Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU HAMA TANAMAN


ACARA V
TEKNIK PENGAMATAN HAMA DI LAPANGAN

Disusun oleh:

KELOMPOK 1
M. Azzam Ridhamalik (11916)
Dewi Putri Hestiani (12656)
M. Darussalam Teguh (12696)
Fajar Dwi Cahyoko (12720)
Syam Widi Nugroho (12725)
Ervina Dwinta (12726)
Azizah Nur Lailiyah (13060)

LABORATORIUM HAMA TANAMAN


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
TEKNIK PENGAMATAN HAMA DI LAPANGAN

Abstrak

Suatu lahan pertanaman tidak hanya di dominasi oleh suatu populasi hama tetapi
beragam. Keberadaan hama ini menimbulkan intensitas serangan yang beragam bagi
tanaman di lapangan. Perlunya tindakan pengidentifikasian jumlah dan jenis populasi
hama diperlukan untuk proses pengendalian. Tujuan dari percobaan ini adalah
mengetahui beberapa tekhnik dalam pengamatan hama yang terdapat di lapangan,
kondisi lapangan tempat pengamatan hama berupa populasi dan intensitas kerusakan
yang disebabkan sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan tindakan
pengendalian. Pengamatan percobaan kali ini menggunakan metode pengamatan
populasi mutlak dan juga pengamatan populasi relative ( jaring ayunan ). Perlakuan
pengamatan populasi mutlak dilaksanakan dengan cara pengamatan di lima titik yang
dilalui garis diagonal diambil 25 sampel untuk tiap kelompok pada sebuah petak lahan.
Setelah itu dihitung intensitas serangan. Perlakuan pengamatan secara populasi relatif
menggunakan alat jaring penangkap serangga yang diayunkan melalui bidang diagonal
sebuah petak lahan. Lanjutan perlakuan yaitu menghitung indeks populasi hama yang
didapat dari hasil hama yang didapat. Bahan yang digunakan pada pengamatan ini
adalah lahan sawah dan tanaman padi sedangkan alat yang digunakan pada pengamatan
ini adalah jaring ayunan, kertas, table populasi hama dan kantong plastik. Hasil
pengamatan dari dua metode yang dilakukan menunjukkan bahwa beberapa hama
menyerang tanaman padi di lahan pengamatan antara lain yaitu belalang, wereng
batang, ulat dan walang sangit. Pada pengamatan mutlak intensitas serangan dan tingkat
serangan hama lain menunjukkan hasil yang paling tingg Sedangkan, pada pengamatan
ralatif hama wereng coklat yang paling banyak didapatkan.

Kata kunci : Populasi hama, intensitas serangan, metode mutlak, metode relatif.

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
I. PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Mengetahui teknik pengamatan populasi Hama dan kerusakannya.
2. Memahami kondisi hama (populasi dan intensitas serangan/kerusakan) di lapangan
sebagai dasar pengambilan keputusan tindakan pengendalian.

B. Tinjauan Pustaka
Sampling atau pencuplikan adalah langkah yang sangat penting untuk
menetapkan jumlah serangga sedemikian sehingga keputusan yang tepat dapat
diambil apakah perlakuan aplikasi pengendalian dapat dilakukan atau tidak.
Sebenarnya data yang diperoleh dari sampling dipergunakan untuk menetapkan
apakah aras populasi cukup tinggi untuk membenarkan diadakannya pengendalian.
Sesudah menetapkan serangga hama atau tingkat kerusakan, suatu keputusan harus
diambil apakah perlu aplikasi insektisida atau tidak. Insektisida harus diaplikasikan
apabila kerusakan atau jumlah serangga pada daerah yang telah diketahui telah
mencapai tingkat spesifik. Aras serangga yang menyebabkan kerusakan ekonomi
disebut aras luka ekonomi. Hal ini adalah aras populasi pada tingkat kerugian harkat
ekonomi pertanaman yang disebabkan oleh kerusakkan serangga lebih besar daripada
biaya insektisida dan pekerja yang diperlukan untuk pengendalian hama (Triharso,
2004).
Sampai saat ini untuk studi ekologi dan pelaksanaan program PHT dikenal ada 3
metode pokok pengambilan sample yaitu (Untung,1993):
1. Metode Mutlak
Metode pengambilan sampel ini dikatakan mutlak karena metode ini menghasilkan
angka pendugaan populasi dalam bentuk jumlah individu per satuan unit permukaan
tanah atau habitat serangga yang kita amati. Dengan angka kepadatan populasi yang
kita peroleh tersebut langsung dapat kita adakan pendugaan kepadatan populasi pada
suatu wilayah pengamatan tertentu. Dibandingkan dengan 2 metode sampling yang
lain metode absolut ini paling baik karena memiliki ketelitian yang tinggi, tetapi
memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk ekstraksi serangga
yang terkumpul.
2. Metode Nisbi
Metode pengambilan sampel nisbi menghasilkan angka penduga populasi yang sulit
untuk dikonversikan dalam unit permukaan tanah karena banyaknya faktor yang
mempengaruhi angka penduga tersebut. Cara pengambilan sampel dengan
menggunakan alat perangkap serangga seperti perangkap lampu (light trap) atau
perangkap jebakan (pitfal trap). Demikian juga cara pengambilan sampel dengan
jaring ayun (sweep net) dapat kita masukkan dalam metode nisbi.
3. Metode Indeks Populasi
Apabila pada metode mutlak dan metode nisbi dalam menduga angka populasi kita
masih mengumpulkan dan menghitung individu serangga yang kita amati, tetapi pada
metode indeks populasi kita hanya mengukur dan menghitung apa yang ditinggalkan
oleh serangga tersebut. Benda yang ditinggalkan oleh serangga dapat berupa
kotorannya, kokon, sarang, dll. Indeks populasi yang paling sering kita gunakan
adalah kerusakan atau akibat serangan hama yang terjadi pada tanaman yang
terserang. Biasanya angka tersebut kita namakan intensitas kerusakan atau luas
serangan.
Tujuan perlindungan tanaman yaitu menekan populasi hama di bawah Ambang
Ekonomi (AE). Ambang Ekonomi itu sendiri didefinisikan sebagai kepadatan hama
yang membutuhkan suatu tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
populasi berikutnya yang dapat mencapai tingkatan kerusakan ekonomi (Rukmana
dan Saputra, 1997).

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
N
II.BAHAN DAN METODE

Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman acara V tentang “Teknik


Pengamatan Hama di Lapangan” ini dilaksanakan pada tanggal 7 april 2014 di KP4
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, di Berbah, Sleman, Yogyakarta.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain lahan sawah dengan
komoditas tanaman pangan (padi/Oryza sativa). Sedangkan alat-alat yang digunakan
antara lain alat tulis, kantong plastik, jaringan serangga.
Cara kerjanya, pertama-tama dilakukan pengambilan 20-25 rumpun tanaman
padi sebagai unit sampel secara acak menurut garis diagonal pada petak lahan
dengan pertanaman padi. Pengamatan terhadap populasi dilakukan dengan cara
menghitung langsung populasi hama yang ditemukan pada tiap unit sampel, dan
pengamatan relatif dilakukan dengan cara mengayunkan jaring sebanyak 10 kali
ayunan. Lalu dicatat dan dihitung jenis hama yang ditemukan pada tiap unit sampel
dan hasil ayunan. Kemudian ditafsirkan tingkat kerusakan yang terjadi. Untuk
pengamatan hama penggerek batang padi dihitung jumlah batang tiap rumpun dan
batang yang bergejala sundep, kemudian dihitung intensitas kerusakannya dengan
rumus sebagai berikut:
25

∑ aiai+bi
IS= I=25
N

Keterangan:
IS : intensitas kerusakan (%)
ai : jumlah batang terserang pada rumpun ke-i
bi : jumlah batang tidak terserang pada rumpun ke-i
N : jumlah rumpun/unit sampel (25)

Untuk pengamatan tingkat serangan relatif akibat organisme pengganggu yang


makan pada daun, dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Z

 (ni.vi)
i 0
x100%
IS= Z .N
Keterangan:
IS : intensitas kerusakan (%)
vi : skor kerusakan (0, 1, 2, 3, dan 4) denagn ketentuan sebagai berikut : (0)
tanpa kerusakan; (1) kerusakan >0 dan <25%; (2) kerusakan >25% dan
<50%; (3) kerusakan >50% dan <75%; (4) kerusakan >75%.
ni : jumlah unit sample bergejala serangan dalam skor v
N : jumlah unit sampel (25)
Z : skor tertinggi (4)

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel Populasi Mutlak Hama Padi
1. Intensitas Serangan
No. Jenis Hama Intensitas Serangan (%)
1. Sundep/Beluk 0
2. Kepik 0,0348
3. Wereng Coklat 0,005
4. Wereng Hijau 0
5. Walang Sangit 0
6. Belalang 0.0484
7. Hama Lain 0.3622

2. Tingkat Serangan
No. Jenis Hama Tingkat Serangan (%)
1. Sundep/Beluk 0
2. Kepik 7
3. Wereng Coklat 4
4. Wereng Hijau 0
5. Walang Sangit 0
6. Belalang 11
7. Hama Lain 82

Tabel Populasi Nisbi Hama Padi


Jumlah
Ulangan
sweeping Kupu / Ulat Kepik
Wereng Wereng Walang
Belalang
Hama
Ngengat Coklat Hijau Sangit Lain
1 - - - 7 1 - - 1
2 - 1 - - - - - 1
3 - - - 1 - - - 3
4
5
Jumlah 0 1 0 8 1 0 0 5
Rerata 0 0,3 0 2,67 0,3 0 0 1,67

B. Pembahasan
Untuk melakukan pengendalian akibat kerusakan dan kerugian yang diakibatkan
oleh hama tanaman, diperlukan perhitungan mengenai populasi hama dan tingkat
kerusakan tanaman. Sehingga dapat diketahui tindakan pengendalian yang sesuai
untuk dilakukan. Ada 3 bentuk pengamatan populasi hama secara garis besar, yaitu :
 Pengamatan populasi mutlak, yaitu apabila jumlah populasi hama hasil
pengamatan dinyatakan dalam unit satuan luas, unit habitat yang berupa tanaman,
kelompok tanaman ataupun bagian tanaman.
 Pengamatan populasi relatif, yaitu apabila hasil pengamatan dinyatakan dalam
unit satuan usaha, misalnya penggunaan jaring serangga dan penggunaan berbagai
jenis perngkap.

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
 Pengamatan indeks populasi, yaitu apabila pengamatan dilakukan tidak langsung
kepada individu hamanya, tetapi kepada hasil kegiatan yang dilakukan oleh hama
tersebut, misalnya gejala kerusakan dan sarang yang dibuat oleh hama.
Pada praktikum ini, pengamatan dilakukan dengan pengamatan populasi mutlak,
relatif, dan indeks populasi. Pengamatan hama pada tanaman padi dilakukan dengan
cara pengamatan langsung di sawah pada areal tertentu. Pengamatan dilakukan
secara mutlak dan relatif. Pengamatan populasi mutlak dilakukan dengan cara
menghitung langsung populasi hama yang ditemukan pada tiap unit sampel,
sedangkan pengamatan secara relatif dilakukan dengan cara mengayunkan jaring
sebanyak 10 kali ayunan.
1. Pengamatan Populasi Mutlak
Pada pengamatan mutlak, sampel tanaman padi yang diamati diambil secara
diagonal dari sisi kanan, kiri sawah, dan bagian tengah sawah dan diambil 25 sampel
untuk tiap kelompok, 10 dari sisi kiri dan 10 dari sisi kanan dan 5 pada sisi tengah.
Tiap tanaman diamati keberadaan hama dan akibat dari hama seperti sundep/beluk.
Dari hasil pengamatan ditemukan beberapa hama tanaman padi yang menyerang,
antara lain :
 Kepik Padi
Contoh kepik yang menyerang tanaman padi anatara lain ialah Scotinophara
lurida Brum. dan Nezara viridula. Panjang kepik hijau lebih kurang 16 mm.
Bentuknya seperti perisai, baunya busuk, warnanya hijau. Kadang-kadang kepik
hijau hidup menggerombol. Kerugiannya terutama disebabkan oleh racun dalam
ludahnya yang menyebabkan layu dan matinya daun-daun dan tunas, jadi bukan
karena isapannya.
 Wereng Batang
Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng
padi berpunggung putih (Sogatella furcifera). Merusak dengan cara mengisap
cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia.
Wereng ini dapat menularkan virus. Gejala yang tampak adalah tanaman padi
menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman
yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan
dengan bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR
36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh
alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah.
 Belalang
Belalang merupakan hama yang sangat mudah dijumpai dan salah satu yang kita
kenal adalah Walang sangit (Leptocoriza acuta). Menyerang buah padi yang
masak susu. Gejala serangan walang sangit menyebabkan buah hampa atau
berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun
terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam. Hama belalang
merupakan salah satu hama yang juga meresahkan petani padi di Indonesia. Jika
ditinjau dari tingkat kerusakan yang ditimbulkan, maka hama belalang tergolang
hama yang ganas. Cuaca yang tak menentu, hujan sesekali saja turun lalu berubah
panas kembali membuat hama seperti belalang cepat berkembang biak. Salah satu
jenis belalang yang paling meresahkan petani ialah belalang kembara (Locusta
migratoria manilensis).
Dalam kehidupan dan perkembangan koloni belalang kembara dikenal
mengalami 3 fase pertumbuhan populasi yaitu fase soliter, fase transien, dan fase
gregaria. Pada fase “soliter”, belalang hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan
kerugian atau kerusakan tanaman. Pada fase “gregaria”, belalang kembara hidup

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
bergerombol dalam kelompok-kelompok besar, berpindah-pindah tempat dan
menimbulkan kerusakan tanaman secara besar-besaran pula. Perubahan fase dari
soliter ke gregaria dan sebaliknya dari gregaria kembali ke soliter dipengaruhi oleh
kondisi iklim. Perubahan fase soliter ke fase gregaria biasanya dimulai pada awal
musim hujan setelah melewati musim kemarau yang cukup kering (dibawah normal).
Pada saat tersebut, biasanya terjadi peningkatan konsentrasi populasi belalang soliter
yang berdatangan dari berbagai lokasi ke suatu lokasi yang secara ekologis sesuai
untuk berkembang. Perubahan fase gregaria kembali ke fase soliter biasanya apabila
keadaan lingkungan tidak menguntungkan bagi kehidupannya, terutama karena
pengaruh curah hujan, tekanan musuh alami dan atau tindakan manusia melalui
usaha pengendalian. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan bertanam
serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas
musuh alami seperti jangkrik; (2) menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC,
Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.
Dari data hasil pengamatan yang dilakukan oleh 5 kelompok atau 1 golongan,
Intensitas Serangan paling besar terjadi pada serangan hama lain, dalam hal ini hama
yang 0,3622 sedangkan untuk nilai Tingkat Serangan untuk hama lain juga memiliki
nilai terbesar yaitu 82. Hal ini menunjukan bahwa serangan hama pada lahan padi
yang diamati belum begitu parah. Serangan masih belum menimbulkan kerugian
pada petani. Hal ini terjadi dikarenakan padi yang ada di lapangan dalam kondisi
baru saja ditanam kurang lebih selama 3 minggu.
Dari data pengamatan yang dilakukan, pengendalian perlu dilakukan pada tanaman
yang telah mencapai ambang ekonominya. Penetapan ambang ekonomi harus
memenuhi syarat:
1. Spesifik, yakni nilai ambang
ekonomi yang di buat hanya untuk satu jenis hama tertentu yang merusak jenis
tanaman tertentu, dalam hal ini adalah padi.
2. Mudah terukur, yakni parameter
yang digunakan harus kuantitatif, sehingga memudahkan pengamatan di lapangan.
3. Mempertimbangkan OPT dan
tanaman yakni harus mempertimbangkan kecepatan perkembangbiakan jenis OPT
dan nilai ekonomis tanaman.

2. Pengamatan Populasi Relatif (Ayunan Jaring)


Pengamatan populasi relatif dilakukan dengan cara mengayunkan jaring pada
tanaman padi di areal sawah. Hama yang terjaring diidentifikasi dan dihitung
jumlahnya. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa hama yang terjaring antara lain
kepik padi, wereng daun, wereng cokelat, dan hama lain (misalnya walang sangit,
predator, lalat, dll). Hama yang paling banyak tertangkap adalah wereng cokelat.
Sehingga dapat diperkirakan bahwa di lahan sawah tersebut populasi wereng cokelat
tinggi. Namun, pengamatan populasi relatif dengan menggunakan ayunan jaring
bukan merupakan metode pengamatan yang tepat, hal ini karena tingkat
keakuratannya rendah dan data kurang mewakili. Dari hasil penangkapan, wereng
cokelat merupakan hama yang paling banyak tertangkap dan yang paling mudah
tertangkap karena gerakannya lambat dibandingkan hama yang lainnya.

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
IV. KESIMPULAN

1. Ada 3 metode pengamatan hama, yaitu:


 Pengamatan populasi mutlak : Dengan menghitung jumlah hama secara
langsung
 Pengamatan populasi relatif : Dengan ayunan jaring
 Pegamatan indeks populasi : Dengan mengamati gejala dan sarang
yang
dibuat hama.
2. Nilai IS terbesar adalah nilai IS untuk jenis hama lain yaitu sebesar 0,3622 %.
3. Wereng cokelat merupakan serangga yang banyak terdapat di areal persawahan.

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
V. UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada :


1. Bapak Triman sebagai Dosen pendamping saat melakukan pengamatan
2. Para Asisten Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman Golongan A5
3. Teman-teman Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman Golongan A5

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
DAFTAR PUSTAKA

Rukmana, R., dan S. Saputra. 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian.
Kanisius, Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Untung, K. 1993. Pengantar Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
LAMPIRAN
A. TABEL DATA MENTAH
1. Populasi Mutlak Hama Padi
Jumlah
Skor
No. serangan
Sundep Wereng Wereng Walang Hama
Rumpun Batang Kepik wereng Belalang
/ Beluk Coklat Hijau Sangit Lain
coklat
(0-9)*
1 6 0 0 0 0 0 0 0 3
2 8 0 0 1 0 0 0 0 2
3 9 0 0 0 0 0 0 0 2
4 14 0 0 0 0 0 0 0 3
5 12 0 0 0 0 0 0 0 3
6 18 0 1 0 0 0 0 0 9
7 8 0 0 0 0 0 0 0 10
8 11 0 0 0 0 0 0 0 2
9 8 0 0 0 0 0 0 0 2
10 8 0 0 0 0 0 0 0 5
11 8 0 0 1 0 0 0 0 3
12 9 0 0 0 1 0 0 0 7
13 8 0 0 1 1 0 0 0 6
14 7 0 0 1 1 0 0 1 7
15 8 0 0 0 0 0 0 2 8
16 7 0 2 0 0 0 0 1 1
17 6 0 1 0 0 0 0 0 0
18 7 0 0 0 0 0 0 2 2
19 7 0 0 0 0 0 0 1 1
20 8 0 3 0 0 0 0 0 0
21 16 0 0 0 1 0 0 1 2
22 17 0 0 0 0 0 0 0 3
23 16 0 0 0 0 0 0 1 0
24 15 0 0 0 0 0 0 1 1
25 12 0 0 0 0 0 0 1 0
Jumlah 253 0 7 4 4 0 0 11 82
Rerata 10.12 0 0.28 0.16 0.16 0 0 0.44 3.28

2. Populasi Nisbi Hama Padi

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
Jumlah
Ulangan
Kupu /
sweepin Wereng Wereng Walang Hama
Ngenga Ulat Kepik Belalang
g Coklat Hijau Sangit Lain
t
1 - - - 7 1 - - 1
2 - 1 - - - - - 1
3 - - - 1 - - - 3
4
5
Jumlah 0 1 0 8 1 0 0 5
Rerata 0 0,3 0 2,67 0,3 0 0 1,67

B. PERHITUNGAN
1. Intensitas Serangan (%)
25
ai
∑ ai+bi
IS= I=25
N

Sundep / Beluk
25

∑ 06 + 08 + 09 + 140 + 12
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
18 8 11 8 8 8 9 8 7 8 7 6 7 7 8 16 17 16 15 12
IS= I=25 =0
25

Kepik
25

∑ 06 + 08 + 09 + 140 + 12
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 3 0 0 0 0 0
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
18 8 11 8 8 8 9 8 7 8 7 6 7 7 8 16 17 16 15 12
IS= I=25
25
¿0,0348

Wereng Coklat
25

∑ 06 + 18 + 09 + 140 + 12
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
18 8 11 8 8 8 9 8 7 8 7 6 7 7 8 16 17 16 15 12
IS= I=25 =0,00
25

Wereng Hijau
25

∑ 06 + 08 + 09 + 140 + 12
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
18 8 11 8 8 8 9 8 7 8 7 6 7 7 8 16 17 16 15 12
IS= I=25 =0
25

Walang Sangit
25

∑ 06 + 08 + 09 + 140 + 12
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
18 8 11 8 8 8 9 8 7 8 7 6 7 7 8 16 17 16 15 12
IS= I=25 =0
25

Belalang

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.
25

∑ 06 + 08 + 09 + 140 + 12
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 1 0 2 1 0 1 0 1 1 1
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
18 8 11 8 8 8 9 8 7 8 7 6 7 7 8 16 17 16 15 12
IS= I=25
25
¿0,0484

Hama Lain
25

∑ 36 + 82 + 29 + 143 + 12
3 9 10 2 2 5 3 7 6 7 8 1 0 2 1 0 2 3 0 1 0
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
18 8 11 8 8 8 9 8 7 8 7 6 7 7 8 16 17 16 15 12
IS= I=25
25
¿ 0,3622

2. Tingkat Serangan (%)


z

∑ (¿ . vi)
i=25
IS=
ZxN

Sundep / Beluk
IS=((0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+( 0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x
=0

Kepik
IS=((0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(1 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x
=7

Wereng Coklat
IS=((0 x 0)+(1 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+( 1 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+( 0 x 0)+(0 x 0)+(1 x 0)+(0 x 0)+(1 x
=4

Wereng Hijau
IS=((0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+( 0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x
=0

Walang Sangit
IS=((0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+( 0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x
=0

Belalang
IS=((0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+( 0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x 0)+(0 x
= 11

Hama Lain
IS=((3 x 0)+(2 x 0)+(2 x 0)+(3 x 0)+(3 x 0)+(9 x 0)+(10 x 0)+(2 x 0)+(2 x 0)+(5 x 0)+( 3 x 0)+(7 x 0)+(6
= 82

Makalah Acara V Praktikum DIHT dipresentasikan tanggal 14 April 2014 di Jurusan HPT, Faperta UGM.

Anda mungkin juga menyukai