Anda di halaman 1dari 9

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN

Oleh :
Nama : Laely Cahya Wulandari Permata Putri
NIM : B1A016142
Rombongan : III
Kelompok :1
Asisten : Dasilva Primarindu Nuswantari

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan merupakan hewan vertebrata akuatik yang memiliki kemampuan


fertilisasi secara eksternal. Telur ikan betina akan bersatu membentuk zigot dengan
sperma yang dikeluarkan ikan jantan di air. Selain itu, kemampuan ikan dalam
fertilisasi ialah mampu mengeluarkan telur dan menghasilkan anakan dalam jumlah
yang sangat banyak mencapai puluhan bahkan ratusan. Kemampuan ikan ini
sebenarnya terjadi karena adanya rangsangan dalam ovulasi melalui sekresi hormonal
dalam tubuh ikan tersebut. Kemampuan ikan dalam ovulasi dan pemijahan sangat
bergantung sekali dengan kadar hormon dan efek hormonal dari dalam tubuhnya
dalam keadaan yang stress kadar hormonal ikan akan mengalami penurunan
(Sumantadinata, 1981).
Ikan memiliki hormon gonadotropin hanya kadarnya yang berbeda-beda tiap
spesies. Ikan Mas (Cyprinus carpio) memiliki titer hormon gonadotropin yang tinggi
dalam tubuhnya sehingga laju reproduksinya dapat bertahan konsisten. Sedangkan
ikan jenis teleostei lainnya seperti ikan Nilem (Osteochilus vittatus) memiliki titer
gonadotropin yang naik turun berfluktuatif. Keberadaan kelenjar hipofisis yang
menghasilkan hormon gonadotropin yang banyak menjadikan ikan Mas menjadi donor
universal dan sebaliknya ikan Nilem merupakan resipien. Donor universal dapat
memberikan kelenjar hipofisisnya tepatnya hormon gonadotropinnya sebagai pemicu
dan penginduksi ikan resipien supaya mengalami ovulasi dan memijah
(Sumantadinata, 1981).
Kelenjar hipofisis ikan terdapat di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini
menempel pada infundibulum dengan satu tangkai yang pendek, agak panjang atau
pipih tergantung pada jenis ikannya. Suatu lekukan tulang pada lantai otak yang
disebut cella turcica melindungi kelenjar ini. Pengambilan kelenjar ini yaitu dengan
membuka tulang tengkorak dan otak diangkat, biasanya butir kelenjar hipofisis akan
tertinggal di dalam cella turcica (Sumantadinata, 1981).

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk merangsang ikan untuk ovulasi dan
memijah dengan induksi kelenjar hipofisis.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah akuabidest, ikan
mas (Cyprinus carpio) dan ikan nilem (Osteochilus vittatus).
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alat bedah, spuit
volume 1 cc, beaker glass, tabung Eppendorf, stereofoam, ember plastik, cawan arloji,
sentrifugator, pisau besar dan kecil, dan akuarium.

B. Cara Kerja

1. Ikan nilem diaklimatisasi selama 3 sampai 4 hari.


2. Ikan mas matang kelamin diletakkan di atas stereofoam lalu dipotong
kepalanya sampai putus tepat di belakang operkulum.
3. Kepala ikan mas diletakkan dengan mulut menghadap ke atas lalu dipotong
bagian kepala mulai tepat dari nostril di atas otak sampai putus sehingga
tengkorak kepala terbuka.
4. Kelenjar hipofisis diambil menggunakan pinset.
5. Kelenjar hipofisis dimasukkan ke dalam cawan arloji berisi akuabides 1 cc lalu
digerus sampai lumat. Hasil gerusan tersbeut dimasukkan ke dalam tabung
Eppendorf sebanyak 1,5 cc.
6. Tabung berisi hasil gerusan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan disentrifus
selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
7. Sebelum diinjeksikan ke ikan nilem, supernatan diambil sebanyak kebutuhan
dosis (1,8 cc) atau rasio (2,1 cc) lalu ditambahkan akuabides sesuai kebutuhan
pengamatan.
8. Kedua ikan tersebut dimasukkan ke dalam bak penampungan yang diberi aerasi
sampai memijah.
9. Waktu yang diperlukan untuk memijah diamati.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Pemijahan pada Perlakuan Rasio Rombongan III

Kelompok Rasio Memijah Tidak Memijah


1. 1:3 √ -
2. 1:3 - 
3. 1:3 - 
4. 1:2 - 
5. 1:2 - 

Tabel 3.2 Hasil Pemijahan pada Perlakuan Dosis Rombongan IV


Kelompok Dosis Memijah Tidak Memijah
1. 0,2 - 
2. 0,3 - 
3. 0,3 - 
4. 0,4 - 
5. 0,4 - 

