Anda di halaman 1dari 65

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA VI FILUM ECHINODERMATA DAN ARTHROPODA

LAPORAN

OLEH :
RUZIK WIRDANDO MUSFA
D061191012

GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu geologi merupakan ilmu yang berhubungan dengan bumi dan segala
isinya, baik di permukaan maupun yang berada di dalam bumi. Merupakan salah
satu aspek yang berkaitan langsung dengan bumi, termasuk di dalamnya hewan,
tumbuhan yang hidupndi zaman lampau dan telah menjadi fosil.
Paleontologi berada pada batas antara biologidan geologi, namun berbeda
dengan arkeologi karena paleontologi tidak memasukkan kebudayaan Homo
sapiens modern. Paleontologi kini mendayagunakan berbagai metode ilmiah dalam
sains,mencakup biokimia, matematika, dan teknik. Penggunaan berbagai metode
ini memungkinkan paleontologi untuk menemukan sejarah evolusioner kehidupan,
yaituketika bumi menjadi sesuatu yang mampu mendukung terciptanya kehidupan,
sekitar3.800 juta tahun silam. Dengan pengetahuan yang terus meningkat,
paleontologi kinimemiliki subdivisi yang terspesialisasi, beberapa fokus pada jenis
fosil tertentu, yanglain mempelajari sejarah lingkungan dalam paleoekologi, dan
yang lain mempelajari dalam iklim dalam paleoklimatologi.
Echinodermata adalah hewan laut yang termasuk hewan coelomate dengan
simetri radial, dimana tubuh dapat dibagi menjadi lima bagian tersusun
mengelilingi sumbu pusat. Ada sebuh coelom besar bersifat enterocoelous bersilia
membentuk ruangan perivisceral dan beberapa sistem berbelit-belit. Sedangkan
Arthropoda adalah Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ;
podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau
bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda
merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Peserta dapat mengetahui ciri-ciri dari Filum Echinodermata dan arthopoda
2. Peserta dapat mengetahui morfologi fosil dan klasifikasi dari Filum Filum
Echinodermata dan arthopoda
3. Peserta dapat mengidentifikasi fosil dari filum Filum Echinodermata dan
arthopoda
1.2.2. Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai filum Filum Echinodermata dan arthopoda
2. Dapat menunjukkan bagian-bagian fosil Filum Echinodermata dan
arthopoda
3. Dapat membedakan setiap organisme pada kelas Filum Echinodermata dan
arthopoda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Filum Echinodermata
Echidodermata adalah kelompok hewan berduri yang bergerak lamban
dengan bantuan kaki tabung dan berada di kelaman laut. Istilah echinodermata
berasal dari bahasa Yunani dari kata echi yang berarti berduri, dan derma yang
berarti kulit. Echinodermata hidup di laut atau air payau. Echinodermata tidak hidup
parasit, dengan beberapa spesies hidup menempel (sesil). Pada Echinodermata
dewasa mempunyai bagian tubuh berbentuk simetri radial yaitu bagian tubuh yang
mendistribusikan dalam susunan melingkar di sekitar poros tengah. Sedangkan
pada bagian larvanya mempunyai tubuh yang simetri bilateral, yaitu bagian tubuh
yang satu berdampingan dengan bagian tubuh yang lain, dan jika ditarik garis dari
depan ke belakang terlihat bagian tubuh sama antara kiri dan kanan. Larva
echinodermata merupakan hewan mikroskopis, transparan, bersilia, dan umumnya
berenang bebas di laut.
Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya.
Sama seperi hewan lainnya, lama menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya,
kurang baik atau sudah bagus (Newell dan Newell, 1977).

2.1.2 Ciri-ciri
 Echinodermata mempunyai kulit keras yang tersusun dari zat kapur dengan
lima lengan berbentuk seperti jari, dan organ-organ tubuh yang
berjumlah/kelipatan lima.
 Pada umumnya hewan ini bertubuh kasar karena terdapat tonjolan kerangka
dan duri di tubuhnya.
 Bentuk tubuh echinodermata umumnya seperti bintang, bulat, pipih, bulat
memanjang, dan seperti tumbuhan. Sedangkan pada bagian tubuhnya oral
(yang memiliki mulut) dan aboral (tidak mempunyai mulut).
 Permukaan tubuh Echinodermata umumnya berduri, baik pendek tumpul
maupun panjang berduri. Echinodermata tidak mempunyai otak dan
memiliki Ambulakral yang berfungsi dalam mengatur pergerakan.
 Echinodermata memiliki sistem peredaran darah yang masih belum. Jika
digambarkan secara sederhana, pembuluh darah berawal dari yang
mengelilingi mulut, setelah itu berjabang pada setiap kaki tabung.
 Sistem pernapasan Echinodermata dilakukan engan menggunakan insang
atau pupula (tonjolan pada rongga tubuh).
 Sistem persyarafan Echinodermata terdiri atas saraf yang berbentuk
lingkaran (cincin) yang mempersarafi mulut, dan saraf radial yang mirip tali
mempersarafi pada bagian lengan atau kaki tabung.
 Sistem pencernaan berupa mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Dapat
dikatakan, sistem pencernaannya sudah sempurna. Tetapi tidak terdapat
sistem ekskresi pada hewan Echinodermata.
 Tubuh echinodermata terdiri atas 3 lapisan dan mempunyai rongga tubuh
atau disebut dengan tripoblastik
 Memiliki bentuk tubuh yang simetri bilateral pada saat masih larva, dan
disaat dewasa bentuk tubuhnya simteri radial
 Mempunyai kulit tubuh yang terdiri atas zat kitin
 Bergerak dengan ambulakral yaitu kaki tabung dengan lubang-lubang kecil
yag berfungsi untuk menghisap.
 Mempunyai sistem pencernaan sempurna kecuali bintang laut yang tidak
mempunya anus.
 Tidak memiliki sistem ekskresi
 Perkembangbiakan secara seksual
 Pada permukaan tubuh terdiri atas tonjolan-tonjolan yang menyerupai duri
 Mempunyai sistem tabung jaringan hidrolik
2.1.3 Klasifikasi

Gambar fase larva planktonik dan fase dewasa Echinodermata

Gambar tipe larva Echinodermata; A: bipinnaria (Asteroidea); B:


ophiopluteus (Ophiuroidea); C: echinopluteus (Echinoidea); D: auricolaria
(Holothuroidea); E: vitellaria (Asteroidea, Crinoidea, Ophiuroidea,
Echinoidea and Holothuroidea)

Echinodermata dibedakan menjadi 5 kelas yaitu Asteroidea, Ophiuroidea,


Crinoidea, Echinoidea, dan Holothuroidea. Genera-genera yang larvanya terdapat
sebagai meroplankton adalah Bipinaria, Brachio larva, dan Auricularia, dan pada
waktunya akan mengendap pada dasar laut sebagai benthal fauna (Sachlan 1982).
a. Asteroidea
Asteroidea merupakan kelompok hewan avertebrata yang sering disebut
sebagai bintang laut. Kata Asteroidea berasal kata Yunani, yaitu aster (bintang) dan
eiodes (bentuk). Ciri-ciri kelas Asteroidea antara lain :
 Tubuhnya berbentuk pipih seperti bintang atau pentagonal dan memiliki lima
lengan atau lebih yang tersusun secara simetri radial.
 Pada setiap ujung lengan terdapat alat sensor yang bentuknya menyerupai
tentakel dengan bintik mata pada ujungnya. Bintik mata ini mengandung
pigmen merah yang peka terhadap cahaya.
 Lekukan ambulakralnya terbuka dan didalamnya berisi kaki tabung. Kaki
tabung ini biasanya dilengkapi dengan sucker (batil penghisap).
 Permukaan tubuh bagian atas (aboral) ditutupi oleh diri-diri tumpul berbentuk
catut (pediselaria).
 Contoh dari kelas ini yakni Pisaster ochraceus.

