Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN

PERCOBAAN V
SIKLUS ESTRUS DAN APUSAN VAGINA

OLEH :
NAMA : GIAN PURNAMA SARI
STAMBUK : F1D120008
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : NI MADE MAITRI SARASWATI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reproduksi secara seksual merupakan salah satu cara makhluk hidup

berkembangbiak dan untuk memperbanyak diri. Siklus estrus adalah salah satu

fase dalam perkembangan sistem reproduksi yang di alami oleh hewan tingkat

tinggi, misalnya seperti primata dan hewan mamalia lainnya. Siklus estrus

ditandai dengan adanya estrus (birahi). Tahap ini betina biasanya berada dalam

fase siap kawin. Hewan ketika berada pada fase estrus, di dalam ovarium hewan

betina akan terjadi perubahan karena sedang terjadi ovulasi dan uterusnya berada

pada fase yang tepat untuk implantasi untuk. Peristiwa ini disebut sebagai masa

atau siklus estrus.

Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap proestrus ,

estrus, metestrus, dan diestrus. Hewan-hewan monoestrus merupakan hewan

yang mengalami satu kali masa estrus dalam siklus hidupnya, sedangkan hewan-

hewan poliestrus menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap tahun apabila

tidak diganggu oleh kehamilan. Terjadinya birahi ditimbulkan oleh hormon seks

betina, yakni estrogen yang dihasilkan oleh folikel-folikel ovarium. Birahi yang

jelas dapat ditimbulkan pemberian estrogen.

Siklus estrus sangat dipengaruhi oleh hormon esterogen dan progesteron

yang dihasilkan ovarium serta hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH

(luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Siklus estrus dapat

ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Hewan betina saat

mengalami siklus estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak, adanya
sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahwa kopulasi telah berlangsung,

dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol. Berdasarkan uraian

diatas maka dilakukan pengamatan mengenai siklus estrus apusan vagina.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara menetukan tahap siklus estrus pada hewan betina serta

mempelajari?

2. Bagaimana mengawinkan hewan jantan dan betina pada saat yang tepat

sehingga memungkinkan hewan betina bunting?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tahap siklus estrus pada hewan betina serta mempelajari.

2. Untuk mengetahui cara mengawinkan hewan jantan dan betina pada saat

yang tepat sehingga memungkinkan hewan betina bunting.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui tahap siklus estrus pada hewan betina serta mempelajari.

2. Dapat mengetahui mengawinkan hewan jantan dan betina pada saat yang tepat

sehingga memungkinkan hewan betina bunting.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Siklus Estrus

Estrus adalah fase yang ditandai oleh penerimaan pejantan oleh hewan

betina untuk berkopulasi, fase ini berlangsung selama 12 jam. Folikel de graaf

membesar dan menjadi matang serta ovum mengalami perubahan-perubahan

kearah pematangan. Fase ini dipengaruh oleh kadar estrogen meningkat sehingga

aktivitas hewan menjadi tinggi, telinganya selalu bergerak-gerak dan punggung

lordosis. Siklus estrus juga akan menunjukan perubahan dalam ovarium betina

karena sedang terjadi ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk

implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus (Nadayatul

dkk., 2017).

Perubahan pola siklus estrus sangat berhubungan dengan perubahan

yang terjadi dalam ovarium. Terhambatnya produksi FSH akan menyebabkan

perkembangan folikel ovarium menjadi terhambat karena pengaruh hormon FSH

mutlak diperlukan dalam proses ini. Masa pertumbuhan folikel hingga mencapai

perkembangan maksimal merupakan fase proestrus pada tikus. Hormon FSH

menginisiasi perkembangan folikel ovarium serta meningkatkan jumlah sel

granulosa, disamping itu peningkatan jumlah sel teka dipengaruhi oleh LH yang

selanjutnya dapat meningkatkan produksi estrogen dan sintesis progesteron

(Megawati, 2005).
B. Fase-Fase Estrus pada Mencit (Mus muscullus L.)

