Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN ZOOLOGI INVERTEBRATA

“MENGENAL BERBAGAI JENIS HEWAN INVERTERATA DI PANTAI


TORONIPA, KECAMATAN SOROPIA, KABUPATEN KONAWE”

OLEH :

KELOMPOK II ( DUA )

ANGGOTA : 1. AHMAD FAUZY A.Q (A1J120001)

2. DYTA AGUSTINA (A1J120011)

3.SAFRIANTI (A1J120025)

4. MULYANI (A1J120059)

5. DARMAWATI (A1J120085)

6. WINDI LEONIKA (A1J120125)

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Zoologi berasal dari bahasa yunani yaitu “zoion” yang artinya hewan
sedangkan “logos” yang artinnya ilmu. Jadi dapat simpulkan bahwa zoologi
merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang hewan, seperti
perkembangan embrio, evolusi, distribusi ekologi, perilaku, serta klasifikasi
hewan. Zoologi merupakan salah satu cabang biologi yang mempelajari
mengenai struktur, fungsi, perilaku, dan juga evolusi hewan.
Invertebrata merupakan hewan yang yang tidak memiliki tulang
belakang, invertebrata merangkum 95% spesies hewan yang diketahui.
Invertebrata menempati hampir setiap habitat bumi, mulai dari air mendidih
yang dilepaskan oleh lubang sembur hirotermal laut dalam hingga ke tanah
antartika yang berbatu dan beku. Invertebrata beradaptasi dengan sangat
bervariasi, sehingga menghasilkan keanekaragaman bentuk yang luar biasa,
dari spesies yang hanya terdiri dari sel-sel lapisan ganda yang pipih hingga
spesies-spesies lain dengan kelenjar pemintal sutra, duri-duri yang berputar,
lusinan kaki yang berbuku atau tentakel yang ditutupi dengan mangkok
penghisap.
Zoologi invertebrata mempelajari mengenai hewan-hewan
invertebrata, yaitu hewan-hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Invertebrata terbagi menjadi tiga golongan yaitu aselomata, pseudoselomata
dan selomata yang dibagi menjadi sembilan filum, yaitu filum protozoa,
porifera, coelenterata, platyhelenminthes, nemathelminthes, annelida,
mollusca, arthopoda, dan echinodermata. Pada zoologi invertebrata
membahas tentang ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, perilaku, habitat,
dan peranan dari hewan yang digolongkan dalam invertebrata. Ciri-ciri
tersebut digunakan sebagai pengklasifikasian kedalam tingka takson yaitu
filum, kelas, ordo, famili, genus, dan spesies.
Berdasarkan latar belakang ini maka dilakukan praktikum lapangan
dengan tujuan mengidentifikasi berbagai jenis hewan invertebrata yang ada
di pantai Toronipa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penulisan laporan praktikum lapangan ini adalah :
1. Apa saja jenis filum porifera yang di temukan di pantai Toronipa yang di
jadikan sebagai awetan basah?
2. Apa saja jenis filum mollusca yang di temukan di pantai Toronipa yang
di jadikan sebagai awetan basah?
3. Apa saja jenis filum echinodermata yang di temukan di pantai Toronipa
yang di jadikan sebagai awetan basah?
4. Apa saja jenis filum arthopoda yang ditemukan dipantai Toronipa yang
di jadikan sebagai awetan kering?
C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui jenis filum porifera yang di temukan di pantai
Toronipa yang di jadikan sebagai awetan basah
2. Untuk mengetahui jenis filum mollusca yang di temukan di pantai
Toronipa yang di jadikan sebagai awetan basah
3. Untuk mengetahui jenis filum echinodermata yang di temukan di pantai
Toronipa yang di jadikan sebagai awetan basah
4. Untuk mengetahui jenis filum arthopoda yang ditemukan dipantai
Toronipa yang di jadikan sebagai awetan kering
D. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum lapangan ini adalah :
1. Bagi penulis dapat dijadikan sebagai bahan informasi mengenai jenis-
jenis spesimen hewan invertebrata pada filum porifera, mollusca,
echinodermata dan arthtropoda di Pantai Torornipa, Kecamatan Soropia,
Kabupaten Konawe.
2. Sebagai bahan pembuatan sampel awetan basah dan awetan kering
3. Sebagai bahan pustaka.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Secara garis besar, kingdom animali dibagi menjadi dua yaitu vertebrata
dan invertebrata. Vetebrata adalah istilah untuk hewan yang mempunyai tulang
belakang, sedangkan invertebrata adalah istilah untuk hewan yang tidak
mempunyai tulang belakang. Hewan atau animalia yang kita kenal selama ini
dapat dibagi menjadi sepuluh macam filum yaitu protozoa, porifera, coelenterata,
platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca, arthopoda, echinodermata
dan chordata (Rusyana, 2017:113)

Porifera berasal dari bahasa latin “porus” berarti pori dan “fer” berarti
membawa, tubuhnya berpori, diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel
yang bekerja secara mandiri (belum ada koordinasi antara sel yang satu dengan
sel-sel lainnya). Habitat umumnya diair laut dan ada yang diair tawar (famili
spongilidae). Bentuk tubuh kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta,
terompet dan lain-lain. Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling
sederhana, porifera sudah terdapat pembagian tugas kehidupannya (diferensiasi,
hal ini mencirikan organisme tersebut mempunyai tingkat lebih tinggi
dibandingkan filum protozoa. Porifera hidup secara heterotrof dan makanannya
adalah bakteri dan plankton (Rusyana, 2016 : 17)

