Anda di halaman 1dari 13

VERTIKULTUR

Vertikultur sebagai alternatif bagi lahan sempit

Lahan yang sempit memang membuat kegiatan berkebun jadi kurang leluasa, namun dengan
memanfaatkan ruang secara vertikal, berkebun menjadi lebih menyenangkan dengan
kuantitas yang dapat ditingkatkan. Vertikultur adalah pola bercocok tanam yang
menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Pada kesempatan
ini saya tertarik mencoba vertikultur dengan bambu berdiri sebagai wadahnya. Karena
skalanya percobaan, saya hanya menggunakan dua batang bambu. Tidak semua jenis tanaman
bisa atau cocok untuk vertikultur. Untungnya, hampir semua jenis sayuran bisa digunakan,
yang kebetulan juga memang sesuai keinginan saya berkebun sayur mayur untuk kepentingan
dapur. Dalam hal ini saya memilih tomat dan cabe merah. Untuk media tanam saya gunakan
campuran tanah, kompos, dan sekam. Saya menggunakan bahan dan pola organik dalam
bercocok tanam.

Pembuatan wadah tanam

Wadah tanam yang akan saya buat adalah dua batang bambu yang masing-masing
panjangnya 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk
ditanam ke tanah. Pada setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Saya
mulai dengan memilih bambu yang batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan
ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu, semakin panjang pula masa
pakainya. Di bagian 20 cm terdapat ruas yang nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung
dari atas. Semua ruas bambu kecuali yang terakhir saya bobol dengan menggunakan linggis
supaya keseluruan ruang dalam bambu terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam
ditempatkan. Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat
sejumlah lubang kecil dengan paku untuk sirkulasi air keluar (atusan).

Potong bambu dan bobol semua ruas kecuali yang terakhir

Selanjutnya saya membuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan
bor listrik. Anda tentu saja bisa menggunakan alat lain seperti pahat, atau apa saja yang Anda
punya untuk membuat lubang. Lubang dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu
(saya asosiasikan permukan bambu dengan bidang kotak). Pada dua sisi yang saling
berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada dua sisi lainnya masing-masing
dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang
berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang saya buat 30 cm. Buat lubang
tanam sesuai ukuran bambu dan karakteristik tanaman Jika diilustrasikan dengan permukaan
datar, posisi lubang-lubang tanam

Ilustrasi posisi lubang pada permukaan datar


Kini saatnya menanam bambu dengan memasukkan 20 cm bagian bawah ke dalam tanah.
Saya menempatkan kedua batang bambu pada jarak satu meter lebih, walaupun 40-50 cm
barangkali masih memadai. Batang bambu tidak ditancapkan begitu saja, melainkan
dibuatkan lubang dulu seperlunya.

Posisi wadah bambu yang telah ditanam di tanah


Pengadaan media tanam

Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media
tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam
yang saya gunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata.
Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui
air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam
berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya
bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk
memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk
mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu
diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman
tidak kesulitan bernafas, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam
mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

Persiapan bibit tanaman dan penanaman

Jauh sebelum saya berencana membuat wadah vertikal, saya telah mulai mempersiapkan
sejumlah bibit tanaman, tadinya untuk ditanam langsung ke tanah. Ketika tanaman sudah
mencapai umur siap dipindahkan, barulah saya menetapkan ide untuk menanam secara
vertikal. Jadi dalam hal ini, kebetulan waktunya tepat. Pada dasarnya ada tiga tahap dalam
proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam.
Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di
bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Di sini saya menggunakan wadah khusus
persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan
ukuran lubangnya bervariasi). Saya juga menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah
bekas tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang
bersifat organik.
Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap
lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain
maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal
ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu
setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih
yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan. Karena waktu
itu saya belum berencana untuk menanamnya di tanah, juga belum terpikir tentang
vertikultur, bibit-bibit tadi saya pindahkan ke polybag dan wadah-wadah lain yang bisa saya
gunakan.
Bibit tanaman yang saya pindahkan ke wadah bambu sudah berumur lebih dari satu bulan,
daunnya pun sudah bertambah. Karena saya hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua
batang bambu, maka saya cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Saya memilih 10
bibit tanaman cabe merah dan 10 bibit tomat. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu,
terlebih dahulu saya menyiramkan air ke dalamnya. Saya menyiram hingga jenuh, ditandai
dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah saya rasa cukup, saya pun
mulai menanam bibit satu demi satu. Setiap lubang tanam saya bolongi lagi tanahnya untuk
memasukkan akar. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap
jenis bibit (cabe merah dan tomat) saya kelompokkan di wadah bambu terpisah. Kini saya
memiliki dua kebun vertikal.
Perkembangan dan pemeliharaan

