Anda di halaman 1dari 9

VARIASI INTRA POPULASI

Oleh :

Nama : Sholihah Faridatus Shofiyah


NIM : B1A016018
Rombongan :I
Kelompok :1
Asisten : Angellina

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan
waktu tertentu. Contoh populasi dari komunitas sungai dapat berupa populasi rumput,
populasi ikan, populasi kepiting, popuasi kerang, populasi sumpil, dan lain-lain. Selain
itu populasi dapat diartikan bahwa populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang
berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Berbagai populasi dari spesies yang
berbeda dan hidup bersama disebut komunitas. Satu kelompok yang memiliki ciri khas
tertentu dan terdiri dari beberapa komunitas yang berbeda dikenal dengan ekosistem
(Nurhamiyawan et al., 2013). Menurut Soetjipta (1992), populasi adalah kumpulan
kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu
bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki
berbagai karakteristik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan
bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Antara populasi yang satu dengan
populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
komunitasnya (Sativani, 2010). Bertambahnya anggota populasi menyebabkan kepadatan
populasi bertambah sehingga antar individu harus bersaing untuk mencukupi kebutuhan
hidup masing-masing (Nurhamiyawan et al., 2013).
Variasi intra populasi adalah keragaman suatu individu didalam suatu populasi.
Secara garis besar, ada dua penyebab terjadinya variasi, yaitu faktor non genetik dan
genetik. Variasi non genetik dapat terjadi karena adanya variasi umur, variasi musiman
pada suatu individu, variasi musiman pada beberapa keturunan, variasi sosial, variasi
habitat, variasi karena induksi kondisi iklim temporer, variasi yang ditentukan oleh inang,
variasi tergantung kepadatan, variasi allometrik, variasi neurogenik, variasi traumatik dan
variasi induksi parasit serta perubahan pasca kematian. Variasi genetik terjadi karena
adanya seksual dimorfisme seperti perbedaan seks primer dan seks sekunder,
gynadromorfi dan interseks, strain seksual dan uniparental serta variasi kontinyu dan
variasi diskontinyu (Tenzer, 2003).
Populasi tersusun dari kebanyakan hewan terdiri atas beberapa phena yang
berbeda, sebagai hasil beberapa proses seperti variasi umur, variasi seksual, variasi
musiman, polimorfisme dan sebagainya. Spesies sibling adalah spesies yang secara
morfologi sama tetapi pada genetic, fisisologi, ekologi, reproduksi dan tingkah laku
sangat berbeda contohnya Bactrocera dorsalis dan B. carambolae. Phena merupakan
individu yang memiliki persamaan genotip tetapi morfologi fenotipnya berbeda.
Contohnya itik berbulu jantan (Anas boschas) dan itik berbulu betina (A. platyrhynchos).
Kegagalan mengenali variasi ini akan berakibat pada kesalahan dalam penentuan suatu
spesies dan kategori tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai variasi yang terjadi
pada populasi hewan sangat penting dalam taksonomi. Mekanisme isolasi yang mencegah
spesies berkerabatan dekat dan menghuni daerah geografi yang sama untuk kawin antara
satu dengan yang lain, dinamakan spesies simpatrik (Darbohoesodo, 1976).

Tujuan

Tujuan Praktikum acara Variasi Intra Populasi adalah


1. Mengetahui berbagai variasi (umur, seksual, musiman polimorfisme dan sebgainya )
pada suatu populasi hewan.
2. Menentukan spesies hewan berdasarkan berbagai variasi yang terdapat pada suatu
populasi hewan.

