UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA VI FILUM ECHINODERMATA DAN ARTHROPODA
LAPORAN
OLEH :
RUZIK WIRDANDO MUSFA
D061191012
GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu geologi merupakan ilmu yang berhubungan dengan bumi dan segala
isinya, baik di permukaan maupun yang berada di dalam bumi. Merupakan salah
satu aspek yang berkaitan langsung dengan bumi, termasuk di dalamnya hewan,
tumbuhan yang hidupndi zaman lampau dan telah menjadi fosil.
Paleontologi berada pada batas antara biologidan geologi, namun berbeda
dengan arkeologi karena paleontologi tidak memasukkan kebudayaan Homo
sapiens modern. Paleontologi kini mendayagunakan berbagai metode ilmiah dalam
sains,mencakup biokimia, matematika, dan teknik. Penggunaan berbagai metode
ini memungkinkan paleontologi untuk menemukan sejarah evolusioner kehidupan,
yaituketika bumi menjadi sesuatu yang mampu mendukung terciptanya kehidupan,
sekitar3.800 juta tahun silam. Dengan pengetahuan yang terus meningkat,
paleontologi kinimemiliki subdivisi yang terspesialisasi, beberapa fokus pada jenis
fosil tertentu, yanglain mempelajari sejarah lingkungan dalam paleoekologi, dan
yang lain mempelajari dalam iklim dalam paleoklimatologi.
Echinodermata adalah hewan laut yang termasuk hewan coelomate dengan
simetri radial, dimana tubuh dapat dibagi menjadi lima bagian tersusun
mengelilingi sumbu pusat. Ada sebuh coelom besar bersifat enterocoelous bersilia
membentuk ruangan perivisceral dan beberapa sistem berbelit-belit. Sedangkan
Arthropoda adalah Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ;
podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau
bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda
merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Peserta dapat mengetahui ciri-ciri dari Filum Echinodermata dan arthopoda
2. Peserta dapat mengetahui morfologi fosil dan klasifikasi dari Filum Filum
Echinodermata dan arthopoda
3. Peserta dapat mengidentifikasi fosil dari filum Filum Echinodermata dan
arthopoda
1.2.2. Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai filum Filum Echinodermata dan arthopoda
2. Dapat menunjukkan bagian-bagian fosil Filum Echinodermata dan
arthopoda
3. Dapat membedakan setiap organisme pada kelas Filum Echinodermata dan
arthopoda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Filum Echinodermata
Echidodermata adalah kelompok hewan berduri yang bergerak lamban
dengan bantuan kaki tabung dan berada di kelaman laut. Istilah echinodermata
berasal dari bahasa Yunani dari kata echi yang berarti berduri, dan derma yang
berarti kulit. Echinodermata hidup di laut atau air payau. Echinodermata tidak hidup
parasit, dengan beberapa spesies hidup menempel (sesil). Pada Echinodermata
dewasa mempunyai bagian tubuh berbentuk simetri radial yaitu bagian tubuh yang
mendistribusikan dalam susunan melingkar di sekitar poros tengah. Sedangkan
pada bagian larvanya mempunyai tubuh yang simetri bilateral, yaitu bagian tubuh
yang satu berdampingan dengan bagian tubuh yang lain, dan jika ditarik garis dari
depan ke belakang terlihat bagian tubuh sama antara kiri dan kanan. Larva
echinodermata merupakan hewan mikroskopis, transparan, bersilia, dan umumnya
berenang bebas di laut.
Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya.
Sama seperi hewan lainnya, lama menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya,
kurang baik atau sudah bagus (Newell dan Newell, 1977).
2.1.2 Ciri-ciri
Echinodermata mempunyai kulit keras yang tersusun dari zat kapur dengan
lima lengan berbentuk seperti jari, dan organ-organ tubuh yang
berjumlah/kelipatan lima.
Pada umumnya hewan ini bertubuh kasar karena terdapat tonjolan kerangka
dan duri di tubuhnya.
