Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman yang semakin berkembang tidak terlepas disertai oleh
perkembangan ilmu pengetahuan berkat peran teknologi sekarang ini yang
amat kompleks. Alat-alat yang semakin canggih menjadikan sebuah hal yang
mustahil dapat diketahui walaupun masih ada batasan-batasan. Pada abad 19
perkembangan geologi modern semakin menarik perhatian para ilmuwan untuk
menjawab kejadian-kejadian yang ada sekarang ini bahkan masa lampau.
Untuk mengetahui kondisi kejadian masa lalu diperlukan rekam jejak atau
sebagia bahan bukti mengenai hal tersebut. Namun, secara ilmiah masa lampau
yng berjuta-juta tahun tidak mudah menemukan jejak atau bukti sebagia alat
bantu untuk menjelaskan kejadian yang sudah lama terjadi tersebut.
Paleontologi hadir sebagai ilmu cabang dari ilmu kebumian yang terkhusus
dipelajari oleh calon ahli geologi. Paleontologi yang berisikan kajian serta
perjelasan mengenai perjalanan kehidupan mahluk hidup yang pernah ada di
muka bumi ini hingga perubahan sampai saat ini. Paleontologi mengakses masa
lampau menggunakan sisa peninggalan mahluk pada hidup pada masa berupa
fosil.
Semua makhluk fosil, dan dunia lenyap yang mereka tinggali membantu
kita memahami tempat kita dalam ruang dan waktu. Mereka juga dapat
bertindak sebagai tolok ukur penting untuk apresiasi kita terhadap Bumi
seperti saat ini dan mungkin memberikan petunjuk untuk masa depannya.
Museum Nasional Sejarah Alam penuh dengan petunjuk fosil tentang masa lalu
Bumi, dan dibantu oleh koleksi-koleksi - dan beberapa penelitian mutakhir di
Departemen Paleobiologi - kursus ini akan mengeksplorasi sejarah kehidupan
dari hari-hari awal Bumi ke yang lebih baru kali dalam sejarah planet kita.
Didalam bumi yang sudah berumur berkisar miliaran tahun yang dihuni
oleh mahluk hidup yang masih ada maupun yang telah punah seperti hewan
Avertebrata. Avertebrata yang hidup baik di darat maupun di laut sendiri
memiliki berbagai macam filum yang diantaranya adalah dari filum Arthropoda.
Filum ini tentu memiliki perbedaan masing-masing terutama dalam
morfologinya yang dapat dibedakan langsung. Setiap filum juga memiliki spesies
yang berbeda pula. yang mencapai jutaan spesies. Namun untuk membedakan
dan mengidentifikasi nya tidak mudah tanpa melihat langsung. Untuk itu
praktikum ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kelas maupun spesies dari
filum Antropoda tersebut.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 1


1.2 Tujuan
1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi arhtopoda
2. Mempelajari dan menjelaskan anatomi arthropoda
3. Melakukan identifikasi terhadap arthropoda
1.3 Alat dan Bahan
1. Maket fosil filum Antropoda ( Crustacea, Myriapoda, Arachnoidea,
Insecta dan Trilobit)
2. Alat tulis lengkap
3. Lembar kerja
4. Kamera

