UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA 6 : FILUM ECHINODERMATA & ARTHROPODA
LAPORAN
OLEH :
KIRENIA KARTIKA
D061191093
GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Tujuan
2.4.1 Crinoidea
Anggota dari classis ini tidak bertangkai dan bergerak bebas, tubuh terdiri
atas mangkuk aboral, disebut calyx dan penutup oral atau atap, disebut tegmen
dan struktur kuat bercabang lima atau kelipatannya. Tangan-tangan dapat
digerakkan, sederhana, umumnya bercabang-cabang, biasanya berjumlah lima
atau sepuluh dengan atau tanpa pinula. Lekuk amburalakral, terbuka dan
memanjang sepanjang tangan dan pinnula-pinnula sampai ujung-ujungnya.
Mempunyai madreporit, spina-spina dan pedicellaria. Seks terpisah. Larva disebut
doliolaria. Classis ini hanya mempunyai satu ordo yaitu Articulata.
Tubuh pipih dengan diskus sentral bersegi lima atau bulat. Permukaan oral
dan aboral adalah jelas. Lengan-lengan biasanya lima, ramping, halus atau
berduri. Tidak memiliki lekuk ambulakral. Tidak punya anus dan intestine.
Madreporit terdapat pada permukaan oral. Seks terpisah, gonad pentamerous.
Perkembangan larva termasuk larva pluteus yang berenang bebas.
Gambar 2.6 Kelas Ophiuroidea
Asteroidea hidup di hampir setiap habitat yang ditemukan di laut, mulai dari
kolam pasang surut, pantai berbatu, rumput laut dan hamparan rumput laut, di
bawah reruntuhan batu, di terumbu karang, pasir, dan lumpur. Pada beberapa
spesies tubuh yang luas dan pipih dapat bertindak sebagai sepatu salju ketika
mencari makan di lumpur yang sangat lunak. Di pantai atas, mereka secara
berkala terpapar oleh pasang surut, menghasilkan pengeringan dalam waktu yang
lama. Satu-satunya perlindungan adalah berlindung di celah-celah lembab di
bawah batu. Sebaliknya, di laut dalam pada kedalaman lebih dari 29.530 kaki
(9.000 m) mereka ditemukan mendiami dasar berpasir dan tebing curam.
2.4.2 Habitat Echinoidea
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthros, sendi dan pados, kaki.
Oleh karena itu ciri utama hewan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki yang
tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini terbanyak dibandingkan
filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies.(Kastawi,2005)
Ciri-ciri umum arthropoda diantaranya mempunyai appendahe yang beruas-
ruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh
zat chitine. Sehingga merupakan eksoskeleton, sistem syaraf tiga kali. Fauna-
fauna dari filum ini yang terdapat dalam tanah adalah dari kelas arachnid,
crustaceae, insekta, dan myriapoda.(Yuliprianto,2010)
2.6.1 Ciri-ciri filum Arthropoda
Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali
dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas
segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh :
laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu,
udang, lalat / laler, kecoa.
Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki
panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan
bentuk Arthropoda pun beragam.
Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik
selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang
merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi,
tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri
atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan,
kutikula akan mengalami pengelupasan.
Kutikula berfungsi melindungi tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada
tubuh serangga dan dapat menjadi tempat melekatnya otot, terutama yang
berhubungan dengan alat gerak. Otot serangga merupakan otot serat lintang yang
susunannya sangat kompleks. Otot ini diperlukan untuk melakukan gerakan yang
cepat.
Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen
(perut) yang bersegmen-segmen. Pada laba-laba dan udang, kepala dan dadanya
bersatu membentuk sefalotoraks, tetapi ada juga spesies yang sulit dibedakan
antara kepala, toraks, dan abdomennya, seperti pada lipan. Pada tiap-tiap segmen
tubuh ada yang dilengkapi alat gerak dan ada juga yang tidak dilengkapi alat
gerak.
Hewan arthropoda memiliki organ sensoris yang sudan berkembang, seperti
mata, penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium.
Tingkat perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung di bagian dorsal. Sistem
peredaran darahnya merupakan sistem peredaran darah terbuka yang tidak
memiliki kapiler darah. Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh
tubuh. Hewan arthropoda yang hidup di air ada yang bernapas dengan
menggunakan insang, sistem trakea, paru-paru buku, atau pada beberapa spesies
melalui permukaan tubuh. Sistem ekskresi menggunakan saluran malpighi. Sistem
saraf dinamakan sistem saraf tangga tali karena terdiri atas dua ganglion dorsal
yang memiliki dua saraf tepi. Setiap saraf trepi dihubungkan oleh saraf melintang
sehingga merupakan tangga tali. Sistem pencernaan dimulai dari mulut, usus, dan
anus. Mulut ada yang berfungsi untuk menjilat seperti pada lalat, menusuk dan
menghisap seperti pada nyamuk, serta menggigit seperti pada semut.