Bentuk tubuh echinodermata umumnya seperti bintang, bulat, pipih, bulat
memanjang, dan seperti tumbuhan. Sedangkan pada bagian tubuhnya oral
(yang memiliki mulut) dan aboral (tidak mempunyai mulut).
Permukaan tubuh Echinodermata umumnya berduri, baik pendek tumpul
maupun panjang berduri. Echinodermata tidak mempunyai otak dan
memiliki Ambulakral yang berfungsi dalam mengatur pergerakan.
Echinodermata memiliki sistem peredaran darah yang masih belum. Jika
digambarkan secara sederhana, pembuluh darah berawal dari yang
mengelilingi mulut, setelah itu berjabang pada setiap kaki tabung.
Sistem pernapasan Echinodermata dilakukan engan menggunakan insang
atau pupula (tonjolan pada rongga tubuh).
Sistem persyarafan Echinodermata terdiri atas saraf yang berbentuk
lingkaran (cincin) yang mempersarafi mulut, dan saraf radial yang mirip tali
mempersarafi pada bagian lengan atau kaki tabung.
Sistem pencernaan berupa mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Dapat
dikatakan, sistem pencernaannya sudah sempurna. Tetapi tidak terdapat
sistem ekskresi pada hewan Echinodermata.
Tubuh echinodermata terdiri atas 3 lapisan dan mempunyai rongga tubuh
atau disebut dengan tripoblastik
Memiliki bentuk tubuh yang simetri bilateral pada saat masih larva, dan
disaat dewasa bentuk tubuhnya simteri radial
Mempunyai kulit tubuh yang terdiri atas zat kitin
Bergerak dengan ambulakral yaitu kaki tabung dengan lubang-lubang kecil
yag berfungsi untuk menghisap.
Mempunyai sistem pencernaan sempurna kecuali bintang laut yang tidak
mempunya anus.
Tidak memiliki sistem ekskresi
Perkembangbiakan secara seksual
Pada permukaan tubuh terdiri atas tonjolan-tonjolan yang menyerupai duri
Mempunyai sistem tabung jaringan hidrolik
2.1.3 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Asteroidea
Ordo : Forcipulatida
Family : Asteriidae
Genus : Pisaster
Species : Pisaster ochraceus
Gambar Siklus Hidup Pisaster ochraceus
Ophiuroidea adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga bintang ular.
Ophiuroidea berasal dari kata Yunani yaitu oura (ekor) dan eidos (bentuk). Tubuh
memiliki lima lengan yang bergerak menyerupai ular. Ciri khas dari kelas ini adalah
madreporit (lubang masuknya air) terletak di bagian bawah dan tidak memiliki kaki
tabung. Ciri-ciri kelas Ophiuroidea antara lain :
a. Bentuk tubuhnya memipih, seperti bintang atau pentamerous dengan lengan
yang ramping dan fleskibel (elastis).
b. Tidak mempunyai kaki amburakral dan anus sehingga sisa makanan
dikeluarkan melalui mulut.
c. Lekukan ambulakralnya tertutup dan kaki tabung tidak memiliki sucker.
d. Madreporit terdapat pada permukaan oral.
e. Tidak mempunyai pediselaria.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Family : Ophiactidae
Genus : Ophiopholis
Species : Ophiopholis aculeata
Hidupnya menempel pada substrat yang ada di laut. Lengan berfungsi sebagai
pemakan suspensi. Contoh: Antedon sp, Holopus sp. Ciri-ciri kelas Crinoidea
antara lain :
Habitatnya di karang atau tumbuhan laut.
Memiliki pinnula. Pinnula adalah lengan yang panjang menyerupai daun,
berjumlah lima atau kelipatannya. Panjang pinnula dapat mencapai 80-200
cm.
Beberapa jenis Crinoidea memiliki tangkai yang berasal dari daerah aboral,
tangkai ini berfungsi untuk melekatkan diri pada substrat.
Mulutnya terletak di daerah oral, mengarah ke atas dan dikelilingi oleh
tentakel-tentakel halus yang disebut cirri.