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 2


BAB II
DASAR TEORI

Arthropoda dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos =


kaki merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau
bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Tubuh Arthropoda
merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Arthropoda
merupakan filum terbesar di antara filum-filum yang lain karena lebih dari 75
% dari binatang-binatanag yang telah dikenal merupakan anggota dari filum
ini. Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga termasuk
dalam filum Arthropoda. Binatang yang berupa hama tanaman dapat terdiri
dari kelompok atau filum Nematoda (cacing), Mollusca (Bekicot), Chordata
(terutama Mamalia), Arthropoda terutama sepeeri serangga- serangga dan
tungau (Larosa, 2013).
Ciri-ciri umum dari antropoda antara lain mempunyai anggota yang
beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh
dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan rangka luar, biasanya ruas-ruas
terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah
digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali,coelom pada hewan
dewasa adalah kecil dan merupakan satu rongga berisi darah dan disebut
haemocoel. Klasifikasi antropoda terdiri dari kelas crustae, contoh: udang ;
kelas onychophora, contoh : preparatus ; kelas chilopoda, contoh : kelabang ;
kelas diplopoda, contoh : kelelawar ;kelas insecta, contoh : belalang ; kelas
arachnoidae, contoh : laba-laba ; kelas pauropoda, contoh: pauropus dan kelas
symphyla, contoh : scutigerella (Ferdinand, 2009).
Dalam filum arthropoda adalah suatu kingdom animalia yang memiliki
kebiasaan cara hidup dan habitat Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup
bebas, parasit,komensal, atau simbiotik. Di lingkungan kita, sering dijumpai
kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung,
belalang, dan lebah. Habitat penyebaran arthropoda sangat luas. Ada yang di
laut, perairan tawar, gurun pasir, dan padang rumput. Serangga adalah hewan-
hewan yang bersegmen dengan eksoskeleton berkitin, dan alat-alat tambahan
bersegmen. Segmentasi itu tampak jelas secara eksternal. Jumlah jenis dalam
filum ini lebih banyak dari jumlah jenis dari semua filum lainnya. Baik laut, air
tawar maupun habitat terrestrial didiami oleh serangga. Coelom pada antropoda
tereduksi. Hoemocoel merupakan sebagian dari sistem sirkulasi. Jenis kelamin
terpisah namun demikian pada jenis- jenis tertentu reproduksi partogenesis
merupakan karakteristiknya. Sirkulasi terjadi karenagerakan pulsasi jantung

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 3


dorsal. Pernapasan dengan trakea selalu dicirikan dengan adanya porus
berpasangan pada tiap segmen (Sabdono, 2005).
Avertebrata air adalah hewan air yang tidak mempunyai tulang belakang
dan susunan pencernaannya terletak dibawah saluran pencernaan. Avertebrata
air tebagi menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Echinodermata,
Mollusca, Plathyhelmanthes, Nemalthelminthes, annelida dan Anthropoda.
Ditinjau dari segi bentuk, ukuran, dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata
air mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara dari segi ukuran
dijumpai mulai dari yang berukuran mikron sampai meter, dari bentuk tubuh
yang sederhana sampai yang kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya, ada
yang di darat, air tawar, air payau, air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim
seperti danau garam. Avertebrata air dapat didefinisikan sebagai hewan tidak
bertulang belakang, yang sebagian atau seluruh daur hidupnya, hidup di dalam
air (Romomohtarto dan Sri, 2007).
Arthtropoda merupakan phylum terbesar dalam kingdom Animalia
dan kelompok terbesar dalam phylum itu adalah Insekta. Diperkirakan terdapat
713.500 jenis Arthropoda dengan jumlah itu diperkirakan  80%  dari jenis
hewan yang sudah dikenal. Arthropoda tanah merupakan salah satu kelompok
hewan tanah yang dikelompokkan atas Arthropoda 2 dalam tanah dan
Arthropoda permukaan tanah. Arthropoda tanah berperan penting dalam
peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran serasah serta sisa-sisa bahan
organik. Arthropoda permukaan tanah sebagai komponen biotik pada
ekosistem tanah sangat tergantung pada faktor lingkungan. Perubahan
lingkungan akan berpengaruh terhadap kehadiran dan kepadatan populasi
Arthropoda. Keanekaragam hewan tanah lebih rendah daripada daerah yang
terganggu daripada daerah yang tidak terganggu. Dipengaruhi faktor kimia,
bilogis dan fisika pada keterbentukannya. Perubahan komunitas dan komposisi
vegetasi tertentu pada suatu ekosistem secara tidak langsung menunjukan pula
adanya perubahan komunitas hewan dan sebaliknya (Hamdani, 2013).
Pada bagian tubuh secara anatomi pada filum arthropoda memiliki
bentuk tubuh biasanya terdiri atas cephalothorax dan abdomen yang tampak
jelas, kecuali pada Acarina. Pada cephalothorax terdapat enam pasang apendik
bersendi , yaitu sepasang chelicerae,sepasang pedipalpi dan empat pasang kaki.
Antena dan mandible. klasifikasinya chelicerata terdiri atas kelas Arachnida,
Pycnogonida, dan Xiphosura. Adapun beberapa kelas yang sudah punah
yaitu, Eurypterida dan Chasmataspidida. Arachnida merupakan kelas dari filum
arthropoda dan subfilum Chelicerata. Semua arachnida memiliki delapan kaki,
meskipun di beberapa spesies pasangan depan dapat mengkonversi untuk