Coelenterata yang dikenal juga dengan nama cnidaria berasal dari bahasa
latin yaitu “koilos” yang berarti selom atau rongga tubuh dan “enteron” yang
berarti usus. Coelenterata dapat diartikan sebagai rongga tubuh yang memiliki
fungsi sebagai usus. Sedangkan cnidaria berasal dari bahasa yunani yaitu cnidae
yang berarti sengat. Coelenterata merupakan hewan invertebrata yang sebagian
besar hidupnya berada dilaut. Ukuran tubuhnya paling besar dibandingkan dengan
hewan invertebrata lainnya, baik yang soliter maupun yang berbentuk koloni
(Wahono, 2019 : 3)
Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani yaitu “platy” dan “helminthes”.
Platy berarti pipih dan helminthes berarti cacing, bila dibandingkan dengan
porifera dan coelenterata, maka kedudukan filum platyhelminthes adalah lebih
tinggi setingkat. Hal ini dapat dilihat dengan tanda-tanda seperti tubuh bilateral
simetris, arah tubuh sudah jelas yaitu mempunyai arah enterior-pesterior dan arah
dorsal ventral, bersifat tripoblastik, sebab dinding tubuhnya sudah tersusun atas
tiga lapisan. yaitu lapisan ektodermis, mesodermis, dan endodermis. Filum
platyhelminthes dibagi menjadi tiga kelas yaitu tubellaria, trematoda dan cestoda
(Yanuhar, 2018 : 50)

Nemathelminthes merupakan cacing yang berbentuk benang atau gilik.


Disebut sebagai cacing gilik karena memiliki tubuh bulat panjang atau seperti
benang. Nemathelminthes memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh
sejati, tetapi memiliki rongga tubuh semu. Nemathelminthes disebut juga sebagai
hewan pseudoselomata. Umumnya nemathelminthes memiliki bentuk tubuh bulat
panjang dengan permukaan tubuh halus dan mengkilat, hidup diair tawar, air asin,
pada manusia maupunh pada hewan dan tumbuhan (Nurhadi, 2018 : 91)

Annelida yang sering disebut juga anculata adalah cacing yang bersegmen,
hidup di dalam air tawar, air laut dan di darat. Beberapa diantaranya hidup sebagai
parasit. Selain itu, annelida memiliki berbagai sistem organ tubuh yang baik
dengan sistem peredaran darah tertutup. Annelida sebagian besar memiliki dua
kelamin sekaligus dalam satu tubuh atau hemafrodit. Contohnya cacing tanah,
cacing pasir, cacing kipas, lintah. Dalam filum annelida terdapat tiga kelas yaitu
kelas polychaeta, oligochata, dan hirudinae (Supartini, 2020 :92)

Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu “molluscus” yang artinya lunak.
Mollusca merupakan hean invertebrata yang memiliki tubuh lunak. Tubuhnya
yang lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang.
Hewan ini tergolong tripoblastik, ukuran dan bentuk tubuhnya sangat bervariasi,
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan
ataupun sisa-sisa oganisme (Nurhidayah, 2020 : 87)
Arthopoda berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
“artho” yang berarti ruas dan “podos” yang berarti kaki. Arthopoda merupakan
hean yang memiliki tubuh beruas-ruas,berbuku-buku serta bersegmen, tripoblastik
selomata dan bilateral simetris. Tubuh arthopoda terdiri dari kepala (cephal), dada
(thorax), dan abdomen yang keseluruhan dibungkus oleh zat kitin dan kerangka
luar (eksoskeleton). Umumnya diantara ruas-ruas tedapat bagian yang tidak
memiliki zat kitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah degerakkan (Setiawan, 2019
: 39)

Echinodermata merupakan hewan yang kulitnya berduri, kelompok hewan


ini meliputi bintang laut, bintang ular, landak laut, lilia laut, dan mentimun laut
atu teripang, disamping bebarapa kelas yang telah punah hampir semua bersifat
simetris radial ketika dewasa dan pada umumnya mempunyai kerangka dalam
bersifat kapur dan spina-spina. Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah,
sehingga ada yang jantan dan betina. Sistem pencernaan makanan pada hewan ini
sudah sempurna, dimulai dari mulut yang posisinya dibawah permukaan tubuh
kemudian diteruskan melalui faring, kerongkongan, kelambung, lalu keanus dan
terakhir dianus. Ehinodermata bernafas menggunakan paru-paru, kulit atau demal
branchinae yaitu penonjolan dinding rongga tubuh yang tipis (Rahmadina, 2019 :
138)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Lokasi Praktikum
Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari hari sabtu, tanggal 5
Juni 2021 yang bertempat di Pantai Toronipa, Kecamatan Soropia, Kabupaten
Konawe, Sulawesi Tenggara dan dilanjutkan di Laboratorium Pengembangan
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Halu Oleo, dengan melakukan identifikasi jenis-jenis spesimen hewan yang
ditemukan.
B. Objek Pengamatan
Objek yang di amati dalam paktikum lapangan yang di lakukan di
pantai Toronipa, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, pada hari hari
sabtu, tanggal 5 Juni 2021 adalah semua jenis – jenis hewan invertebrata pada
filum porifera, mollusca, echinodermata dan arthtropoda
C. Defenisi Operasional
Invertebrata adalah “hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak
memiliki kerangka internal yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan
peran penting dalam ekosistem bumi. Sekitar 99% dari organisme yang
dikenal adalah invertebrata. Jadi, dapat disimpulkan bahwa zoologi
invertebrata adalah ilmu yang mempelajari tentang hewan yang tidak
bertulang belakang.
D. Instrumen Praktikum Dan Prosedur Pengamatan Data
1. Instrumen Paktikum
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini
adalah sebagai berikut :
No. Nama Alat Kegunaan
1. Alat tulis Menandai spesimen yang telah
diperoleh
2. Kantung spesimen Tempat penyimpanan spesimen yang
telah diperoleh
3. Kamera Mendokumentasikan gambar dari
spesimen yang diperoleh
4. Toples Tempat penyimpanan spesimen yang
telah dijadikan awetan basah

b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini
adalah sebagai berikut :
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Alkohol Untuk merendam spesimen yang
ditemukan
2. Kertas label Untuk menandai spesimen yang
ditemukan

