Anda di halaman 1dari 8

KONSEP SPESIASI ALOPATRIK

DAN ANALISIS (NTSYS & MEGA)

Oleh :
Nama : Hayatun Nufus
NIM : B1A019048
Rombongan : IV
Kelompok :3
Asisten :

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi spesies secara morfologis dapat diartikan sebagai sekelompok


individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting yang berbeda dari
kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi, atau biokimia. Spesies
yang terlihat mirip seperti bakteri, dapat dibedakan lebih lanjut berdasarkan
perbedaan urutan DNA dan penanda molekuler lainnya. Definisi spesies secara
biologis dapat diartikan sebagai sekelompok individu-individu yang berpotensi
untuk berkembang biak dengan sesama mereka di alam, dan tidak mampu
berkembang biak dengan individu-individu dari spesies lain (Indrawan et al.,
2007).
Asal muasal spesies baru biasanya merupakan proses yang lambat dan
panjang. Evolusi dari satu taksa yang lebih tinggi seperti marga dan famili bahkan
memerlukan proses yang lebih lama, biasanya perlu ratusan ribu bahkan jutaan
baru. Pemisahan satu spesies dari spesies kerabat terdekatnya menimbulkan
spesies baru. Spesies baru biasanya terjadi karena adanya penghalang geografis
seperti sungai, pegunungan, atau lautan. Penghalang tersebut mencegah
pergerakan individu-individu di antara berbagai populasi. Ketika suatu populasi
mengalami banyak sekali perubahan genetik sehingga tak dapat lagi disilangkan
dengan spesies asal yang menurunkan genetik itu, maka spesies baru telah
dimunculkan (Indrawan et al., 2007).
Proses dari satu spesies asal berkembang menjadi satu atau lebih spesies
baru yang berbeda disebut dengan spesiasi. Individu-individu dalam suatu
populasi mempunyai karakteristik tertentu yang bervariasi dan terkadang
diwariskan secara genetika. Variasi genetik ini juga dapat muncul akibat
perubahan spontan, baik dalam kromosom maupun dalam penyusunan kembali
kromosom selama reproduksi. Komposisi genetik dari populasi berubah dari satu
generasi ke generasi berikutnya sejalan dengan waktu. “Gene pool” (kumpulan
gen) dari populasi sering mengalami perubahan sejalan dengan waktu ketika
lingkungan dari spesies itu berubah. Perubahan genetik ini bersifat biologis yang
mungkin disebabkan ketersediaan pakan, perubahan iklim, ketersediaan air, dan
atau karakteristik tanah. Perubahan genetik yang terus diwariskan hingga suatu
spesies tak dapat disilangkan lagi dengan spesies asal berarti telah memunculkan
spesies baru (Indrawan et al., 2007). Individu yang awalnya satu spesies karena
adanya perubahan-perubahan dalam waktu yang lama, dari generasi kegenerasi
dapat berubah menjadi spesies yang baru. Perubahan dari suatu spesies menjadi
spesies baru dinamakan spesiasi. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
spesiasi adalah isolasi reproduksi, mutasi, hibridisasi, domestikasi [ CITATION Vic08
\l 1057 ].
Ensatina adalah salamander kecil, tumbuh sekitar 3-8 cm. Spesies Ensatina
memiliki banyak variasi warna, tetapi mayoritas berwarna jingga atau kuning di
punggung kaki mereka. Kebanyakan Ensatina dewasa memiliki tubuh berwarna
coklat atau oranye, sedangkan yang muda berwarna coklat tua dengan bintik-
bintik oranye terang di punggung tungkai mereka. Ensatinas memiliki mata yang
besar dan biasanya 12 sampai 13 alur kosta di sepanjang tubuh. Ensatina
merupakan keluarga salamander tanpa paru-paru yang melakukan proses
pernapasan melalui kulit tipis mereka. Ensatina jantan memiliki bibir atas yang
lebih besar dari betina dan ekor yang sangat unik. Ekor Ensatina jantan tampak
membengkak dan bulat, dengan penyempitan yang terlihat di pangkalan, membuat
bagian ini tampak lebih tipis dari yang lain. Ensatina betina biasanya memiliki
ekor yang lebih pendek. Ensatina dapat ditemukan dari ujung barat daya British
Columbia, Kanada, ke bawah pantai Amerika Utara sampai ke puncak
Semenanjung Baja California Meksiko. Ensatina juga dapat ditemukan di lereng
barat pegunungan Cascade dan Sierra Nevada.
B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah:


1. Memahami konsep spesiasi
2. Memahami konsep spesiasi pada ikan
3. Menggunakan software aplikasi komputer yang mendukung penelitian
tentang konsep terjadinya spesiasi
II. TINJAUAN PUSTAKA

Spesiasi alopatrik merupakan spesies baru yang terbentuk karena isolasi


geografik, seperti gunung/bukit atau pergeseran glasier yang dapat memisahkan
organisme secara bertahap. Kekuatan hambatan geografik tergantung bagaimana
kemampuan mobilitas organisme tersebut sehingga memungkinkan terjadinya
perkawinan atau tidak. Spesiasi Simpatrik merupakan spesies baru yang muncul di
dalam lingkungan populasi tetua, yang terjadi karena isolasi genetik, misalnya karena
terjadinya perubahan struktur dan jumlah kromosom[ CITATION Vic08 \l 1057 ].
Spesiasi simpatrik adalah terbentuknya spesies baru dalam suatu wilayah tanpa
adanya penghalang (barrier), namun disebabkan karena adanya isolasi reproduksi
sehingga mencegah aliran gen di antara kelompok dalam populasi. Spesiasi alopatrik
terbentuk karena adanya penghalang dalam suatu wilayah yang mencegah aliran gen
di antara kelompok dalam populasi. Spesiasi paraptrik adalah terbentuknya spesies
baru dalam suatu wilayah karena adanya perkawinan antara dua populasi yang
berdekatan. Spesiasi peripatrik merupakan terbentuknya spesies baru melalui isolasi
populasi luar yang lebih kecil dari yang lainnya, misalnya evoluasi beruang kutub
dan beruang coklat muncul melalui evolusi populasi yang berada di luar persebaran
nenek moyang [ CITATION Set07 \l 1057 ]. Menurut Widiarti et al. (2014) Simpatrik
merupakan suatu kelompok spesies yang memiliki anggota dalam satu tempat yang
sama, sedangkan allopatrik memiliki anggota yang berasal dari daerah yang berbeda.
Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulanatau
perbedaan perilaku (ketika diuji secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi
yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan
interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpan (divergent)
dan kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi
alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi gradual. Spesiasi alopatrik
dipengaruhi oleh fregmentasi habitat akibat perubahan geografis. Populasi yang
terisolasi kemudian mengalami perbedaan genotip dan fenotip sehingga mengalami
tekanan selektif yang berbeda atau secara independen menjalani pergeseran genetik.
Ketika populasi kembali ke dalam kontak, mereka tidak lagi mampu bertukar gen.
Gene pool kecenderungan kecil, kolam genetik terisolasi untuk menghasilkan sifat-
sifat yang tidak biasa (Kottelat et al., 1993).
Spesies cincin (spesies di mana bagian rantai terminal dari subspesies
tumpang tindih dan berperilaku sebagai spesies) historis telah menawarkan salah satu
yang terkuat garis bukti untuk spesiasi bertahap dan untuk spesiasi mode alopatrik
oleh sub- divisi. Berdasarkan distribusi seperti cincin , Robert telah mengusulkan
bahwa spesies tersebut bermula di California Utara dan Oregon dan kemudian
menyebar ke selatan kedua sisi Lembah Tengah, yang terlalu kering dan panas untuk
salamander. Menurut hipotesis Robert , saat populasi perintis pindah ke selatan,
mereka berkembang menjadi beberapa subspesies dengan pola warna baru dan
adaptasi untuk hidup di lingkungan yang berbeda. Ensatina bertemu lagi di
California Selatan sebagai subspesies eschscholtzii dan klauberi , namun masing-
masing telah berevolusi sedemikian rupa sehingga tidak lagi kawin - meskipun
subspesies bercampur satu sama lain di sekitar sisa cincin. Spesies sering ditentukan
oleh ketidakmampuan mereka untuk kawin silang dengan spesies lain, Ensatina
tampaknya telah mewakili seluruh proses spesiasi - semua perubahan bertahap yang
terakumulasi dalam dua garis keturunan dan yang akhirnya membuat mereka tidak
sesuai satu sama lain (David et al., 1989).
NTSYSpc (Numerical Taxonomy System for personal computer) merupakan
sebuah sistem progam statistik yang digunakan untuk mencari dan menunjukkan
struktur dalam data mutltivariate. Progam ini awalnya hanya digunakan dalam
bidang biologi namun juga berkembang meluas untuk digunakan dalam morfometrik,
ekologi, dan banyak disiplin ilmu lainnya seperti sains, teknik, dan kemanusian.
Penggunaan paling umum adalah untuk menunjukkan tipe variasi dari analisis kluster
agglomeratif dari beberapa tipe yang mirip atau matrix simmilarity [ CITATION
Jam11 \l 1057 ]. Program MEGA-7 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis)
digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan antara sekuen satu dengan sekuen
pembanding (standart). Tahapan penggunanya dimulai dari installing program,
editing data sekuen dilanjutkan alignment. Mega7 ini juga dilengkapi dengan hasil
berupa diagram pohon filogenetik serta matrik jarak evolusi Sekuen yang
mempunyai hubungan kekerabatan dapat diidentifikasi dengan menempati cabang
yang terdekat melalui diagram filogenetiknya. Program Mega7 juga dapat digunakan
untuk pengambilan kesimpulan hubungan evolusi dari sekuen-sekuen yang homolog
dan memperkirakan keragaman evolusi netral dan selektif diantara sekuen. (Yuniarti
et al., 2016).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Berbagai media (cetak/audio/video) terkait spesiasi hewan, tabel karakter,


software Ntsys dan MEGA.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini antara lain:


1. Materi acara praktikum (media cetak/audio/video) di Google Classroom
dipelajari.
2. Data karakter (morfologi dan molekuler) dari beberapa spesies/ subspesies
hewan yang telah diberikan sebelumnya dibandingkan.
3. Data karakter dianalisis dan pohon filogenetik direkontruksi menggunakan
software Ntsys dan MEGA.
4. Lembar kerja dalam waktu praktikum dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA

David, Wake, & Yanev, K. P., 1989. Geographic Variation In Allozymes In "Ring
Species" The Plethodontid Salamander Ensatina escholtzii of Western North
America. Evolution , 40(4), pp.702-715.

Henuhili, V., 2008. Genetika dan Evolusi. Yogyakarta: UNY Press.

Hameed, U. K., 2018. Creating E-Content Using NTSYspc Software for the Students
of Plant. Scholars Academic Journal of Biosciences (SAJB) , 6(6), pp.455-
458.

Indrawan, M., Patrick, R. B., & Supriatna, J., 2007. Buku Konservasi Edisi Revisi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kottelat, M., Whitten, A. J., Kartikasari, S. N., & Wiroatmojo., 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition.

Setiowati, T., & Furqonita, D., 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press.

Widiarti, Garjito, T. A., & Widyastuti, U., 2016. Diversitas Genetik Anopheles
balabacensis, Baisas di Berbagai Daerah Indonesia Berdasarkan Sekuen Gen
ITS 2 DNA Ribosom. Jurnal Penelitian Kesehatan , 44 (1), pp.1-12.

Yuniarti, H., Cholis, B., & Rinanti, A., 2016. Diagram Filogenik Hasil Sekuens Basa
Dna Menggunakan Program Mega-7 (Molecular Evolutionary Genetics
Analysis). Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah , 1(2), pp.109-117.

Anda mungkin juga menyukai