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 4


fungsi sensorik. Istilah ini berasal dari  bahasa Yunani yaitu dari kata Arachne,
yang berarti laba-laba (Dunlop, 2010).
Crustacea adalah hewan yang tubuhnya beruas-ruas, memiliki kulit
luar  yang keras. Udang dan  kepiting termasuk  kedalam kelompok  hewan
tersebut. Hewan air ini meliputi beberapa spesies yang bernilai ekonomis tinggi,
misalnya udang windu (Penaeus monodon), udang galah (Macrobrachium
rosenbergii) dan kepiting bakau (Scylla cerrata). Ciri-ciri umum dari kelas
Crustacea yaitu habitatnya di danau, air tawar, kolam dan sungai. Tubuhnya
terdiri dari cephalothorax dan abdomen serta bersegmen. Kerangka luarnya dari
zat kitin dan ciri yang terakhir yaitu makanan pokoknya berupa zat organik
hidup dan zat yang busuk. Crustacea biasanya terdiri dari lima ruas yang
tergabung menjadi satu. Mereka mempunyai dua pasang antena, sepasang
mandibel atau rahan dan dua pasang maksila. Dada mempunyai embelan dada
yang bentuknya berbeda-beda. Beberapa diantaranya digunakan untuk
berjalan. Ruas abdomen biasanya sempit dan lebih mudah bergerak daripada
kepala dan dada (Pratiwi, 2016).
Hewan yang menjadi hama sebagian besar berasal dan kelompok
serangga atau insekta. Serangga mendominasi dan segi jumlah yang mendiami
bumi ini yaitu sekitar 55,56% dan total makhluk hidup. Dari segi taksonomi,
serangga termasuk dalam filum Arthtopoda dan kelas Insekta atau heksapoda.
Adapun ciri-ciri serangga adalah tubuh serangga terbagi dalam tiga bagian
utama yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Memiliki kerangka luar (eksoskeleton)
yang pada penode tertentu harus ditinggalkan dan digantikan dengan kulit baru
melalui proses ganti kulit untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga
tersebut terutama pada saat serangga muda, selain itu tubuh serangga beruas-
ruas sehingga dapat membantu dalam pergerakan, memiliki tiga pasang tungkai
atau enam tungkai (heksapoda) yang masing-masing pasang tungkai terdapat
pada tiga ruas toraks yaitu toraks ruas depan, tengah dan belakang serta sayap
dua pasang yang terdapat pada toraks belakang (Dadang, 2016).
Myriapoda adalah subfilum dari arthropoda darat, ditandai dengan tubuh
memanjang dengan banyak segmen, dengan banyak kaki, satu pasang antena
dan mata sederhana. Nama Myriapoda menunjukkan invertebrata ini telah
banyak sekali memiliki kaki, tapi berkisar kurang dari sepuluh kaki. Anggota
terkemuka termasuk lipan, yang terdiri dari kelas Chilopoda, dan kaki seribu,
yang terdiri dari kelas Diplopoda. Dua kelas yang masih ada lainnya yang
Pauropoda dan Symphyla. Kaki seribu berbeda dari kelompok lain dalam
memiliki segmen tubuh mereka menyatu menjadi pasangan, memberikan
penampilan yang setiap segmen beruang dua pasang kaki, sedangkan tiga