Anggota filum arthropoda dapat dibedakan menjadi hewan jantan dan
betina. Fertilisasi arthropoda terjadi secara internal. Telur banyak mengandung
kuning telur yang tertutup oleh cangkang. Hewan arthropoda ada yang mengalami
metemorfosis sempurna, metemorfosis tidak sempurna, dan ada yang tidak
bermetamorfosis.
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada
juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah
pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan). Individu yang
dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda
terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda
sehingga bersifat dioseus (berumah dua). Hasil fertilisasi berupa telur.
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit,
komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini,
misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.Habitat
penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir,
dan padang rumput
Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta= kulit) memiliki kulit yang keras.
Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini. Umumnya hewan
Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada yang hidup di darat.
Hewan ini memiliki ciri khas, yaitu rangka luar dari kitin yang keras.
Rangka luar ini keras karena mengandung zat kapur. Hewan yang tergolong kelas
Crustcea kebanyakan hidup di laut, sperti kutu air, udang karang, dan kepiting.
Selain itu ada pula yang hidup di air tawar atau di darat pada tanah yang lembab.
Tubuh hewan kelas ini terdiri atas sefalotoraks dan abdomen. Pada kepala
terdapat sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Pada toraks udang dan
kepiting terdapat lima pasang kaki yang terdiri atas satu pasang kaki ginting dan
empat pasang kaki jalan. Kaki gunting berfungsi untuk menjepit mangsanya. Pada
setiap abdomen terdapat kaki renang. Pada ujung abdomen terdapat kaki daun
(uropod). Uropod terletak diantara sisi ekor yang mendatar (telson).
Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas berdasarkan ukuran tubuhnya,
yaitu Entomostraca dan Malacostraca. Beberapa Crustacea kecil hidup melayang-
layang di laut, bersama binatang kecilainnya membentuk zooplankton.
Zooplankton Crustacea memiliki antenna panjang dan bulu sikat yang dapat
membantu memperluas bidang permukaan tubuhnya dan mencegah supaya
zooplankton tidak dapat tenggelam.
Selain spesies Crustacea yang hidup di air laut, terdapat juga beberapa
Crustacea yang hidup di air tawar. Contoh Crustacea kecil yang hidup di air tawar
adalah Daphania pulex dan cyclop. Daphania pulex memiliki ukuran tubuh yang
sangat kecil dan cyclop pun memiliki ukuran yang sangat kecil juga.
Entomostraca umunya sebagai zooplankton untuk memakan ikan. Spesies
udang tingkat rendah, seperti cyclop yang bermata satu dan kutu ikan (Argulus
indicus) merupakan parasit pada beberapa spesies ikan dan kepiting. Malacostraca
merupakan
Crustacea tingkat tinggi dan merupakan bagian terbesar dari kelas Crustacea.
Semua anggota kelompok ini bersifat makroskopis.
Malacostraca ada yang hidup di laut dan ada pula yang hidup di air tawar.
Malacostraca memiliki mata faset dan memiliki pembungkus sefalotoraks yang
dinamakan karapaks. Pernapasan menggunakan insang yang terdapat di bawah
karapaks. System pencernaan terdiri atas mulut yang dilengkapi gigi yang kuat,
esophagus, lambung, usus halus, kelenjar pencernaan, dan anus.
System peredaran darah pada Malacostraca merupakan system peredaran
darah terbuka. Jantung merupakan organ pada system peredaran darah
Malacostraca. System ekskresi memiliki alat yang dinamakan kelenjar hijau
(green glands) yang berfungsi membuang zat-zat yang bersifat sampah dari darah.
Hewan ini memiliki system saraf tangga tali. Organ sensoris telah berkembang
dengan baik, seperti mata faset, antenna, dan alat keseimbangan pada dasar
antenna yang dinamakan statocyst.
2.7.2 Kelas Arachnida
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota hewan ini
sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah,
semut, capung, jangkrik, belalang,dan lebah. Ciri khususnya adalah kakinya yang
berjumlah enam buah. Karena itu pula sering juga disebut hexapoda. Insecta dapat
hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat. Hewan ini merupakan
satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup
bebas dan ada yang sebagai parasit. Insecta sering disebut serangga atau
heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos
berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta
lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa
banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan
kebiasaannya.
Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan
abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang
antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insecta memiliki
organ perasa disebut palpus. Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan
ketiga. Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya
terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea
merupakan alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula
malpighi, yaitu alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.
Sistem sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus.
Dalam system klasifikasi dapat berbeda antara satu system dan yang
lainnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara ilmuan di dunia
pada system klasifikasi tertentu Diplopoda dan Chilopoda merupakan tingkat
kelas, sedangkan pada system lain Diplopoda dan Chilopoda dikelompokkan
dalam kelas Myriapoda.
a. Ciri-ciri ordo Diplopoda
Tubuh Diplopoda berbentuk bulat memanjang, memiliki banyak
segmen. Tubuhnya ditutupi lapisan yang mengandung garam kalsium dan
warna tubuhnya mengkilap. Kepala memiliki dua mata tunggal, sepasang
antenna pendek, dan sepasang mandibula. Toraksnya pendek terdiri ats 4
segmen. Setiap segmen memiliki sepasang kaki, kecuali segmen pertama.
Hewan kelompok ini memiliki abdomen panjang, tersusun atas 25 hingga
lebih dari 100 segmen, bergantung pada spesiesnya. Setiap segmen memiliki
2 pasang spirakel, ostia (lubang), ganglion saraf, dan 2 pasang kaki yang
terdiri atas tujuh ruas.
Hewan yang tergolong Diplopoda tidak memiliki system pencernaan
yang lengkap. System pencernaanya disusun oleh sustu saluran lurus dengan
2 atau 3 pasang kelenjar ludah. Di daerah ujungnya terdapat 2 saluran
Malphigi panjang untuk ekskresi. System peredaran darah pada Diplopoda
merupakan system peredaran darah terbuka. Alat reproduksinya dinamakan
gonopod, berada pada segmen yang ke-7. fertilisasi pada Diplopoda terjadi
secara internal. Hewan betina ordo ini membuat sarang untuk menyimpan
telur.
Hewan ordo Diplopoda hidup di tempat gelap yang lembab, misalnya
di bawah batu atau kayu yang terlindungi dari matahari. Memiliki antenna
yang digunakan untuk menunjukkan arah gerak. Kakinya bergerak seperti
gelombang sehingga pergerakkannya sangat lambat. Makanan ordo
Diplopoda adalah sisa tumbuhan atau hewan yang telah mengalami
pembusukkan.
Jika ada bahaya, tubuhnya menggulung seperti benda mati sebagai
upaya untuk mempertahankan diri. Ordo ini memiliki kelenjar yang dapat
menyemprotkan cairan yang mengandung sianida dan iodium untuk
mengusir musuhnya. Contoh ordo ini adalah kaki seribu (Spirobolus sp).
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Sampel
2. Buku penuntun
3. Alat tulis menulis
Pada tahapan ini, praktikan melakukan response tulis dengan diberi soal-
soal sehubungan dengan materi yang akan dilaksanakan pada praktikum tersebut
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki praktikan terhadap
praktikum yang akan dilaksanakan. Setelah melakukan responsi umum, kegiatan
praktikum dilakukan dengan melakukakan pengambilan data melalui pengamatan
terhadap sampel fosil yang diberikan yang dituliskan pada lembar kerja.
1.2.3 Tahapan Analisis Data
Pada tahapan ini, praktikan melakukan analisi data yang telah di ambil pada
tahapan sebelumnya yang kemudian dikembangkan untuk pembuatan laporan
sebagai hasil dari praktikum tersebut.
Pada tahapan ini kami membuat laporan berdasarkan analisis data yang telah
kami asistensikan sehingga menghasilkan laporan lengkap praktikum. Adapun
diagram alur tahapan praktikum, sebagai berikut :
Tahapan
Pendahuluan
Tahapan
Praktikum
Tahapan
Analisis Data
Tahapan
Pembuatan Laporan
Fosil ini termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Trilobite, ordo Asaphida,
family Homotelusidae, genus Homotelus dan termasuk dalam spesies Homotelus
bromidensis ESKER..
Selama proses terbentuknya fosil ini, terjadi proses pemfosilan yang
disebut dengan mineralisasi, yaitu fosil tersebut mengalami pengantian seluruh
tubuhnya oleh mineral lain sehingga material endapan dari proses ini dapat
berkomposisi sama seperti tulang yang ditempatinya.
