Perkembangan zaman yang semakin berkembang tidak terlepas disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan berkat peran teknologi sekarang ini yang amat kompleks. Alat-alat yang semakin canggih menjadikan sebuah hal yang mustahil dapat diketahui walaupun masih ada batasan-batasan. Pada abad 19 perkembangan geologi modern semakin menarik perhatian para ilmuwan untuk menjawab kejadian-kejadian yang ada sekarang ini bahkan masa lampau. Untuk mengetahui kondisi kejadian masa lalu diperlukan rekam jejak atau sebagia bahan bukti mengenai hal tersebut. Namun, secara ilmiah masa lampau yng berjuta-juta tahun tidak mudah menemukan jejak atau bukti sebagia alat bantu untuk menjelaskan kejadian yang sudah lama terjadi tersebut. Paleontologi hadir sebagai ilmu cabang dari ilmu kebumian yang terkhusus dipelajari oleh calon ahli geologi. Paleontologi yang berisikan kajian serta perjelasan mengenai perjalanan kehidupan mahluk hidup yang pernah ada di muka bumi ini hingga perubahan sampai saat ini. Paleontologi mengakses masa lampau menggunakan sisa peninggalan mahluk pada hidup pada masa berupa fosil. Semua makhluk fosil, dan dunia lenyap yang mereka tinggali membantu kita memahami tempat kita dalam ruang dan waktu. Mereka juga dapat bertindak sebagai tolok ukur penting untuk apresiasi kita terhadap Bumi seperti saat ini dan mungkin memberikan petunjuk untuk masa depannya. Museum Nasional Sejarah Alam penuh dengan petunjuk fosil tentang masa lalu Bumi, dan dibantu oleh koleksi-koleksi - dan beberapa penelitian mutakhir di Departemen Paleobiologi - kursus ini akan mengeksplorasi sejarah kehidupan dari hari-hari awal Bumi ke yang lebih baru kali dalam sejarah planet kita. Didalam bumi yang sudah berumur berkisar miliaran tahun yang dihuni oleh mahluk hidup yang masih ada maupun yang telah punah seperti hewan Avertebrata. Avertebrata yang hidup baik di darat maupun di laut sendiri memiliki berbagai macam filum yang diantaranya adalah dari filum Arthropoda. Filum ini tentu memiliki perbedaan masing-masing terutama dalam morfologinya yang dapat dibedakan langsung. Setiap filum juga memiliki spesies yang berbeda pula. yang mencapai jutaan spesies. Namun untuk membedakan dan mengidentifikasi nya tidak mudah tanpa melihat langsung. Untuk itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kelas maupun spesies dari filum Antropoda tersebut.
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 1
1.2 Tujuan 1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi arhtopoda 2. Mempelajari dan menjelaskan anatomi arthropoda 3. Melakukan identifikasi terhadap arthropoda 1.3 Alat dan Bahan 1. Maket fosil filum Antropoda ( Crustacea, Myriapoda, Arachnoidea, Insecta dan Trilobit) 2. Alat tulis lengkap 3. Lembar kerja 4. Kamera
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 2
BAB II DASAR TEORI
Arthropoda dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos =
kaki merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Arthropoda merupakan filum terbesar di antara filum-filum yang lain karena lebih dari 75 % dari binatang-binatanag yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini. Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam filum Arthropoda. Binatang yang berupa hama tanaman dapat terdiri dari kelompok atau filum Nematoda (cacing), Mollusca (Bekicot), Chordata (terutama Mamalia), Arthropoda terutama sepeeri serangga- serangga dan tungau (Larosa, 2013). Ciri-ciri umum dari antropoda antara lain mempunyai anggota yang beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan rangka luar, biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali,coelom pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan satu rongga berisi darah dan disebut haemocoel. Klasifikasi antropoda terdiri dari kelas crustae, contoh: udang ; kelas onychophora, contoh : preparatus ; kelas chilopoda, contoh : kelabang ; kelas diplopoda, contoh : kelelawar ;kelas insecta, contoh : belalang ; kelas arachnoidae, contoh : laba-laba ; kelas pauropoda, contoh: pauropus dan kelas symphyla, contoh : scutigerella (Ferdinand, 2009). Dalam filum arthropoda adalah suatu kingdom animalia yang memiliki kebiasaan cara hidup dan habitat Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit,komensal, atau simbiotik. Di lingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah. Habitat penyebaran arthropoda sangat luas. Ada yang di laut, perairan tawar, gurun pasir, dan padang rumput. Serangga adalah hewan- hewan yang bersegmen dengan eksoskeleton berkitin, dan alat-alat tambahan bersegmen. Segmentasi itu tampak jelas secara eksternal. Jumlah jenis dalam filum ini lebih banyak dari jumlah jenis dari semua filum lainnya. Baik laut, air tawar maupun habitat terrestrial didiami oleh serangga. Coelom pada antropoda tereduksi. Hoemocoel merupakan sebagian dari sistem sirkulasi. Jenis kelamin terpisah namun demikian pada jenis- jenis tertentu reproduksi partogenesis merupakan karakteristiknya. Sirkulasi terjadi karenagerakan pulsasi jantung
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 3
dorsal. Pernapasan dengan trakea selalu dicirikan dengan adanya porus berpasangan pada tiap segmen (Sabdono, 2005). Avertebrata air adalah hewan air yang tidak mempunyai tulang belakang dan susunan pencernaannya terletak dibawah saluran pencernaan. Avertebrata air tebagi menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Echinodermata, Mollusca, Plathyhelmanthes, Nemalthelminthes, annelida dan Anthropoda. Ditinjau dari segi bentuk, ukuran, dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata air mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara dari segi ukuran dijumpai mulai dari yang berukuran mikron sampai meter, dari bentuk tubuh yang sederhana sampai yang kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya, ada yang di darat, air tawar, air payau, air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti danau garam. Avertebrata air dapat didefinisikan sebagai hewan tidak bertulang belakang, yang sebagian atau seluruh daur hidupnya, hidup di dalam air (Romomohtarto dan Sri, 2007). Arthtropoda merupakan phylum terbesar dalam kingdom Animalia dan kelompok terbesar dalam phylum itu adalah Insekta. Diperkirakan terdapat 713.500 jenis Arthropoda dengan jumlah itu diperkirakan 80% dari jenis hewan yang sudah dikenal. Arthropoda tanah merupakan salah satu kelompok hewan tanah yang dikelompokkan atas Arthropoda 2 dalam tanah dan Arthropoda permukaan tanah. Arthropoda tanah berperan penting dalam peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran serasah serta sisa-sisa bahan organik. Arthropoda permukaan tanah sebagai komponen biotik pada ekosistem tanah sangat tergantung pada faktor lingkungan. Perubahan lingkungan akan berpengaruh terhadap kehadiran dan kepadatan populasi Arthropoda. Keanekaragam hewan tanah lebih rendah daripada daerah yang terganggu daripada daerah yang tidak terganggu. Dipengaruhi faktor kimia, bilogis dan fisika pada keterbentukannya. Perubahan komunitas dan komposisi vegetasi tertentu pada suatu ekosistem secara tidak langsung menunjukan pula adanya perubahan komunitas hewan dan sebaliknya (Hamdani, 2013). Pada bagian tubuh secara anatomi pada filum arthropoda memiliki bentuk tubuh biasanya terdiri atas cephalothorax dan abdomen yang tampak jelas, kecuali pada Acarina. Pada cephalothorax terdapat enam pasang apendik bersendi , yaitu sepasang chelicerae,sepasang pedipalpi dan empat pasang kaki. Antena dan mandible. klasifikasinya chelicerata terdiri atas kelas Arachnida, Pycnogonida, dan Xiphosura. Adapun beberapa kelas yang sudah punah yaitu, Eurypterida dan Chasmataspidida. Arachnida merupakan kelas dari filum arthropoda dan subfilum Chelicerata. Semua arachnida memiliki delapan kaki, meskipun di beberapa spesies pasangan depan dapat mengkonversi untuk
