Anda di halaman 1dari 7

AVES

Oleh :
Nama : Novi Andriani
NIM : B1A017070
Rombongan :I
Kelompok :3
Asisten : Yana Setiani Putri

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aves adalah hewan yang paling dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-
mana; aktif pada siang hari dan dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutuo
tubuh. Dengan bulu itu tumbuh dapat mengetur suhu dan terbang. Dengan
kemampuan terbang itu aves mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa
Aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia. Banyak diantaranya
mempunyai arti penting dalam ekonomi, sebagian merupakan bahan makanan
sumber protein. Beberapa diantaranya diternakkan (Jasin, 1984). Burung ialah
hewan yang mudah ditemui di berbagai habitat. Burung memiliki daya jelajah yang
luas, bahkan banyak yang bisa terbang jauh melintasi lautan (El-Arif et al., 2016).
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal
sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung
kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang.
Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia;
sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini
secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas aves (Mayakapu, 2013).
Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan
memiliki bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota
gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah
termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang,
rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang
digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur.
Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi
dalam peliharaan. Dalam bidang industri bulunya dapat dimanfaatkan contohnya
baju, hiasan dinding, dan lainnya (Mukayat, 1990).

B. Tujuan
Tujuan praktikum acara Aves antara lain:
1. Praktikan mengenal beberapa anggota Classis Aves.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan
klasifikasi anggota Classis Aves.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Aves adalah vertebrata dengan ciri utamanya yakni memiliki tubuh yang
ditutupi oleh bulu yang berasal dari epidermis dan memiliki paruh yang sesuai dengan
makananya serta memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kehidupan secara
sempurna. Walaupun semua Aves memiliki bulu, akan tetapi pada jenis tertentu seperti
burung unta, burung emu atau kiwi tidak dapat terbang. Bahkan ada jenis Aves tertentu
yang tidak memiliki sayap. Sayap pada Aves merupakan modifikasi anggota
gerak anterior yang berasal dari elemen-elemen tubuh dan distal. Kaki pada Aves
digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput interdigital).
Karakteristik tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang berfusi kuat, paruh berzat
tanduk. Aves tidak bergigi. Bermata besar dan memiliki kondil oksipetal tunggal. Aves
adalah hewan berdarah panas (Homoioterm) seperti Mamalia. Sebagian mereka hidup
menetap dan ada juga yang hidup berpindah tempat (migrasi) (Suwignyo, 2005).
Aves memiliki ciri-ciri antara lain yaitu adanya bulu yang menutupi tubuhnya,
anggota gerak depan sudah termodifikasi menjadi sayap, anggota gerak belakang
teradaptasi untuk berjalan, berenan dan bertengger, pada tungkai terdapat sisik, rahang
bawah tidak mempunyai gigi, mulut termodifikasi menjadi paruh, jantung terdiri dari
empat ruang, mempunyai kantong udara atau kantong yang berperan dalam membantu
sistem pernapasan terutama pada saat terbang, berkembang biak dengan bertelur. Ada
beberapa cara yang dilakukan untuk mengenali kelas Aves ini di antaranya yaitu
menentukan ukuran dapat dilakukn dengan membandingkan ukuran burung yang telah
dikenal umumya, bentuk burung tersebut gemuk, langsing, sayap pendek dan membulat
atau panjang dan meruncing, dan cara yang tidak kalah pentingnya dalam
mengidentifikasi burung adalah dengan mengenali suaranya (Priyono, 2011). Kelas
Aves terdiri dari dua subordo, yaitu Archaeornithes dan Neornithes, tiga Super ordo dan
29 Ordo (Younas et al., 2017).
Archaeornithes merupakan burung yang sudah punah dan hanya ditemukan
dalam bentuk fosil. Sub kelas Archaeornithes (burung bengkarung) memiliki
karakteristik antara lain yaitu, mempunyai gigi, hidup dalam periode Jurassaik, memiliki
metacarpal yang terpisah, tidak memiliki pigostil, dan mempunyai vertebra kaudal
masing-masing dengan bulu-bulu berpasangan. Contoh dari sub kelas Archaeornithes
yaitu Archaeopteryx sp. Sub kelas Neornithes memiliki Karakteristik yaitu ada yang
telah punah, tetapi ada yang termasuk burung modern, ada yang bergigi atau tidak
bergigi, memiliki metakarpal yang bersatu, dan vertebra kaudal tidak ada yang
mempunyai bulu berpasangan. Kebanyakan mempunyai pigostil, sternum ada yang