Pada hari pertama setelah penanaman, sejumlah daun menguning dan beberapa di antaranya
malah berguguran. Namun, 2-3 hari kemudian, daun-daun muda bermunculan. Satu bulan
kemudian batang semakin besar, cabang bertambah, dan daun semakin rimbun, menunjukkan
perkembangan yang cukup signifikan meskipun tidak sepesat pola tanaman normal yang
ditanam di tanah, atau setidaknya di pot.
Seperti halnya tanaman konvensional, tanaman vertikultur harus disiram dan dipupuk secara
berkelanjutan, juga dilakukan penyemprotan untuk mencegah dan/atau membunuh hama
pengganggu. Dan seperti juga tanaman dalam wadah lainnya, pemupukan harus lebih sering
karena tanaman tidak mendapatkan unsur hara yang umumnya terdapat secara alami di dalam
tanah. Karena posturnya yang jangkung dan wadah yang sebagian besar tertutup, saya
berpikir bahwa yang cocok digunakan adalah pupuk cair. Saya memilih salah satu produk
pupuk cair organik yang saat ini sudah banyak beredar di pasar. Untuk pengusir hama, saya
juga menggunakan produk berbahan organik dari pasar yang selain untuk mengusir hama
juga memiliki fungsi untuk mempercepat penguraian bahan pupuk organik.
Saya menyukai kenyataan walaupun awalnya agak aneh, bahwa untuk menyiram, saya hanya
memasukkan air dari atas lubang bambu. Begitupun ketika mengaplikasikan pupuk cair.
Selain itu saya juga mencipratkan air dan pupuk cair langsung ke daun tanaman, atau dengan
menggunakan semprotan. Satu hal lagi yang meringankan saya dalam memelihara tanaman
vertikultur adalah saya tidak perlu membersihkan gulma, karena memang (sejauh ini) belum
ada gulma yang tumbuh. Bandingkan jika ditanam di tanah atau di pot yang memungkinkan
gulma tumbuh sangat rajin. Hari ini dibersihkan, dua hari kemudian sudah muncul lagi.

Batang membesar, cabang bertambah, daun makin rimbun

Bentuk-bentuk veltikultur

Model dan bahan untuk membuat wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan
dengan kondisi dan keinginan. Selain bambu dapat juga digunakan paralon, kaleng bekas,
bahkan lembaran karung beras pun bisa. Ada beberapa model lain yang ingin dan telah saya
coba, dengan bahan bambu yang sangat dominan. Saya hanya ingin memanfaatkan sisa-sisa
bahan bangunan yang digunakan waktu renovasi, karena saya percaya bahwa salah satu
filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.

Model 1: rak mini


Model 2: Bambu tingkat
Model 3: Rak bertingkat
Model 4: Rak sederhana
Anda tertarik? Selamat mencoba dan bervertikulturia!
Referensi: Sutarminingsih, Ch. Lilies, Vertikultur, (Yogyakarta: Kanisius, 2007)

UPDATE [22-09-2008]

Berhubung sempat mengungsi ke rumah mertua sebelum kelahiran anak ketiga hingga
beberapa minggu, tanaman wadah vertikal saya sempat tidak terurus. Hasilnya, semua
tanaman tomat gugur dengan sukses, tanaman cabe yang tersisa hidup dengan merana. Saat
ini saya belum melakukan tindakan apapun, insya Allah setelah lebaran, saya akan
mengulangi lagi dari proses pembibitan dan penanaman.
Vertikultur Kebun Mini di Dalam Rumah

Hobi berkebun kini makin digemari. Banyak dilakukan di pekarangan rumah, halaman
sekolah, atau tempat-tempat terbuka lainnya. Di Jakarta, kegemaran ini telah merambah
sudut-sudut perumahan serta bantaran sungai. Memanfaatkan lahan tidur untuk pertanian kota
(urban agriculture). Namun, dapatkah kegiatan berkebun diwujudkan didalam rumah?
Dengan sisa lahan yang sempit lagipula terbatas.tanpa harus banyak mengeluarkan waktu
biaya, atau tenaga. Bisa saja, vertikultur adalah jawabannya.

Sistim pertanian konvensional di perkotaan membutuhkan lahan luas.

Naskah dan Foto oleh Bambang Parlupi Budi daya tanaman obat dapat juga dilakukan
dengan teknik veltikultur. Selain berguna kebun pun akan terlihat lebih berwarna
Melalui sedikit kreativitas, sebuah kebun kecil dapat dipindahkan ke dalam rumah. Nama
vertikultur berasal dari bahasa Inggris, verticulture. Istilah ini terdiri dari dua kata , yaitu
vertical dan culture. Di dalam dunia bercocok tanam, perngertian vertikultur adalah budidaya
pertanian dengan cara bertingkat atau bersusun.
Pada dasamya jenis tani ini tidak jauh berbeda dengan mengolah tanah di kebun atau sawah.
Perbedaan yang mencolok hanya terletak pada lahan yang digunakan dalam sistem pertanian
konvensional misalnya, satu meter persegi mungkin hanya bisa menanam lima batang pohon.
Dengan pola ini, mampu ditanami sampai 20 batang.
Teknik bercocok tanam bertingkat ini biasanya digunakan untuk membudidayakan tanaman
semusim, seperti sayuran, ujar Ning Hermanto (45), yang tergabung dalam Kelompok
Wanita Tani (KWT) Bunga Lili Jakarta Utara. Tidak menutup kemungkinan jenis pohon obat
atau tanaman hias juga dapat ditanam. Selain dapat menambah gizi keluarga, petani yang
mempunyai lahan luas berpeluang untuk melipatgandakan hasilnya. Suasana pun tampak
lebih asri dan segar. Demikian yang diutarakan wanita yang sering menjadi fasilitator
pertanian ekologis di Jakarta dan Depok itu.
Hal serupa juga ditambahkan oleh pemerhati masalah pertanian dari KONPHALINDO
(Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutandan Alam Indonesia), Sri Widiastuti.
Menurutnya, pertanian vertikultur sangat cocok sekali diterapkan dikota-kota besar seperti
Jakarta. Sanggup pula dibudidayakan di daerah rawan banjir.
Pasalnya, kebun mini ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Selain itu, amat berguna
untuk mengisi waktu luang bagi ibu-ibu rumah tangga, remaja, atau para pensiunan. Bila
hasilnya berlimpah dapat dijual untuk menambah income keluarga. Vertikultur merupakan
solusi pertanian masa depan. Hemat lahan dan aman bagi lingkungan, tegasnya.