2. Prosedur pengumpulan data


Metode praktikum yang digunakan pada praktikum lapangan ini
adalah metode eksplorasi yakni menjelajahi lokasi praktikum sambil
mengumpulkan sampel spesimen hewan yang ditemukan pada lokasi
praktikum.
E. Teknik Analisis Data
Praktikum ini dilaksanakan di Pantai Toronipa dengan menelusuri
pantai Toronipa dengan langkah-langkah berikut :
1. Menyiapkan toples terlebih dahulu yang telah diisi air dan alkohol
70%
2. Mengambil sampel spesimen hewan yang akan dijadikan objek
penelitian
3. Mendokumentasikan sampel yang telah diambil
4. Memasukkan spesimen kedalam toples yang telah disiapkan
5. Menandai sampel yang diambil dengan menempelkan kertas label
pada tutup toples
6. Mengidentifikasi sampel yang telah diambil
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan Pada Filum Porifera
a. Pengamatan Pada Spongia, sp.
a) Gambar
Keterangan :
1. Oskulum
1
2. Ostium
2 3. Tunas

3
b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Ordo : Dyctyoceratida
Famili : Spongidae
Genus : Spongia
Species : Spongia, sp.
c) Deskripsi
Spongia sp. termasuk ke dalam filum Porifera karena
memiliki bentuk tubuh yang asimetris, tubuhnya berlubang-
lubang (berpori), dan memiliki saluran air yang terdiri dari
ostium (tempat masuknya air), osculul (tempat keluar air).
Spongia sp. memiliki warna tubuh cokelat gelap. Memiliki tipe
kanal leucon yaitu tipe kanal yang paling rumit. Ostium
membentuk kanal-kanal incurrent yang tidak semuanya
memiliki choanocytes sehingga tidak semua kanal dilengkapi
oleh flagella (Budiantoro, 2016 : 39).
2. Pengamatan Pada Filum Mollusca
a. Pengamatan Pada Nerita sp.
a) Gambar
Keterangan :
1
1. Duri
2. Cangkang
2

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Neritoidea
Famili : Neritidae
Genus : Nerita
Species : Nerita sp.
c) Deskripsi
Nerita merupakan siput dengan bentuk primitive. Secara
morfologi Nerita sp terdiri dari cangkang sebagai pelindung,
bentuk cangkang yang berbentuk asimetri dan silinder akibat
mengalami torsi yaitu peristiwa memutarnya cangkang beserta
mantel, rongga mantel dan massa visceral sampai 180o
berlawanan arah jarum jam terhadap kaki dan kepala.
Tubuhnya pada umumnya dibagi menjadi dua bagian utama
yaitu: (1) kepala berfungsi kaki, (2) mantel terdiri termasuk
cangkang, rongga mantel (mantle cavity), dan massa visceral
(Liline, dkk. 2020 : 110)
b. Pengamatan Pada Hexaplex trunculus (Siput Laut)
a) Gambar
Keterangan :
1
1. Cangkang

2 2. Operculum

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Muricoidea
Famili : Muricidae
Genus : Hexaplex
Species : Hexaplex trunculus
c) Deskripsi
Hexaplex trunculus adalah semacam spesies laut siput
berukuran ini, makhluk laut moluska gastropoda di familia
Muricidae iaitukerang atau siput karang murex. Spesies laut
siput dalam sejarah bernilai adalah penting karena kelenjar
hypobranchial dia mengeluarkan lendir digunakan sebagai soal
pewarna biru atau indigo pada hari-hari dahulu kala oleh orang
Kanaan / Fenisia. Salah satu bahan kimia utama dalam bahan
pewarna yang dihasilkan adalah dibromo-indigotin, dan jika
dibiarkan di bawah matahari beberapa minit sebelum ia
menjadi sukar, kemudian warna akan menjadi biru nila suka
warna biru jeans (Marzouki, dkk. 2016 : 564)
c. Pengamatan Pada Mactra chinensis (Kerang Laut)
a) Gambar

1 Keterangan :
1. Umbo
2 2. Kaki
3. Mantel
3

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Muctroidea
Famili : Mactridae
Genus : Mactra
Species : Mactra chinensis
c) Deskripsi
Mactra chinensis memiliki bentuk morfologi yang pipih
secara lateral dan seluruh tubuh tertutup dua keping cangkang
yang berhubungan dibagian dorsal dengan adanya pita elastik
yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk sama dengan
periostrakum, bersambungan dengan cangkang. Umbo agak
cembung dan warna cangkang hijau kekuningan hingga
kecoklatan. Ukuran panjang cangkang 7,21 – 5,33 cm dan 7,73
– 5,96 cm. Kaki menonjol keluar dari anterior kerangkanya,
dimana posterior dari kerangkanya adalah tonjolan siphon.
3 Pengamatan Pada Fillum Echinodermata
a. Pengamatan Pada Archaster typicus (Bintang Laut Pasir)
a) Gambar
Keterangan :
1 1. Tentakel
2. Mulut
2
3. Duri