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 5


kelompok lainnya memiliki satu pasang kaki pada setiap segmen tubuh. Ada
sekitar 12.000 spesies yang dikenal dari Myriapoda (Dadang, 2016).
Myriapoda memiliki fungsi ekologis penting dan beragam, dengan kelabang
terutama yang bergerak cepat dan predator, makan serangga dan invertebrata
lainnya, dan bahkan vertebrata kecil, sementara kaki seribu yang bergerak
terutama lambat dan detrivory, makan pada hal-hal seperti sampah daun dan
membusuk atau tanaman mati masalah. Myriapoda menyediakan sumber
makanan penting bagi banyak invertebrata dan vertebrata. Selain itu, kaki
seribu membantu dalam daur ulang nutrisi, dan orang-orang bantuan lipan
dengan mengkonsumsi berbagai hama rumah tangga, seperti kutu busuk,
rayap, dan kecoa (Farley, 2012).
Myriapoda yang paling melimpah di hutan lembap, dimana mereka
memenuhi peran penting dalam mengurai bahan tanaman membusuk,
meskipun beberapa tinggal di padang rumput bahkan gurun. Mayoritas adalah
detritivorous dengan pengecualian dari kelabang, terutama aktif di malam hari
predator. Pauropodans dan symphylans kecil, kadang-kadang hewan
mikroskopis yang menyerupai lipan dangkal dan hidup di tanah. Kaki seribu
berbeda dengan kelompok lain dalam memiliki segmen tubuh yang menyatu
menjadi pasangan-pasangan memberikan kesan bahwa setiap segmen tubuh
menyatu menjadi pasangan-pasangan memberikan kesan bahwa setiap segmen
dikenakan dua pasang kaki sedangkan tiga lainnya kelompok memiliki satu
pasang kaki pada setiap segmen tubuh (Fortey dan Thomas, 2008).
Karakter-karakter yang digunakan untuk identifikasi ada crustacea
khususnya kepiting adalah bentuk capace misalnya ovate (seperti daun,
hexagonal, pentagonal, dan lain-lain) dan karakter menyatu dan dapat
digerakkan dan tidak menyatu. Bentuk capit, kaki renang, ekor kipas bagian
telson, kaki jalan dan yang membantu untuk makan (Yamnidago, 2013).
Duri pada karpus dan gigi frontal margin merupakan bagian dari morfologi
kepiting bakau, yang merupakan penentu jenis Scylla sp. Pengelompokkan
Syclla sp diawali dengan gigi anterolateral akhir sama dengan gigi-gigi yang lain
pada daerah ini. Kemudian mulai terbagi pada daerah karpus dari cheliped
terdiri dari dua duri atau hanya satu duri yang mereduksi pada permukaan
luarnya serta capit yang berwarna kuning dan orange. Kedua, karpus dari
cheliped memiliki dua duri tajam pada bagian frontal pada karapasnya. Jika
memiliki duri tajam pada bagian frontal dan memiliki dua duri karpus yang juga
tajam, maka ciri-ciri tersebut merupakan jenis S. Serrata. Selain itu pada capit
memiliki duri yang tajam dan warna karapas biasanya berwarna hijau tua
sampai hijau kehitaman. Bagian luar capit berwarna hijau kebiruan dan

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 6


memiliki pola marmer. Kaki renang baik jantan maupun betina memiliki pola
yang sama (Larosa, 2013).
Arthropoda memiliki tubuh dilapisi oleh kutikula (tersusun dari lapisan
protein dan zat kitin), yang berfungsi sebagai rangka luar (eksoskeleton).
Lapisan yang tebal dan keras ini walaupun dapat melindungi tubuh, akan tetapi
menghambat pertumbuhan. Akibatnya, hewan ini harus menggugurkan
kulitnya dan menggantinya secara periodik (molting). Sama seperti Nematoda,
Arthropoda juga merupakan anggota kelompok Ecdysozoa. Anggota filum
Arthropoda merupakan hewan yang memiliki tiga lapisan embrionik
(triploblastik), dan telah memiliki selom sejati. Oleh karena itu, Arthropoda
adalah hewan triploblastik selomata. Tubuhnya berbentuk simetris bilateral,
sehingga merupakan kelompok Bilateria. Pada perkembangan embrionya, mulut
pada embrio Arthropoda terbentuk terlebih dahulu daripada anus, sehingga
hewan ini termasuk dalam kelompok protostomia. Tubuh Arthropoda juga
bersegmen-segmen. Pada beberapa kelas Arthropoda, segmen-segmen terlihat
sama. Sifat umum arthropoda mencakup kerangka luar keras dan zat kitin,
yakni polisakarida majemuk, suatu jenis karbohidrat. Cangkang ini dihasilkan
oleh epidermis dan karena sifatnya yang tidak elastis jika mengeras, ia harus di
tanggalkan secara berkala untuk memungkinkan hewan tumbuh. Sifat umum
yang terpenting yang berlaku pada semua kelas arhtropoda adanya embelan
tubuh yang bersendi dan bebas dari bulu-bulu getar. Bentuk tubuhnya simetri
bilateral dan tubuhnya terdiri dari ruas-ruas yang tersusun secara linear
berurutan. Pada masing-masing ruas atau pada beberapa ruas melekat embelan
tubuh. Tubuh tertutup kerangka luar dari kitin yang elastis pada bagian
pergerakan sendi (Sabdono 2005).
Menurut Yamindago (2013), secara umum karakteristik filum Arthropoda
yakni Tubuh tersusun atas segmentasi luar (heteronom), terdiri atas tiga bagian
kepala, dada dan perut. Tubuh simetri bilateral. Bagian tubuhnya berpasangan
yaitu kaki, capit dan sistem pernapasan. Memiliki susunan saraf tangga tali
dengan ganglion cerebralum dan ganglia abdominalia. Satu pembuluh darah
punggung yang berfungsi sebagai jantung untuk memompah darah ke arah
anterior.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 7


