A. Latar Belakang
B. Tujuan
Mikroorganisme merupakan salah satu makluk hidup yang dapat hidup pada
ekosistem maupun dalam tubuh makluk hidup lainnya. Mikroorganisme terdapat
beberapa yang menguntungkan bagi makluk hidup lainnya tetapi ada juga yang dapat
merugikan bagi makluk hidup lainnya. Menurut habitatnya mikrooganisme ada yang
hidup di udara, tanah, tubuh makluk hidup, dan ada juga yang hidup di air.
Sedangkan menurut kebutuhan oksigennya mikroorganisme ada yang aerob
(membutuhkan oksigen) maupun ada juga yang anaerob (tidak membutuhkan
oksigen). Mikroba tanah yang bersifat anaerob biasanya terletak pada lumpur yang
tergenang air dan tidak ada oksigen yang cukup (Hindersah, 2007).
Isolasi mikroorganisme merupakan proses pengambilan mikroorganisme dari
lingkungannya untuk ditumbuhkan dalam medium baru di laboratorium. Proses
isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikroba, uji morfologi,
fisiologi dan serologi. Pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahil
dilakukan. Isolat penyebab penyakit atau patogen yang diperoleh dari tumbuhan yang
sakit menunjukkan bahwa patogen adalah berupa cendawan atau fungi. Pengamatan
secara makroskopis terhadap biakan murni isolat pada media PDA menunjukkan
bahwa pada hari pertama setelah tanam terlihat berupa koloni serabut benang tipis,
berwarna putih keruh dan kecoklatan yang merupakan kumpulan miselia. Pada hari
ke-3, mulai terlihat adanya gumpalan-gumpalan kecil yang tidak teratur dan
berwarna putih menyebar tidak merata pada permukaan miselia. Pada hari ke-5,
gumpalan-gumpalan tersebut berubah menjadi berwarna coklat yang disebut dengan
sklerotia.Secara mikroskopis, fungi ini memiliki ciri-ciri antara lain percabangan hifa
yangtampak tegak lurus, memiliki septa atau bersekat, tidak terdapat bentuk konidia
atau bentuk spora serta tidak ditemukannya sambungan apit (clamp connection).
Biakan fungi tumbuh dengan cepat, hanya dalam waktu tiga hari koloninya telah
memenuhi cawan petri dengan media PDA (Achmad & Maisaroh, 2004).
Penyakit tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu penyakit lokal dan
penyakit sistemik. Penyakit lokal merupakan penyakit yang terdapat pada suatu
tempat atau bagian tertentu pada tumbuhan contohnya pada buah, bunga, daun atau
cabang. Penyakit sistemik merupakan penyakit yang menyebar keseluruh bagian
tumbuhan sehingga tumbuhan menjadi sakit. Perkembangan penyakit juga
bergantung pada faktor lingkungan, setelah faktor inang dan patogen. Fungi patogen
dalam perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik yaitu suhu,
kelembaban, oksigen, derajat kemasaman (pH) dan cahaya. Rhizoctonia sp. dapat
memperbanyak diri pada kisaran suhu optimum antara 20 ºC – 30 ºC (Ogoshi et al.,
1985).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah LAF, mikroskop
cahaya, cawan petri, jarum ose, object glass, cover glass, sprayer, pinset,
scalpel, bunsen, tisu, dan buku identifikasi.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah buah cabai
(Capsicum annum), daun pepaya (Carica papaya), daun cabai (Capsicum
annum), kulit pisang (Musa sp.), isolat patogen hasil peremajaan, akuades, dan
alkohol 70%, dan media PDA.
B. Metode
1. Isolasi
diambil bagian
sehat dan sakit,
lalu dipotong
1x1cm Disemprot
Sampel
disiapkan alkohol 70%
Inkubasi Dikeringkan
Dibilas
3x24 jam dengan tisu
akuades
steril
Dipindahkan ke
media PDA
2. Peremajaan
Inkubasi
2x24 jam
diamati karakter
morfologi dan
mikromorfologi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum kali ini yaitu sebaiknya baik
praktikan maupun kondisi ruangan saat melakukan isolasi atau peremajaan dapat
meminimalisir adanya kontaminan saat kerja supaya hasil yang didapatkan lebih
optimal.
DAFTAR REFERENSI
Achmad & Maisaroh, M., 2004. Identifikasi dan Uji Patogenisitas PenyebabPenyakit
Hawar Daun pada Suren (Toona sureni MERR.). Jurnal Manajemen Hutan
Tropika, 10(1), pp. 67-75.
Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Alexopoulos, C.J., Mims, C.W. & Blackwell, M., 1996. Introductory Micology. New
York: John Willey and Sons Publisher.
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New Jersey : Prentince
Hall.
Elfina, Y., Ali, M., & Maysaroh, S., 2012. Idenifikasi Gejala dan Penyebab Penyakit
Buah Jeruk Impor Dipenyimpanan di Kota Pekanbaru. Riau: Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Govindasamy, G., Husin, U. A., Syukriani, Y. F., Sudigdoadi, S.,& Mulyana,Y.,
2014. Isolation and Identification of Pathogenic Fungi from Air Conditioners
in Tutorial Rooms of the Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran. Althea
Medical Journal, 1(1), pp. 21-23.
Gulis, V., Ludmila M., & Christiane B. 2012. Two New Tricladium Spesies From
Streams in Alaska. Journal Mycological Society of America, 104(6), pp. 1510-
1516.
Hindersah. 2007. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Aerob dan Fungi dari Lumpur
Kolam Anaerob di Instalasi Pengolahan Air Limbah Bandung. Jurnal Teknik
Lingkungan. 13(2), pp. 1-4.
Ogoshi, A., Sneh, B. & Burpee, L., 1985. Identification of Rhizoctonia sp.
Minnesota: APSPress.
Perhutani. 1999. Selayang Pandang Persemaian Permanen Pongpoklandak KPH
Cianjur. Cianjur: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat KPH Cianjur.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
Univ Press.
Soni, 2010. The Biochemistry and Physiology of Infectious Plant Diseases. New
Jersey: D. Van Nostrand.
Susanto, 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Wallace, S., 2007. Fusarium: The Johns Hopkins Microbiology Newsletter. Saudi
Arabia: Johns Hopkins Aramco Healthcare.
Waluyo, L., 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press.