Gambar larva brachiolaria dari Pisaster ochraceus umur 4 minggu

Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Asteroidea
Ordo : Forcipulatida
Family : Asteriidae
Genus : Pisaster
Species : Pisaster ochraceus
Gambar Siklus Hidup Pisaster ochraceus

b. Ophiuroidea (bintang mengular)

Gambar larva ophiopluteus

Ophiuroidea adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga bintang ular.
Ophiuroidea berasal dari kata Yunani yaitu oura (ekor) dan eidos (bentuk). Tubuh
memiliki lima lengan yang bergerak menyerupai ular. Ciri khas dari kelas ini adalah
madreporit (lubang masuknya air) terletak di bagian bawah dan tidak memiliki kaki
tabung. Ciri-ciri kelas Ophiuroidea antara lain :
a. Bentuk tubuhnya memipih, seperti bintang atau pentamerous dengan lengan
yang ramping dan fleskibel (elastis).
b. Tidak mempunyai kaki amburakral dan anus sehingga sisa makanan
dikeluarkan melalui mulut.
c. Lekukan ambulakralnya tertutup dan kaki tabung tidak memiliki sucker.
d. Madreporit terdapat pada permukaan oral.
e. Tidak mempunyai pediselaria.

Gambar larva Ophiopluteus dari Ophipholis Aculeata

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Family : Ophiactidae
Genus : Ophiopholis
Species : Ophiopholis aculeata

c. Crinoidea (lilia laut)


Gambar larva vitellaria

Hidupnya menempel pada substrat yang ada di laut. Lengan berfungsi sebagai
pemakan suspensi. Contoh: Antedon sp, Holopus sp. Ciri-ciri kelas Crinoidea
antara lain :
 Habitatnya di karang atau tumbuhan laut.
 Memiliki pinnula. Pinnula adalah lengan yang panjang menyerupai daun,
berjumlah lima atau kelipatannya. Panjang pinnula dapat mencapai 80-200
cm.
 Beberapa jenis Crinoidea memiliki tangkai yang berasal dari daerah aboral,
tangkai ini berfungsi untuk melekatkan diri pada substrat.
 Mulutnya terletak di daerah oral, mengarah ke atas dan dikelilingi oleh
tentakel-tentakel halus yang disebut cirri.
 Amburakral terletak di permukaan oralnya.

d. Echinoidea

Gambar larva Echinopluteus


Echinoidea adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga landak laut.
Echinoidea berasal dari kata Yunani yaitu echinos (landak) dan eiodes (bentuk).
Ciri-ciri kelas Echinoidea antara lain :
 Ciri utama Echinoidea adalah memiliki banyak pediselaria di seluruh
permukaan tubuh, berupa duri-duri seperti batang yang panjang.
 Kerangka tersusun atas lempengan-lempengan zat kapur dan membentuk
cangkang yang kaku dengan bentuk seperti kotak.
 Tubuhnya berbentuk globuler dan bulat (oval).
 Tidak memiliki lengan.
 Memiliki duri-duri tubuh yang panjang. Duri ini digerakkan oleh otot dan
berfungsi untuk berjalan.
 Lekukan ambulakral tertutup dan kaki tabung dilengkapi dengan sukers.
 Memiliki tiga pediselaria yang bentuknya seperti rahang.
 Mulutnya terletak di tengah dan dikelilingi oleh selaput peristoma.
 Hewan ini tidak memiliki lengan, namun memiliki lima baris kaki tabung.
Bentuk tubuh bulat dan diliputi duri yang banyak.
 Contoh dari kelas ini yakni bulu babi (Diadema) dan landak laut (Echinus).

e. Holothuroidea (mentimun laut)

Gambar larva Auricularia


Holothuroidea adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga ketimun laut.
Holothuroidea berasal dari kata Yunani yaitu holothurion (ketimun laut) dan eidos
(bentuk). Tidak memiliki duri dan memiliki lima baris kaki tabung. Contoh dari
kelas ini yakni teripang (Holothuria). Ciri-ciri kelas Holothuroidea antara lain :
a. Tubuhnya memanjang dalam sumbu oral seperti cacing dan simetri bilateral.
b. Mulut dan anusnya terletak pada kedua ujung yang berlawanan.
c. Tidak mempunyai lengan dan duri. Durinya tereduksi menjadi spikula.
d. Kulitnya lunak dan tipis serta tidak memiliki spina (duri) atau pediselaria.
e. Memiliki kaki tabung.

2.1.4 Anatomi dan Morfologi Filum Echinodermata

Tubuh Echinodermata tidak bersegment atau beruas-ruas. Pada waktu larva,


simetri tubuhnya bilateral, tetapi setelah dewasa simetrinya radial. Hewan ini
mempunyai kaki ambulakral (kaki buluh), tidak berkepala, dan tidak mempunyai
otak, epidermisnya halus dan diperkuat oleh kepingan kapur yang disebut laminae
(Ossikula). Epidermis ini mudah digerakan dengan pola tetap , tetapi ada pula yang
tidak mudah digerakan. Epidermis dilengkapi dengan tonjolan duri-duri halus dari
kapur. Mesodermis mengandung eksoskeleton yang dapat digerakan dan terikat
lempengan kalkareus yang biasanya terdapat duri-duri (Pratiwi, 2004).

Bulu babi merupakan hewan dari filum Echinodermata. Bulu babi


mempunyai struktur tubuh dengan sistem vaskular air, kaki berbentuk pipa, dan
kerangka luar yang ditutupi lapisan kulit tipis. Bulu babi adalah binatang berongga
dan sebagian kecil rongganya ditempati oleh organ inernal. Tubuh bulu babi
dikelilingi duri yang tersusun secara radial dan beracun. Mulut bulu babi berada di
bawah di bagian tengah tubuhnya dan tidak mempunyai otak. Lubang pengeluaran
dan pori genitalnya berada di bagian atas tubuhnya. Bulu babi berkembangbiak
secara fertilisasi eksternal. Bulu babi merupakan binatang invertebrata berkulit
keras yang nokturnal dan bergerak lambat (Fitriana, 2007).
Bentuk tubuh bintang ular mirip dengan Asteroidea. Kelima lengan
ophiuroidea menempel pada cakram pusat yang disebut calyx.Ophiuroidea
memiliki lima rahang. Di belakang rahang ada kerongkongan pendek dan perut
besar, serta buntu yang menempati setengah cakram. Ophiuroidea tidak memiliki
usus maupun anus. Pencernaan terjadi di perut. Pertukaran udara dan ekskresi
terjadi pada kantong yang disebut bursae. Umumnya ada 10 bursae.Kelamin
terpisah pada kebanyakan spesies. Ophiuroidea memiliki gonad. Gamet disebar
oleh bursal sacs. Baik Ophiurida maupun Euryalida memiliki lima lengan yang
panjang, langsing, fleksibel, dan berbentuk seperti cambuk. Mereka dibantu dengan
rangka internal yang terbuat dari kalsium karbonat.Pembuluh dari sistem vaskular
air berakhir di kaki tabung. Sistem vaskular air umumnya memiliki satu madreporit.
Kaki tabung tidak memiliki penghisap dan ampulla.Ophiuroidea memiliki
kemampuan untuk meregenerasi kaki yang putus. Ophiuroidea menggunakan
kemampuan ini untuk melarikan diri dari predator, seperti kadal, yang mampu
memutuskan ekor mereka untuk membingungkan pengganggu

Bintang Laut (Asteropecten irregularis) tergolong dalam Echinodermata.