3.2 Pembahasan
Pada praktikum paleontologi yang membahas tentang filum Antropoda ada
beberapa hasil yang didapat dari proses 9 maket fosil yang dideskripsikan.
Filum Arthropoda merupakan filum yang spesies hewannya saat banyak
tersebar di lingkungan yang ditinggali oleh manusia maupun dialam bebas
seperti di laut, hutan, sungai, rawa atau di sudut-sudut rumah kita dapat kita
temukan. Arthropoda dengan ciri khas hewan bersegmen-segmen ini sudah ada
pada zaman kambrium dan berkembang mengalami morfologi sampai sekarang
dapat kita lihat hidup maupun yang telah mati dan sebagian terfosilkan. Saat
menemukannya dalam keadaan hidup biasanya ukurannya tidak seperti
pertama sekali ia muncul kepermukaan bumi ini namun mengalami penurunan
besar tubuh. Hal ini disebabkan karena kandungan oksigen di dalam bumi ini
semakin sedikit sehingga dapat kita amati bahwa dulu kala ukuran
kalajengking seratus kali lebih besar dari sekarang ini. Bila organisme yang
mati itu terfosilkan atau mengalami suatu proses pengawetan oleh alam dia bisa
terendapkan baik secara proses pemfosilan secara termineralisasi dengan
permineralisasi di batuan sedimen ataupun terjebak di dalam getah kayu
seperti batan amber yang mana serangga terfosilkan di getah kayu damar.
Filum arthropoda yang di praktikumkan terdiri dari lima kelas dari
arthropoda yaitu Crustacea, Myriopoda, Arachnoidea, Insecta dan Trilobit. Kelas
ini dapat dibedakan oleh beberapa faktor seperti ada tidaknya mata,
perkembangan pertumbuhan, asal dan bentuk struktur muka, asal dan tempat
kepala atau ekor atau kedua-duanya dan bagian-bagian thorax.
Dari fosil yang dideskripsikan dapat diketahui spesiesnya sebagai berikut.
Trogederma granium adalah hama yang banyak merusak tanaman biji-bijian
sereal dan minyak-minyak biji-bijian. Pengembangan larva pada Trogederma
granium sp tidak terjadi pada suhu dibawah 210 C, tetapi dapat hidup pada
kelembapan yang sangat rendah seperti 310 C. (Julus Virgotus sp) Hewan kaki
seribu atau keluwing termasuk dalam kelas Diplopoda. Diplopoda merupakan
hewan terrestrial yang bergerak lambat. Biasa disebut dengan nama cacing
kawat. Bertempat tinggal di darat terutama di tempat-tempat yang lembab,
gelap, dibawah batu, dedaunan atau di dalam kayu yang lapuk dan hidup
sebagai binatang pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Kaki seribu memiliki
bentuk tubuh yang terdiri atas kepala dan badan, bentuknya silindris dan
beruas-ruas, di setiap ruasnya terdapat satu sampai dua pasang kaki.
Walaupun demikian jumlah total kakinya tidak mencapai seribu seperti
namanya. Warna tubuhnya coklat kekuning-kuningan. Bagian kepalanya terdiri
atas lima segmen, thorax terdiri atas empat segmen dan bagian perut dengan

