KELAS AMPHIBIA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Hewan yang diampu oleh;
SEPTEMBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Dari banyaknya spesies dari kelas Amphibi ini maka dari itu kita harus mampu
membandingkan antara spesies satu dengan yang lainnya melalui pengamatan terhadap
beberapa spesies yang sudah cukup mewakili ordonya untuk mengetahui perbandingan
dari masing-masing spesies tersebut. Diharapkan dengan melakukan praktikum ini
mahasiswa mampu memperdalam pengetahuan tentang filum Amfibia dengan berbagai
strategi pendalaman antara lain dengan pengamatan menggunakan media asli atau buatan
yang berupa hewan utuh maupun potongan tubuh dan disertai dengan diskusi dan berbagai
sumber informasi (Ibrohim dkk. 2000).
1.2.Tujuan Praktikum
Melalui kegiatan pengamatan dan diskusi, diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan
berikut ini.
1. Menujukkan ciri – ciri umum dan bagian-bagian tubuh hewan kelas Amphibi
dengan menggambarkan sketsanya.
2. Membedakan ordo dari anggota kelas Amphibi berdasarkan ciri-ciri morfologi dan
struktur tubuhnya.
3. Menunjukkan struktur bagian-bagian luar (morfologi) tubuh hewan dari kelas
Amphibi.
1.3.Manfaat Praktikum
1.Mahasiswa mampu mengenali ciri – ciri umum dan bagian-bagian tubuh hewan dari kelas
Amphibi.
2.Mahasiswa mampu membedakan anggota ketiga ordo dari kelas Amphibi berdasarkan
ciri-ciri morfologi dan struktur tubuhnya.
3.Mahasiswa mampu mengenali struktur bagian-bagian luar (morfologi) tubuh hewan dari
kelas Amphibi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh
rambut ataupun sisik dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibi berasal dari bahasa
Yunani yaitu Amphi yang berarti dua/rangkap dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi
diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada
umumnya, amphibi mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di
daratan (Zug, 1993).
1. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada Apoda
yang anggota geraknya tereduksi.
2. Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibi yang pada
ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus
sp.
3. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil
(biasanya beracun).
5. Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan
tympanum.
8. Merupakan hewan poikiloterm, yaitu yaitu hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama
dengan suhu lingkungan sekitarnya. Hewan poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi
oleh lingkungan (Adzim, 2013)
Pada fase berudu, amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini
berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa, amphibi hidup di darat dan bernafas
dengan paru- paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan
hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang (Zug, 1993).
Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan
dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan
berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya
berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada
juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak
terdapat stadium larva dalam air. Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara
eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara
eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Amphibi berkembang biak
secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar,
yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986).
Amphibi memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada
mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan
dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi
seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium
cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase
dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat (Jasin,
1992). Amphibi mempunyai susunan otot lidah mula-mulanya berfungsi untuk
menyemprotkan hasil sekresi dari kelenjar lidah (linguales) yang dilengkapi papilla pada
lidahnya dan indera pengecap. Disini juga terdapat kelenjar tunggal glandula intermaksilaris
yang terletak di depan rongga hidung diantara premaksilla dan bermuara di depan ronga mulut
yang berfungsi untuk membasahi lidah dan rima oris sebagai tempat masuknya makanan. Gigi
dapat ditemukan pada tulang spinal, premaksilla, dan dentale serta beberapa tulang dari langit-
langit (Djuhanda, 1982). Kerongkongan adalah salah satu organ pencernaan makanan yang
terletak di sebelah dorsal dari tenggorokan. Kerongkongan pada bangsa amphibi lebih pendek
daripada bangsa reptil karena pada bangsa amphibi tidak mempunyai leher (Kent,1983).
Sistem urinaria: organ utamanya dari sistem ini adalah ginjal, bentuknya memanjang,
berwarna merah pekat. Pada bagian tengahnya terdapat struktur yang memanjang berliku-liku
berwarna merah muda, yaitu glandula suprarenalis yang menghasilkan hormon adrenalin. Urin
yang dihasilkan ginjal, dialirkan melalui ureter pada betina, atau melalui duktus urospermatikus
pada yang jantan, keluar dari kloaka (Mahardono, 1980). Katak jantan terdapat sepasang testis
yang terletak pada permukaan ventral ujung anterior ren berbentuk oval. Setiap testis keluar
sejumlah pembuluh halus yaitu vasa efferensia yang berjalan ke medial kemudian masuk ke
dalam jaringan ren dan berhubungan dengan tubuli celectivi yang selanjutnya bermuara pada
ureter. Ureter berfungsi rangkap yaitu sebagai saluran urine dan saluran sperma (Radiopoetro,
1988).
Lebih dari 2500 jenis amfibia saat ini masih bisa ditemukan di berbagai belahan dunia.
Hewan ini di kelompokkan menjadi 3 yaitu caudata atau urodela (salamander), gymnophionia
atau apoda (Caecilia), dan anura (katak dan kodok).
Urodela disebut juga Caudata, ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,
mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanium. Berbentuk seperti
bengkarung (kadal). Tubuh dapat dibedakan atas kepala, leher, dan badan. Beberapa spesies
memiliki insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagian kepala terdapat mata
yang kecil dan pada beberapa jenis mata mengalami reduksi.Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola
persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodela
memiliki 3 sub ordo, yaitu Meantes, Cryptobranchoidea, dan Salamandroidea (Pough et. al.,
1998).
Gambar 2.1 Salamander (“Clades of Amphibians | Biology for Majors II” n.d.)
2. Ordo Apoda
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki,
sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing, bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor
mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh tulang
atau kulit, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior
terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensori. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk
dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase
dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan
akuatik. Ordo Apoda memiliki 6 famili, yaitu: Lyhthyopidae, Caecilidae, Rhinatrematidae,
Scoleocomorphidae, Uracotyphlidae, dan Typhlonectida (Webb et.al, 1981).
3. Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini
memunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai
leher dan tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada
beberapa famili terdapat selaput di antara jari-jarinya. Membrane tympanum terletak di
permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak
mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi
dilakukan secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal
(Duellman and Trueb, 1986).
METODOLOGI
1. Alat
a. Penggaris/jangka sorong
b. Loupe
c. Lap meja
2. Bahan
a. Media asli berupa bahan segar beberapa jenis katak dan kodok
b. Kloroform
Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Katak Sawah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Dicroglossidae
Genus : Fejervarya
Spesies : Fejervarya cancrivora
2. Katak Pohon
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura
Famili: Rhacophoridae
Genus: Polypedates
Spesies: P. leucomystax
Menurut Pough et al (1998) hewan kelas Amphibi di kelompokkan menjadi 3 ordo
yaitu caudata atau urodela (salamander), gymnophionia atau apoda (Caecilia), dan anura (katak
dan kodok).
DAFTAR PUSTAKA