Murah dan Mudah


Karena pengertiannya pertanian bertingkat, sistem yang dipakai tidak ubahnya seperti sebuah
tangga pada umumnya. Bersusun ke atas dan tentu saja tidak perlu mencangkul atau
membajak tanah. Dalam pembuatan tingkat alat dan bahan banyak tersedia di sekitar kita.
Untuk pernbuatan rangka dapat dipakai kayu, bambu, atau papan. Modelnya pun terserah
saja. Yang penting sanggup menopang atau mengisi beberapa buah tanaman. Ada beberapa
tipe yang urnum dipakai seperti berbentuk persegi panjang, segitiga berjenjang atau seperti
anak tangga.
Dapat pula digantung di langit - langit atau atap kamar. Ukuran tinggi rak tersebut
sewajamya, agar perawatan pohon mudah dilakukan. Ha lain yang harus diperhatikan. Beri
jarak sekitar 30-50 cm dan permukaan lantai.
Tak perlu bingung untuk media tanam. Tempat hidup pohon-pohon itu dapat dipakai bekas
kaleng cat, biskuit atau wadah plastik minyak pelumas. Barang-barang tersebut aneka jenis
pot-pot tanaman yang banyak dijual. Begitu pula dengan memanfaatkan gelas air minum
minerai, ember bekas serta dapat memakai kantung plastik jenis polybag.
Manfaatkan benda-benda yang tidak terpakai untuk membuat pot-pot tanaman, pesan lbu
Ning, yang pemah meraih Juara l Lomba Pekarangan Produktif Tingkat DKI Jakarta pada
Expo Agribisnis Tahun 1999 lalu.
Syarat pernbuatan rak itu tidak hanya kuat, namun juga fleksibel. Dapat dengan mudah
diletakkan di mana saja. Diteras samping, halaman depan, bahkan di dalam ruangan. Pot
tanaman juga dapat ditata sedemikian rupa. Dengan memanfaatkan kerangka penyangga
untuk menggantung wadah tanaman yang ringan.
Dalam budidaya sayuran letakkan pohon yang banyak membutuhkan sinar matahari seperti
cabai, selada atau sawi pada bagian yang paling atas. Sedangkan tanaman jenis ginseng,
seledri, serta kangkung di bagian tengah atau bawah. Kombinasi TABULAPOT (Tanaman
Buah Dalam Pot ) dapat disusun untuk menambah ramai keadaan. Juga, tampilan koleksi
tanaman hias atau obat membuat suasana kebun menjadi lebih indah dan bervariasi.
Menurut penuturan pehobi yang tidak pemah mengenyam pendidikan pertanian itu, sebelum
bercocok tanam sebaiknya mengenali sifat-sifat tanaman. Beberapa jenis sayuran kadangkala
cocok dibudidayakan di daerah dataran rendah atau dataran tinggi yang dingin. Bila membeli
benih tanyakan pada penjual apakah cocok ditanam di daerah sekitar.
Aneka sayuran mampu hidup di daerah panas seprti Jakarta antara lain sawi, bayam, katuk
serta kemangi. Tumbuhan itu banyak di tanam secara perorangan di rumah atau pada lahan
pertanian kota.
Petani vertikultur juga dapat membuat bibit sendiri. Dengan penyemaian sederhana yang
diambil dari pohon yang telah mampu menghasilkan bibit. Caranya yaitu dengan membiarkan
buah matang atau setengah kering di pohon. Lalu bijinya dikeringkan dengan cara dijemur.
Untuk benih tanaman semusim, pilih yang bentuknya bagus dan tidak cacat, serta tenggelam
bila direndam air. Wadah kotak kayu, kotak plastik persegi empat atau polybag kecil sangat
baik dipakai sebagai tempat persemaian. Untuk pengadaan bibit tanaman lain dapat diperoleh
dari hasil stek atau cangkokan.
Bagi yang doyan makan tomat, pare, kacang panjang atau mentimun, dapat pula menanam
dengan cara ini. Sebagai wadahnya dipakai tempat yang lebih besar, seperti drum bekas,
kaleng cat besar, atau karung bekas beras. Tentu saja di beri air, atau penyangga dari kawat,
bambau, atau tali sebagai tempat untukmerambatnya.
Sistim rak veltikultur permanen, namun dapat dipindah-pindahkan. Seakan memindahkan
kebun atau sawah mini ke dalam rumah.Tidak ada rotan, akar pun jadi. Tidak ada pot,
bambu pun dapat menjadi wadah tanaman.