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 8


20-100 segmen. Kaki seribu memiliki sepasang antenna yang pendek dan dua
kelompok mata tunggal yang terdiri dari sekumpulan oselli pada kepalanya.
Tidak memiliki taring dan bernapas dengan trakea. Di bagian bawah dari ruas
yang paling belakang terdapat anus yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan air dari metabolisme. Tidak mempunyai cakar beracun.
Scolopendro linoneus adalah hewan antropoda tergolong dari kelas
chilopoda dam filum Myriapoda. Hewan ini merupakan hewan metameric yang
memiliki sepasang kaki disetiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan
berbisa. Secara pengamatan hewan ini mrip dengan hewan kaki seribu.
Calymen Bluminbachi sp merupakan suatu jenis fosil yang termasuk
kedalam arthropoda (trilobit) dengan proses pemfosilan termineralisasi
(replacement) dengan umur kambrium-recent, dengan kingdong animalia, ordo
phaicopida, family calymenidal, genus calimene, dan spesies calymene
bluminbachi. Cara hidup dengan cara sesil/terhambatkan. Lingkungan hidup
biasanya hidup di dasar laut . Lingkungan pengendapan yaitu eksitu, eksitu
adalah suatu proses terfosilkan dimana ia hidup dimana ia mati dalam tempat
yang sama atau tidak mengalami transfortasi kedaerah lain jenisnya di
endapkan masuk dalam batial-abisal.
Pantaca Flagvensial sp yang menunjukkan kenampakan hewan yang hidup
di udara dengan cara terbang menggunakan sayap. Dari secara teori gambar
tersebut merupakan suatu jenis fosil yang termasuk kedalam arthropoda
(insekta) dengan proses pemfosilan termineralisasi (amber) dengan umur
kambrium-recent, dengan kingdong animalia, ordo odanata, familylinuledae,
genus pantaca, dan spesies pantaca flagvensial.
Scorpio Mourse sp merupakan suatu jenis fosil yang termasuk kedalam
artropoda (arachnida) dengan proses pemfosilan termineralisasi (replacement)
dengan umur kambrium-recent, dengan kingdong animalia, ordo ananeae,
family ananeidae, genus ananeus, dan spesies ananeus diadematus.
Kalahjengking merupakan hewan berbisa yang hidup didarat yang masih
banyak sekarang ditempat-tempat semak ataupun tempat lembab. Warna hitam
dengan tersusun dari cabit dan kaki yang bersegmen-segmen.
Kalajengking purba muncul pada pertengahan Masa Paleozoikum, kira-kira
400 juta tahun yang lalu. Berbeda dengan kalajengking pada umumnya, bentuk
kalajengking purba lebih sederhana. Tubuhnya terdiri dari banyak ruas-ruas
yang terlindung cangkang tipis. Perbedaan lainnya adalah ukuran tubuh
beberapa jenis kalajengking purba yang mencapai 100 kali ukuran kalajengking
masa sekarang, 2 hingga 3 meter. Selain itu, kalajengking purba juga hidup.
Penaeus Monodon sp fosil arthropoda crustacea dengan umur kambrium-recent