Keterangan:
√ = Berhasil memijah
- = Tidak memijah
B. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 12 jam didapatkan hasil


bahwa setelah penyuntikan ekstra kelenjar hipofisis pada ikan donor dengan cara
penyuntikan intramuskular melalui otot di bawah sirip punggung pada sisik ke tiga
oleh Rombongan III dan Rombongan IV. Induksi dilakukan dengan memperhatikan
dua variabel, yaitu rasio jantan dan betina dan dosis dari hipofisasi. Terjadi pemijahan
pada rasio 1:3 oleh kelompok 1 rombongan III. Perlakuan hipofisasi dilakukan dengan
memberikan dosis 0,2 cc ;0,3 cc; dan 0,4 cc pada ikan nilem jantan untuk Rombongan
IV. Hal ini disebabkan karena sebelum terjadi pemijahan dari ikan jantan dan betina,
ikan nilem betina telah mati terlebih dahulu. Percobaan yang tidak berhasil mungkin
disebabkan oleh lingkungan yang tidak kondusif sehingga ikan mengalami stres dan
hormon yang ada tidak memberikan respon. Teknik penyuntikan yang dilakukan juga
kurang sempurna sehingga menyebabkan sisik ikan resipien lepas sehingga
menghambat proses pemijahan yang terjadi. Hormon yang berperan pada proses
pemijahan adalah gonadotropin yaitu Leuteinizing Hormone (LH) dan Folicle
Stimulating Hormone (FSH). Hormon gonadotropin tersebut dihasilkan oleh kelenjar
adenohipofisa yang akan merangsang proses pemasakan ovulasi, sehingga pada
akhirnya merangsang induk betina untuk memijah. Kedua gonadotropin (GTH),
follicle-stimulating hormone (FSH), dan Leuteinizing Hormone (LH) adalah hormon
kunci dalam kontrol endokrin reproduksi vertebrata. Kedua hormon ini heterodimerik,
terikat non-kovalen dengan glikoprotein yang terdiri dari subunit α yang umum dan
hormon subunit β tertentu. Setiap subunit dikodekan oleh tunggal, gen terpisah. FSH
dan LH diproduksi dalam gonadotropin hipofisis, dan diangkut dengan aliran darah ke
gonad tempat mereka mengatur berbagai tahap pertumbuhan dan pematangan sel benih
(Weiltzien et al., 2003).
Mekanisme kerja hormonal hiposis diawali adanya faktor lingkungan yang
berupa stimulasi atau rangsangan yang dapat ditangkap oleh indera ikan (misalnya
kulit). Informasi yang diterima dari indera ikan akan diteruskan ke hipotalamus
melalui sel syaraf, sehingga hipotalamus akan terangsang untuk memproduksi hormon
gonadotropin serta FSH dan LH. Hormon ini akan mempengaruhi testis dan ovarium
untuk memproduksi estrogen dan progesteron untuk menghasilkan sperma dan sel
telur. Hipofisis mensekresi sejumlah hormon yang mengatur kelenjar endokrin lain
(hormon trofik) atau secara langsung mempengaruhi metabolisme. Fungsi yang paling
khas dari dari hipofisis anterior adalah mengeluarkan hormon-hormon yang
mempengaruhi aktivitas-aktivitas kelenjar endokrin lain, terutama menyangkut
reproduksi (Hardjamulia, 1980). Cepatnya waktu laten pada perlakuan diduga karena
dosis hormon gonadotropin sintetik paling tinggi, sehingga menyebabkan aktivitas
pengeluaran feromonnya makin cepat oleh induk betina untuk ovulasi. Respon
feromon menyebabkan terjadinya peningkatan hormon neurofisa, sehingga bila
kadarnya telah mencapai tingkat tertentu mengakibatkan pengeluaran telur oleh induk
betina semakin cepat (Saputra et al., 2015)
Sumantadinata (1981), menyatakan bahwa ikan donor sebaiknya
menggunakan ikan yang masak kelamin, karena kelenjar hipofisanya mengandung
gonadtropin dalam jumlah maksimal, sedangkan ikan yang baru memijah mengandung
gonadotropin dalam jumlah sedikit atau bahkan tidak ada. Kelenjar hipofisis ikan
terletak di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini menempel pada infudibulum dengan
satu tangkai yang pendek, agak panjang atau pipih bergantung pada jenis ikan. Suatu
lekukan tulang pada lantai otak yang disebut sella tursica melindungi khusus kelenjar
ini. Tulang tengkorak harus dibuka sehingga otak dapat diangkat untuk mengambil
kelenjar ini. Butir kelenjar hipofisa akan tertinggal di dalam sella tursica. Kelenjar
hipofisis terdiri dari dua bagian utama yaitu neurohipofisa dan adenohipofisa. Peranan
kelenjar hipofisis sangat vital terhadap kehidupan karena dari kelenjar inilah
dihasilkan berbagai macam hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangbiakan. Hormon yang sangat penting sehubungan dengan pemijahan dan
pembiakan ikan adalah gonadotropin. Perkembangan telur mencapai ovulasi (akhir
pematangan) diatur oleh hormon gonadotropin, yang dibentuk dan disimpan dalam
kelenjar pituitari atau hipofisa, seperti FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) kontinyu diproduksi dan dikeluarkan ke dalam aliran darah.
Sedangkan organ target gonadotropin dan steroid adalah ovulasi. (More et al., 2010).
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemijahan yaitu suhu, lingkungan,
teknik penyuntikan, keadaan fisiologis ikan, cahaya dan arus air serta sifat fisik dan
kimia. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemijahan diantaranya adalah
kematangan gonad, tingkat stres, dosis kelenjar hipofisis dan makanan. Ikan yang
akan digunakan haruslah yang telah benar-benar matang kelamin. Jika yang digunakan
belum matang kelamin maka ikan tersebut tidak dapat memijah ataupun volume
kelenjar hipofisisnya masih sedikit. Stres yang dialami oleh ikan dapat disebabkan
karena adanya sisik yang terkelupas, lamanya waktu penyuntikan, kualitas airnya tidak
sesuai dengan habitat ikan. Pemberian dosis yang kurang tepat dapat mempengaruhi
kecepatan ikan dalam memijah, hal ini berarti supaya ikan tersebut memijah dalam
waktu yang relatif cepat diperlukan dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Makanan yang diberikan pada ikan haruslah yang mencukupi dalam hal kebutuhan
nutrisinya, hal ini karena ikan yang memijah memerlukan pasokan nutrisi yang cukup
banyak untuk mensuplai telurnya (Bagnara, 1988).
Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk yang
tidak mau memijah secara alami tetapi memiliki nilai jual tinggi dengan kelenjar
hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan
seperti gonadotropin (Susanto, 1996). Kelenjar hipofisis akan menghasilkan hormon
yang berperan dalam kegiatan seksual dan gonadotropin. Terdapat tiga macam hormon
thyropin yang berfungsi mengatur kerja thyroid dan gonadotropin yang dihasilkan oleh
sel chianophil yang terletak pars distalis, dan berperan dalam pematangan gonad serta
mengawasi sekresi hormon-hormon yang dihasilkan oleh gonad, dimana hormon
tersebut berperan dalam proses pemijahan. Keberhasilan reproduksi dikendalikan oleh
sekresi hormon gonadotropin-releasing (GnRH) dari otak, di mana pelepasan tonik
diatur oleh umpan balik negatif dari steroid seks gonad, dan pelepasan preoperasi
seperti pada wanita diatur oleh umpan balik positif dari steroid (Qi et al., 2017).
Teknik hipofisasi memerlukan ikan donor dan ikan resipien yang telah
memenuhi syarat. Ikan donor merupakan ikan yang akan diambil kelenjar hipofisisnya
dapat untuk memijahkan ikan resipien, sedangkan ikan resipien merupakan ikan yang
diinduksi dengan ekstrak kelenjar hipofisis yang berasal dari ikan donor. Syarat dari
ikan resipien antara lain ikan harus benar-benar masak kelamin, sehat dan memiliki
berat tubuh ideal yaitu antara 150 gram/ekor-200 gr/ ekor. Ikan donor harus sudah
matang kelamin dan benar-benar sehat (Pickford & Atz, 1957). Hardjamulia (1980),
menyatakan syarat ikan donor yang digunakan yaitu masak kelamin dan tidak boleh
mati (tidak lebih dari 2 jam), beratnya 2x ikan resipien. Ikan resipien adalah jenis yang
sama mempunyai berat 0,5x ikan donor. Perbandingan ikan donor dan resipien yang
digunakan adalah 3:1 yaitu 3 jantan dan 1 betina.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulan bahwa ikan