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Famili : Archasteridae
Genus : Archaster
Species : Archaster typicus
c) Deskripsi
Archaster typicus adalah bintang berkaki lima dengan
lengan panjang sedikit meruncing dengan ujung runcing.
Kadang-kadang tiga, empat, atau bahkan enam individu
bersenjata terjadi. Orang dewasa tumbuh berdiameter 12 hingga
15 cm (4,7 hingga 5,9 inci), dengan jantan sering kali lebih
kecil daripada betina. Bintang laut ini beradaptasi dengan
kehidupan di dasar laut berpasir, di mana ia bersembunyi di
sedimen saat air pasang dan bergerak di atas permukaan
sedimen saat surut. Warna umumnya abu-abu atau kecoklatan,
ditandai dengan berbagai bercak yang lebih gelap dan lebih
terang, terkadang membentuk pola chevron (Kasim, dkk. 2017 :
234).
4. Pengamatan Pada Filum Arhtropoda
a. Pengamatan Pada Apiomerus cassipes (Kepik Predator)
a) Gambar

1
Keterangan :

2 1. Kaki
2. Kepala, dada, perut
3 3. Antena

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Incsecta
Ordo :Hemiptera
Famili : Reduviidae
Genus : Apiomerus
Species : Apiomerus crassipes
c) Deskripsi
A. crassipes memiliki caput berwarna hitam, dorsal
berwarna orange, anterior mengecil dengan mata majemuk,
memiliki sepasang antena yang berbentuk filiform yang
panjangnya melebihi panjang tubuh. Tungkai berwarna hitam,
bentuk abdomennya lebar memipih. Sayap depan menebal dan
ujungnya menipis. Alat mulut seperti beak yang sangat mudah
untuk dilihat, mulut menusuk menghisap berbentuk paruh yang
panjangnya bisa setengah badan dan berbentuk jarum. Pada sisi
lateral imago jantan biasanya berwarna merah sedangkan pada
imago betina berwarna kuning. Pada tungkai depan imago
betina dan jantan terdapat resin yang bersifat seperti getah untuk
memudahkan menangkap mangsa.
b. Pengamatan Pada Porcellio scaber (Kutu Kayu)
a) Gambar
3 Keterangan :
1. Kepala
2
2. Perut
1 3. Kaki

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Insecta
Ordo : Isopoda
Famili : Porcellionidae
Genus : Porcellio
Species : Porcellio scaber
c) Deskripsi
Kutu kayu atau woodlouse adalah spesies krustasea yang
memiliki cangkang yang panjang, keras dan memiliki segmen
dan umunya memiliki 14 sendi di badannya. Ketika kita sedang
membongkar tumpukan kayu yang sudah lama, atau ditempat
sampah, kita pasti akan menemui hewan yang mirip dengan
kutu yang umumnya warnanya abu-abu agak hitam dan
memiliki antena dibagian depannya dan larinya sangat lincah.
Inilah yang disebut dengan kutu kayu. Jadi bisa dibilang kutu
kayu ini memiliki habitat di bawah kayu yang sudah lapuk atau
tertimbun lama di tanah ataupun didaerah dekat sampah. Karena
makanan dari kutu ini adalah bahan organik yang telah
membusuk (Rahmi. 2018 : 23)
c. Pengamatan Pada Ariadne ariadne (Kupu – Kupu)
a) Gambar
1 Keterangan:
1. Sayap
2
2. Kepala

3 3. Kaki
b) Klasfikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Nyamphalidae
Genus : Ariadne
Species : Ariadne ariadne
c) Deskripsi
Kupu-kupu Kupu-kupu mempunyai badan yang
dilengkapi dengan dua pasang sayap. Badan itu terdiri dari tiga
bagian yaitu kepala, toraks (bagian tengah) dan abdomen.
Tubuhnya dilapisi bulu-bulu kecil sebagai sensor, dan sayapnya
memiliki sisik, yang dapat berperan sebagai hormon selama
proses perkawinan. Kepala memiliki sepasang antena yang
panjang dan di ujung ada benjolan yang berfungsi sebagai
peraba dan perasa. Sepasang mata memberikan pengelihatan
yang luas dan bagus ( Yusuf, dkk. 2018 : 56).
d. Pengamatan Pada Laba – Laba Tanah (Areanus diadematus)
a) Gambar
2 Keterangan :
1. Kepala
1
2. Perut
3 3. Kaki

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Archnida
Ordo : Arenae
Famili : Araneidae
Genus : Areanus
Species : Areanus diadematus
c) Deskripsi
Laba-laba (Ordo Araneae) merupakan anggota Filum
Artropoda yang memiliki adaptasi tinggi terhadap berbagai
kondisi lingkungan. Laba-laba merupakan hewan kosmopolitan
yang dapat ditemukan di habitat terestrial, arboreal, dan
beberapa di akuatik seperti mangrove. Laba-laba merupakan
hewan predator bagi serangga-serangga yang ada di sekitarnya,
sehingga laba-laba mempunyai peranan penting dalam rantai
makanan. Laba-laba tergolong hewan karnivora dan kebanyakan
dari mereka merupakan pemakan serangga sehingga laba-laba
juga berperan penting dalam pengendalian hama (Ghavani,
2016).
e. Pengamatan Pada Rayap Dinding (Coptotermes curvignathus)
a) Gambar
1
Keterangan :
1. Kepala
2
2. Dada
3 3. Perut
4. Kaki