3. Mampu menggunakan software aplikasi komputer dalam penelitian tentang variasi


intra atau inter populasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Campbell et al. (2009), variasi intra-populasi ialah keanekaragam baik


bersifat morfologi maupun genetik yang dimiliki oleh suatu spesies dalam suatu populasi.
Hal ini bisa disebabkan oleh morfologi yang erat kaitannya dengan umur, status sosial
(kasta), habitat, dan juga pengaruh musim. Beberapa hewan seperti lebah madu (Apis
dorsata) memiliki keragaman dalam satu sarang diantaranya ada lebah pekerja, lebah
jantan, dan ratu lebah. Selain itu, bisa disebabkan pula oleh faktor genetik. Kasus kelainan
beberapa spesies dalam satu populasi secara genetik sangat sering terjadi pada lalat buah
(Drosophila melanogaster). Hal ini disebabkan adanya kelainan penempatan kromosom
sehingga menentukan perubahan jenis kelamin terutama pada lalat buah yang bersifat
intersex sehingga jenis kelaminnya belum jelas hingga bentuk dewasa bahkan, bisa
berubah-ubah menjadi jantan dan betina. Variasi intra-populasi dalam penggunaan
sumberdaya dapat berhubungan dengan pertumbuhan variasi temporal dalam kelimpahan
sumber daya (Tarroux et al., 2012).
Ada dua penyebab terjadinya variasi, yaitu faktor non genetik dan genetik. Variasi
genetik terjadi karena adanya seksual dimorfisme seperti perbedaan seks primer dan seks
sekunder, gynadromorfi dan interseks, strain seksual dan uniparental serta variasi
kontinyu dan variasi diskontinyu (Tenzer, 2003). Suatu kelompok dengan keragaman
genetik yang rendah merupakan kelompok individu atau populasi yang saling bersaudara
satu sama lain sehingga dalam jangka panjang, perkawinan yang terjadi di dalam
kelompok tersebut merupakan perkawinan antar saudara atau inbreeding (Wilson, 1992
dalam Sawitri et al., 2014). Keragaman genetik suatu populasi dapat diungkapkan pada
tingkat DNA yang memberikan informasi lebih pasti karena DNA merupakan materi
genetik yang diwariskan ke generasi berikutnya (Evi et al., 2013). Variasi genetik
merupakan variasi intrapopulasi karena perbedaan komposisi genetik. Perbedaan jantan
dan betina kadang sangat terbatas. Perbedaan dideskripsikan sebagai spesies yang
berbeda contohnya, kakatua raja (Eclectus rotatus Muller) jantan berwarna hijau dengan
lambung oranye dan betina berwarna merah dan biru dengan lambung hitam (Mahardono,
1980).
Menurut Inger (2005), variasi genetik adalah variasi yang disebabkan oleh faktor
genetis dari dalam hewaan itu sendiri, seperti DNA sebagai materi genetik. Variasi
genetik meliputi :
1. Variasi Seksual adalah dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen),
dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar
ganti gen antara spesies yang berbeda
2. Variasi dimorfisme meliputi perbedaan kelamin primer dan kelamin sekunder.
Contohnya rusa betina dan rusa jantan serta jangkrik jantan dan betina.
3. Variasi polimorfisme adalah adanya variasi genetik yang menyebabkan perbedaan
aktivitas dan kapasitas suatu enzim dalam menjalankan fungsinya. Adanya perbedaan
ekspresi genetik antara tiap individu akan dapat memberikan respon yang berbeda
terhadap nasib obat dalam tubuh
4. Intersek adalah suatu variasi dalam individu yang menunjukan adanya campuran
kelamin jantan dan betina secara fisiologi. contoh hewannya yaitu cacing.
5. Gynandromorphs adalah individu yang menampilkan mosaik jelas pria dan wanita
jaringan atau populasi sel.
Variasi non-genetik yang terjadi diberbagai individu menurut Gutowsky & Fox
(2011), meliputi :
1. Variasi Umur
Variasi yang terjadi pada tahapan-tahapan perkembangan spesies hewan yang
berbeda secara morfologi dengan dewasanya. Variasi umur ini terjadi pada katak.
2. Variasi musiman pada satu individu
Hewan yang hidupnya melalui beberapa musim dapat memperlihatkan variasi
individu. Burung akan memiliki warna yang lebih cerah pada musim kawin dan pucat
setelah musim kawin berubah.
3. Variasi musiman pada keturunan yang berbeda
Anakan yang muncul pada musim dingin akan lebih pucat daripada yang lahir
musim panas. Beberapa kupu-kupu tropis memiliki phena musim kering (kemarau)
dan phena musim hujan. Cyclomorphosis merupakan perubahan morfologi karena
perubahan musiman seperti perubahan suhu, turbulensi dan sebagainya.
4. Variasi Sosial
Variasi yang terjadi pada hewan yang hidupnya berkoloni sehingga menimbulkan