Sehat
Banyak cara hidup sehat. Salah satunya adalah mengkonsurnsi makanan yang sehat. Tanpa
banyak mengandung unsur kimiawi, zat pewarna atau pengawet. Begitu pula dengan tinggal
di rumah yang sehat pula. Penuh warna oleh pepohonan, jauh dari pencemaran lingkungan.
Lalu, apa hubungannya dengan jenis pertanian ini?.
Teknik vertikultur adalah upaya untuk menghasilkan tanaman yang lebih higienis dan
ramah lingkungan, ungkap Sri Widiastuti, yang tergabung dalam Jaringan Kerja Pertanian
Organik Indonesia. Alasannya, menurut dia, bila pertanian tersebut dipakai dengan konsep
organik, tentu hasilnya akan berbeda. Di Indonesia dikenal dengan nama Pertanian Organik
(PO). Yakni budidaya pertanian alami yang tidak menggunakan bahan kimia. Tanpa
pemakaian pupuk kimia, pestisida kimia atau zat perangsang buatan lainnya.
Hal ini bukan berarti tidak memakai bahan-bahan tersebut. Pemilik kebun dapat membuat
sendiri pupuk alami dari bahan-bahan sederhana. Yang diperoleh dari limbah atau sampah
dapur. Untuk urusan hama penyakit pun tak perlu khawatir. Resep tradisional peninggalan
orangtua mampu menghadapi hama itu.
Memang hasil panen dari kebun kecil ini tidak sebesar dengan cara konvensional. Yang
umumnya memakai pupuk kimia jenis urea, TSP, atau NPK dalam unsur tanah. Hasil dari
pemakaiannya mampu menghasilkan buah dan daya tumbuh pohon yang lebih baik.
Di balik itu ada hasil yang lebih membanggakan bila memakai cara alami. Asupan zat kimia
ke dalam tanaman dapat diperkecil. Air untuk menyiram pohon juga jauh lebih bersih, jelas
Sri.
Berbeda dengan budidaya tanaman sayur yang banyak berada di pinggiran sungai.
Kernudian hasilnya dijual ke pasar. Mungkin air kali yang tercemar digunakan untuk
menyiram. Begitu pula dengan pola pertanian besar yang banyak memakai pestisida dan
berbagai macam zat perangsang tumbuh, agar tanaman cepat dipetik hasilnya.
Untuk budidaya sayuran cara vertikultur temyata hasil panen tidak jauh dengan petani
umumnya. Pohon cabai dapat dipetik hasilnya pada usia tiga bulan. Tanaman sawi atau selada
bisa dipanen ketika umur 40 hari. Terong atau pare berbuah di usia tiga bulan. Begitu juga
dengan bayam yang siap dipetik pada hari ke-28.
lbu-ibu tak perlu repot untuk pergi ke pasar atau supermarket untuk membeli sayuran yang
lebih fresh. Hasil ladang bertingkat di halaman jauh lebih segar daripada di sana. Lagipula
ada kepuasan batin untuk itu. Memakan hasil bumi dari jerih payah sendiri, meskipun sedikit
adanya
Bercocok tanam secara vertikultur sedikit berbeda dengan bercocok tanam di kebun atau di
ladang. Vertikultur diartikan sebagai teknik budi daya tanaman secara vertical sehingga
penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat dan tidak membutuhkan
lahan yang banyak, papar Temmy Desiliyarni, alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB).
Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan secara vertikultur biasanya adalah tanaman yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek, atau tanaman semusim seperti sayuran, dan
memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas.
Bahan untuk tempat bertanam yang biasa dimanfaatkan sebagai model vertikultur adalah
pipa paralon (PVC), bambu betung, kawat ayam, atau gelas bekas air mineral. Alat-alat yang
diperlukan adalah bor listrik dan gergaji. Salah satu model vertikultur sederhana yang murah
adalah dari bambu betung.

Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :


1. Siapkan bambu betung berdiameter sekitar 10 cm sepanjang 1,5 m
2. Lubangi dengan hati-hati pembatas bagian dalam antar-ruas bambu menggunakan linggis
3. Belahlah ujung atas dan ujung bawah menjadi empat bagian sepanjang 10 cm
4. Di bagian tengah antara belahan satu dengan yang lainnya diberi sepotong kayu sehingga
belahan-belahan tadi membuka dan bagian bawah bambu dapat digunakan untuk berdiri
tegaknya bambu tersebut.
5. Setelah itu, dengan menggunakan bor listrik dibuat lubang-lubang yang berdiameter 1,5-2
cm di bagian sisi bambu secara bertingkat dan berselang seling sehingga tanaman tidak saling
menutupi.
6. Lubang pertama dibuat dengan jarak 12,5 cm dari ujung bambu. Lubang tanam yang lain
dibuat dengan jarak 25 cm antara lubang satu dengan lubang lainnya sehingga didapatkan dua
belas lubang tanam.
7. Setelah itu, masukkan media tanam yang telah disiapkan ke dalam bambu hingga penuh
8. Model ini dapat diangkat dan dipindah-pindah ke tempat yang inginkan walaupun agak
berat.
9.
Menanam Sayur di Pipa Paralon

Pipa paralon yang terbuat dari plastik PVC bisa dimanfaatkan untuk tempat bertanam secara
vertikal atau bertingkat. Rumah yang tidak mempunyai pekarangan atau lahan yang luas
untuk berkebun, terutama untuk jenis tanaman sayuran, dapat menerapkan metode bertanam
di pipa paralon (pvc) yang dikenalkan oleh Temmy Desiliyarni dengan sistem vertikulturnya.
Tidak dijelaskan apakah sayuran yang ditanam di plastik PVC itu tidak menyerap racun
klorida dari pipa PVC.
Berikut ini adalah cara membuat model sederhana teknik vertikultur menggunakan pipa
paralon.
1. Siapkan pipa paralon berdiameter 4 inci sepanjang 1,5 m
2. Buat lubang berdiameter 1,5-2 cm di sisi pipa secara bertingkat dan berselang-seling
sehingga tanaman tidak akan saling menutupi.
3. Lubang pertama dibuat pada jarak 10 cm dari ujung paralon. Lubang berikutnya dibuat
dengan jarak 25 cm antara lubang satu dengan lubang lainnya sehingga didapatkan dua belas
lubang tanam setiap pipa.
4. Bagian bawah pipa paralon ditutup dengan dop PVC setebal 5 cm
5. Pipa paralon yang sudah ditutup dop diletakkan di cincin alas yang berkaki dua dan terbuat
dari besi. Supaya dapat berdiri kokoh, kaki-kaki tadi harus ditanam dalam alas semen yang
berbentuk segi empat
6. Setelah itu, paralon diberi media tanam yang telah disiapkan hingga penuh
7. Vertikultur sudah siap ditanami. Model bisa diangkat dan dipindah-pindah sesuai dengan
tempat yang inginkan walaupun agak berat.

Menanam Sayuran di Gulungan Kawat Ram

By Siti Zulaedah @ 3:20 PM :: 270 Views ::

Satu lagi model vertikultur sederhana ala Temmy Desiliyarni, Alumnus Institut Pertanian
Bogor (IPB), yang memanfaatkan kawat ram untuk menanam sayuran. Model vertikultur
dengan kawat ram sederhana, mudah membuatnya dan bahannya mudah didapat, sehingga
dapat diterapkan oleh siapa saja. Model bertanam vertikultur menghemat tempat.
1. Kawat ram yang berukuran 1,5 m x 0,5 m digulung membentuk tabung dengan diameter
sekitar 10 cm.
2. Supaya gulungan kawat tersebut kuat, antarlubang kawat ram diikat dengan kawat jemuran
baju. Setelah itu, bagian dalamnya dilapisi dengan kasa nyamuk, ijuk, atau sabut kelapa.
3. Lapisan bagian dalam (ijuk) dilubangi dengan menggunakan tusuk sate. Diameter lubang,
untuk tanaman sayuran, sama dengan diameter kawat ram. Lubang tersebut dibuat di sisi
kawat ram secara bertingkat dan berselang-seling, sehingga tanaman tidak saling menutupi.
4. Lubang pertama dibuat dengan jarak 10 cm dari ujung gulungan kawat ram. Lubang tanam
yang lain dibuat dengan jarak 25 cm antara lubang satu dengan lubang lainnya sehingga
didapatkan dua belas lubang tanam.
5. Bagian bawah gulungan kawat ram ditanam dalam semen yang berbentuk lingkaran supaya
dapat berdiri tegak.
6. Selanjutnya, gulungan kawat ram diberi media yang telah disiapkan hingga penuh.
7. Model ini dapat diangkat dan mudah dipindah-pindah ke tempat yang diinginkan dan tidak
terlalu berat.
Model vertikultur menggunakan kawat ram ini mempunyai sedikit kekurangan yaitu apabila
kawat ramnya mengalami korosi belum diketahui apakah akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman atau tidak.
Vertikultur Kebun Mini di Dalam Rumah
Hobi berkebun kini makin digemari. Banyak dilakukan di pekarangan rumah, halaman
sekolah, atau tempat-tempat terbuka lainnya. Di Jakarta, kegemaran ini telah merambah
sudut-sudut perumahan serta bantaran sungai. Memanfaatkan lahan tidur untuk pertanian kota
(urban agriculture). Namun, dapatkah kegiatan berkebun diwujudkan didalam rumah?
Dengan sisa lahan yang sempit lagipula terbatas.tanpa harus banyak mengeluarkan waktu
biaya, atau tenaga. Bisa saja, vertikultur adalah jawabannya.
Melalui sedikit kreativitas, sebuah kebun kecil dapat dipindahkan ke dalam rumah. Nama
vertikultur berasal dari bahasa Inggris, verticulture. Istilah ini terdiri dari dua kata , yaitu
vertical dan culture. Di dalam dunia bercocok tanam, perngertian vertikultur adalah budidaya
pertanian dengan cara bertingkat atau bersusun.
Pada dasamya jenis tani ini tidak jauh berbeda dengan mengolah tanah di kebun atau sawah.
Perbedaan yang mencolok hanya terletak pada lahan yang digunakan dalam sistem pertanian
konvensional misalnya, satu meter persegi mungkin hanya bisa menanam lima batang pohon.
Dengan pola ini, mampu ditanami sampai 20 batang.
Teknik bercocok tanam bertingkat ini biasanya digunakan untuk membudidayakan tanaman
semusim, seperti sayuran, ujar Ning Hermanto (45), yang tergabung dalam Kelompok
Wanita Tani (KWT) Bunga Lili Jakarta Utara. Tidak menutup kemungkinan jenis pohon obat
atau tanaman hias juga dapat ditanam. Selain dapat menambah gizi keluarga, petani yang
mempunyai lahan luas berpeluang untuk melipatgandakan hasilnya. Suasana pun tampak
lebih asri dan segar. Demikian yang diutarakan wanita yang sering menjadi fasilitator
pertanian ekologis di Jakarta dan Depok itu.
Hal serupa juga ditambahkan oleh pemerhati masalah pertanian dari KONPHALINDO
(Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutandan Alam Indonesia), Sri Widiastuti.
Menurutnya, pertanian vertikultur sangat cocok sekali diterapkan dikota-kota besar seperti
Jakarta. Sanggup pula dibudidayakan di daerah rawan banjir.
Pasalnya, kebun mini ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Selain itu, amat berguna
untuk mengisi waktu luang bagi ibu-ibu rumah tangga, remaja, atau para pensiunan. Bila
hasilnya berlimpah dapat dijual untuk menambah income keluarga. Vertikultur merupakan
solusi pertanian masa depan. Hemat lahan dan aman bagi lingkungan, tegasnya.