Amburakral terletak di permukaan oralnya.
d. Echinoidea
2.2 Arthopoda
Arthopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthos, sendi dan podos, kaki
oleh karena itu cir-ciri utama hewan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki
yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini adalah terbanyak
dibandingkan dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Contoh
anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba, kalajengking,
kelabang, dan kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal hanya
berdasarkan fosil. Habitat hewan anggota filum arthopoda di air dan di darat.
(Maskoeri Jasin, 1992).
a) Kelas crustacea
b) Kelas onychopora
Kela ini begitu tidak dikenal sehinnga tidak akan di bahasa secara panjang
lebar. Hewan ini meiliki kutikulah yang tipis, tidak bersegmen, dinding tubuh
berotot, terdapat sepasang rahang dan sebatris lubang nepridium, panjang tubuh
lebih kurang 5 cm. Contohnya peripatus (Rusyana, 2014).
c) Kelas archnoidea
d) Kelas Insecta
1) Ciri-ciri Insecta
Tubuh insekta terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (toraks),
dan perut (abdomen). Di kepala terdapat bermata tunggal (oceli), mata majemuk
(faset), alat-alat mulut, mungkin juga antena. Dada terdiri dari tiga ruas, yaitu
protoraks, mesotorak dan metatoraks. Kaki dan sayap terdapat di bagian dada
(Radiopoetro, 1996).
Insekta memiliki tiga pasang kaki (heksapoda), bersayap sepasang atau dua
pasang, meski ada sebagian insekta yang tidak bersayap. Habitat di darat, air tawar
(terutama pada stadium muda), dan beberapa jenis hidup di laut. Ukuran tubuhnya
mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter (insekta terpanjang,
Pharmacia serratipes, panjangnya mencapai 26 cm). Tipe mulut insekta bermacam-
macam (mengisap, menusuk dan mengisap, menggigit, mengunyah). Bernapas
dengan trakea yang bercabang-cabang dan terbuka pada sepasang spirakulum pada
sisi-sisi tubuh. Insekta mengalami metamorfosis, baik metamorfosis sempurna
maupun tidak sempurna (beberapa golongan serangga tidak mengalami
metamorfosis). Mempunyai sistem saraf tangga tali. Peredaran darah terbuka, darah
tidak mengandung pigmen darah (hemoglobin) sehingga hanya berfungsi
mengedarkan zat makanan saja. Pengangkutan dan peredaran gas pernapasan (O2
dan CO2) pada insekta dilaksanakan oleh sistem trakea. Berdasarkan
metamorfosisnya insekta dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: Ametabola:
serangga yang tidak mengalami metamorfosis, misalnya Lepisma sp (kutu
buku). Hemimetabola: serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna,
misalnya capung, belalang. Telur menetas menjadi nimfa (miniatur serangga
dewasa) lalu tumbuh menjadi serangga dewasa. Holometabola: serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna, misalnya nyamuk, lalat, kupu-kupu. Telur
menetas menjadi larva, larva berkembang menjadi pupa (kepompong), akhirnya
menjadi serangga dewasa (Radiopoetro, 1996).
2) Klasifikasi Insecta
a) Subkelas Apterygota
1) Ordo Protura
Protura memiliki tubuh sangat kecil (panjang sekitar 1,5 mm), hidup di
darat, tidak bersayap, tidak punya mata, tanpa antena, tipe mulut mengisap, kaki
pendek. Hewan ini hidup di sampah yang membusuk, di bawah kulit batang
membusuk. Contoh: Acerentulus sp. (Radiopoetro, 1996).
2) Ordo Thysanura
3) Ordo Collembola
b) Subkelas Pterygota
1) Ordo Orthoptera
2) Ordo Dermaptera
Ukuran tubuh Dermaptera bervariasi, dari ukuran kecil sampai cukup besar.
Antena cukup panjang dan ramping. Hewan ini bersayap dua pasang, sayap depan
mengeras (disebut elytra), sayap belakang seperti selaput (disebut tegmina). Saat
istirahat sayap belakang tertutup oleh tegmina. Bagian belakang abdomen
Dermaptera terdapat penonjolan seperti capit, terutama pada Dermaptera jantan.