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Insecta
Ordo : Isoptera
Famili : Rhinotermitidae
Genus : Coptotermes
Species : Coptotermes curvignathus
c) Deskripsi
Tubuh rayap diselimuti oleh suatu lapisan tipis epitikula
yang tersusun dari parafin. Lapisan ini berguna untuk mencegah
tubuh spesies ini dari kekeringan, menjaga kelembaban tubuh
dan mencegah infeksi oleh organisme lain. Tubuh terbagi atas
tiga bagian yaitu kepala, toraks (dada) dan abdomen (perut).
Batas antara bagian toraks dan abdomen pada spesies ini terlihat
tidak jelas. Tubuhnya terlihat berwarna keputih-putihan bahkan
seperti transparan/bening. Bentuk kepala hewan perusak ini
bulat dan berwarna kuning serta memiliki antena, labrum, dan
pronotum berwarna kuning pucat. Antena yang dimiliki rayap
adalah 15 segmen (Tampubolon, dkk. 2016 : 865).
f. Pengamatan Pada Ulat Kaki Seribu (Harpaphe haydeniana)
a) Gambar
Keterangan :
1
1. Kepala
2. Perut
2
3. Anal

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Insecta
Ordo : Polydesmid
Famili : Xystodesmidae
Genus : Harpaphe
Species : Harpaphe haydeniana
c) Deskripsi
Harpaphe haydeniana, umumnya dikenal sebagai kaki
seribu kuning tutul , almond beraroma kaki seribu atau sianida
kaki seribu , adalah spesies polydesmidan kaki seribu . Kaki
seribu memiliki tubuh yang terbagi atas dua bagian, kepala di
sebelah depan dan bagian tubuh yang panjang dibelakangnya.
Tubuhnya terdiri dari segmen-segmen tubuh berbentuk cincin.
Segmen tubuh pertama setelah kepala disebut tengkuk (collum)
dan tidak berkaki.
g. Pengamatan Pada Belalang Hijau (Atractomorpha crenulata)
a) Gambar
1 Keterangan :
1. Mata
2
2. Kepala
3 3. Dada
4. Perut
4
5.Kaki
5

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Pyrgomorphidae
Genus : Atractomorpha
Species : Atractomorpha crenulata
c) Deskripsi
Belalang merupakan salah satu anggota dari kelompok
serangga (kelas insekta), yang mempunyai peran penting dalam
menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Belalang memiliki 3
bagian tubuh utama seperti kepala, dada (thorak) dan perut
(abdomen). Selain itu tetdapat juga anggota tubuh lainnya
seperti kaki yang bersendi berjumlah 6, sayap 2 pasang untuk
terbang dan sepasang antena sebagai alat sensor. Belalang
merupakan serangga dengan kerangka luas (exoskeleton)
(Susanti, dkk. 2018 : 230).
h. Pengamatan Pada Semut Hitam (Minimum mononomorium)
a) Gambar
Keterangan :
1
1. Kepala
2 2. Dada
3. Perut
3
4. Kaki

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Minimum
Species : Minimum mononomorium
c) Deskripsi
Semut merupakan salah satu anggota kelas Insekta /
Hexapoda (serangga) yang memiliki keanekaragaman tinggi.
Keragaman yang dimiliki semut meliputi keragaman jenis serta
keragaman peran ekologi. Ciri serangga tersebut adalah pertama
pinggang antara perut dan dada dapat dilihat dengan jelas.
Kedua, masing-masing antena memiliki 10 segmen. Jenis semut
ini tidak memiliki gigi atau propodeal Keberadaan semut
memiliki peran penting dalam ekosistem di antaranya sebagai
ecosystem engeener atau soil engeener selama proses
pembuatan sarang (Talib, dkk. 2016 : 234).
i. Pengamatan Pada Semut Merah (Solenopsis invicta)
a) Gambar
1 Keterangan :
1.Kepala
2 2. Dada
3. Perut
3
4. Kaki
4