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 9


dan proses pemfosilan termineralisasi (replacement) dengan kingdong animalia
dan ordo decapoda serta family penaeidae, genus penaeus, dan spesies Penaeus
Monodon. Penaeus Monodon atau sering dikenal dengan udang windu
merupakan suatu spesies udang yang paling banyak dibudidayakan di dunia.
Araneus diadermatus sp hewan yang tdiak asing bagi kita yaitu laba-laba
yang biasa hidup ditempat gelap dan memiliki kemampuan mengelurakan
benang. Kelas Arachnoidea memiliki ciri ciri tubuh terdiri dari abdomen dan
sefalotoraks, memiliki enam pasang anggota gerak, hidup di darat maupun di
dalam air, jumlah matanya bervariasi, bernafas dengan paru-paru buku atau
trakea atau dengan keduanya. Laba-laba adalah sejenis hewan berbuku-buku
dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki
mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae;
dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau –tungau semuanya.
Dari kelas- kelas filim arthropoda setelah melakukan dekripsi ternyata kelas
yang ada pada arthroda yaitu kelas Crustacea adalah hewan yang tubuhnya
beruas-ruas, memiliki kulit luar  yang keras seperti udang dan  kepiting
termasuk  kedalam kelompok Crustacea tersebut. Lalu ada Myriapoda adalah
subfilum dari arthropoda darat, ditandai dengan tubuh memanjang dengan
banyak segmen, dengan banyak kaki, satu pasang antena dan mata sederhana.
Nama Myriapoda menunjukkan invertebrata ini telah banyak sekali memiliki
kaki, tapi berkisar kurang dari sepuluh kaki. Anggota terkemuka termasuk
lipan dan kaki seribu. Selanjutnya Anggota filum Arthropoda hewan yang
memiliki tiga lapisan embrionik (triploblastik), dan telah memiliki selom sejati.
Oleh karena itu, Arthropoda adalah hewan triploblastik selomata Bilateria. Yaitu
kelas Trilobita contoh hewannya trilobit yang menunjukkan adanya bagian
kepala, dada dan perut.
Kelas dari Insecta merupakan kelas hewan serangga yang hidup diair
maupun hewan yang bisa terbang. Contohnya adalah kupu-kupu yang
merupakan kelas hewan serangga yang dapat terbang dan lingkungan hidupnya
di udara. Kelas berikutnya adalah Arachniodea Hewan arachniodea adalah
hewan yang termasuk dalam kategori ciri-ciri hewan invertebrata dengan filum
arthropoda. Struktur tubuh hewan arachnida terdiri dari chepalothorak (kepala-
dada) dan abdomen (badan belakang). Dari contoh yang didapat yaitu
kalajengking kelompok ini merupakan kelompok hewan yang beracun.
Kalajengking memiliki delapan kaki da nada sepasang cabik di depan wajah
yang digunakan untuk melindungi diri.. Arachniodea bermanfaat untuk
pengendalian populasi serangga, terutama serangga hama. Arachnida
bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga, terutama serangga hama.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 10


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Struktur morfologi untuk filum arthropoda yaitu memiliki kaki yang
beruas-ruas atau bersegmen. Jika dilihat lagi bentuk nya memiliki kaki
yang banyak yang digunakan untuk berjalan dan berenang.
2. Pada bagian permukaan artropoda mamiliki bagian tubuh yang sangat
kompleks, terdiri dari kepala, thorax dan abdomen serta kaki yang
bersendi-sendi.
3. Pengidentifikasian pada filum artropoda bisa dilakukan dengan melihat
dan mengamati bentuk morfologi nya secara benar. Bisa dilihat dari
bentuk tubuhnya, teksturnya, serta habitatnya
4.2 Saran
Praktikan harap berhati-hati dalam mengidentifikasi spesies, agar tidak
ada maket spesies yang patah atau rusak. Praktikan juga diharapkan
memahami apa saja yang dipraktikumkan agar meminimalisir terjadi nya
kesalahan.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 11


DAFTAR PUSTAKA

Dadang. 2016. Konsep Hama dan Dinamika Populasi. Bogor: IPB.


Dunlop, Jason. 2016. Struktur dan Perkembangan Arthropoda. Berlin.
Farley, Roger D. 2012. Ultrastruktur Pembangunan Buku Insang di Embrio dan
Instar Pertama Kepiting Tapal Kuda Limulus Polyphemus L. (chelicerata,
Xiphosura). Farley Frontiers in Zoology. California: Universitas California.
Vol.9. No.4:1-22.
Ferdinand, Fictor. 2009. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 118.
Hamdani. 2013. Studi Percobaan Pembiakan Zooplankton jenis
Cladocerae (Macrothrix sp) Secara Eksitu. Jurnal Ilmu
Perikanann Tropis. Vol. 18. No. 2: 1.
Larosa,Roswita. 2013. Identifikasi Sumberdaya Kepiting Bakau yang Didaratkan
di TPI Kabupaten Tapanuli Tengah. Journal Management of Aquatic
Resources. Vol. 2. No.3: 186.
Pratiwi, R. 2016. Komposisi Keberadaan Krustasea Di Mangrove Delta Mahakam
Kalimantan Timur. Jakarta: Makara Sains.
Romomohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan
tentang Biota Laut. Yogyakarta: Djambatan.
Sabdono,A. 2005. Eksplorasi Senyawa Bioaktif Antifoulant Bakteri yang
Berasosiasi dengan Avertebrata Laut Sebagai Alternatif Penanganan
Biofouling di Laut. Semarang: Erlangga
Yamindago, Ade. 2013. Naskah Modul Filum Arthtropoda. Malang: Universitas
Brawijaya.

Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 12

Anda mungkin juga menyukai