pada sampel 03 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ARTHROPODA, Kelas TRILOBITA, Ordo ODONTOPLEURIDA, Family
ODONTOPLEURIDAE, Genus Kettneraspis dan spesiesnya adalah Kettneraspis
sp.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
ordovisium (± 461 - 450 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di
laut dangkal pada kedalaman 500 - 2500 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), cephalon (kepala hewan yang memiliki struktur yang
kompleks dan berfungsi secara mandiri), Thoraks (bagian dada dan perut) dan
Pygidium (bagian tubuh hewan yang mengandung otot dan gangguan yang
berfungsi secara mandiri, seperti mata, jantung, dan tulang).
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi.
4.4 Sampel 04/ Fallotaspis sp
Gambar 4.4, Fallotaspis sp
Pada sampel 04 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ARTHROPODA, Kelas TRILOBITA, Ordo REDLICHIDA, Family
FALLOTASPIDIDAE, Genus Fallotaspis dan spesiesnya adalah Fallotaspis sp.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
ordovisium (± 458 - 450 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di
zona neritik pada kedalaman 500 - 2500 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), cephalon (kepala hewan yang memiliki struktur yang
kompleks dan berfungsi secara mandiri), Thoraks (bagian dada dan perut) dan
Pygidium (bagian tubuh hewan yang mengandung otot dan gangguan yang
berfungsi secara mandiri, seperti mata, jantung, dan tulang).
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi.
4.5 Sampel 05/ Olenoides sp.

Gambar 4.5, Olenoides sp


Pada sampel 05 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ARTHROPODA, Kelas TRILOBITA, Ordo CORYNEXOCHIDA, Family
DORYDYGIDAE, Genus Olenoides dan spesiesnya adalah Olenoides sp.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
kambrium (± 516 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di zona
neritik pada kedalaman 200 - 2500 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), cephalon (kepala hewan yang memiliki struktur yang
kompleks dan berfungsi secara mandiri), Thoraks (bagian dada dan perut) dan
Pygidium (bagian tubuh hewan yang mengandung otot dan gangguan yang
berfungsi secara mandiri, seperti mata, jantung, dan tulang).
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi.
4.6 Sampel 06/ Cystoblastus kokeni.

Gambar 4.6, Cystoblastus kokeni


Pada sampel 06 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ECHINODERMATA, Kelas RHOMBIFERA, Ordo CYSTOBLASTOIDA,
Family CYSTOBLASTIDAE, Genus Cystoblastus dan spesiesnya adalah
Cystoblastus kokeni.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
jura (± 170 - 158 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di zona
neritik pada kedalaman 50 - 200 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), anus (tempat keluarnya makanan), mulut (tempat masuknya
makanan), dan Kaki tabung (untuk bergerak juga berfungsi untuk menangkap
mangsa).
4.7 Sampel 07/ Achradocystites schmidti.

Gambar 4.7, Achradocystites schmidti


Pada sampel 07 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ECHINODERMATA, Kelas PARACRINOIDEA, Ordo
COMAROCYSTITIDEA, Family ACHRADOCYSTITIDA, Genus
Achradocystites dan spesiesnya adalah Achradocystites schmidti.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
Ordovisium (± 461-456 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di
zona neritik pada kedalaman 20 - 200 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), duri (berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi
permukaan tubuhnya dari kotoran), anus (tempat keluarnya kotoran), dan
madreporite (pori atau lubang kecil dibagian atas tubuh).
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi.
4.8 Sampel 08/ Cyathocidaris sp.

Gambar 4.8, Cyathocidaris sp


Pada sampel 08 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ECHINODERMATA, Kelas ECHINOIDEA, Ordo CIDAROIDA, Family
CIDAROIDAE, Genus Cyathocidaris dan spesiesnya adalah Cyathocidaris sp.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
kapur atas (± 100 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di zona
neritik pada kedalaman 20 - 200 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), duri (berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi
permukaan tubuhnya dari kotoran), anus ( tempat keluarnya kotoran), dan
madreporite (pori atau lubang kecil dibagian atas tubuh).
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi.
4.9 Sampel 09/ Cyathocystis rizopora.