Murah dan Mudah


Karena pengertiannya pertanian bertingkat, sistem yang dipakai tidak ubahnya seperti sebuah
tangga pada umumnya. Bersusun ke atas dan tentu saja tidak perlu mencangkul atau
membajak tanah. Dalam pembuatan tingkat alat dan bahan banyak tersedia di sekitar kita.
Untuk pernbuatan rangka dapat dipakai kayu, bambu, atau papan. Modelnya pun terserah
saja. Yang penting sanggup menopang atau mengisi beberapa buah tanaman. Ada beberapa
tipe yang urnum dipakai seperti berbentuk persegi panjang, segitiga berjenjang atau seperti
anak tangga.
Dapat pula digantung di langit - langit atau atap kamar. Ukuran tinggi rak tersebut
sewajamya, agar perawatan pohon mudah dilakukan. Ha lain yang harus diperhatikan. Beri
jarak sekitar 30-50 cm dan permukaan lantai.
Tak perlu bingung untuk media tanam. Tempat hidup pohon-pohon itu dapat dipakai bekas
kaleng cat, biskuit atau wadah plastik minyak pelumas. Barang-barang tersebut aneka jenis
pot-pot tanaman yang banyak dijual. Begitu pula dengan memanfaatkan gelas air minum
minerai, ember bekas serta dapat memakai kantung plastik jenis polybag.
Manfaatkan benda-benda yang tidak terpakai untuk membuat pot-pot tanaman, pesan lbu
Ning, yang pemah meraih Juara l Lomba Pekarangan Produktif Tingkat DKI Jakarta pada
Expo Agribisnis Tahun 1999 lalu.
Syarat pernbuatan rak itu tidak hanya kuat, namun juga fleksibel. Dapat dengan mudah
diletakkan di mana saja. Diteras samping, halaman depan, bahkan di dalam ruangan. Pot
tanaman juga dapat ditata sedemikian rupa. Dengan memanfaatkan kerangka penyangga
untuk menggantung wadah tanaman yang ringan.
Dalam budidaya sayuran letakkan pohon yang banyak membutuhkan sinar matahari seperti
cabai, selada atau sawi pada bagian yang paling atas. Sedangkan tanaman jenis ginseng,
seledri, serta kangkung di bagian tengah atau bawah. Kombinasi TABULAPOT (Tanaman
Buah Dalam Pot ) dapat disusun untuk menambah ramai keadaan. Juga, tampilan koleksi
tanaman hias atau obat membuat suasana kebun menjadi lebih indah dan bervariasi.
Menurut penuturan pehobi yang tidak pemah mengenyam pendidikan pertanian itu, sebelum
bercocok tanam sebaiknya mengenali sifat-sifat tanaman. Beberapa jenis sayuran kadangkala
cocok dibudidayakan di daerah dataran rendah atau dataran tinggi yang dingin. Bila membeli
benih tanyakan pada penjual apakah cocok ditanam di daerah sekitar.
Aneka sayuran mampu hidup di daerah panas seprti Jakarta antara lain sawi, bayam, katuk
serta kemangi. Tumbuhan itu banyak di tanam secara perorangan di rumah atau pada lahan
pertanian kota.
Petani vertikultur juga dapat membuat bibit sendiri. Dengan penyemaian sederhana yang
diambil dari pohon yang telah mampu menghasilkan bibit. Caranya yaitu dengan membiarkan
buah matang atau setengah kering di pohon. Lalu bijinya dikeringkan dengan cara dijemur.
Untuk benih tanaman semusim, pilih yang bentuknya bagus dan tidak cacat, serta tenggelam
bila direndam air. Wadah kotak kayu, kotak plastik persegi empat atau polybag kecil sangat
baik dipakai sebagai tempat persemaian. Untuk pengadaan bibit tanaman lain dapat diperoleh
dari hasil stek atau cangkokan.
Bagi yang doyan makan tomat, pare, kacang panjang atau mentimun, dapat pula menanam
dengan cara ini. Sebagai wadahnya dipakai tempat yang lebih besar, seperti drum bekas,
kaleng cat besar, atau karung bekas beras. Tentu saja di beri air, atau penyangga dari kawat,
bambau, atau tali sebagai tempat untukmerambatnya.

Sistim rak veltikultur permanen, namun dapat dipindah-pindahkan. Seakan memindahkan


kebun atau sawah mini ke dalam rumah.

Tidak ada rotan, akar pun jadi. Tidak ada pot, bambu pun dapat menjadi wadah tanaman.