mas merupakan ikan donor sedangkan ikan nilem merupakan ikan resipien. Faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan yaitu suhu, lingkungan, kematangan gonad,
teknik penyuntikan, keadaan fisiologis ikan, cahaya dan arus air serta sifat fisik dan
kimia. Pemijahan kelenjar hipofisis menggunakan teknik hipofisasi dengan perlakuan
berupa rasio mengakibatkan pemijahan.
DAFTAR PUSTAKA

Bagnara, T., 1988. Endokrinologi Umum. Surabaya: Airlangga University Press.


Hardjamulia, A., 1980. Pembenihan Ikan dengan Teknik Hipofisasi. Bogor: Balai
Penelitian Perikanan Darat.
More, P. R., Bhandare, R.Y., Shinde, S. E., Pathan, T. S., & D. L. Sonawane., 2010.
Comparative Study of Synthetic Hormones Ovaprim and Carp Pituary Extract
Used in Induced Breeding of Indian Major Carps. Libyan Agriculture
Research Center Journal Internation, 1(5), pp. 288-295.
Qi, X., Zhou, W., Wang, Q., Guo, L., Lu, D., & Lin, H. 2017., Gonadotropin-Inhibitory
Hormone, the Piscine Ortholog of LPXRFa, Participates in 17b-Estradiol
Feedback in Female Goldfish Reproduction. Endocrinology. 158, pp. 860–873.
Saputra, A., Muslim, Fitriani, & Mirna., 2015. Pemijahan Ikan Gabus (Channa striata)
dengan Rangsangan Hormon Gonadotropin Sintetik Dosis Berbeda. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 3(1), pp. 1-9.
Sumantadinata, K., 1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia.
Sastra Budaya, Bogor.
Susanto, H., 1996. Budidaya Kodok Unggul. Jakarta: Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai