ISOLASI
I. TUJUAN
Mendapatkan bahan murni dari pengisolasian jamur dan bakteri.
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa cara penanaman mikrobia aerob, tergantung pada tujuan
penanaman itu. Berdasarkan atas bentuk medium dan cara menanamnya dapat
dibedakan (Jutono, 1978) :
1. Biakan agar tegak (agar deep culture)
2. Biakan agar miring (agar slant culture)
3. Biakan cair (Broth culture)
Ada bermacam-macam cara untuk mengisolasi mikrobia. Untuk isolasi
tersebut harus diperhatikan beberapa hal penting antara lain (Sumardi dan Widyastuti,
2000) :
1. Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi.
2. Tempat hidup mikrobia.
3. Medium untuk pertumbuhan yang sesuai.
4. Cara menanam mikrobia.
5. Cara inkubasi mikrobia.
6. Cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa biakan murni dan
sesuai dengan biakan yang dimaksud.
7. Cara memelihara agar biakan tetap merupakan biakan murni.
Fungi dapat mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari
karbohidrat misalnya glukosa, sukrosa atau maltosa. Sumber nitrogen dari bahan
organik atau anorganik dan mineral dari substratnya. Sumber karbon yang paling baik
adalah glukosa, sedangkan sumber nitrogen yang paling baik adalah nitrogen dari
bahan organik. Beberapa fungi dapat mensintesis vitamin yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan berkembang biak. Sedangkan beberapa fungi lainnya harus
mendapatkan vitamin misalnya thiamin dan biotin dari substrat (Fordiaz, 1994).
Penyebab penyakit tumbuhan nabati (yang termasuk tumbuhan) adalah bakteri
dan sebangsanya (prokariot), jamur, ganggang, dan tumbuhan biji parasitic. Jamur
memegang peranan penting sebagai penyebab penyakit tumbuhan. Pada penyakit
tumbuhan jamur kurang mempunyai arti dibandingkan jamur. Ganggang dan
tumbuhan biji kurang berarti sebagai parasit (Semangun, 1996).
2. Isolasi jamur dari bahan tipis (Daun kayu manis yang mempunyai bercak coklat).
3. Isolasi bakteri dari bahan tebal (Wortel yang mengalami busuk basah).
4. Isolasi bakteri dari bahan tipis (Daun padi yang terkena penyakit hawar daun).
Hasil isolasi
a. Jamur Colletotrichum sp.
Jamur ini mempunyai hifa bersekat. Mula-mula hialin kemudian menjadi sedikit
gelap, aservulus banyak dibentuk di permukaan atas maupun permukaan bawah.
Sering terbentuk aservulus pada ranting-ranting yang sakit tetapi tidak pada buah.
Konidium hialin, lonjong atau bulat telur dengan ujung-ujung membulat, tidak
bersekat kadang mempunyai 1-2 tetes minyak dengan ukuran rata-rata 12-16 x 4-6
ηm. Stadium sempurna (telomorf) jamur ini adalah Glomerella angulata (ston).
Pada cuaca yang lembab dan berkabut jamur pada daun dan ranting membentuk
banyak spora (konidium) (Semangun, 1996).
b. Jamur Pestalotia
d. Bakteri wortel
Terdapat koloni bakteri yang berwarna putih kekuningan dan seperti lender.
Erwinia carotovora merupakan bakteri penyebab terjadinya busuk lunak/basah
pada wortel. Bakteri ini berbentuk batang, bergerak dengan beberapa atau banyak
flagel peritrik. Satu-satunya marga bakteri penyebab penyakit tumbuhan yang
bersifat anaerob fakultatif, gram negatif. Sebagai penyebab busuk lunak bakteri
merusak lamela tengah sel-sel tumbuhan inang karena menghasilkan enzim
pektinase (Semangun, 1996).
Pektin adalah karbohidrat komplek yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan.
Campuran enzim pektolitik disebut pektinase, dapat memecah pektin dan
menyebabkan busuk buah atau busuk lunak. Pada sayuran dan buah-buahan, atau
menyebabkan hilangnya kemampuan membentuk gel pada sari buah (Fordiaz,
1994).
Isolasi mikrobia dimaksudkan untuk memisahkan mikroorganisme satu dari
yang lain dan menumbuhkannya dalam suatu medium tersendiri sehingga didapatkan
suatu biakan murni. Dalam praktikum ini mengerjakan 4 macam bahan yang diduga
mengalami sakit karena jamur dan bakteri. Keempat macam bahan yang digunakan
adalah daun padi, daun kayu manis, wortel dan cabai.
Dalam melakukan isolasi alat, bahan dan tempat yang digunakan harus dalam
keadaan steril. Untuk tempat, meja yang akan digunakan diusap dengan kapas yang
dibasahi dengan alkohol. Sedangkan sterilisasi alat dengan cara mencelupkan alat
seperti jarum ose, pisau, skalpel ke dalam alkohol dan dibakar di atas lampu bunsen.
Setelah selesai sterilisasi, isolasi jamur dan bakteri dapat dilakukan. Untuk
jenis patogen jamur, perlakuan terhadap bahan tebal dan tipis berbeda. Untuk
jariongan tebal menggunakan alkohol sebagai bahan pendisinfeksi dan menggunakan
kloroks untuk jaringan yang tipis. Sebab bila menggunakan alkohol pada jaringan
yang tipis maka mikroorganisme yang ada pada jaringan tersebut akan mati dan
isolasi tidak dapat dilakukan. Sebaliknya bila menggunakan kloroks untuk jaringan
tebal maka jamur tidak akan bisa diambil dari dalam jaringan tebal karena bahan
pendisinfeksinya terlalu rendah pengaruhnya. Fungsi dari bahan pendisinfeksi adalah
sebagai sterilisasi permukaan bahan yang akan diisolasi jasad reniknya. Untuk bakteri
perlakuan terhadap jaringan tipis dan jaringan tebal sama dengan jamur yaitu
menggunakan alkohol untuk bahan tebal dan menggunakan kloroks untuk bahan tipis.
Perbedaan antara isolasi jamur dan bakteri adalah jika pada jamur setelah
bahan yang dipilih untuk diisolasi diambil maka tidak perlu dimasukkan ke dalam air
steril karena patogen dapat diambil tanpa perlu membuat suspensinya. Sedangkan
pada bakteri perlu dimasukkan ke dalam air steril tujuannya agar massa bakteri bisa
keluar dan bercampur dengan air dan nantinya massa bakteri ini yang akan digunakan
untuk isolasi.
Kontaminasi dapat terjadi karena alat yang digunakan belum benar-benar
steril dimana memungkinkan adanya mikroorganisme berupa jamur atau bakteri lain
yang masuk dan merusak media yang digunakan untuk isolasi.
Jadi keberhasilan suatu isolasi dapat dipengaruhi oleh kondisi bahan atau
tanaman sakit yang akan diisolasi, jenis medium buatan yang digunakan, cara
mengisolasi dan cara sterilisasi alat dan bahan yang digunakan.
VI. KESIMPULAN