struktur kasta pada kehidupannya. Contoh spesies yang memiliki variasi sosial ini
adalah lebah madu dan rayap.
5. Variasi Habitat
Variasi yang terjadi karena perbedaan habitat, contohnya adalah perbedaan pada
ikan yang hidup di hulu sungai dengan ikan yang hidup di hilir sungai.
6. Variasi Karena Perubahan Iklim Temporer
Variasi ini terjadi pada hewan dengan plastisitas tinggi. Berbeda jika kondisi
berubah. Ikan akan tumbuh lambat tapi sebaliknya jika kondisi lingkungan baik dan
cukup suplai makanan akan tumbuh cepat.
7. Variasi Karena Inang
Variasi yang muncul akibat perbedaan inang dan menimbulkan perbedaan
morfologi pada individu yang hidup pada inang tersebut. Contohnya pada Baconium
curni yang hidup pada inang satu dengan inang yang lainnya memiliki morfologi
yang berbeda.
8. Variasi Karena Kepadatan
Variasi yang disebabkan padatan suatu populasi dan berdampak pada perbedaan
morfologi. Contohnya pada sapi yang dipelihara berjumlah 10 dengan yang
berjumlah 5, apabila diberikan pakan dengan jumlah yang sama, akan menghasilkan
sapi-sapi yang morfologinya berbeda.
9. Variasi Neorogenik dan Hormonal
Variasi yang terfokus pada perubahan warna hewan sebagai respon terhadap suatu
lingkungan, contohnya pada bunglon.
10. Variasi Traumatik
Variasi yang sebabkan karena induksi parasit, menyebabkan perubahan morfologi
pada inang. Contohnya pada serannga adrena diparasiti oleh stilop, menyebabkan
bentuk kepala serangga mengecil karena cairannya diambil oleh parasit tersebut.
11. Variasi allometrik
Individu dalam populasi yang memiliki pertumbuhan allometrik akan
mengakibatkan variasi allometrik (heterogonik). Umumnya terjadi pada serangga,
contoh kepala pada semut, tanduk frontal dan thorax pada kepik, mandibula pada
kumbang.
Manfaat mempelajari variasi intra populasi, yaitu untuk mendukung kegiatan
konservasi dan pemuliaan. Besarnya variasi genetik pada kegiatan konservasi
mencerminkan sumber genetik yang diperlukan untuk adaptasi ekologi dalam jangka
waktu pendek, untuk mempelajari struktur genetik dan mengidentifikasi hewan-hewan
akuakultur, dan evolusi dalam jangka panjang. Sedangkan, untuk pemuliaan variasi
genetik diperlukan dalam kegiatan seleksi (Rahayu, 2010).
Software Arlequin adalah sebuah paket software terpadu untuk analisis data
genetika populasi. Tujuan dari Arlequin adalah untuk menyediakan rata-rata pengguna
dalam genetika populasi dengan set cukup besar, metode dasar dan uji statistik untuk
mengekstrak informasi genetik dan fitur demografi koleksi sampel populasi. Arlequin
dapat menangani beberapa jenis data baik dalam bentuk haplotypic atau genotip. Studi
populasi jika dihunakan dalam jumlah besar donor terikat tersedia dapat digunakan
metode yang paling langsung atau klasik untuk menentukan haplotype. Bagaimanapun,
haplotipe dinyatakan melalui penyelidikan populasi dianggap kemungkinan atau paling
mungkin (Yang et al., 2015). Data genetik dalam bentuk haplotype yaitu kombinasi alel
pada satu atau lebih lokus. Bentuk haplotypic bisa hasil dari analisis genom haploid
(mtDNA, kromosom Y, prokariota), atau dari genom diploid. Harus diingat data alel yang
diperlakukan di sini sebagai lokus haplotype tunggal. Sedangkan dalam bentuk genotip,
data genetik disajikan sebagai bentuk genotipe diploid yaitu kombinasi pasangan alel
pada satu atau lebih lokus.
B. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, gloves, kaca pembesar,
mikroskop, kamera, alat tulis, software arlequin 3.5, dan komputer.
Bahan-bahan yang digunakan adalah berudu, berudu berkaki, katak berekor, katak
dewasa (Fejervarya cancrivora), jangkrik jantan dan betina (Gryllus sp.), koloni lebah
(Apis sp.), kadal jantan dan betina (Eutropis multifasciata), sequens nukleotida beberapa
spesies hewan, dan chloroform.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum acara Variasi Intra Populasi anatra lain :
1. Tahapan hidup katak digambar atau diambil gambarnya dan didefinisikan jenis variasi
yang terjadi.
2. Kadal atau jangkrik jantan dan betina serta organ reproduksinya digambar atau diambil
gambarnya, serta didefinisikan jenis variasi yang terjadi.
3. Awetan koloni lebah diamati dan didefinisikan jenis variasi yang terjadi.
4. Polimorfisme dari ikan mas koki diamati dan didefinisikan jenis variasi yang terjadi.
DAFTAR REFERENSI