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 4
fungsi sensorik. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Arachne, yang berarti laba-laba (Dunlop, 2010). Crustacea adalah hewan yang tubuhnya beruas-ruas, memiliki kulit luar yang keras. Udang dan kepiting termasuk kedalam kelompok hewan tersebut. Hewan air ini meliputi beberapa spesies yang bernilai ekonomis tinggi, misalnya udang windu (Penaeus monodon), udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan kepiting bakau (Scylla cerrata). Ciri-ciri umum dari kelas Crustacea yaitu habitatnya di danau, air tawar, kolam dan sungai. Tubuhnya terdiri dari cephalothorax dan abdomen serta bersegmen. Kerangka luarnya dari zat kitin dan ciri yang terakhir yaitu makanan pokoknya berupa zat organik hidup dan zat yang busuk. Crustacea biasanya terdiri dari lima ruas yang tergabung menjadi satu. Mereka mempunyai dua pasang antena, sepasang mandibel atau rahan dan dua pasang maksila. Dada mempunyai embelan dada yang bentuknya berbeda-beda. Beberapa diantaranya digunakan untuk berjalan. Ruas abdomen biasanya sempit dan lebih mudah bergerak daripada kepala dan dada (Pratiwi, 2016). Hewan yang menjadi hama sebagian besar berasal dan kelompok serangga atau insekta. Serangga mendominasi dan segi jumlah yang mendiami bumi ini yaitu sekitar 55,56% dan total makhluk hidup. Dari segi taksonomi, serangga termasuk dalam filum Arthtopoda dan kelas Insekta atau heksapoda. Adapun ciri-ciri serangga adalah tubuh serangga terbagi dalam tiga bagian utama yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Memiliki kerangka luar (eksoskeleton) yang pada penode tertentu harus ditinggalkan dan digantikan dengan kulit baru melalui proses ganti kulit untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga tersebut terutama pada saat serangga muda, selain itu tubuh serangga beruas- ruas sehingga dapat membantu dalam pergerakan, memiliki tiga pasang tungkai atau enam tungkai (heksapoda) yang masing-masing pasang tungkai terdapat pada tiga ruas toraks yaitu toraks ruas depan, tengah dan belakang serta sayap dua pasang yang terdapat pada toraks belakang (Dadang, 2016). Myriapoda adalah subfilum dari arthropoda darat, ditandai dengan tubuh memanjang dengan banyak segmen, dengan banyak kaki, satu pasang antena dan mata sederhana. Nama Myriapoda menunjukkan invertebrata ini telah banyak sekali memiliki kaki, tapi berkisar kurang dari sepuluh kaki. Anggota terkemuka termasuk lipan, yang terdiri dari kelas Chilopoda, dan kaki seribu, yang terdiri dari kelas Diplopoda. Dua kelas yang masih ada lainnya yang Pauropoda dan Symphyla. Kaki seribu berbeda dari kelompok lain dalam memiliki segmen tubuh mereka menyatu menjadi pasangan, memberikan penampilan yang setiap segmen beruang dua pasang kaki, sedangkan tiga
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 5
kelompok lainnya memiliki satu pasang kaki pada setiap segmen tubuh. Ada sekitar 12.000 spesies yang dikenal dari Myriapoda (Dadang, 2016). Myriapoda memiliki fungsi ekologis penting dan beragam, dengan kelabang terutama yang bergerak cepat dan predator, makan serangga dan invertebrata lainnya, dan bahkan vertebrata kecil, sementara kaki seribu yang bergerak terutama lambat dan detrivory, makan pada hal-hal seperti sampah daun dan membusuk atau tanaman mati masalah. Myriapoda menyediakan sumber makanan penting bagi banyak invertebrata dan vertebrata. Selain itu, kaki seribu membantu dalam daur ulang nutrisi, dan orang-orang bantuan lipan dengan mengkonsumsi berbagai hama rumah tangga, seperti kutu busuk, rayap, dan kecoa (Farley, 2012). Myriapoda yang paling melimpah di hutan lembap, dimana mereka memenuhi peran penting dalam mengurai bahan tanaman membusuk, meskipun beberapa tinggal di padang rumput bahkan gurun. Mayoritas adalah detritivorous dengan pengecualian dari kelabang, terutama aktif di malam hari