Mencit termasuk (Mus muscullus L.) merupakan hewan poliestrus,

artinya dalam periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang berulang-ulang.

Satu siklus estrus mencit terbagi menjadi 4 fase : proestrus, estrus, metestrus,

diestrus. Proestrus dan estrus adalah masa subur untuk menghasilkan keturunan

bagi mencit, sedangkan fase metestrus dan diestrus adalah masa tidak subur.

Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel ovarium tumbuh

menjadi folikel de graaf dibawah pengaruh FSH. Fase ini berlangsung 12 jam.

Setiap folikel mengalami pertumbuhan yang cepat selama 2-3 hari sebelum estrus.

Sistem reproduksi memulai persiapanpersiapan untuk pelepasan ovum dari

ovarium yang membuat sekresi estrogen dalam darah semakin meningkat

sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan saraf, disertai

kelakuan birahi pada hewan-hewan betina peliharaan (Dikjayati, 2018).

C. Periode Estrus

Periode estrus pada hewan terjadi secara berulang dan membentuk suatu

siklus yang disebut siklus estrus. Siklus estrus merupakan salah satu aspek

reproduksi yang menggambarkan perubahan kandungan hormon reproduksi yang

disebabkan oleh aktivitas ovarium dibawah pengaruh hormon gonadotrophin.

Perubahan kandungan hormon reproduksi selanjutnya menyebabkan perubahan

struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi. Siklus estrus pada mencit

terdiri dari 4 fase utama, yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Siklus ini

dapat dengan mudah diamati dengan melihat perubahan sel-sel penyusun lapisan
epitel vagina yang dapat dideteksi dengan metode apus vagina pewarnaan Giemsa

(Narulita, 2017).

D. Pemantauan dan Penentuan Siklus Estrus

Pemantauan siklus estrus berperan penting pada keberhasilan fertilisasi

dan reproduksi untuk meningkatkan jumlah populasi hewan, khususnya hewan-

hewan dengan status konservasi terancam punah, dengan diketahui saat masa

subur yang umum terjadi di pertengahan siklus, hewan betina dapat dikawinkan

secara alami di penangkaran. Metode pemantauan siklus estrus adalah melalui

pengukuran fluktuasi kadar hormon ovari sepanjang siklus, yaitu hormon estrogen

dan progesteron. Sediaan ulas vagina yang telah diwarnai ditentukan fase siklus

estrusnya melalui identifikasi morfologi sel epitel. Sel epitel yang diamati adalah

bentuk sel parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial serta keberadaan leukosit

yang berbeda-beda pada setiap fasenya. Penentuan awal siklus estrus adalah pada

saat sediaan memperlihatkan sel superfisial yang mendominasi lapangan pandang,

yang berarti hewan berada pada kondisi estrus. Masa estrus ditandai dengan

banyaknya sel superfisial pada sediaan ulas vagina Banyaknya sel superfisial

merupakan respons terhadap meningkatnya kadar estrogen menjelang ovulasi

(Sjahfirdi, 2013).

E. Apusan Vagina

Cara yang digunakan untuk menentukan tahapan deteksi siklus berahi

dapat dilakukan dengan teknik papsmear (ulas vagina), dengan melihat gambaran

epitel vaginanya menggunakan mikroskop sehingga dapat dibedakan menjadi


proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Parameter yang diamati adalah bentuk sel

epitel vagina dan lama waktu (panjang) siklus estrus masa subur fase proestrus

dan estrus mencit betina. Fase proestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel

biasa dan leukosit pada preparat histologi, sedangkan fase estrus ditandai dengan

adanya sel-sel epitel bertanduk. Perhitungan panjang lama waktu siklus estrus

dengan cara mengamati berapa lama waktu siklus estrus mencit setelah pemberian

perlakuan dikurangi dengan lama waktu siklus estrus sebelum pemberian

perlakuan (Busman, 2013).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 April 2021 pada pukul

13.00 – 15.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi Unit Zoologi,

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas

Halu Oleo. Kendari.

B. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan Kegunaan


No. Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Mencit betina (Mus musculus L.) Sebagai objek pengamatan
2. Tisu Untuk membersihkan objek pengamatan
3. Giemsa Untuk mewarnai objek yang diamati
4. NaCl 0,9 % Untuk mnmpertahankan sel agar tetap
seperti kondisi asalnya
5. Cotton bud Untuk mengambil apusan vagina mencit

C. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Mikroskop Untuk mengamati objek pengamatan
2. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
3. Alat tulis Untuk menuliskan hasil pengamatan
4. Kaca objek Untuk meletakkan objek pengamatan
5. Kaca penutup Untuk menutup objek pengamatan yang ada diatas kaca
6. Pipet tetes Untuk mengambil larutan yang akan digunakan
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Masukkan cotton bud yang sudah diusap alkohol 70% ke dalam vagina mencit

dan putar hati-hati.

3. Mengapus di atas kaca objek.

4. Meneteskan larutan giemsa di atas kaca objek dan mengeringkan selama 5

menit.

5. Membilas menggunakan aquades.

6. Menutup menggunakan kaca objek.

7. Mengeringkan preparat dan mengamati di bawah mikroskop.

8. Mendokumentasikan hasil pengamatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Apusan Vagina Mencit (Mus musculus L.)


No. Tahap Gambar Gambar Literatur Keterangan
Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Proestrus Tahap ini merupakan
periode persiapan
dengan adanya
pemacuan pertumbuhan
folikel oleh hormon
perangsang folikel dan
ditandai dengan adanya
sel epitel berinti.
(Anniestasya dkk., 2019)

2. Estrus 1 2 1. Sel epitel berinti


2. Epitel bertanduk
(terkornifikasi).
Fase ini merupakan
tahap birahi, dimana
mencit betina menjadi
agresif dan siap kawin.

(Anniestasya dkk., 2019)

3. Metetrus Tahap ini merupakan


masa dimana corpus
luteum tumbuh cepat
dari sel granulose dan
ditandai dengan adanya
epitel bertanduk
(terlornifikasi) dan h sel
darah putih (leukosit).
(Anniestasya dkk., 2019)
Tabel 2. Lanjutan
1 2 3 4 5
4. Dietrus Tahap ini merupakan
masa pematangan
corpus luteum dan
progesteron yang
mempengaruhi organ-
organ reproduksi dan
ditandai dengan
adanya sel darah putih
(leukosit) dan sel
(Anniestasya dkk., 2019) epitel.

B. Pembahasan

Tipe siklus birahi pada mencit (Mus muscullus L.) adalah poliestrus,

dimana dalam setahun terjadi lebih dari dua kali masa birahi. Siklus hewan ini

berulang secara periodik dengan selang wktu 4–5 hari. Siklus estrus terjadi dalam

empat fase, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Masing-masing

fase pada siklus estrus dapat diamati dengan metode apus vagina. Fase proestrus

merupakan fase persiapan dari siklus birahi, setiap jenis hewan betina yang berada

dalam fase ini mulai menampakan gejala birahi walaupun belum mau menerima

pejantan untuk kopulasi. Folikel de graaf akan tumbuh di bawah pengaruh hormon

FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang mengakibatkan sekresi esterogen

dalam darah meningkat sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan

fisiologis dan syaraf kelakuan birahi pada hewan.

Fase estrus fase berikutnya adalah fase estrus yang ditandai oleh

keinginan birahi dan penerimaan pejantan oleh hewan betina. Fase ini folikel de

graaf membesar dan menjadi matang. Tuba falopii akan menegang, epitel menjadi

matang dan silia aktif serta terjadi kontraksi tuba falopii dan ujung tuba yang
berfimbria merapat ke folikel de graaf. Lendir serviks dan vagina bertambah serta

terjadi banyak mitosis di dalam mukosa vagina dan sel-sel baru yang menumpuk,

sementara lapisan permukaan menjadi squamosa da bertanduk (berkornifikasi).

Sel-sel bertanduk ini terkelupas ke dalam vagina, pada apusan vagina akan

ditemukan sel epithel bertanduk dalam jumlah yang dominan.