berlunas dan ada pula yang rata. Sub kelas ini mulai ada sejak zaman Kretaseus
(Brotowidjoyo, 1993).
Palaeognathae (burung berjalan), merupakan kelompok burung yang tidak
dapat terbang, karena tidak mempunyai gigi. Palaeognathae memiliki karakteristik
antara lain yaitu, berjalan atau sedikit saja terbang, tulang sternumnya tidak berlunas,
tulang vomer yang berbentuk jembatan pada tulang langit-langit, tidak bergigi, vertebra
kaudal bebas, serta memiliki tulang korakoid dan skapula kecil. Neognathae merupakan
kelompok yang termasuk ke dalam burung-burung modern. Karakteristik dari kelompok
ini yaitu berlunas, memiliki metatarsus bersatu, vomer kecil, dan tidak terbentuk
jembatan pada langit-langit. Contoh dari anggota kelompok ini adalah burung puyuh
(Balanoff & Rowe, 2007).
Strigiformes merupakan ordo yang meliputi burung hantu yang tersebar di
seluruh dunia. Memiliki ciri khas mata yang besar, burung dari kelompok ini termasuk
burung malam pemangsa. Ordo Strigiformes terdiri dari dua famili, yakni Tytonidae atau
burung Serak dan Strigidae atau burung hantu asli (Nugroho, 2013). Ordo Ciconiiformes
merupakan ordo burung berukuran besar yang hidup di rawa atau tepi perairan. Burung
ini memiliki paruh yang besar dan panjang. Memiliki kaki panjang serta jari keempat
yang tereduksi. Bulu bervariasi dan memiliki tekstur yang longgar. Sarang mereka
sangat besar dan dapat digunakan selama bertahun-tahun (Kurniawan & Arifianto,
2017). Ordo Galliformes merupakan ordo yang dapat ditemukan tersebar di seluruh
dunia. Ordo Galliformes memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari burung puyuh
yang berukuran kecil hingga burung unta yang besar. Jenis yang paling dikenal pada
ordo ini sebagian besar telah jinak, diantaranya ayam, burung unta, ayam mutiara, dan
puyuh. Banyak jenis dari ordo Galliformes dimana pejantan mempertunjukkan bulunya
untuk menarik betina (Lovette & Fitzpatrick, 2016).
Ordo Anseriformes merupakan suku burung air tawar yang ditemukan
tersebar di seluruh dunia. Paling banyak ditemukan di habitat lahan basah, mulai dari
tundra Arktik sampai tropis. Menempati habitat dengan ukuran badan air yang beragam,
mulai dari kolam kecil hingga lautan (Torrontegi et al., 2019). Ordo Anseriformes
meliputi burung air tawar yang memiliki bulu lebat dan kedap air dengan warna yang
bervariasi. Tiga jari depan dihubungkan oleh selaput kulit yang berguna untuk
mengayuh di saat berenang. Peruhnya memiliki tepian yang beralur yang berguna untuk
menyaring makanan dari air dan lumpur (Kurniawan & Arifianto, 2017). Ordo
Struthioniformes merupakan ordo yang paling tua dan paling beragam dari kelompok
burung yang hidup tersetrial dan sebagian besar ditemukan di belahan bumi selatan.
Burung anggota ordo ini yang telah punah diantaranya moa yang hidup di Selandia Baru
dan burung gajah dari Madagaskar (Lovette & Fitzpatrick, 2016). Ordo Cassuariformes
meliputi kasuari dan emu. Merupakan kelompok burung berukuran besar yang tidak
dapat terbang, namun dapat berlari dengan cepat. Di Indonesia bagian Timur terdapat
satu jenis kasuari, yakni Kasuari gelambir-ganda atau Casuarius galeatus. Sementara
jenis kasuari lainnya berada di Benua Australia dan Afrika (Kanisius, 1991).
Ordo Passeriformes merupakan ordo burung dengan jumlah jenis paling besar
yang mencakup lebih dari setengah dari seluruh spesies pada kelas Aves atau lebih dari
5000 spesies yang teridentifikasi. Burung-burung yang termasuk ke dalam ordo ini
merupakan burung-burung terestrial dan arboreal yang berukuran kecil dan sedang. Ciri
morfologinya diantaranya bentuk kaki yang relatif pendek dengan tipe jari kaki
anisodactyl, yakni tiga jari menghadap ke depan dan satu jari menghadap ke belakang.
Anakan burung pada ordo ini bersifat altricial, yakni tidak berdaya ketika menetas (buta,
tanpa bulu, dan jarang bergerak), sehingga memerlukan perawatan dari indukannya.
Burung-burung dari ordo ini meliputi burung pengicau memiliki suara yang indah
(Kurniawan & Arifianto, 2017). Ordo Accipitriformes memiliki karakteristik yaitu,
memiliki paruh yang berkait dengan cakar kuat yang berguna untuk membunuh dan
mencabik-cabik vertebrata (MacKinnon et al., 2010). Ordo Sphenisciformes memiliki
karakteristik yaitu sayap (anggota gerak anterior) digunakan untuk berenang, tidak dapat
terbang, metatarsus bersatu (tetapi tidak sempurna), dan memiliki jari-jari dengan
selaput kulit.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum acara Aves adalah bak preparat,
pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet
(gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum acara Aves adalah beberapa
spesimen hewan Amfibi dan Reptil.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum acara Aves antara lain:


1. Karakter spesimen dari hewan diamati, digambar dan dideskripsikan berdasarkan
ciri-ciri morfologinya.
2. Spesimen hewan diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Laporan sementara dari hasil praktikum dibuat.
DAFTAR REFERENSI

Balanoff, A. M. & Rowe, T., 2007. Osteological description of an embryonic skeleton of


the extinct elephant bird, Aepyornis (Palaeognathae: Ratitae). Journal of
Vertebrate Paleontology, 27(4), pp.1-53.
Brotowidjoyo, M., 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
El-Arif, A. R., Suastika, N. M., Abinurizzaman, R. & Arisoesilaningsih, E., 2016.
Diversitas Aves Diurnal di Agroforestry, Hutan Sekunder, dan Pemukiman
Masyarakat sekitar Rowo Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Biotropika:
Journal of Tropical Biology, 4(2), pp.49-55.
Jasin, M., 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar
Surya.
Kanisius., 1991. Kedelai. Yogyakarta: UGM press.
Kurniawan N. & Arifianto A., 2017. Ornitologi: Sejarah, Biologi, dan Konservasi.
Malang: Universitas Brawijaya Press.
Lovette, I. J. & Fitzpatrick, I. J., 2016. Handbook of Bird Biology 3rd Edition. New
York: Cornell University.
Mukayat, D., 1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga
Nugroho, A. S., 2013. Optimizing the Use of Ulolanang Kecubung Natural Reserve as
Learning Sources of Biodiversity. Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi, 2(1), pp.112-
121.
Priyono., 2011. Alih Fungsi Lahan Pertanian Merupakan Suatu Kebutuhan atau
Tantangan. Jakarta: Swadaya.
Suwignyo., 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta: Swadaya.
Torrontegi, O., Alvarez, V., Acevedo, P., Gerrikagoitia, X., Höfle, U. & Barral, M.
2019. Long-term avian influenza virus epidemiology in a small Spanish wetland
ecosystem is driven by the breeding Anseriformes community. Veterinary
research, 50(1), pp.4-15.
Younas, S., Rehman, H. U., Gul, S., Gul, R. & Khattak, B., 2017. Animal diversity of
district Karak, KP, Pakistan. Journal of Entomology and Zoology Studies, 5(4),
pp.1126-1134

Anda mungkin juga menyukai