Tipe mulutnya mengunyah. Hewan ini mengalami metamorfosis tidak sempuna.
Hidupnya bersembunyi di celah-celah bebatuan, memakan dedaunan atau insekta
lain.Contoh: Forficula auricularia (Radiopoetro, 1996).
3) Ordo Isoptera
Isoptera memiliki tubuh lunak, bagian kepala besar dan berkitin, berukuran
kecil sampai sedang. Hewan ini hidup dalam koloni besar, terdapat polimorfisme
(koloni dengan beberapa bentuk dan tugas yang berbeda-beda). Rahangnya besar
dan menonjol, mempunyai sayap dua pasang berukuran sama panjang. Setelah
dewasa, Isopter menanggalkan sayapnya. Hewan ini mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Contoh: Reticuli termes (rayap kayu dan tanah), Kolotermes sp
(rayap kayu kering), Zootermes sp (rayap kayu basah), Amitermes sp (rayap tanah
kering), Macrotermes sp (rayap pembentuk rumah tanah/termitarium)
(Radiopoetro, 1996).
4) Ordo Anoplura
5) Ordo Homoptera
Homoptera serangga kecil atau sedang, sayap dua pasang, dasar sayap tidak
pernah mengeras. Tipe mulut mengisap karena makanan berupa cairan tumbuhan.
Homoptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Jika dalam keadaan terlipat
panjang sayapnya melebihi tubuhnya. Contoh: Aphis medicaginis (kutu daun).
6) Ordo Hemiptera
Hemiptera termasuk serangga kecil sampai sedang, sayap dua pasang atau
tanpa sayap. Tipe mulutnya menusuk dan mengisap, makanan berupa cairan
tumbuhan atau hewan lain. Bagian depan sayapnya menebal, bagian distal tipis
seperti membran. Bagian protoraks hewan ini bebas dan besar. Hemiptera
mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh Nilavarpata lugens (wereng),
Laptocarixa acuta (walang sangit), Ranatra sp (kalajengking air), Cimex
lectularius (kutu busuk) (Rusyana, 2014).
7) Ordo Odonata
9) Ordo Lepidoptera
Diptera berupa insekta berukuran kecil sampai sedang dan termasuk hewan
diurnal (aktif malam hari). Sayap sepasang (2 buah), transparan, berpangkal
pada mesotorak. Sayap pada metatoraks mengalami modifikasi menjadi semacam
pemukul/halter. Tipe mulut menusuk, mengisap, dan menjilat, berbentuk
semacam proboscis. Diptera mengalami metamorfosis sempurna.Contoh Musca
domestica (lalat rumah), Drosophyla melanogaster (lalat buah), Tabanus sp
(lalat kandang), Anopheles sp (nyamuk Malaria), Aedes aygepti (nyamuk demam
berdarah), Culex sp (Radiopoetro, 1996).
11) Ordo Siphonoptera
Coleoptera berupa serangga kecil sampai besar. Tubuhnya keras. Sayap dua
pasang, sayap depan keras (elytra), sayap belakang tipis seperti membran. Sayap
Coleoptera terlipat ke dalam saat istirahat. Coleoptera mengalami metamorfosis
sempurna, larva seperti cacing. Contoh: Necrophorus sp (kumbang sampah),
Coccinela sp, Hippodamia sp (kumbang predator hama tumbuhan), Lytta
vesicatoria (kumbang Spanyol) (Rusyana, 2014)
e) Myriapoda
1. Chilopoda
2. Diplopoda
Diplopoda tubuh bulat, tiap ruas tubuh terdapat dua pasang kaki. Hewan ini
menyukai tempat yang lembap. Bila menemui bahaya membela diri dengan cara
menggulung tubuhnya, Diplopoda merupakan herbivoraContoh: Spirobolus sp
(luwing) (Rusyana, 2014).
f) Arachnida
Studi Literatur
Praktikum
Pengolahan Data
Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita , Ordo Ashapida,
family Homotelusidae , genus Homotelus dan spesies bernama Homotelus
bromidensis ESKER.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dan bagian-bagian tubuhnya
yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Occipital Furrow yang
merupakan garis horizontal pada fosil. Dan terdapat pleura yang merupakan ruas-
ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas yang horizontal).