Fase Metestrus Berikutnya adalah fase metestrus. Fase ini merupakan

fase lanjutan ketika sistem reproduksi di bawah pengaruh hormon yang diproduksi

oleh corpus luteum. Progesteron menghambat sekresi FSH (Follicle stimulating

hormone) sehingga menghambat pembentukan folikel de graaf dan mencegah

terjadinya estrus. Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan untuk

menerima dan memberi makan embrio, apabila tidak terjadi fertilisasi, uterus dan

saluran reproduksi akan beregresi ke keadaan yang kurang aktif yang sama

sebelum proestrus, disebut diestrus. Fase Diestrus Fase terakhir dan terlama dari

siklus estrus adalah fase diestrus. Tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang

belum tumbuh dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Fase ini disebut

juga dengan fase istirahat karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada

mencit jantan. Apusan vagina akan terlihat banyak sel-sel epithel berinti dan sel

leukosits.

Hewan betina secara fisik, pada siklus estrus mempersiapkan saluran

reproduksi betina bagi kopulasi, sedangkan siklus menstruasi melibatkan

persiapan yang amat rumit agar endometrium siap bagi implantasi sel telur yang

terfertilisasi, jika fertilisasi tidak terjadi penebalan dinding uterus, apapun yang

telah dipersiapkan pada hewan-hewan yang mengalami estrus akan diserap


kembali pada hewan-hewan yang mengalami menstruasi, pelapis-pelapis

hipertrofik meluruh sebagai aliran darah menstruasi. Waktu kawin, pada hewan

yang mengalami siklus estrus, perkawinan hanya terjadi pada fase estrus saja

sedangkan pada primata dan manusia yang mengalami siklus menstruasi

perkawinan dapat terjadi kapan saja.


I. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Siklus estrus terjadi dalam empat fase, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus

dan diestrus. Cara yang digunakan untuk menentukan tahapan deteksi siklus

estrus pada mencit (Mus muscullus L.) dilakukan dengan teknik papsmear

(ulas vagina), dengan melihat gambaran epitel vaginanya menggunakan

mikroskop sehingga dapat dibedakan menjadi proestrus, estrus, metestrus dan

diestrus.

2. Waktu kawin yang tepat pada hewan yaitu pada saat mengalami siklus estrus,

karena pada hewan seperti mencit (Mus muscullus L.) perkawinan hanya

terjadi pada fase estrus, hal ini akan memungkinkan hewan betina bunting.

B. Saran

Saran pada praktikum ini adalah agar praktikan lebih menguasai lagi

penggunaa mikroskop agar pengamatan berjalan lancar. Praktikan juga harus lebih

teliti melihat bahan praktikum yang dibedah agar praktikum berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Busman, H., 2013, Histologi Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus Masa Subur
Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki, Jurnal
MIPA, 1(1): 375.

Dian, M., 2008, Siklus Estrus dan Struktur Histologi Ovarium Tikus Putih
(Rattus Norvegicus L.), Universitas Sebelas Maret, Jawa Tengah.

Huda, N. K., Ramadhan S. dan Yuni A., 2017, Pengaruh Ekstrak Sambiloto
(Andrograpis Paniculata Nees.) terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus
Musculus L. Swiss Webster), Jurnal Eksata, 18(20): 4.

Narulita, E., Prihatin, J., Anam, K. dan Oktavia, F.A.R.H., 2017, Perubahan Kadar
Estradiol dan Histologi Uterus Mencit (Mus musculus L.) Betina dengan
Induksi Progesteron Sintetik, Jurnal Biosfera, 34(3): 1-2.

Sjahfirdi, L., Putri, K. G. P., Pudji A dan Hera M. 2013, Pemeriksaan Profil
Hormon Progesteron Selama Siklus Estrus Tikus (Rattus norvegicus)
Betina Menggunakan Perangkat Inframerah, Jurnal Kedokteran Hewan,
7(1): 32-36.

Anda mungkin juga menyukai