Gambar 4.9, Cyathocystis rizopora

Pada sampel 09 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ECHINODERMATA, Kelas EDRIDASTEROIDA, Ordo CYATHOCYSTIDA,
Family CYATHOCYSTIDAE, Genus Cyathocystis dan spesiesnya adalah
Cyathocystis rizopora.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
ordovisium (± 450 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di zona
neritik pada kedalaman 20 - 200 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), mulut (tempat masuknya makanan), duri (berfungsi untuk
bergerak, menggali, dan melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran) dan
saluran air (bagian tubuh yang menyalurkan air)
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi.
4.10 Sampel 10/ Micropedina sp.
Micropedina sp.

Pada sampel 09 dapat diketahui bahwa fosil ini masuk kedalam filum
ECHINODERMATA, Kelas ECHINOIDEA, Ordo PEDINOIDA, Family
PEDINIDAE, Genus Micropedina dan spesiesnya adalah Micropedina sp.
Pada sampel ini jenis fosil yang diamati yaitu body utuh. Fosil ini terbentuk
dari proses pemfosilan yaitu petrifikasi dimana pada proses ini daiawali dengan
suatu organisme yang mati kemudian tubuh organisme ini terisi oleh mineral-
mineral yang masuk kedalam pori-pori maupun celah pada organisme ini sehingga
menggubahnya menjadi keras atau membatu dan berubah menjadi fosil.
Komposisi kimia dari fosil ini yaitu CaCO3. Fosil ini memiliki umur geologi yaitu
ordovisium atas (± 450 juta tahun yang lalu) dan lingkungn hidupnya berada di
zona neritik pada kedalaman 0 - 200 mbpl.
Adapun bagian tubuh fosil yang dapat kita amati yaitu Test (kenampakan
seluruh tubuh fosil), anus (tempat keluarnya sisa pencernaan), mulut (tempat
masuknya makanan), dan duri (berfungsi untuk bergerak, menggali, dan
melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran).
Fosil ini memiliki kegunaan yaitu Pemahaman Evolusi, Rekonstruksi
Lingkungan, Penelitian Taksonomi dan Filogeni, Indikator Perubahan Iklim,
Kegunaan Ekonomi dan Pemahaman Paleogeografi.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada acara filum Arthropoda dan Echinodermata
yaitu:
1) Arthropoda berasal dari bahasa yunani, asal katanya adalah “arthron” yang
artinya ruas atau buku-buku dan “podos” yang berarti kaki. Sehingga
secara terminology Arthropoda berarti hewan yang tidak bertulang
belakang yang mempunyai kaki yang berbuku buku dan Filum
Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri), Filum
Echinodermata merupakan kelompok hewan laut yang mencakup bintang
laut, bulu babi, teripang, dan sebagainya.
2) Filum Arthropoda terbagi atas lima klasifikasi yaitu kelas Crustacea,
Hexapoda/Insecta, Myriapoda, Trilobit dan Chelicerata. Sedangkan filum
coelenterate juga terbagi atas lima klasifikasi yaitu kelas Asteroidea,
Echinoidea, Ophiuroidea, Crinoidea dan Holoturoidea.
3) Filum Arthropoda dan Echinodermata memiliki kegunaan untuk
mengetahui kondisi lingkungan pada masa lalu, sebagai bukti kongkrit
tentang teori evolusi bumi dan masih banyak lagi kegunaan lainya.
4) Dari hasil praktikum di laboratorium didapatkan 10 sampel fosil yang
terdiri dari 5 sampel filum Arthropoda dan 5 sampel filum echinodermata.
Filum arthropoda terdiri dari spesies Hadromeros sp, Kettneraspis sp,
Ceraurus globulobatus, Fallotaspis sp, Olenoides sp dan filum
brachiopoda terdiri dari spesies Cystoblastus kokeni, Achradocystites
schmidti, Cyathocidaris sp, Cyathocystis rizopora dan Micropedina sp .

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum dan laporan yang telah dikerjakan pada acara filum
Arthropoda dan Echinodermata saran yang saya berikan untuk praktikum
acara ini adalah agar kiranya pada praktikum selanjutnya dapat disediakan
fosil secara asli agar praktikan lebih mengetahui secara spesifik ciri-ciri
ataupun klasifikasi dari kedua filum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Penuntun Praktikumm Paleontologi.
Cavalier-Smith, T. (1998). A revised six-kingdom system of life. Biological
Reviews
https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=113444
https://dokumen.tips/documents/proses-pemfosilan.html?page=1
Taylor, P. D., & Waeschenbach, A. (2015). Phylogeny and diversification of
Arthropoda. Palaeontology

Anda mungkin juga menyukai