predator. Pauropodans dan symphylans kecil, kadang-kadang hewan mikroskopis yang menyerupai lipan dangkal dan hidup di tanah. Kaki seribu berbeda dengan kelompok lain dalam memiliki segmen tubuh yang menyatu menjadi pasangan-pasangan memberikan kesan bahwa setiap segmen tubuh menyatu menjadi pasangan-pasangan memberikan kesan bahwa setiap segmen dikenakan dua pasang kaki sedangkan tiga lainnya kelompok memiliki satu pasang kaki pada setiap segmen tubuh (Fortey dan Thomas, 2008). Karakter-karakter yang digunakan untuk identifikasi ada crustacea khususnya kepiting adalah bentuk capace misalnya ovate (seperti daun, hexagonal, pentagonal, dan lain-lain) dan karakter menyatu dan dapat digerakkan dan tidak menyatu. Bentuk capit, kaki renang, ekor kipas bagian telson, kaki jalan dan yang membantu untuk makan (Yamnidago, 2013). Duri pada karpus dan gigi frontal margin merupakan bagian dari morfologi kepiting bakau, yang merupakan penentu jenis Scylla sp. Pengelompokkan Syclla sp diawali dengan gigi anterolateral akhir sama dengan gigi-gigi yang lain pada daerah ini. Kemudian mulai terbagi pada daerah karpus dari cheliped terdiri dari dua duri atau hanya satu duri yang mereduksi pada permukaan luarnya serta capit yang berwarna kuning dan orange. Kedua, karpus dari cheliped memiliki dua duri tajam pada bagian frontal pada karapasnya. Jika memiliki duri tajam pada bagian frontal dan memiliki dua duri karpus yang juga tajam, maka ciri-ciri tersebut merupakan jenis S. Serrata. Selain itu pada capit memiliki duri yang tajam dan warna karapas biasanya berwarna hijau tua sampai hijau kehitaman. Bagian luar capit berwarna hijau kebiruan dan
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 6
memiliki pola marmer. Kaki renang baik jantan maupun betina memiliki pola yang sama (Larosa, 2013). Arthropoda memiliki tubuh dilapisi oleh kutikula (tersusun dari lapisan protein dan zat kitin), yang berfungsi sebagai rangka luar (eksoskeleton). Lapisan yang tebal dan keras ini walaupun dapat melindungi tubuh, akan tetapi menghambat pertumbuhan. Akibatnya, hewan ini harus menggugurkan kulitnya dan menggantinya secara periodik (molting). Sama seperti Nematoda, Arthropoda juga merupakan anggota kelompok Ecdysozoa. Anggota filum Arthropoda merupakan hewan yang memiliki tiga lapisan embrionik (triploblastik), dan telah memiliki selom sejati. Oleh karena itu, Arthropoda adalah hewan triploblastik selomata. Tubuhnya berbentuk simetris bilateral, sehingga merupakan kelompok Bilateria. Pada perkembangan embrionya, mulut pada embrio Arthropoda terbentuk terlebih dahulu daripada anus, sehingga hewan ini termasuk dalam kelompok protostomia. Tubuh Arthropoda juga bersegmen-segmen. Pada beberapa kelas Arthropoda, segmen-segmen terlihat sama. Sifat umum arthropoda mencakup kerangka luar keras dan zat kitin, yakni polisakarida majemuk, suatu jenis karbohidrat. Cangkang ini dihasilkan oleh epidermis dan karena sifatnya yang tidak elastis jika mengeras, ia harus di tanggalkan secara berkala untuk memungkinkan hewan tumbuh. Sifat umum yang terpenting yang berlaku pada semua kelas arhtropoda adanya embelan tubuh yang bersendi dan bebas dari bulu-bulu getar. Bentuk tubuhnya simetri bilateral dan tubuhnya terdiri dari ruas-ruas yang tersusun secara linear berurutan. Pada masing-masing ruas atau pada beberapa ruas melekat embelan tubuh. Tubuh tertutup kerangka luar dari kitin yang elastis pada bagian pergerakan sendi (Sabdono 2005). Menurut Yamindago (2013), secara umum karakteristik filum Arthropoda yakni Tubuh tersusun atas segmentasi luar (heteronom), terdiri atas tiga bagian kepala, dada dan perut. Tubuh simetri bilateral. Bagian tubuhnya berpasangan yaitu kaki, capit dan sistem pernapasan. Memiliki susunan saraf tangga tali dengan ganglion cerebralum dan ganglia abdominalia. Satu pembuluh darah punggung yang berfungsi sebagai jantung untuk memompah darah ke arah anterior.
