PERKEMBANGAN HEWAN
GAMETOGENESIS
OLEH:
LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gametogenesis
Gametogenesis adalah proses pembentukan, pembelahan dan pematangan
sel gamet menjadi sel gamet yang siap berperan dalam proses reproduksi yang
berlangsung di dalam gonad. Pada jantan disebut spermatogenesis sedangkan pada
betina disebut oogenesis. Baik spermatogenesis maupun oogenesis melibatkan
dua proses pembelahan sel, yaitu mitosis dan meiosis (Sumarmin, 2016).
Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada
jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman.
Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan
telofase. Fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat
perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan. Pada hewan
terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat
telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah, sedangkan meiosis adalah
pembelahan sel dari sel induk menjadi dua sel anak dengan reduksi kromosom,
misalnya pembelahan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama proses
reproduksi manusia (Campbell et al., 2010).
2.2. Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses yang terorganisir dengan baik yang
melibatkan urutan fase proliferasi dan diferensiasi sel yang menghasilkan jumlah
spermatozoa yang tidak terbatas selama kehidupan hewan jantan.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma (gamet jantan) yang
berlangsung di testis, terutama di Tubulus seminiferus (Susilawati, 2011).
Testis mamalia terdiri dari ratusan Tubulus seminiferus, yang merupakan
bagian terpenting dalam proses pembentukan sperma. Bagian yang terdekat
dengan dinding Tubulus seminiferus, terdapat spermatogonia yang merupakan sel
diploid pembentuk sperma yang belum terdiferensiasi. Tahapan pembentukan
sperma dimulai dengan pembentukan spermatogonia tipe A, spermatogonia 1n,
Universitas Sriwijaya
spermatogonia tipe B, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan
yang terakhir adalah spermatozoa (Kaiin, 2017).
Setiap spermatozoa akan menghasilkan empat spermatozoa muda.
Spermatozoa yang masih muda memiliki protoplasmic droplet yang terdapat pada
bagian leher yang akan menghilang setelah mengalami maturasi di epididimis.
Hal ini yang menjadikan pembeda antara spermatozoa muda dengan dewasa.
Spermatozoa secara umum terdiri dari beberapa bagian di antaranya kepala yang
di dalamnya mengandung nukleus, DNA, sentriol dan enzim-enzim yang
berfungsi untuk membantu menembus lapisan-lapisan ovum saat terjadinya
fertilisasi. Leher yaitu bagian yang di dalamnya mengandung mitokondria sebagai
tempat penghasil energi yang akan digunakan untuk motilitas yang diperankan
oleh ekor spermatozoa (Pratiwi et al., 2019).
2.3. Oogenesis
Oogenesis merupakan awal dari proses ovulasi. Oogenesis adalah proses
pembentukan ovum di dalam ovarium dan di dalam ovarium terdapat oogonium
atau sel indung telur. Pertumbuhan sel telur meliputi peningkatan diameter sel
telur, pembesaran organel dan disertai dengan perubahan atau perkembangan inti
sel dan sitoplasma (Sonjaya et al., 2016).
Proses oogenesis terdiri dari beberapa tahap, yaitu oogonium mengalami
pembelahan mitosis menjadi oosit primer. Oosit primer mengalami meiosis (tahap
I) yang menghasilkan dua sel anak dengan ukuran berbeda. Sel anak yang terbesar
adalah oosit sekunder yang bersifat haploid (n). Ukurannya lebih besar dari yang
lain karena mengandung lebih banyak sitoplasma daripada oosit primer lainnya.
Sel anak terkecil disebut badan kutub (polar body) pertama yang kemudian
membelah lagi (Zahri et al., 2021).
Bersamaan dengan oogenesis juga terjadi folikulogenesis, yaitu
pembentukan folikel. Oosit yang terbentuk dari proses oogenesis pada setiap
tahapnya akan dikelilingi oleh lapisan sel epitel. Pada saat oosit primer hanya
terdapat satu lapis sel epitel (granula) disebut dengan folikel primer dan sudah
terbentuk lapisan zona pelusida. Selanjutnya terus mengalami perkembangan
menjadi folikel sekunder yang ditandai dengan adanya tiga atau lebih lapisan
Universitas Sriwijaya
granula dan terbentuk sel teka internal. Folikulogenesis distimulasi oleh hormon
FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan proses ovulasi distimulasi oleh hormon
LH (Luteinizing Hormon). Folikulogenesis merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan folikel yang terjadi di ovarium (Junardi et al., 2010)
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai
berikut :
No Gambar Keterangan
1. Sel Sperma Vertebrata
2 4 6
2. Spermatogenesis
1
a. Mitosis
b. Meiosis I
a
2 c. Meiosis II
b d. Diferensiasi
3
c 1. Spermatogonium
4 2. Spermatosit primer
d 3. Spermatosit sekunder
4. Spermatid
5
5. Spermatozoa
Universitas Sriwijaya
3. Sel Ovum Vertebrata
1 2
3
1. Nukleus
2. Folikel sel korona radiata
4
3. Sitoplasma
5 4. Zona pullusida
5. Membran viteline
4. Oogenesis
a. Mitosis
a 1 b. Meiosis I
b c. Meiosis II
2 d. Diferensiasi
3
c 4
1. Oogonium
5 2. Oosit primer
3. Oosit sekunder
4. Badan polar I
6 5. Ootid
d
6. 3 badan polar II
7. Ovum
7
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai
gametogenesis pada hewan didapatkan hasil bahwa gametogenesis pada jantan
disebut spermatogenesis sedangkan pada betina disebut oogenesis. Menurut
Yatim (2009), mengemukakan bahwa proses spermatogenesis dimulai dengan
tumbuhnya spermatogonia menjadi sel yang lebih besar yang disebut spermatosit
primer. Sel-sel ini membelah menjadi dua spermatosit sekunder dengan ukuran
yang sama besar yang kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat
spermatid dengan ukuran yang sama besar juga. Suatu proses pertumbuhan dan
diferensiasi yang kompleks, tetapi bukan pembelahan sel, mengubah spermatid
menjadi sperma fungsional.