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur fosil
ini adalah Ordovisium Tengah (±500-451 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah
penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.
Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo Phacopida,
family Dalmanitinaidae , genus Dalmanitina dan spesies bernama Dalmanitina
socialis (BARR).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah mineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan.
Pleura yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas
horizontal). Dan terdapat Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal
pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dalam, untuk itu dapat kita
asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia silikatan. Umur fosil ini
adalah Ordovisium (±500-436 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu umur
relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkolerasi
batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.
Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo pachopida,
family phacopinaidae , genus phacopina dan spesies bernama Phacopina
(vogesina) lecunafera WOLFART.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Pleura
yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas horizontal).
Dan terdapat Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dalam, untuk itu dapat kita
asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia silikatan. Umur fosil ini
adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.
Fosil ini berasal dari filum Anthropoda, kelas Trilobita, Ordo Pachopida,
family Odontochileidae , genus Odontochile dan spesies bernama Odontochile
hausmanni (BGT).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi .
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi. Proses
munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil
yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik ke permukaan, fosil
tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air, angin, atau es
sehingga tampak di permukaan.
Adapun bentuk dari fosil ini yaitu Bifuring dimana terdapat beberapa
bagian pada fosil yaitu, Test, merupakan bagian fosil secara keseluruhan. Pleura
yang merupakan ruas-ruas yang tegak lurus dengan axis (ruas-ruas horizontal).
Occipital Furrow yang merupakan garis horizontal pada fosil. Axial Furrow yang
merupakan garis vertikal pada fosil.
Lingkungan pengendapan dari fosil ini yaitu laut dangkal, untuk itu dapat
kita asumsikan bahwa fosil ini mempunyai komposisi kimia karbonatan. Umur fosil
ini adalah Devon Bawah (±395-371 juta tahun). Kegunaan fosil ini adalah penentu
umur relatif lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk
mengkolerasi batuan, dan penentu iklim pada saat terjadi sedimentasi.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
N
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Arthropoda
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Trilobit
ORDO Protostomia
FAMILI Homotelusidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
1. Test 6. Axis
2. Cephalon
3. Torax
4. Phygidium
5. Globella
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Echinodermata
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Echinoidea
ORDO monobathrida
Dizygocrinusid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
1. Test
2. Madreporit
3. Ring Canal
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Echinodermata
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Ophiuroidea
Cheiropterasteri
ORDO
dae
FAMILI Loriolasteridae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
1. Test 6. Tentakel
2. Madreporit
3. Ring Canal
4. Piroximal
5. Distal
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Arthropoda
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Trilobit
ORDO Phacopida
Dalmanitidanid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
1. Test
2. Pleura
3. Pygidium
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Echinodermata
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Echinoidea
ORDO Spatangoida
FAMILI Hemiasteridae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
Hemiaster
SPESIES
NO. PERAGA : 1817 fourneli DESH
GAMBAR : 5
KETERANGAN :
1. Test
2. Madreporit
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Arthropoda
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Trilobit
ORDO Phacopida
FAMILI Phacopinanidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
1. Test
2. Torax
3. Phygidium
4. Pleura
5. Axis
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Arthropoda
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Trilobit
ORDO Phacopida
Odontochilenid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
1. Test
2. Phygidium
3. Pleura
4. Axis
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI ACARA VI/FILUM
ECHINODERMATA DAN
ARTHROPODA
TAKSONOMI
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK FILUM Echinodermata
RUZIK WIRDANDO M D061191012 6 KELAS Crinoidea
ORDO Rtikulata
Saccocomanida
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN e
1. Test
2. Arms
3. Dorsal cup
CATATAN : PARAF