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 7
3.2 Pembahasan Pada praktikum paleontologi yang membahas tentang filum Antropoda ada beberapa hasil yang didapat dari proses 9 maket fosil yang dideskripsikan. Filum Arthropoda merupakan filum yang spesies hewannya saat banyak tersebar di lingkungan yang ditinggali oleh manusia maupun dialam bebas seperti di laut, hutan, sungai, rawa atau di sudut-sudut rumah kita dapat kita temukan. Arthropoda dengan ciri khas hewan bersegmen-segmen ini sudah ada pada zaman kambrium dan berkembang mengalami morfologi sampai sekarang dapat kita lihat hidup maupun yang telah mati dan sebagian terfosilkan. Saat menemukannya dalam keadaan hidup biasanya ukurannya tidak seperti pertama sekali ia muncul kepermukaan bumi ini namun mengalami penurunan besar tubuh. Hal ini disebabkan karena kandungan oksigen di dalam bumi ini semakin sedikit sehingga dapat kita amati bahwa dulu kala ukuran kalajengking seratus kali lebih besar dari sekarang ini. Bila organisme yang mati itu terfosilkan atau mengalami suatu proses pengawetan oleh alam dia bisa terendapkan baik secara proses pemfosilan secara termineralisasi dengan permineralisasi di batuan sedimen ataupun terjebak di dalam getah kayu seperti batan amber yang mana serangga terfosilkan di getah kayu damar. Filum arthropoda yang di praktikumkan terdiri dari lima kelas dari arthropoda yaitu Crustacea, Myriopoda, Arachnoidea, Insecta dan Trilobit. Kelas ini dapat dibedakan oleh beberapa faktor seperti ada tidaknya mata, perkembangan pertumbuhan, asal dan bentuk struktur muka, asal dan tempat kepala atau ekor atau kedua-duanya dan bagian-bagian thorax. Dari fosil yang dideskripsikan dapat diketahui spesiesnya sebagai berikut. Trogederma granium adalah hama yang banyak merusak tanaman biji-bijian sereal dan minyak-minyak biji-bijian. Pengembangan larva pada Trogederma granium sp tidak terjadi pada suhu dibawah 210 C, tetapi dapat hidup pada kelembapan yang sangat rendah seperti 310 C. (Julus Virgotus sp) Hewan kaki seribu atau keluwing termasuk dalam kelas Diplopoda. Diplopoda merupakan hewan terrestrial yang bergerak lambat. Biasa disebut dengan nama cacing kawat. Bertempat tinggal di darat terutama di tempat-tempat yang lembab, gelap, dibawah batu, dedaunan atau di dalam kayu yang lapuk dan hidup sebagai binatang pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Kaki seribu memiliki bentuk tubuh yang terdiri atas kepala dan badan, bentuknya silindris dan beruas-ruas, di setiap ruasnya terdapat satu sampai dua pasang kaki. Walaupun demikian jumlah total kakinya tidak mencapai seribu seperti namanya. Warna tubuhnya coklat kekuning-kuningan. Bagian kepalanya terdiri atas lima segmen, thorax terdiri atas empat segmen dan bagian perut dengan
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 8
20-100 segmen. Kaki seribu memiliki sepasang antenna yang pendek dan dua kelompok mata tunggal yang terdiri dari sekumpulan oselli pada kepalanya. Tidak memiliki taring dan bernapas dengan trakea. Di bagian bawah dari ruas yang paling belakang terdapat anus yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air dari metabolisme. Tidak mempunyai cakar beracun. Scolopendro linoneus adalah hewan antropoda tergolong dari kelas chilopoda dam filum Myriapoda. Hewan ini merupakan hewan metameric yang memiliki sepasang kaki disetiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan berbisa. Secara pengamatan hewan ini mrip dengan hewan kaki seribu. Calymen Bluminbachi sp merupakan suatu jenis fosil yang termasuk kedalam arthropoda (trilobit) dengan proses pemfosilan termineralisasi (replacement) dengan umur kambrium-recent, dengan kingdong animalia, ordo phaicopida, family calymenidal, genus calimene, dan spesies calymene bluminbachi. Cara hidup dengan cara sesil/terhambatkan. Lingkungan hidup biasanya hidup di dasar laut . Lingkungan pengendapan yaitu eksitu, eksitu adalah suatu proses terfosilkan dimana ia hidup dimana ia mati dalam tempat yang sama atau tidak mengalami transfortasi kedaerah lain jenisnya di endapkan masuk dalam batial-abisal. Pantaca Flagvensial sp yang menunjukkan kenampakan hewan yang hidup di udara dengan cara terbang menggunakan sayap. Dari secara teori gambar tersebut merupakan suatu jenis fosil yang termasuk kedalam arthropoda (insekta) dengan proses pemfosilan termineralisasi (amber) dengan umur kambrium-recent, dengan kingdong animalia, ordo odanata, familylinuledae, genus pantaca, dan spesies pantaca flagvensial. Scorpio Mourse sp merupakan suatu jenis fosil yang termasuk kedalam artropoda (arachnida) dengan proses pemfosilan termineralisasi (replacement) dengan umur kambrium-recent, dengan kingdong animalia, ordo ananeae, family ananeidae, genus ananeus, dan spesies ananeus diadematus. Kalahjengking merupakan hewan berbisa yang hidup didarat yang masih banyak sekarang ditempat-tempat semak ataupun tempat lembab. Warna hitam dengan tersusun dari cabit dan kaki yang bersegmen-segmen. Kalajengking purba muncul pada pertengahan Masa Paleozoikum, kira-kira 400 juta tahun yang lalu. Berbeda dengan kalajengking pada umumnya, bentuk kalajengking purba lebih sederhana. Tubuhnya terdiri dari banyak ruas-ruas yang terlindung cangkang tipis. Perbedaan lainnya adalah ukuran tubuh beberapa jenis kalajengking purba yang mencapai 100 kali ukuran kalajengking masa sekarang, 2 hingga 3 meter. Selain itu, kalajengking purba juga hidup. Penaeus Monodon sp fosil arthropoda crustacea dengan umur kambrium-recent
Laporan Praktikum Paleontologi Filum Arthropoda 9
dan proses pemfosilan termineralisasi (replacement) dengan kingdong animalia dan ordo decapoda serta family penaeidae, genus penaeus, dan spesies Penaeus Monodon. Penaeus Monodon atau sering dikenal dengan udang windu merupakan suatu spesies udang yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Araneus diadermatus sp hewan yang tdiak asing bagi kita yaitu laba-laba yang biasa hidup ditempat gelap dan memiliki kemampuan mengelurakan benang. Kelas Arachnoidea memiliki ciri ciri tubuh terdiri dari abdomen dan sefalotoraks, memiliki enam pasang anggota gerak, hidup di darat maupun di dalam air, jumlah matanya bervariasi, bernafas dengan paru-paru buku atau trakea atau dengan keduanya. Laba-laba adalah sejenis hewan berbuku-buku dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau –tungau semuanya. Dari kelas- kelas filim arthropoda setelah melakukan dekripsi ternyata kelas yang ada pada arthroda yaitu kelas Crustacea adalah hewan yang tubuhnya beruas-ruas, memiliki kulit luar yang keras seperti udang dan kepiting termasuk kedalam kelompok Crustacea tersebut. Lalu ada Myriapoda adalah subfilum dari arthropoda darat, ditandai dengan tubuh memanjang dengan banyak segmen, dengan banyak kaki, satu pasang antena dan mata