Sehat
Banyak cara hidup sehat. Salah satunya adalah mengkonsurnsi makanan yang sehat. Tanpa
banyak mengandung unsur kimiawi, zat pewarna atau pengawet. Begitu pula dengan tinggal
di rumah yang sehat pula. Penuh warna oleh pepohonan, jauh dari pencemaran lingkungan.
Lalu, apa hubungannya dengan jenis pertanian ini?.
Teknik vertikultur adalah upaya untuk menghasilkan tanaman yang lebih higienis dan
ramah lingkungan, ungkap Sri Widiastuti, yang tergabung dalam Jaringan Kerja Pertanian
Organik Indonesia. Alasannya, menurut dia, bila pertanian tersebut dipakai dengan konsep
organik, tentu hasilnya akan berbeda. Di Indonesia dikenal dengan nama Pertanian Organik
(PO). Yakni budidaya pertanian alami yang tidak menggunakan bahan kimia. Tanpa
pemakaian pupuk kimia, pestisida kimia atau zat perangsang buatan lainnya.
Hal ini bukan berarti tidak memakai bahan-bahan tersebut. Pemilik kebun dapat membuat
sendiri pupuk alami dari bahan-bahan sederhana. Yang diperoleh dari limbah atau sampah
dapur. Untuk urusan hama penyakit pun tak perlu khawatir. Resep tradisional peninggalan
orangtua mampu menghadapi hama itu.
Memang hasil panen dari kebun kecil ini tidak sebesar dengan cara konvensional. Yang
umumnya memakai pupuk kimia jenis urea, TSP, atau NPK dalam unsur tanah. Hasil dari
pemakaiannya mampu menghasilkan buah dan daya tumbuh pohon yang lebih baik.
Di balik itu ada hasil yang lebih membanggakan bila memakai cara alami. Asupan zat kimia
ke dalam tanaman dapat diperkecil. Air untuk menyiram pohon juga jauh lebih bersih, jelas
Sri.
Berbeda dengan budidaya tanaman sayur yang banyak berada di pinggiran sungai.
Kernudian hasilnya dijual ke pasar. Mungkin air kali yang tercemar digunakan untuk
menyiram. Begitu pula dengan pola pertanian besar yang banyak memakai pestisida dan
berbagai macam zat perangsang tumbuh, agar tanaman cepat dipetik hasilnya.
Untuk budidaya sayuran cara vertikultur temyata hasil panen tidak jauh dengan petani
umumnya. Pohon cabai dapat dipetik hasilnya pada usia tiga bulan. Tanaman sawi atau selada
bisa dipanen ketika umur 40 hari. Terong atau pare berbuah di usia tiga bulan. Begitu juga
dengan bayam yang siap dipetik pada hari ke-28.
lbu-ibu tak perlu repot untuk pergi ke pasar atau supermarket untuk membeli sayuran yang
lebih fresh. Hasil ladang bertingkat di halaman jauh lebih segar daripada di sana. Lagipula
ada kepuasan batin untuk itu. Memakan hasil bumi dari jerih payah sendiri, meskipun sedikit
adanya.

OPINI: Solusi Bertanam di Ruang Sempit dan Padat


Ditulis oleh Administrator

Berkebun tentu pekerjaan yang menyenangkan. Daripada melihat halaman rumah kosong,
alangkah indahnya ditumbuhi pepohonan. Mengurusi aneka tanaman hias, buah-buahan, atau
tumbuhan obat dapat menjadikan waktu luang lebih berguna. Suasana tempat tinggal pun
tampak lebih segar. Tapi, bagaimana bila tidak memunyai lahan? Atau cuma sejengkal tanah
di depan rumah yang pas-pasan? Padahal, keinginan merawat pohon sangat besar. Tentang
hal itu, enggak perlu patah semangat kok. Ibu-ibu, kaum remaja atau para bapak yang sudah
pensiun tetap dapat melakukannya di sela-sela aktivitas rutin sehari-hari.
"Vertikultur adalah cara pertanian yang hemat lahan. Sangat cocok diterapkan di daerah
permukiman padat," kata Edi Junaedi, pemerhati masalah pertanian kota dari Konphalindo
(Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Alam dan Hutan Indonesia).
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal dari dua
kata, yaitu vertical dan culture. Di bidang pertanian, pengertian verticulture adalah sistem
budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau beringkat. Suatu teknik atau cara
budidaya tanaman semusim (khusunya sayuran) pada lahan terbatas yang diatur secara
bersusun menggunakan bangunan/tempat khusus atau model wadah tertentu dengan
menerapkan paket teknologi maju, serta komoditas yang diusahakan bernilai ekonomi tinggi.
Garis besarnya, vertikultur adalah bercocok tanam secara bertingkat atau bersusun.
Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di
kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan.
Kata vertikultur diambil dari bahasa Inggris, verticulture yang merupakan penggabungan dua
kata, vertical dan culture. Pengertiannya adalah suatu cara pertanian yang dilakukan dengan
sistem bertingkat. Mengolah tanah dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam
pohon seperti di sebuah kebun atau sawah.
Namun ada kelebihan yang diperoleh, yaitu dengan lahan yang minimal mampu
menghasilkan hasil yang maksimal.
Pada pertanian secara umum atau konvensional, mungkin satu meter persegi hanya dapat
ditanami lima batang pohon. Lewat pola bersusun atau bertingkat ini, dapat ditumbuhi sampai
lima batang.
Caranya yaitu dengan membuat sebuah rak untuk menaruh tanaman. Tanpa harus
menanamnya langsung pada lahan yang ada. Rak tersebut dapat terbuat dari kayu, papan atau
bumbu.
Bila ingin lebih kuat dapat menggunakan kerangka besi atau stainless steel. Tapi itu lebih
mahal ongkos pembuatannya.
Mengenai model dan ukuran, terserah kreativitas pemesan. Dibuat sedemikian rupa agar
mampu menjejali banyak tanaman. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi
tiga, atau dibentuk mirip anak tangga. Dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.
Yang penting adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Beberapa bentuk bangunan dikombinasikan dengan bahan seperti seng atau aluminum
persegi panjang. Kegunaannya yaitu untuk menaburi tanah, sebagai media tanam. Itu mirip
dengan petak sawah atau kebun.
Sejumlah pot bunga dapat pula dijejerkan di atas rak. Soal wadah pohon itu, tidak harus
membelinya di pasar. Coba saja tengok ke gudang atau serambi rumah. Kaleng cat, bekas
minyak pelumas, atau botol plastik minuman mineral yang sudah tidak terpakai, dapat
dimanfaatkan.