b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Solenopsis
Species : Solenopsis invicta
c) Deskripsi
Semut api adalah salah satu genus semut yaitu genus
Solenopsis.Panjang semut pekerjanya mencapai 3 mm dan
panjang ratu semut mencapai 6 mm. Jenis semut ini berwarna
coklat agak kemerahan. Serangga ini biasanya hidup dalam
koloni dengan jumlah koloni bisa mencapai hingga 100.000
ekor semut..Semut api membuat gundukan tanah yang tingginya
dapat mencapai hingga 2 kaki. Ciri serangga tersebut adalah
pertama pinggang antara perut dan dada dapat dilihat dengan
jelas. Kedua, masing-masing antena memiliki 10 segmen. Jenis
semut ini tidak memiliki gigi atau propodeal (Talib, dkk. 2016 :
234).
j. Pengamatan Pada lalat rumah (Musca domestica).
a) Gambar
1
Keterangan :
2 1. Sayap
3 2. Dada
3. Mata
4
4. Mulut
5 5. Kaki
b) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthtropoda
Class : Insecta
Ordo : Schizopora
Famili : Muscidae
Genus : Musca
Species : Musca domestica
c) Deskripsi
Lalat rumah atau yang disebut dengan Musca domestica
Linnaeus merupakan hama kosmopolit di rumah dan
perkebunan, spesies ini sering ditemukan berkaitan dengan
manusia dan aktifitasnya. Morfologi umum lalat menurut Sigit
dan Hadi (2006) adalah : kepala relatif besar dilengkapi dengan
antena, memiliki mata majemuk, mata jantan lebih besar dari
betina dan sangat berdekatan satu sama lain, sedang yang betina
tampak terpisah oleh suatu celah dan mulut mengalami
modifikasi sesuai dengan fungsinya Tidak hanya sebagai lalat
rumah atau perkebunan tetapi juga dapat menularkan penyakit
akibat kuman (Ahmad, dkk. 2016 : 50).
B. Pembahasan
Semua hewan yang ada dimuka bumi ini berasal dari hewan-hewan
pada zaman Archeozoicum yang terdapat dalam air. Hal ini dapat kita lihat
dari fosil-fosil yang kita jumpai, sebagian dari hewan tersebut dalam
perkembangannya pindah ke darat, tetapi sebagian tetap dalam air, misalnya
beberapa kelompok Coelenterata dan hampir semua phylum Echinodermata
masih di dalam air laut. Bila kita bandingkan antara habitat air dan habitat
darat, maka habitat air lebih seragam, baik dalam kadar oksigen atau
salinitasnya (kadar garamnya). Kadar garam itu antara 34-36 bagian perseribu
atau 3436%, tergantung letak dalam garis lintang bumi. Variasi sinar dan
suhu sangat besar tergantung pada kedalaman air, sehingga kondisi habitat
tidak seragam dalam air, di mana 71% permukaan bumi berupa air (terutama
laut). Batas pulau atau benua dengan laut adalah pesisir yang landai yang
mencapai kedalaman antara 150-200 m, kemudian menjorok ke dalam
mencapai kedalaman 3000-5000 m lebih, sampai di dasar laut. Dengan
perbedaan kedalaman itu terbentuklah habitat yang berbeda, maka Protozoa
yang ada di lingkungan itu berbeda-beda pula. Hal yang serupa itu terjadi
juga pada danau, yang terdapat ditengah daratan yang luasnya tergantung
pada letaknya.
Zoologi berasal dari dua kata Yunani diantaranya zoion, yang artinya
adalah “hewan” sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa defenisi zoologi ini ialah salah satu ilmu yang
mempelajari mengenai hewan, seperti perkembangan embrio, evolusi,
distribusi ekologi, prilaku, serta klasifikasi hewan. Zoologi ini adalah salah
satu cabang biologi yang mempelajari mengenai struktur, fungsi, perilaku,
dan juga evolusi hewan. Ilmu ini antara lain melingkupi biologi molekular,
anatomi perbandingan, etologi, psikologi hewan, biologi evolusioner, ekologi
perilaku, paleontology serta taksonomi. Kajian dari ilmiah zoologi ini juga
dimulai sejak sekitar abad ke16.
Invertebrata adalah “hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak
memiliki kerangka internal yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan
peran penting dalam ekosistem bumi. Sekitar 99 % dari organisme yang
dikenal adalah invertebrata. Jadi dapat disimpulkan bahwa zoologi
invertebrata adalah ilmu atau kajian yang membahas mengenai hewan –
hewan yang tidak memiliki tulang belakang. (Maya, S. 2020 : 243).

Pantai toronipa adalah salah satu pantai yang terletak diujung timur
Kabupaten Konawe dan memiliki hamparan pasir putih sekitar 4 km yang
tidak terputus memutari teluk. Tinggi air laut masih sekitar 1 meter saja. Hal
ini dikarenakan pantai toronipa tergolong memiliki pinggiran pantai yang
landai. Di pantai ini menyimpan berbagai jenis hewan – hewan invertebrata
baik di bagian darat maupun di perairannya yang dangkal hingga perairan
dalam (Yunsar, E.G.P, dkk 2020.: 98).