Bintang laut biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar
366 m. Sebagian hidup bebas, hanya gerakannya lamban cenderung berifat Bentos
kecuali Crinoidea Madreporit merupakan lubang tempat masuknya air dari luar
tubuh letaknya di sisi aboral , ini berbeda dengan Ophiuroidea yang berada di sisi
oral, Saluran batu saluran penghubung antara madreporit dengan salurang cincin.
Saluran cincin saluran yang melingkar yang bisa mengakses ke semua lengan
Saluran radial saluran yang berasal dari saluran cincin meluas ke seluruh lengan ,
saluran ini dari saluran cincin berpencar ke tentakel masing masing. Saluran lateral
saluran yang berasal dari saluran radial yang mengalirkan air ke ampula. Ampula :
suatu wadah menyerupai balon yang elastis , ketika terisi air akan membentuk
tonjolan seperti kaki yang menyerupai tabung disebut kaki tabung. Kaki tabung,
kaki yang terbentuk karena tekanan air di ampula sehingga kak bisa dipijakkan ke
obyek sehingga bisa menggerakkan tubuhnya. Sistem ambulakral ini berfungsi
untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa
Teripang kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis
Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun dan disebut mentimun laut atau
disebut juga teripang. Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai. Gerakannya tidak
kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan. Rangkanya direduksi berupa
butirbutir kapur di dalam kulit. Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada
ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut terdapat tentakel yang bercabang
sebanyak 10 sampai 30 buah. Tentakel dapat disamakan dengan kaki tabung bagian
oral pada Echinodermata lainnya. Tiga baris kaki tabung di bagian ventral
digunakan untuk bergerak dan dua baris di bagian dorsal berguna untuk melakukan
pernafasan. Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur
diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Memiliki
banyak endoskeleton yang tereduksi. Tubuhnya juga memanjang tertutup oleh kulit
yang berkutila dan tidak bersilia dibawah kulit terdapat dermis yang mengandung
osikula, selapis otot melingkar, dan 5 otot ganda yang memanjang. Dengan adanya
lengan otot ini, timun laut dapat bergerak memanjang memendek seperti cacing

2.2 Arthopoda

Serangga adalah hewan-hewan bersegmen dengan eksoskeleton berkitin,


dan alat-alat tambahan bersegmen. Segmentasi itu nampak jelas secara eksternal.
Jumlah jenis dalam filum ini lebih banyak dari jumlah jenis dari semua filum
lainnya. Baik laut , air tawar, maupun habitat terestial di diami oleh serangga.
Coelom pada Arthopoda tereduksi. Homocoel merupakan sebagian dari sistem
sirkulasi. Jenis kelamin terpisah. Namun demikian, pada jenis-jenis tertentu
reproduksi parthenogenesis merupakan karakteristiknya. Sirkulasi terjadi karena
gerakan pulsasi jantung dorsal. Pernapasan dengan trakea selalu dicirikan dengan
adanya porus berpasangan pada tiap segmen. (Adun Rusyana, 2011).

Arthopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthos, sendi dan podos, kaki
oleh karena itu cir-ciri utama hewan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki
yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini adalah terbanyak
dibandingkan dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Contoh
anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba, kalajengking,
kelabang, dan kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal hanya
berdasarkan fosil. Habitat hewan anggota filum arthopoda di air dan di darat.
(Maskoeri Jasin, 1992).

Ciri-ciri umum yang dimiliki arthopoda adalah tubuhnya simetri bilateral,


terdiri atas segmen-segmen yang saling berhubungan dibagian luar dan memiliki
tiga lapisan germinal sehingga merupakan hewan tripoblastik. Tubuhnya memiliki
kerangka luar dan dibedakan atas kepala, dada, serta perut yang terpisah atau
bergabung menjadi satu. Setiap segmentubuh memiliki sepasang alat gerak atau
tidak ada. Respirasinya menggunakan paru-paru buku, trakea, atau dengan insang.
Pada spesies terestial bernapas menggunakan trakea atau pada arachinida
menggunakan paru-paru buku atau menggunakan keduanya yaitu paru-paru dan
trakea. Ekskresi dengan menggunakan tubukus Malpighi atau kelenjar koksal.
Saluran pencernaan sudah lengkap, terdiri atas mulut, usus, dan anus, sarafnya
merupakan system saraf tangga tali. Berkelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara
internal, dan bersifat ovipar. Perkembangan individu baru terjadi secara langsung
melalui stadium larva. (Mukayat Djarubito Brotowidjojo, 1989 ).

Semua anggota filum ini mempunyai tubuh bersegmen yang terbungkus


dalam suatu eksoskeleton (rangka luar) bersegmen yang kuat terdiri atas kitin, suatu
polimer dari N-asetiglukoamin. Simetrinya bilateral dan jelas ditandai dengan
sumbu tubuh tengah. Pada semua anggota Arthropoda yang hidup, anggota tubuh
berbagai spesies memperlihatkan struktur dan fungsinya yang sangat beraneka
ragam. Di samping untuk lokomosi, anggota tubuh itu membantu daam
mendapatkan makanan, dalam penginderaan, dan senjata menyerang dan
mempertahankan diri (John W. Kimball, 1992).

Arthropoda merupakan phylum terbesar dalam Animlium Kingdom. Jumlah


spesies dalam Arthropoda lebih banyak daripada semua spesies dari phylum yang
lain. Arthropoda merupakan hewan yang dominan dalam dunia ini (Makoeri Jasin,
1987).
Jika jumlah spesies merupakan kriteria, maka phylum inilah yang
merupakan phylum terbesar. Lebih dari 765.000 spesies Arthropoda yang berbeda
telah diidentfikasi, jumlah ini adalah lebih besar daripada jumlah seluruh spesies
lain yang ada. Setiap tahun masih juga ditemukan spesies Arthropoda yang baru,
yang hidup di berbagai jenis habitat. Air tawar, air laut, tanah, dan dapat dikatakan
hampir seluruh permukaan bumi penuh dengan Arthropoda. Hewan-hewan ini
merupakan satu-satunya jenis hewan yang ditemukan di antariksa dan lereng-lereng
gunung yang penuh dengan salju dan batu-batuan (John W. Kimball, 1992).

2.2.1 Klasifikasi Kelas

a) Kelas crustacea

Merupakan kelas dari Arthropoda yang hidupnya menepati perairan baik di


air tawar dan air laut.bernafas dengan mwnggunakan insang. Tubunya terbagi
menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau kadang-kadang
kepala dan perut bersatu cephalothorax. Kepala biasanya terdiri dari empat segmen
bersatu, pada bagaian kepalah terdapat dua pasang antena, satu
pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang maxila (rahang kedua). Bagian
dada mempunyai embelan dengan jumlah yang berbeda yang di antaranya ada yang
berfungsi sebagai alat gerak. Segmen baagian perut umumnya sempit dan lebih
mudah di gerakan di bandingkan dengan bagian kepala dan dada bagian perut pun
mempunyai embelan yang dalam ukuranya mengalami pengurangan. Sistem
peredaran darah terbuka, pernafasan ummumnya di lakukan oleh ingsang. Pada
gologan udang-udang rendah kdang-kdang pernapsan berlangsung dengan
terjadinya tukran gas oleh seluruh tubuh. Sistem syaraf terdapat pengumpulan dan
peraturan ganglia yang mana dari sana keluar syaraf-syaraf yang menujukan ke tepi.
Karena begitu banta jenis dari crustacea ini yang sudah tentu memiliki
perbedaaan-perbedaaan di samping beberpa persamaannya, maka crustacea ini
dapat di bedakan beberapa sub kelas. Umumnya dari kelas crustacea ini yang
paling banyak di kenal adalah jenis yang mempunyai arti ekonomi bagi manusia
seperti udang, kepiting dan sebagainya (Rusyana, 2014).
Kelas ini sebagian besar anggotanya hidup di air, bernapas dengan insang.
Tubuhnya terdiri dari bagian kepala-dada yang bersatu (sefalotorak) dan
perut (abdomen). Crustacea eksoskeleton keras, terdiri dari zat kitin yang berlendir.
Pada bagian sefalotorak terdapat lima pasang kaki besar yang berfungsi untuk
berjalan (kaki jalan) di mana sepasang kaki pertama berukuran lebih besar disebut
keliped. Adapun di bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki berukuran kecil yang
berfungsi untuk berenang (kaki renang). Bagian depan sefalotorak terdapat
sepasang antena panjang dan sepasang antenule pendek. Crustacea dibedakan
menjadi 2, yaitu Entomostraca (mikrocrustacea), misalnya Daphnia sp, Cyclops sp,
yang merupakan komponen penting dari zooplankton. Malacostraca (makro-
crustacea), misalnya Pinnaeus monodon (udang windu), Cancer sp (kepiting),
Panulirus sp (lobster) (Rusyana, 2014).

b) Kelas onychopora

Kela ini begitu tidak dikenal sehinnga tidak akan di bahasa secara panjang
lebar. Hewan ini meiliki kutikulah yang tipis, tidak bersegmen, dinding tubuh
berotot, terdapat sepasang rahang dan sebatris lubang nepridium, panjang tubuh
lebih kurang 5 cm. Contohnya peripatus (Rusyana, 2014).

c) Kelas archnoidea

Archnoidea di ambil dari kata yunani. Yaitu archane= laba-laba. Beberapa


jenis yang termasuk archnoidea ialah kalajenking, laba-laba, caplak dan sebgainya.
Tubunya terdiri dari 2 bgaian yaitu cephalothorax dan perut, terdapat 6 pasang
embelan pada cephalothorax, anetna tidak ada (Rusyana, 2014).

d) Kelas Insecta

Insekta merupakan kelas terbesar dalam Arthropoda, bahkan anggota


insekta merupakan bagian terbesar dari filum Animalia. Lebih dari satu juta spesies
Insekta hidup di bumi ini. Dari jumlah itu setengahnya telah diuraikan secara
tertulis dan diterbitkan (Radiopoetro, 1996).

1) Ciri-ciri Insecta

Tubuh insekta terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (toraks),
dan perut (abdomen). Di kepala terdapat bermata tunggal (oceli), mata majemuk
(faset), alat-alat mulut, mungkin juga antena. Dada terdiri dari tiga ruas, yaitu
protoraks, mesotorak dan metatoraks. Kaki dan sayap terdapat di bagian dada
(Radiopoetro, 1996).

Insekta memiliki tiga pasang kaki (heksapoda), bersayap sepasang atau dua
pasang, meski ada sebagian insekta yang tidak bersayap. Habitat di darat, air tawar
(terutama pada stadium muda), dan beberapa jenis hidup di laut. Ukuran tubuhnya
mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter (insekta terpanjang,
Pharmacia serratipes, panjangnya mencapai 26 cm). Tipe mulut insekta bermacam-
macam (mengisap, menusuk dan mengisap, menggigit, mengunyah). Bernapas
dengan trakea yang bercabang-cabang dan terbuka pada sepasang spirakulum pada
sisi-sisi tubuh. Insekta mengalami metamorfosis, baik metamorfosis sempurna
maupun tidak sempurna (beberapa golongan serangga tidak mengalami
metamorfosis). Mempunyai sistem saraf tangga tali. Peredaran darah terbuka, darah
tidak mengandung pigmen darah (hemoglobin) sehingga hanya berfungsi
mengedarkan zat makanan saja. Pengangkutan dan peredaran gas pernapasan (O2
dan CO2) pada insekta dilaksanakan oleh sistem trakea. Berdasarkan
metamorfosisnya insekta dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: Ametabola:
serangga yang tidak mengalami metamorfosis, misalnya Lepisma sp (kutu
buku). Hemimetabola: serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna,
misalnya capung, belalang. Telur menetas menjadi nimfa (miniatur serangga
dewasa) lalu tumbuh menjadi serangga dewasa. Holometabola: serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna, misalnya nyamuk, lalat, kupu-kupu. Telur
menetas menjadi larva, larva berkembang menjadi pupa (kepompong), akhirnya
menjadi serangga dewasa (Radiopoetro, 1996).
2) Klasifikasi Insecta

Insecta terdiri dari dua subkelas, yaitu: Apterygota (serangga tidak


bersayap). Pembagian segmen tubuh Apterygota meliputi: kepala, dada, dan perut
kurang tegas. Umumnya hewan ini tidak mengalami metamorfosis. Pterygota
(serangga bersayap). Pembagian segmen tubuh Pterygota meliputi: kepala, dada,
dan perut sudah jelas. Mengalami metamorfosis sempurna atau tidak sempurna.
Berikut contoh beberapa ordo dalam kelas Insecta: (Radiopoetro, 1996).

a) Subkelas Apterygota

1) Ordo Protura

Protura memiliki tubuh sangat kecil (panjang sekitar 1,5 mm), hidup di
darat, tidak bersayap, tidak punya mata, tanpa antena, tipe mulut mengisap, kaki
pendek. Hewan ini hidup di sampah yang membusuk, di bawah kulit batang
membusuk. Contoh: Acerentulus sp. (Radiopoetro, 1996).

2) Ordo Thysanura

Thysanura memiliki tubuh kecil (panjang sekitar 30 mm), hidup di darat,


tidak bersayap, antena panjang, kaki 2-3 ruas, bagian belakang abdomen terdapat 3
alat tambahan panjang. Hewan ini merupakan pemakan selulosa pada kertas.
Contoh: Lepisma saccharina (kutu buku) (Radiopoetro, 1996).

3) Ordo Collembola

Collembola tubuh kecil (panjang 2 – 5 cm), tidak bersayap, antena sedang


(terdiri empat ruas), kaki terdiri atas satu ruas. Pada bagian abdomen terdapat alat
tambahan untuk meloncat (furcula). Tipe mulutnya mengunyah, mata majemuk,
tidak mengalami metamorfosis. Hewan ini hidup di bawah dedaunan, lumut, kulit
kayu, dan batu. Contoh: Entomobrya laguna (ekor loncat), Papirus fuscus (kutu
kebun) (Radiopoetro, 1996).

b) Subkelas Pterygota
1) Ordo Orthoptera

Orthoptera merupakan insekta peloncat, femur kaki berukuran besar.


Sayapnya dua pasang, sayap depan lurus, kaku dan menyempit, adapun sayap
belakang (dalam) tipis seperti membran. Saat tidak terbang terlipat berlapis-lapis.
Hewan ini memiliki mata tunggal atau majemuk, antena berukuran sedang atau
panjang. Mulut hewan ini berfungsi untuk menggigit. Orthoptera mengalami
metamorfosis tidak sempurna. Contoh: Valanga nigricornis (belalang), Gryllus sp
(jangkrik), Periplaneta americana sp (kecoa) (Radiopoetro, 1996).

2) Ordo Dermaptera

Ukuran tubuh Dermaptera bervariasi, dari ukuran kecil sampai cukup besar.
Antena cukup panjang dan ramping. Hewan ini bersayap dua pasang, sayap depan
mengeras (disebut elytra), sayap belakang seperti selaput (disebut tegmina). Saat
istirahat sayap belakang tertutup oleh tegmina. Bagian belakang abdomen
Dermaptera terdapat penonjolan seperti capit, terutama pada Dermaptera jantan.
Tipe mulutnya mengunyah. Hewan ini mengalami metamorfosis tidak sempuna.
Hidupnya bersembunyi di celah-celah bebatuan, memakan dedaunan atau insekta
lain.Contoh: Forficula auricularia (Radiopoetro, 1996).

3) Ordo Isoptera

Isoptera memiliki tubuh lunak, bagian kepala besar dan berkitin, berukuran
kecil sampai sedang. Hewan ini hidup dalam koloni besar, terdapat polimorfisme
(koloni dengan beberapa bentuk dan tugas yang berbeda-beda). Rahangnya besar
dan menonjol, mempunyai sayap dua pasang berukuran sama panjang. Setelah
dewasa, Isopter menanggalkan sayapnya. Hewan ini mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Contoh: Reticuli termes (rayap kayu dan tanah), Kolotermes sp
(rayap kayu kering), Zootermes sp (rayap kayu basah), Amitermes sp (rayap tanah
kering), Macrotermes sp (rayap pembentuk rumah tanah/termitarium)
(Radiopoetro, 1996).
4) Ordo Anoplura

Anoplura berupa serangga kecil (sekitar 6 mm), tak bersayap, ektoparasit


pada mamalia, tubuh agak pipih. Kaki pendek, kuat, tipe mulut mengisap. Antena
pendek, tak ada mata, dada bersatu, tarsi pendek (1 ruas), Anoplura metamorfosis
sempurna. Contoh: Pediculus humanus capitis (kutu rambut kepala), Pediculus
humanus corporis (kutu rambut badan) (Radiopoetro, 1996).

5) Ordo Homoptera

Homoptera serangga kecil atau sedang, sayap dua pasang, dasar sayap tidak
pernah mengeras. Tipe mulut mengisap karena makanan berupa cairan tumbuhan.
Homoptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Jika dalam keadaan terlipat
panjang sayapnya melebihi tubuhnya. Contoh: Aphis medicaginis (kutu daun).

6) Ordo Hemiptera

Hemiptera termasuk serangga kecil sampai sedang, sayap dua pasang atau
tanpa sayap. Tipe mulutnya menusuk dan mengisap, makanan berupa cairan
tumbuhan atau hewan lain. Bagian depan sayapnya menebal, bagian distal tipis
seperti membran. Bagian protoraks hewan ini bebas dan besar. Hemiptera
mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh Nilavarpata lugens (wereng),
Laptocarixa acuta (walang sangit), Ranatra sp (kalajengking air), Cimex
lectularius (kutu busuk) (Rusyana, 2014).

7) Ordo Odonata

Odonata termasuk insekta besar, tubuh memanjang, kepala dapat


digerakkan bebas. Odonata mempunyai mata faset berukuran besar, terdiri dari
30.000 omatidia. Sayapnya dua pasang, memanjang, transparan dengan venasi yang
jelas. Ujung abdomen kecil memanjang seperti ekor, hewan ini mengalami
metamorfosis tidak sempurna. Fase nimfa hidup di air, setelah dewasa dapat
terbang. Contoh: Aeshna sp (capung) (Radiopoetro, 1996).
8) Ordo Neuroptera

Neuroptera merupakan Insekta berukuran kecil sampai besar, tubuh


memanjang, antena panjang. Neuroptera adalah predator yang mempunyai tipe
mulut untuk mengunyah. Mata besar, Abdomen sempit dan panjang. Sayap besar,
dua pasang, bervenasi seperti jala. Neuroptera mengalami metamorfosis sempurna.
Contoh: Chrysopa oculata (lalat bermata emas), Myrmeleon frontalis (undur-
undur) (Radiopoetro, 1996).

9) Ordo Lepidoptera

Tubuh Lepidopetera berukuran kecil sampai sangat besar (3 – 250 mm).


Sayap dua pasang, besar, dilapisi sisik atau semacam serbuk, memiliki pola warna
beraneka ragam. Antenanya panjang, tergulung rapi di bawah kepala. Lepidoptera
mempunyai tipe mulut pengisap, maksila (rahang atas) bersatu membentuk
proboscis untuk mengisap madu. Hewan ini mengalami metamorfosis sempurna,
larva berupa ulat dengan kelenjar sutera untuk membentuk kokon. Contoh Bombyx
mori (kupu-kupu, kokonnya menghasilkan ulat sutera), Attaus atlas (kupu-kupu ulat
sutera), Potoparce sexta (kupu tomat) (Radiopoetro, 1996).

10) Ordo Diptera

Diptera berupa insekta berukuran kecil sampai sedang dan termasuk hewan
diurnal (aktif malam hari). Sayap sepasang (2 buah), transparan, berpangkal
pada mesotorak. Sayap pada metatoraks mengalami modifikasi menjadi semacam
pemukul/halter. Tipe mulut menusuk, mengisap, dan menjilat, berbentuk
semacam proboscis. Diptera mengalami metamorfosis sempurna.Contoh Musca
domestica (lalat rumah), Drosophyla melanogaster (lalat buah), Tabanus sp
(lalat kandang), Anopheles sp (nyamuk Malaria), Aedes aygepti (nyamuk demam
berdarah), Culex sp (Radiopoetro, 1996).
11) Ordo Siphonoptera

Siphonoptera termasuk insekta kecil, tidak bersayap, pandai melompat.


Abdomennya besar, kepala dan dada kecil. Tipe mulut menusuk dan mengisap.
Hewan ini bersifat ektoparasit pada burung, mamalia, reptilia. Siphonopetera
mengalami metamorfosis sempurna, pupa dalam kokon. Contoh: Pulex iritans
(pinjal manusia), Ctenocephalus canis (pinjal anjing), Ctenocephalus felis (pinjal
kucing), Xenopyllacheopsis (pinjal tikus) (Radiopoetro, 1996).

12) Ordo Coleoptera

Coleoptera berupa serangga kecil sampai besar. Tubuhnya keras. Sayap dua
pasang, sayap depan keras (elytra), sayap belakang tipis seperti membran. Sayap
Coleoptera terlipat ke dalam saat istirahat. Coleoptera mengalami metamorfosis
sempurna, larva seperti cacing. Contoh: Necrophorus sp (kumbang sampah),
Coccinela sp, Hippodamia sp (kumbang predator hama tumbuhan), Lytta
vesicatoria (kumbang Spanyol) (Rusyana, 2014)

13) Ordo Hymenoptera

Hymenoptera berupa serangga berukuran kecil sampai besar, hidup


berkoloni meski ada yang soliter. Sayap dua pasang, seperti membran. Tipe
mulutnya mengunyah dan menjilat, mata besar. Hymenoptera mengalami
metamorfosis sempurna, larva dalam kokon. Contoh: Apis indica, Apis mellifera
(lebah madu), Monomorium sp (semut hitam), Vespula maculate (Jawa: tawon
endas) (Radiopoetro, 1996).

e) Myriapoda

Hewan yang tergolong kelas Myriapoda memiliki banyak segmen tubuh,


dapat mencapai 100 – 200 ruas. Tubuh terdiri dari kepala yang kecil, berada pada
ruas pertama, dan perut yang pada tiap ruasnya memiliki sepasang atau dua pasang
kaki. Habitatnya di darat, bernapas dengan paru-paru buku. Pada bagian kepala
hewan ini terdapat sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Kelas ini terdiri
dua, yaitu: (Radiopoetro, 1996).

1. Chilopoda

Tubuh Chilopoda agak pipih (gepeng),tubunya bersegmen-segmen atau


beruas, tiap ruas tubuh terdapat sepasang kaki. Di bagian kepala terdapat sepasang
antena panjang dan semacam cakar yang berbisa. Chilopoda merupakan hewan
karnivora.Contohnya Scolopendra sp (kelabang) (Rusyana, 2014).

2. Diplopoda

Diplopoda tubuh bulat, tiap ruas tubuh terdapat dua pasang kaki. Hewan ini
menyukai tempat yang lembap. Bila menemui bahaya membela diri dengan cara
menggulung tubuhnya, Diplopoda merupakan herbivoraContoh: Spirobolus sp
(luwing) (Rusyana, 2014).

f) Arachnida

Arachnida tubuh terdiri dari bagian kepala-dada yang menyatu (sefalotorak)


dan perut (abdomen) yang bulat. Kepala kecil, tanpa antena, terdapat beberapa mata
tunggal (oceli). Habitatnya di darat, bernapas dengan paru-paru buku. Mempunyai
kaki empat pasang yang terdapat pada sefalotorak. Pada sefalotorak terdapat alat
tambahan berupa sepasang kelisera yang beracun dan sepasang palpus. Pada ujung
posterior abdomen, sebelah ventral anus terdapat sutera dan bermuara pada alat
serupa pembuluh yang disebut spinneret. Makanannya berupa cairan tubuh hewan
lain dan diisap melalui mulut dan esofagus. Jenis kelamin terpisah, fertilisasinya
terjadi secara internal. Telur yang telah dibuahi diletakkan dalam kokon-kokon
sutera yang dibawa ke mana-mana oleh hewan betina. Contoh: kalajengking, laba-
laba (Rusyana, 2014).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum Filum
Brachiopoda adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis kerja (ATK)
2. Sampel fosil
3. HCL
4. Kertas HVS
5. Lap kasar dan lap halus
6. LKP (Lembar Kerja Praktikum)
7. Buku Penuntun
3.2. Tahapan Praktikum
Adapun tahapan praktikum adalah sebagai berikut:

Studi Literatur

Praktikum

Pengolahan Data

Mengambil sampel fosil Mendeskripsi fosil dari literatur yang ada

Membuat hasil, pembahasan dan kesimpulan dari


praktikum yang telah dilaksanakan

Gambar 3.1 Flowchart tahapan praktikum


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Homotelus bromidensis ESKER

Gambar 4.1 Homotelus bromidensis ESKER

Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita , Ordo Ashapida,
family Homotelusidae , genus Homotelus dan spesies bernama Homotelus
bromidensis ESKER.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.

Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dan bagian-bagian tubuhnya
yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Occipital Furrow yang
merupakan garis horizontal pada fosil. Dan terdapat pleura yang merupakan ruas-
ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas yang horizontal).
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur fosil
ini adalah Ordovisium Tengah (±500-451 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.2 Dizygocrinus rotundus (YANDELL & SHUMARD)

Gambar 4.2 Dizygocrinus rotundus (YANDELL & SHUMARD)


Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas Enchinoidea, Ordo
Monobathrida, family Dizygocrinusidae , genus Dizygocrinus dan spesies
bernama Dizygocrinus rotundus (YANDELL & SHUMARD).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Globular dan bagian-bagian tubuhnya
yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Dan Axial Canal yang
merupakan anus atau tempat pembuangan pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur fosil
ini adalah Karbon Bawah (±345-391 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.3 Loriolaster mirabilis STURZT

Gambar 4.3 Loriolaster mirabilis STURZT


Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas Ophiuroidea, Ordo
Cheiropterasteridae, family Loriolastersidae , genus Loriolaster dan spesies
bernama Loriolaster mirabilis STURZT.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah Trail & Track. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Plate dimana terdapat beberapa bagian
pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Ring Conal
yang merupakan bagian pinggir dari Madreporit. Madreporit yang merupakan
tempat masuknya air. Tubefeet yang merupakan bagian sisi kiri dari fosil.
Ampulae yang merupakan fosil yang berada pada sisi ampulakral. Piroximal yang
merupakan fosil yang mendekati Madreporit. Distal yang merupakan bagian fosil
yang menjauh dari madreporit. Dan Duri yang merupakan bagian tajam dari fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur fosil
ini adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.4 Dalmanitina socialis (BARR)

Gambar 4.4 Dalmanitina socialis (BARR)

Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo Phacopida,
family Dalmanitinaidae , genus Dalmanitina dan spesies bernama Dalmanitina
socialis (BARR).

Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan.
Pleura yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas
horizontal). Dan terdapat Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal
pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dalam, untuk itu dapat kita
asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia silikatan. Umur fosil ini
adalah Ordovisium (±500-436 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu umur
relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkolerasi
batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.5 Hemiaster fourneli DESH

Gambar 4.5 Hemiaster fourneli DESH

Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas Asteroidea, Ordo


Spatangoida, family Hemiaster , genus Hemiater dan spesies bernama Hemiaster
fourneli DESH.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah Trail & Track. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Globular dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Ring
Conal yang merupakan bagian pinggir dari Madreporit. Madreporit yang
merupakan tempat masuknya air. Tubefeet yang merupakan bagian sisi kiri dari
fosil. Ampulae yang merupakan fosil yang berada pada sisi ampulakral. Piroximal
yang merupakan fosil yang mendekati Madreporit. Distal yang merupakan bagian
fosil yang menjauh dari madreporit. Dan Duri yang merupakan bagian tajam dari
fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur fosil
ini adalah Kapur Atas (±100-66 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu umur
relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkolerasi
batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.6 Phacopina (vogesina) lacunafera WOLFART


Gambar 4.6 Phacopina (vogesina) lacunafera WOLFART

Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo pachopida,
family phacopinaidae , genus phacopina dan spesies bernama Phacopina
(vogesina) lecunafera WOLFART.

Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Pleura
yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas horizontal).
Dan terdapat Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dalam, untuk itu dapat kita
asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia silikatan. Umur fosil ini
adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.7 Odontochile hausmanni (BGT)

Gambar 4.7 Odontochile hausmanni (BGT)

Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo Pachopida,
family Odontochileidae , genus Odontochile dan spesies bernama Odontochile
hausmanni (BGT).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Pleura
yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas horizontal).
Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal pada fosil. Axial Furrow yang
merupakan garis vertikal pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur fosil
ini adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.

4.8 Saccocoma pectiata GOLDF


Gambar 4.8 Saccocoma pectiata GOLDF

Fosil ini berasal dari filum Enchinodermata, kelas Ophiuroidea, Ordo


Roveacrinida, family Saccocomaidae , genus Saccocoma dan spesies bernama
saccocoma pectinata GOLDF.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah Trail & Track. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Plate dimana terdapat beberapa bagian
pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Ring Conal
yang merupakan bagian pinggir dari Madreporit. Madreporit yang merupakan
tempat masuknya air. Dan Distal yang merupakan bagian fosil yang menjauh dari
madreporit.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur fosil
ini adalah Jura Atas (± 160-142 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu umur
relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkolerasi
batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:


1. Filum Anthropoda memiliki beberapa ciri yaitu umumnya tubuh beruas-
ruas yang terbagi atas kepala (caput), dada (thoraks), dan badan belakang
(abdomen), memiliki 3 lapisan (triploblastik) yaitu ektoderm, mesoderm
dan endoderm dengan rongga tubuh, bentuk tubuh simetris bilateral, bagian
tubuh terbungkus oleh eksoskelet yang mengandung khitin. Sedangkan
Filum Enchinodermata memiliki beberapa ciri yaitu umumnya Semua
echinodermata hidup di air laut, simetri radial atau pentaradial, selalu
terbagi lima bagian, tidak ada kepala, tidak bersegmen, tubuh memiliki
banyak kaki tabung yang befungsi untuk bergerak dan menangkap
makanan, tubuh ditutupi oleh epidermis yang disokong oleh skeleton yang
tetap dan spina.
2. Dalam praktikum ini bentuk fosil dari Filum Anthropoda yaitu Bifuring
serta memiliki lima kelas yaitu Crustacea, Trilobita, Myriapoda,
Hexapoda, dan Chelicerata. Sedangkan bentuk fosil dari Filum
Enchinodermata yaitu Globular, dan Plate serta memiliki lima kelas yaitu
Asteroidea, Enchinoidea, Ophuroidea, Holothuroidea, dan Crinoidea.
3. Adapun identifikasi yang terlihat dari tubuh fosil pada filum
Anthropoda dan filum Enchinodermata yaitu bentuknya yang beragam
dan proses pemfosilannya.

5.2. Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Adapun saran untuk kegiatan Praktikum, sebagai berikut :


1) Sebaiknya gambar sampel lebih diperjelas lagi
2) Tetap jaga kebersihan lab
3) Mengizinkan praktikan shalat jika sudah masuk waktunya
5.1.2 Saran Untuk Asisten

Adapun saran untuk Asisten, sebagai berikut :


1) Membimbing praktikan selama asistensi
2) Membahas secara keseluruhan sampel-sampel yang diberikan
3) Memberikan keringanan kepada praktikan yang berhalangan
DAFTAR PUSTAKA

Radiopoetro, 1996. Zoologi. Penerbit Erlangga. Jakarta

Rusyan, adun.2014. Zoologi invertebrate (teori dan praktik). Alfeta. Bandung.

Sachlan M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas


Diponegoro. Semarang
L

N
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Arthropoda
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Trilobit
ORDO Protostomia

FAMILI Homotelusidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN

Kamis, 21-05-2020 13.55 YUSRIL MAHENDRA GENUS Homotelus


Homotelus
SPESIES bromidensis
NO. PERAGA : 170 ESKER
GAMBAR : 1
KETERANGAN :

1. Test 6. Axis
2. Cephalon
3. Torax
4. Phygidium
5. Globella

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Byvuring
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan(CaCO3)
UMUR Ordovisium tengah ( 500-451 jt tahun )
LINGKUNGAN
Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Arthropoda kelas Trilobit
ordo Protostomia, famili Homotelusidae genus Homotelus dan
dengan nama spesies Homotelus bromidensis ESKER
Bagian fosil ini berupa test yang adalah keseluruhan
tubuh fosil, Cephalon adalah bagian kepala fosil,Torax adalah
bagian badan fosil,Phygidium adalah bagian ekor,Globella
yaitu bagian yang terletak antara mata,Axis adalah ruas pada
punggung fosil,dan Pleura adalah ruas yang tegak lurus dengan
axis
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral
lain seperti silika (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi
sulfida (FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi
lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Fosil ini berumur Ordovisium tengah ( 500-451 jt tahun
)Fosil tersebut berbentuk byfuring. Memiliki komposisi kimia
berupa Karbonatan, dimana lingkungan pengendapan berada di
laut dangkal.

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Echinodermata
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Echinoidea
ORDO monobathrida

Dizygocrinusid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae

Kamis, 21-05-2020 14.15 YUSRIL MAHENDRA GENUS Dizygocrinus


Dizygocrinus
rotundus (
SPESIES
NO. PERAGA : 1158 YANDELL &
SHUMARD )
GAMBAR :2
KETERANGAN :

1. Test
2. Madreporit
3. Ring Canal

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Globular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan(CaCO3)
UMUR Karbon bawah ( 345-317 jt tahun )
LINGKUNGAN
Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Echinodermata kelas
Echinoidea ordo monobathrida, famili Dizygocrinusidae genus
Dizygocrinus dan dengan nama spesies Dizygocrinus rotundus
( YANDELL & SHUMARD )
Bagian fosil ini berupa test yang adalah keseluruhan
tubuh fosil, Madreporit yang merupakan tempat masuknya air
pada fosil, dan Ring Canal yaitu bagian yang melindungi
madreporit
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral
lain seperti silika (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi
sulfida (FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi
lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruholeh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang bi erada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Fosil ini berumur Karbon bawah ( 345-317 jt tahun )fosil
tersebut berbentuk Globular. Memiliki komposisi kimia berupa
Karbonatan, dimana lingkungan pengendapan berada di laut
dangkal.

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Echinodermata
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Ophiuroidea
Cheiropterasteri
ORDO
dae

FAMILI Loriolasteridae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN

Kamis, 21-05-2020 14.25 YUSRIL MAHENDRA GENUS Loriolaster


Loriolaster
SPESIES mirabilis
NO. PERAGA : 355 STURTZ
GAMBAR : 3
KETERANGAN :

1. Test 6. Tentakel
2. Madreporit
3. Ring Canal
4. Piroximal
5. Distal

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Plate
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan(CaCO3)
UMUR Devonian bawah ( 395-371 jt tahun )
LINGKUNGAN
Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Echinodermata kelas
Ophiuroidea ordo Cheiropterasteridae, famili Loriolasteridae
genus Loriolaster dan dengan nama spesies Loriolaster
mirabilis STURTZ
Bagian fosil ini berupa test yang adalah keseluruhan
tubuh fosil, Madreporit yang merupakan tempat masuknya air
pada fosil,Ring Canal yaitu bagian yang melindungi
madreporite, Piroximal yaitu bagian fosil yang mendekati
madreporit,Distal yaitu bagian fosil yang menjauh dari
madreporite, dan Tentakel atau lengan
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral
lain seperti silika (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi
sulfida (FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi
lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruholeh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang bi erada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Fosil ini berumur Devonian bawah ( 395-371 jt tahun
)fosil tersebut berbentuk Plate. Memiliki komposisi kimia
berupa Karbonatan, dimana lingkungan pengendapan berada di
laut dangkal.

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Arthropoda
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Trilobit
ORDO Phacopida

Dalmanitidanid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae

Kamis, 21-05-2020 14;35 YUSRIL MAHENDRA GENUS Dalmanitida


Dalmanitida
SPESIES socialis (
NO. PERAGA :136 BARR)
GAMBAR : 4
KETERANGAN :

1. Test
2. Pleura
3. Pygidium

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Byfuring
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Ordovisium Tengah ( 500- 541 jt tahun )
LINGKUNGAN
Laut Dalam
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Arthropoda kelas Trilobit
ordo Phacopida, family Dalmanitidanidae genus Dalmanitida
dan dengan nama spesies Dalmanitida socialis ( BARR)
Bagian fosil ini berupa test yang adalah keseluruhan
tubuh fosil, Pleura adalah ruas yang tegak lurus dengan
axis,dan Pygidium yaitu bagian ekor dari fosil.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral
lain seperti silika (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi
sulfida (FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi
lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruholeh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang bi erada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Fosil ini berumur Ordovisium Tengah ( 500- 541 jt tahun
)fosil tersebut berbentuk Byfuring. Memiliki komposisi kimia
berupa Silikaan, dimana lingkungan pengendapan berada di laut
dalam..

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Echinodermata
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Echinoidea
ORDO Spatangoida

FAMILI Hemiasteridae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN

Kamis, 21-05-2020 14.45 YUSRIL MAHENDRA GENUS Hemiaster

Hemiaster
SPESIES
NO. PERAGA : 1817 fourneli DESH
GAMBAR : 5
KETERANGAN :

1. Test
2. Madreporit

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Globular
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan(CaCO3)
UMUR kapur atas ( 100-56 jt tahun )
LINGKUNGAN
Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Echinodermata kelas
Echinoidea ordo Spatangoida family Hemiasteridae genus
Hemiaster dan dengan nama spesies Hemiaster fourneli DESH
Bagian fosil ini berupa test yang adalah keseluruhan
tubuh fosil, dan Madreporit yang merupakan saluran air pada
fosil.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral
lain seperti silika (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi
sulfida (FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi
lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruholeh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang bi erada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Fosil ini berumur kapur atas ( 100-56 jt tahun )fosil
tersebut berbentukGlobular. Memiliki komposisi kimia berupa
karbonatan dimana lingkungan pengendapan berada di laut
dangkal

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Arthropoda
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Trilobit
ORDO Phacopida

FAMILI Phacopinanidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN

Kamis, 21-05-2020 14.55 YUSRIL MAHENDRA GENUS Phacopina


Phacopina (
Vogesina )
SPESIES
NO. PERAGA : 854 lecunafera
WOLFART
GAMBAR : 6
KETERANGAN :

1. Test
2. Torax
3. Phygidium
4. Pleura
5. Axis

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Byfuring
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Devonian Bawah ( 395-371 jt tahun )
LINGKUNGAN
Laut Dalam
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Arthropoda kelas Trilobit ordo
Phacopida family Phacopinanidae genus Phacopina dan dengan
nama spesies Phacopina ( Vogesina ) lecunafera WOLFART
Bagian fosil ini berupa test yang adalah keseluruhan
tubuh fosil, dan Madreporit yang merupakan saluran air pada
fosil.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral
lain seperti silika (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi
sulfida (FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi
lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruholeh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang bi erada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Fosil ini berumur Devonian Bawah ( 395-371 jt tahun )
fosil tersebut berbentuk Byfuring. Memiliki komposisi kimia
berupa Silikaan dimana lingkungan pengendapan berada di laut
dalam.

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Arthropoda
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Trilobit
ORDO Phacopida

Odontochilenid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae

Kamis, 21-05-2020 15;10 YUSRIL MAHENDRA GENUS Odontochile


Odontochile
SPESIES hausmanni (
NO. PERAGA : 307 BGT.)
GAMBAR : 7
KETERANGAN :

1. Test
2. Phygidium
3. Pleura
4. Axis

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Byfuring
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan(CaCO3)
UMUR Devonian bawah ( 395-371 jt tahun )
LINGKUNGAN
Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Arthropoda kelas Trilobit ordo
Phacopida family Odontochilenidae genus Odontochile dan
dengan nama spesies Odontochile hausmanni ( BGT.)
Bagian fosil ini berupa test yang adalah keseluruhan
tubuh fosil, Phygidium yaitu bagian ekor fosil,Pleura yaitu
ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis,dan axis yaitu ruas yang
ada pada punggung fosil
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral
lain seperti silika (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi
sulfida (FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi
lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruholeh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang bi erada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Fosil ini berumur Devonian bawah ( 395-371 jt tahun
)fosil tersebut berbentuk Byfuring. Memiliki komposisi kimia
berupa Karbonatan dimana lingkungan pengendapan berada di
laut dangkal

CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Echinodermata
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Crinoidea
ORDO Rtikulata

Saccocomanida
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN e

Kamis, 21-05-2020 15.20 YUSRIL MAHENDRA GENUS Saccoma


Saccocoma
SPESIES pectinata
NO. PERAGA : 758 GOLDF
GAMBAR : 8
KETERANGAN :

1. Test
2. Arms
3. Dorsal cup

PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi


BENTUK FOSIL Branching
KOMPOSISI KIMIA Karbonatan(CaCO3)
UMUR Jurassis atas ( 100- 66 jt tahun )
LINGKUNGAN
Laut Dangkal
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Echinodermata kelas
Crinoidea ordo Rtikulata family Saccocomanidae genus
Saccoma dan dengan nama spesies Saccocoma pectinata
GOLDF
Bagian fosil ini berupa test yang adalah keseluruhan
tubuh fosil, arms adalah lengan, dan Dorsal cup adalah tempat
melekatnya arms
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian. Organisme
ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air,
angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-
material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan
mengalami pergantian terhadap material yang resisten terhadap
pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu,
material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin
lama material akan bertambah dan menumpuk dan mengalami
tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan
yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral
lain seperti silika (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi
sulfida (FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi
lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruholeh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang bi erada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Fosil ini berumur Jurassis atas ( 100- 66 jt tahun )fosil
tersebut berbentuk Branching. Memiliki komposisi kimia
berupa Karbonatan dimana lingkungan pengendapan berada di
laut dangkal

CATATAN : PARAF

Anda mungkin juga menyukai