Darbohoesodo, R.B .1976. Penuntun Praktikum Taksonomi Avertebrata. Purwokerto:


Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.

Evi, K.D., Soma, I G., & Wandia, I N. 2013. Diversitas genetik populasi monyet ekor
panjang di Mekori menggunakan marka molekul mikrosatelit. Indonesia
Medicus Veterinus 2(1), 43-57.

Gutowsky, L. F. G. dan Fox, M. G. 2011. Intra-Population Variability of Life Historytraits


and Growth During Range Expansion of The Invasive Round Goby,
Neogobius melanostomus. Fisheries Management and Ecology, 19: 78-88.

Inger, R.F. dan Iskandar, J. T. 2005. A Collection of Amphibians From West Sumatra
With Description of A New Species of Megrophys (Amphibia:Anura). The
Raffles Bulletin Zoology, 53: 133-142.
Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. Jakarta: PT Intermasa.
Nurhamiyawan, E. N. L., Prihandono, B., & Helmi. 2013. Analisis Dinamika
Model Kompetisi Dua Populasi yang Hidup Bersama di Titik
Kesetimbangan Tidak Terdefinisi. Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan
Terapannya (Bimaster), 2: 197-204.

Rahayu, S. E. & S. Handayani. 2010. Keragaman Genetik Pandan Asal Jawa Barat
Berdasarkan Penanda. Inter Simple Sequence Repeat. Makara, Sains, 1: 158-
162.

Sativani, Risa. 2010. Ekologi Populasi. Jakarta: Nahima Press.

Sawitri, Reny & Mariana Takandjandji. 2014. Keragaman Genetik dan Situs Polimormik
Trenggiling (Manis javanica Desmarest, 1822) Di Penangkaran (Genetic
Diversity and Situs Polymorphic of Javan Pangolin in Captive Breeding).
Jurnal Penelitian Hutan dan Konserfasi Alam, V 11(10) pp. 1-11.
Soejipta. 1993. Ekologi Binatang. Jakarta: PPTLPT.

Tarroux, A., l Be, J., Gauthier2, G., dan Berteaux, D. 2012. The Marine Side of a
Terrestrial Carnivore: Intra-Population Variation in Use of Allochthonous
Resources by Arctic Foxes. PlosOne, 7: 1-11.

Tenzer, A. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang: Jurusan Biologi UM.

Yang, Kuo-Liang. 2015. Two deduced probable HLA-A *24:287-Associated HLA


Haplotypes (A*24:287-B*40-DRB1*15 and A*24:287-B*DRB1*03:01)
Found In Taiwanese Unrelated hematopoietic Bone Marrow Stem Cell
Donor-Case Analysis. Tzu Chi Medical Journal. pp. 1-3.

Anda mungkin juga menyukai