sederhana. Nama Myriapoda menunjukkan invertebrata ini telah banyak sekali memiliki kaki, tapi berkisar kurang dari sepuluh kaki. Anggota terkemuka termasuk lipan dan kaki seribu. Selanjutnya Anggota filum Arthropoda hewan yang memiliki tiga lapisan embrionik (triploblastik), dan telah memiliki selom sejati. Oleh karena itu, Arthropoda adalah hewan triploblastik selomata Bilateria. Yaitu kelas Trilobita contoh hewannya trilobit yang menunjukkan adanya bagian kepala, dada dan perut. Kelas dari Insecta merupakan kelas hewan serangga yang hidup diair maupun hewan yang bisa terbang. Contohnya adalah kupu-kupu yang merupakan kelas hewan serangga yang dapat terbang dan lingkungan hidupnya di udara. Kelas berikutnya adalah Arachniodea Hewan arachniodea adalah hewan yang termasuk dalam kategori ciri-ciri hewan invertebrata dengan filum arthropoda. Struktur tubuh hewan arachnida terdiri dari chepalothorak (kepala- dada) dan abdomen (badan belakang). Dari contoh yang didapat yaitu kalajengking kelompok ini merupakan kelompok hewan yang beracun. Kalajengking memiliki delapan kaki da nada sepasang cabik di depan wajah yang digunakan untuk melindungi diri.. Arachniodea bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga, terutama serangga hama. Arachnida bermanfaat untuk pengendalian populasi serangga, terutama serangga hama.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Struktur morfologi untuk filum arthropoda yaitu memiliki kaki yang beruas-ruas atau bersegmen. Jika dilihat lagi bentuk nya memiliki kaki yang banyak yang digunakan untuk berjalan dan berenang. 2. Pada bagian permukaan artropoda mamiliki bagian tubuh yang sangat kompleks, terdiri dari kepala, thorax dan abdomen serta kaki yang bersendi-sendi. 3. Pengidentifikasian pada filum artropoda bisa dilakukan dengan melihat dan mengamati bentuk morfologi nya secara benar. Bisa dilihat dari bentuk tubuhnya, teksturnya, serta habitatnya 4.2 Saran Praktikan harap berhati-hati dalam mengidentifikasi spesies, agar tidak ada maket spesies yang patah atau rusak. Praktikan juga diharapkan memahami apa saja yang dipraktikumkan agar meminimalisir terjadi nya kesalahan.
Dadang. 2016. Konsep Hama dan Dinamika Populasi. Bogor: IPB.
Dunlop, Jason. 2016. Struktur dan Perkembangan Arthropoda. Berlin. Farley, Roger D. 2012. Ultrastruktur Pembangunan Buku Insang di Embrio dan Instar Pertama Kepiting Tapal Kuda Limulus Polyphemus L. (chelicerata, Xiphosura). Farley Frontiers in Zoology. California: Universitas California. Vol.9. No.4:1-22. Ferdinand, Fictor. 2009. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Hal. 118. Hamdani. 2013. Studi Percobaan Pembiakan Zooplankton jenis Cladocerae (Macrothrix sp) Secara Eksitu. Jurnal Ilmu Perikanann Tropis. Vol. 18. No. 2: 1. Larosa,Roswita. 2013. Identifikasi Sumberdaya Kepiting Bakau yang Didaratkan di TPI Kabupaten Tapanuli Tengah. Journal Management of Aquatic Resources. Vol. 2. No.3: 186. Pratiwi, R. 2016. Komposisi Keberadaan Krustasea Di Mangrove Delta Mahakam Kalimantan Timur. Jakarta: Makara Sains. Romomohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Yogyakarta: Djambatan. Sabdono,A. 2005. Eksplorasi Senyawa Bioaktif Antifoulant Bakteri yang Berasosiasi dengan Avertebrata Laut Sebagai Alternatif Penanganan Biofouling di Laut. Semarang: Erlangga Yamindago, Ade. 2013. Naskah Modul Filum Arthtropoda. Malang: Universitas Brawijaya.