Proses pembentukan fosil ini dimulai dengan organisme tersebut mati.
kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air, angin,
atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-material yang tidak
resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu, material-material
sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan
mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi . Seiring
dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Berdasarkan waktu geologi, fosil ini diperkirakan berumur Ordovisium
Tengah (±500-449 juta tahun yang lalu). Fosil ini memiliki kandungan karbonat
atau bersifat karbonatan sehingga berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa
lingkungan pengendapannya adalah di laut dangkal.
Kegunaan dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada zaman
Ordovisium Tengah (±500-449 juta tahun yang lalu) , penentuan umur relatif
batuan dan penentuan lingkungan tempat fosil tersebut diendapkan. Fosil ini
berbentuk Byfuring dan Bagian tubuh berupa test.
Fosil ini termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Trilobite, ordo Protostomia,
family Dalmanitinaniade, genus Dalmanitina dan termasuk dalam spesies
Dalmanitina socialis (BARR.).
Selama proses terbentuknya fosil ini, terjadi proses pemfosilan yang
disebut dengan mineralisasi, yaitu fosil tersebut mengalami pengantian seluruh
tubuhnya oleh mineral lain sehingga material endapan dari proses ini dapat
berkomposisi sama seperti tulang yang ditempatinya.
Proses pembentukan fosil ini dimulai dengan organisme tersebut mati.
kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media geologi berupa air, angin,
atau es ke daerah cekungan selama transportasi, material-material yang tidak
resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material yang
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Bersamaan dengan itu, material-material
sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah batuan akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk dan
mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi . Seiring
dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen terlitifikasi
(pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Berdasarkan waktu geologi, fosil ini diperkirakan berumur Ordovisium
Tengah (±500-449 juta tahun yang lalu). Fosil ini memiliki kandungan silikaan
(SiO2) sehingga berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa lingkungan
pengendapannya adalah di laut dalam.
Kegunaan dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada zaman
Ordovisium Tengah (±500-449 juta tahun yang lalu), penentuan umur relatif
batuan dan penentuan lingkungan tempat fosil tersebut diendapkan. Fosil ini
berbentuk Byfuring dan bagian tubuh berupa test.
Fosil ini berasal dari filum Arthropoda, kelas Trilobite, ordo Phacopida, famili
Phacopinanidae, genus Phacopina, dan dengan nama spesies Phacopina (Vogesina)
lecunafera WOLFART.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah Permineralisasi. Dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Devon Bawah (±395-370 juta tahun yang Lalu).
Kegunaan fosil ini digunakan sebagai penentuan umur relatif batuan dan
penentuan lingkungan sedimentasi batuan yang mengandungnya. Bentuk fosil
berupa Byfuring. Komposisi kimia berupa karbonatan sehingga lingkungan
pengendapan berasal dari laut dangkal dan bagian tubuh berupa test.
4.7 Odontochile hausmanni (BGT)
Fosil ini berasal dari filum Echiodermata, kelas Crinoidae, ordo Comatulida,
famili Saccocomanidae, genus Saccocoma, dan dengan nama spesies Saccocoma
pectinata GOLDF.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.
Bersamaan dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di
daerah cekungan inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material akan
bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dan tekanan tersebut akan
mengakibatkan material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material
sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah permineralisasi, dimana
terdapat proses perubahan mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida (FeS). Dengan adanya proses
ini, fosil akan menjadi lebih berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa tektonik
sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa erosi air,
angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur dari fosil tersebut adalah Jura Atas (±160 – 140 juta tahun yang Lalu).
Kegunaan fosil ini digunakan untuk penentuan umur relatif batuan dan penentuan
lingkungan sedimentasi batuan. Bentuk fosil berupa Radial. Komposisi kimia
berupa karbonatan sehingga lingkungan pengendapan berada di laut dangkal.