Objek pengamatan yang di amati pada praktium ini adalah semua


jenis hewan – hewan invertebrata yang tersebar di lokasi tersebut. Hewan
invertebrata yang di dapat berasal dari filum yang berbeda, mulai dari filum
porifera, mollusca, echinodermata dan arthropoda. Porifera adalah hewan
invertbrata yang memiliki pori – pori pada tubuhnya. Adapun jenis porifera
yang di dapat pada praktikum ini adalah Spongia. Sp yang berasal dari kelas
Demospongia. Spons sebagai salah satu hewan primitif yang hidup menetap
dan bersifat filter feeder (menyaring makanan). Hewan tersebut memberikan
sumbangan yang penting terhadap komunitas bentik laut dan sangat umum
dijumpai di perairan tropik dan sub tropik. Sebarannya mulai dari zona
intertidal hingga zona subtidal pada suatu perairan. Keberadaan spons saat ini
menjadi perhatian besar bagi para peneliti karena kandungan senyawa aktif
dalam tubuh spons. Ekstrak metabolit dari spons dipercaya mengandung
senyawa bioaktif yang mempunyai sifat sitotoksin, anti tumor, anti virus, anti
inflamasi, anti fungi, anti leukemia, dan penghambat aktivitas enzim.
Selain sebagai sumber senyawa bahan alam, spons juga memiliki
manfaat yang lain, yakni digunakan sebagai indikator biologi untuk
pemantauan pencemaran laut, indikator dalam interaksi komunitas, dan
sebagai hewan bernilai ekonomis untuk hiasan akuarium laut (Suparno,
2016). Keanekaragaman jenis spons pada suatu habitat umumnya ditentukan
oleh kondisi perairan yang jernih dan tidak memiliki arus kuat. Sebaran spons
dapat ditemui pada setiap kondisi kedalaman yang berbeda dengan tingkat
kecerahan yang cukup untuk pertumbuhannya. Berdasarkan pernyataan
tersebut, berbanding lurus dengan lokasi dilakukannya praktikum yang
memilki kejernihan air yang baik dan masih bersih dari berbagai macam
polusi air yang dapat mengganggu ekosistem biota laut, sehingga
memungkinkan bagi spons untuk hidup di pantai Toronipa.
Objek pengamatan yang di dapat berikutnya adalah hewan
invertebrata yang berasal dari filum echinodermata. Echinodermata adalah
hewan invertebrata yang memiliki kulit berduri. Filum ini sering di temukan
pada zona intertidal. Zona intertidal merupakan daerah laut yang dipengaruhi
oleh daratan. Zona ini memiliki faktor fisik maupun faktor kimia yang
mendukung semua organisme di dalamnya untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Zona intertidal adalah daerah pantai yang terletak
antara pasang tinggi dan surut terendah, daerah ini mewakili peralihan dari
kondisi lautan ke kondisi daratan. Zona ini luasnya sangat terbatas, tetapi
banyak terdapat variasi faktor lingkungan yang terbesar dibandingkan dengan
daerah lautan lainnya. Karena itu keragaman organismenya sangat besar.
Salah satu hewan yang terdapat di zona intertidal adalah hewan yang
termasuk dalam filum Echinodermata. Salah satu spesies yang di dapat dalam
praktium kali ini adalah bintang laut pasir (Archaster typicus). Bintang laut
pasir banyak ditemukan pada pasir pantai Toronipa.Hal ini mengindikasikan
bahwa perairan di pantai tersebut masih bersih dari berbagai macam polusi
air.
Secara ekologis, bintang laut memiliki fungsi sebagai pembersih
serasah detritus di zona intetidal. Keberadaan dari bintang laut sendiri yaitu
sebagai hewan yang berasosiasi dengan terumbu karang, pembersih pantai
dari material organik sehingga merupakan salah satu bioindikator laut yang
masih bersih. Bintang laut (Asteroidea) memegang peranan penting dalam
lingkungan pantai, yakni memakan bangkai dan cangkang-cangkang mollusca
yang mengotori pantai, sehingga bintang laut dikenal sebagai hewan
pembersih laut (Setyowati, dkk. 2017 : 394).
Filum ketiga yang diperoleh dalam praktikum kali ini yang di lakukan
di pantai Toronipa adalah filum mollusca. Filum mollusca adalah filum dari
hewan invertebrata yang memiliki ciri khsusus berupa tubuh yang lunak.
Spesies yang di dapat berasal dari dua kelas yang berbeda yaitu kelas
gastropoda contohnya yaitu Nerita sp. dan Hexaplex trunculus dan kelas
bivalvia contohnya yaitu Mactra chinensis. Bivalvia merupakan biota yang
populer digunakan untuk mendeteksi pencemaran lingkungan, disebabkan
karena hidupnya yang berasosiasi dengan sedimen, kebiasaan makannya
sebagai filter-feeder, dan kemampuannya mengakumulasi bahan pencemar.
Kemampuan bioakumulasinya yang tinggi menyebabkan konsentrasi
bahan kimia yang sebelumnya tidak terdeteksi dalam air dapat ditemukan
dalam tubuh bivalvia. Sebagai biota akumulator atau biasa disebut ‘sentinel’,
bivalvia harus tahan terhadap tekanan lingkungan dan bersifat menetap
(sedentary) sehingga dapat menggambarkan suatu wilayah kajian. Organisme
‘sentinel’ juga harus memiliki kelimpahan yang tinggi agar dapat
menyediakan sampel untuk dianalisis, serta memiliki sebaran yang luas untuk
dapat dibandingkan antarlokasi.
Terakhir, hewan invertebrata yang didapat dalam jumlah yang banyak
berasal dari filum arthtropoda. Spesies yang di dapat yaitu, kepik predator
(Apiomerus cassipes), kutu kayu (Porcellio scaber), kupu kupu (Ariadne
ariadne), laba - laba tanah (Areanus diadematus), rayap (Coptotermes
curvignathus), ulat kaki seribu (Harpaphe haydeniana), belalang hijau
(Atractomorpha crenulata), semut hitam (Minimum mononomorium), semut
merah (Solenopsis invicta), dan lalat rumah (Musca domestica).
Diantara hewan – hewan tersebut, yang paling banyak jumlahnya di
dapat adalah belalang hijau (Atractomorpha crenulata). Belalang adalah
serangga herbivor yang termasuk dalam Ordo Orthoptera dengan jumlah
spesies 20.000. Belalang dapat ditemukan hampir di semua ekosistem
terestrial. Sebagian besar spesies belalang berada di ekosistem hutan. Mereka
makan hampir setiap tanaman yang liar ataupun yang dibudidayakan.
Beberapa hasil penelitian Baldi dan Kisbenedek (1997) menunjukkan bahwa
kenaekaragaman belalang lebih stabil pada ekosistem yang tidak terganggu.
Saha et al., (2011) menambahakan bahwa keanekaragaman dan kelimpahan
spesies (Acrididae: Ordo Orthoptera) di ekosistem yang tidak terganggu lebih
tinggi dibandingkan ekosistem yang terganggu. Menurut Bhargava,
keragaman belalang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologis diantaranya
adalah pola curah hujan, suhu atmosfer, kelembaban relatif, jenis tanah,
perlindungan dari musuh-musuh eksternal dan struktur vegetasi. Fielding and
Bruseven (1995) menyatakan bahwa vegetasi sangat mempengaruhi
komposisi dan keberadaan spesies belalang dalam suatu ekosistem. Semakin
tinggi keanekaragaman vegetasi pada suatu habitat maka semakin tinggi pula
sumber pakan bagi belalang dalam suatu habitat, sehingga keberadaanya akan
melimpah. Morris (2000) menyatakan bahwa struktur vegetasi merupakan
parameter penting untuk mengetahui kenaekaragaman belalang di suatu
habitat dalam skala besar (Prakoso, B, 2017 : 80).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Jenis porifera yang di dapat di pantai Toronipa yang dijadikan awetan
basah adalah Spongia.sp
2. Jenis mollusca yang di dapat di pantai Toronipa yang dijadikan awetan
basah adalah Nerita sp, Hexaples trunculus, dan Mactra chinensis.
3. Jenis echinodermata yang di dapat pada pantai Toronipa yang dijadikan
awetan basah adalah Archaster typicus (Bntang laut pasir).
4. Jenis arthtropoda yang di dapat pada pantai Toronipa yang dijadikan
awetan basah adalah kepik predator (Apiomerus cassipes), kutu kayu
(Porcellio scaber), kupu kupu (Ariadne ariadne), laba - laba tanah
(Areanus diadematus), rayap (Coptotermes curvignathus), ulat kaki seribu
(Harpaphe haydeniana), belalang hijau (Atractomorpha crenulata), semut
hitam (Minimum mononomorium), semut merah (Solenopsis invicta), dan
lalat rumah (Musca domestica).
B. Saran
Saran dari tim peneliti perlu diadakan penelitian dengan jelajah yang
lebih luas, hal ini bertujuan untuk mengetahui dan menambah data mengenai
keanekaragaman tumbuhan yang memiliki jenis – jenis pangkal daun yang
berbeda di kawasan Hutan Tirta Rimba Moramo, Desa Sumber Sari,
Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi
Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, intan. 2016. Resistensi lalat rumah, Musca domestica Linnaeus (Diptera:
Muscidae) dari empat kota di Indonesia terhadap permetrin dan propoksur.
Jurnal Entomologi Indonesia.
Budiantoro, Agung. 2016. Petunjuk Praktikum Keanekaragaman Invertebrata dan
Vertebrata. Yogyakarta. Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Ahmad
Dahlan.
Diniyat, Fithria dan Halim. 2018. Laba-Laba Famili Araneidae pada Kawasan
Cagar Alam Lembah Anai Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Jurnal
Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.). Vol.6.No.1 : 15
Haedar, dan Redina. 2016. Potensi Keanekaragaman Jenis dan Sebaran Spons Di
Perairan Pulau Sapondia Laut Kabupaten Konawe. Jurnal Sapa Laut. Vol
1.No.1
Kasim, Kurniawan. 2017. Jenis-Jenis Bintang Laut (Echinodermata: Asteroidea)
Di Perairan Pulau Busak Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmiah
Platax.
Liline, Sintje dan Kurnia. 2020. Kepadatan Nerita sp Di Perairan Pantai Negeri
Suli Teluk Baguala Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Biology Science &
Education 2020. Vol.9.No.2 : 110
Luthfi. O,M, dan Kharel R. 2018. Kelimpahan Invertebrata di Pulau Sempu
Sebagai Indeks Bioindikator, Ekonomis Penting Konsumsi, Dan
Komoditas Koleksi Akuarium. Jurnal Kelautan dan Perikanan.Vol.3.No.2
Nurhadi dan Yanti Febri. 2018. Taksonomi Invetebrata. Yogyakarta : CV Budi
Utama.
Nurhidayah, dan Sri Maya. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung:Widina Bhakti
Persada Bandung.
Purbonegoro,T. 2018. Potensi Bivalvia Sebagai Bioindikator Pencemaran Logam
Di Wilayah Pesisir. Jurnal Oseana.Vol 40.No 3
Prakoso, B. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae : ordo Orthoptera) Pada
Agroekosistem (Zea mays) dan Ekora. Vol 34sistem Hutan Tanaman di
Kebun Raya Baturaden, Banyumas.Jurnal Biosfera.Vol.34.No 2
Rahmadina, 2019. Taksonomi Invertebrata. Medan : Alfabetah.
Rusyana, Adam. 2016. Zoologi Invertebrata (Teori Dan Praktik). Bandung :
Alfabeta.
Rusyana, dan Jerse M. 2017. Pengembangan Program Perkuliahan Zoologi
Invertebrata (P3ZI) Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis. Vol.4.No.2 :
113.
Setiawan, dan Gradin J. 2019. Keanekaragaman Jenis Arthopoda Pernmukaan
Tanah Di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas. Jurnal
Pendidikan Hayati. Vol.5.No.1 : 39.
Supartini, Dan Faradina. 2020. Animalia Invertebrata. Jawa Barat : CV Jejak.
Susanti, Asna dan Budi D. 2018. Populasi Belalang (Orthoptera) Di Kawasan
Pemukiman Sawang Ba’u Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.
Jurnal Prosiding Seminar Nasional Biotik 201. (230)
Talib. 2016. Ekologi Semut Api (Solenopsis invicta). Jurnal sanistek.
Tampubolon, dan Desmita. 2016. Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Captotermes
curviginathus) (Isoptera: Rhinotermitidae) in some media Wood in
Laboratory. Jurnal Online Agroekoteaknologi. Vol.3.No.3 (864)
Yanuhar, Uun. 2018. Avertebata. Malang : UB Press.
Yusuf, Muhammad dan Hutahut. 2018. Keanekaragaman dan Distribusi Kupu-
Kupu di Pulau Raya, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Jurnal
Bioleuser. Vol. 2.No.2 : 56
Wahono, Eko. 2019. Mengenal Coelenterata. Semarang : ALPRIN.
Marzouk1,Z, dan Wandalina. 2016. Morphometric Variation of Fishery-Exploited
Muricidae (Hexaplex trunculus) in the Mediterranean Sea and the Northeastern
Atlantic Ocean: Implications for Stock Identification. Turkish Journal of
Fisheries and Aquatic Sciences. Vol.2.No.13

Anda mungkin juga menyukai