Oogenesis terjadi saat bayi berusia 5 bulan dalam kandungan. Proses
oogenesis akan berlanjut sampai oosit primer membelah secara meiosis. Menurut
Sumarnin (2006), menyatakan bahwa oogonium akan berkembangbiak secara
mitosis membentuk oosit primer, kemudian oosit primer akan mengalami meiosis
I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan badan polar I (poliosit primer).
Selanjutnya oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan satu
sel besar yang disebut ootid dan satu sel yang lebih kecil badan polar kedua
(poliosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar
kedua, akhirnya ada 3 badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi
ovum dan oogenesis setiap satu oogonium.
Struktur morfologi sperma pada hewan vertebrata memiliki ukuran yang
berbeda-beda tapi bentuknya hampir sama. Menurut Susilawati (2011),
menyatakan bahwa pada kepala sperma berbentuk oval dan terdapat akrosom,
sedangkan dan pada ekor secara anatomis terdapat bagian midle piece, principal
piece dan bagian ekor yang terdapat central axonemal yang terdapat 9+2
mikrotubulus, dan di balut dengan outer fibril, lapisan mitochondria yang
membentuk kolom longitudinal pada dorsal dan ventral dan circumferial ribs.
Struktur morfologi ovum yang terdiri dari corona radiata dan zona
pelusida. Corona radiata terletak pada permukaan sitoplasma di bawah membran
telur. Corona radiata ini berperan penting dalam reaksi fertilisasi yang
mengandung glikoprotein. Menurut Sumarmin (2016), menyatakan bahwa corona
Universitas Sriwijaya
radiata ini dibentuk dari membran kompleks golgi dan kemudian bergerak ke
permukaan oosit. Selanjutnya ada zona pelusida atau membran vitelin dapat
dikatakan sebagai selubung yang mengelilingi telur yang dapat ditemukan di
selubung jelly pada telur katak, putih telur dan cangkang burung.
Menurut praktikum yang telah dilakukan dari hasil didapatkan faktor yang
dapat mempengaruhi proses spermatogenesis ialah perubahan suhu, kekurangan
gizi, paparan sinar radiasi, pemakaian alkohol, perubahan kadar hormon
testosteron dan kerusakan dna pada sperma. Sedangkan faktor yang dapat
mempengaruhi proses oogenesis ialah Follicle Stimulating Hormone, Luteinizing
Hormone, Hormon Estrogen, dan Hormon Progesteron.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Campbell., Reece., dan Mitchel. 2010. Biologi Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Junardi., Tri, R, S., dan Edy, Y. 2010. Gametogenesis Cacing Nipah Namalycastis
rhodochorde. Jurnal Ilmu Dasar. 11(1) : 41.
Kaiin, E, M. 2017. Transplantasi Sel Punca Bakal Sel Gamet Untuk Mempelajari
dan Memanipulasi Spermatogenesis. Jurnal BioTrends. 8(2) : 1-6.
Pratiwi, H., Aulia, F., dan Herawati. 2019. Embriologi Hewan. Malang : UB Press.
Sonjaya, H., Muhammad, A., Hasbi., Lellah, R., dan Sri, G. 2016. Pengaruh
Waktu Maturasi Oosit Terhadap Keberhasilan Produksi Embrio Sapi Bali
Secara In Vitro. Seminar Nasional Biotek 4. Universtas Gadjah Mada.
Zahri, A., Moses, T., dan Farida. 2021. Oogenesis Pada Sidat (Anguilla bicolor
bicolor Mc Clelland) Hasil Feminisasi Kombinasi Hcg, Mt dan Anti
Dopamin. Jurnal Ruaya. 9(2) : 49-61.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
DOKUMENTASI PLAGIARSM
Universitas Sriwijaya
Plagiarsm Bab 4 Pembahasan
(Sumber : https://www.duplichecker.com/id)
Universitas Sriwijaya