Bagian tubuh berupa test.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Aprilia dan Kurniawan. 2013. Kajian Faktor Lingkungan dan Identifikasi Filum
Mollusca, Filum Echinodermata di Ekosistem Padang Lamun Perairan
Pantai Negeri Tulehu Kabupaten Maluku Tengah. Biopendix
FAMILI Homotelusidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Homotelus
Kamis, 21-05-2020 14.30 NURRAHMANI PARAKKASI
Homotelus
SPESIES bromidensis
NO. PERAGA : 170
ESKER
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Thorax
3. Cephalon
4. Pygidium
5. Pleura
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI VI / FILUM
ECHINODERMATA
&ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Echiodermata
KIRENIA KARTIKA D061191093 2 KELAS Crinoidae
ORDO Monobathrida
Dizygocrinusid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
GENUS Dizygocrinus
Kamis, 21-05-2020 14.30 NURRAHMANI PARAKKASI
Dizygocrinus
rotundus
SPESIES
NO. PERAGA :1158 (YANDELL &
SHUMARD)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Madreporit
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI VI / FILUM
ECHINODERMATA
&ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Echiodermata
KIRENIA KARTIKA D061191093 2 KELAS Ophiuroidea
ORDO Encrinasteridae
FAMILI Loriolesteridae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Loriolester
Kamis, 21-05-2020 14.30 NURRAHMANI PARAKKASI
Loriolester
SPESIES mirabilia
NO. PERAGA :355
STURTZ
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Tubefeet
3. Madreporit
1. Test
2. Pygidium
3. Axis
4. Pleura
FAMILI Hemiasteridae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Hemiaster
Kamis, 21-05-2020 14.30 NURRAHMANI PARAKKASI
Hemiaster
SPESIES
NO. PERAGA : 1817 fourneli DESH.
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test 5. Tubefest
2. Piroximal
3. Madreporit
4. Distal
FAMILI Phacopinanidae
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN
GENUS Phacopina
Kamis, 21-05-2020 14.30 NURRAHMANI PARAKKASI
Phacopina
(Vogesina)
SPESIES
NO. PERAGA : 854 lecunafera
WOLFART
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test 5. Axis
2. Thorax
3. Pygidium
4. Pleura
5.
PROSES PEMFOSILAN Permineralisasi
BENTUK FOSIL Byfuring
KOMPOSISI KIMIA Silikaan
UMUR Devon Bawah (±395-370 juta tahun)
LINGKUNGAN
Laut dalam
PENGENDAPAN
KETERANGAN Fosil ini berasal dari filum Arthropoda, kelas
Trilobite, ordo Phacopida, famili Phacopinanidae, genus
Phacopina, dan dengan nama spesies Phacopina (Vogesina)
lecunafera WOLFART.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari
bakteri pembusuk dan tidak mengalami penguraian.
Organisme ini akan mengalami transportasi oleh media
geologi berupa air, angin, atau es ke daerah cekungan
selama transportasi, material-material yang tidak resisten
terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap
material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu
material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang
relatif stabil. Bersamaan dengan itu, material-material
sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah batuan akan terakumulasi, semakin lama material
akan bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan,
dan tekanan tersebut akan mengakibatkan material
terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami
sementasi . Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya
organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan),
sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang terjadi pada fosil ini adalah
permineralisasi. Dimana terdapat proses perubahan
mineral penyusun fosil oleh mineral lain seperti silika
(SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), atau besi sulfida
(FeS). Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih
berat dan lebih awet.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga
endogen berupa tektonik sehingga fosil yang berada di
cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di permukaan,
fosil tersebut akan terkena gaya eksogen lagi yang berupa
erosi air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.
Umur fosil tersebut adalah Devon Bawah (±395-370
juta tahun yang Lalu). Bentuk fosil berupa Byfuring.
Komposisi kimia berupa karbonatan sehingga lingkungan
pengendapan berasal dari laut dangkal dan Bagian tubuh
berupa test.
Kegunaan fosil ini digunakan sebagai penentuan
umur relatif batuan dan penentuan lingkungan
sedimentasi batuan yang mengandungnya.
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI VI / FILUM
ECHINODERMATA
&ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Arthropoda
KIRENIA KARTIKA D061191093 2 KELAS Trilobite
ORDO Phacopida
Odontochilenid
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN ae
GENUS Odontochile
Kamis, 21-05-2020 14.30 NURRAHMANI PARAKKASI
Odontochile
SPESIES heusmanni
NO. PERAGA :307
(BGT.)
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test 5. Pygidium
2. Thorax
3. Axis
4. Pleura
CATATAN : PARAF
ACARA / MODUL
UNIVERSITAS HASANUDDIN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
LEMBAR PRAKTIKUM PALEONTOLOGI VI / FILUM
ECHINODERMATA
&ARTHROPODA
NAMA PRAKTIKAN NIM KELOMPOK TAKSONOMI
FILUM Echiodermata
KIRENIA KARTIKA D061191093 2 KELAS Crinoidae
ORDO Comatulida
Saccocomanida
FAMILI
HARI/TANGGAL JAM ASISTEN e
GENUS Saccocoma
Kamis, 21-05-2020 14.30 NURRAHMANI PARAKKASI
Saccocoma
SPESIES pectinata
NO. PERAGA : 758
GOLDF.
GAMBAR :
KETERANGAN :
1. Test
2. Tubefeet
3. Madreporit
CATATAN : PARAF