Antibanjir
Dalam pembuatan kerangka bangunan, yang perlu diperhatikan adalah ukuran tinggi.
Perawatan tumbuhan akan lebih mudah bila rak dibuat sewajarnya. Karena pengertiannya
bertani bertingkat, tentu tak ubahnya seperti sebuah tangga, bersusun ke atas.
Tidak langsung menanam di dasar tanah pada pekarangan, tapi diatasi lantai. Jarak sedikit
agak tinggi dari permukaan tanah, amat berguna bila terjadi genangan air. Lantai pun tetap
bersih bila memang ditaruh di sekitar ruangan berubin atau keramik.
"Teknik bertani bertingkat dapat diterapkan di daerah permukiman yang rawan banjir," ujar
Edi, insinyur pertanahan jebolan Universitas Padjajaran, Bandung. Pasalnya menurut dia, rak
mudah ditaruh di mana saja sesuai keinginan. Bisa di halaman depan, samping, di atas
tingkat, bahkan di dalam kamar sekalipun. Kerangka bangunan dibuat lebih tinggi untuk
mencegah terendamnya tanaman oleh air.
Kreativitas di rumah bisa disalurkan dengan mengecat pot atau rak. Untuk menambah
sentuhan seni yang lebih menarik. Dikombinasikan pula dengan aneka warna dari berbagai
jenis tanaman. Boleh juga ditambah dengan pernak-pernik pot, seperti wadah air di bawahnya
atau pot-pot gantung.
Selain tanaman hias, pohon obat juga baik sekali ditanam. Lumayan untuk menambah
koleksi, lagi pula sangat bermanfaat. Jenis tapak dara, sambiloto atau pecah beling dengan
mudah hidup di dalam pot.
Tidak itu saja, kombinasi tabulapot (tanaman buah dalam pot) akan menambah isi "kebun"
lebih padat. Untuk mendapatkannya, silakan saja ke penjual tanaman. Bermacam-macam
pohon yang kecil-kecil sudah berbuah banyak disediakan.
Drum bekas atau sisa kaleng cat ukuran terbesar sekali cocok sekali sebagai wadahnya.
Memang jenis pepohonan tersebut terlalu berat ditaruh di atas rak. Namun, bapak atau ibu
dapat menyesuaikan penempatannya.

Menanam Sayuran
Sri Widiastuti (42), seorang pehobi berkebun, mempunyai pendapat tentang jenis pertanian
ini. Menurutnya, vertikultur sangat cocok dipakai untuk budi daya tanaman semusim,
misalnya sayur-sayuran. Selain menanamnya mudah, hasilnya langsung dinikmati. "Sebagai
tambahan gizi keluarga dan untuk menghasilkan sayuran yang lebih segar," tutur ibu yang
tinggal di kawasan padat, Kampung Dukuh, Jakarta Timur.
Aneka sayuran yang dapat ditanam antara lain seledri, selada, kangkung, bayam atau
kemangi. Pohon cabai, tomat, atau terong, juga mudah sekali tumbuh di dalam pot. Jenis poly
bag atau kantung plastik tebal berwarna hitam, dapat menggantikan fungsi pot tanaman.
"Sawi dan selada air akan dipanen ketika berumur 40 hari, bayam di usia 28 hari, dan cabai
umumnya berbuah saat berumur 3 bulan," papar Sri, yang tergabung dalam Jaringan Kerja
Pertanian Organik Indonesia. Ditambahkannya, hasil panen yang diperoleh tidak jauh
berbeda dengan cara pertanian yang diolah secara besar.
Tinggal bagaimana cara merawat dan mengolahnya saja. Bila hasilnya berlebihan, dijual
sebagai tambahan keluarga. "Lagi pula lebih sehat dan ramah lingkungan," tegasnya.
Lho, apa hubungannya? sebab dalam budi daya bercocok tanam ini, para anggota keluarga
tidak perlu lagi mengeluarkan dana untuk membeli pupuk. Pupuk alami mampu dibuat
sendiri dari sisa-sisa sampah dapur. Potongan-potongan sayuran, kulit buah atau sisa-sisa
makanan merupakan bahan organik yang bermanfaat. Yaitu bahan yang mudah terurai oleh
tanah dan diperlukan oleh tanaman.
Pembuatannya cukup menimbun di dalam tanah. Dibiarkan terurai selama kurang lebih satu
bulan lamanya. Setelah itu dapat dipakai sebagai media tanam. Dengan ditambah oleh
campuran pasir, tanah gembur, serta pupuk kompos tadi. Takarannya yang seimbang, yaitu
1:1:1.

Pupuk Kandang
Selain kompos, pupuk yang baik adalah pupuk kandang. Biasanya diperoleh dari kotoran
sapi, kambing, atau kerbau. Bagi penduduk di sekitar Jakarta, lebih mudah mendapatkannya
di toko pertanian terdekat. Kotoran hewan peliharaan seperti ayam, burung, serta kelinci
mampu digunakan untuk pembuatan pupuk kandang tersebut. Prosesnya sama seperti pupuk
kompos tadi. Dikubur dahulu agar tidak berbau, dan biarkan mikro organisme yang
mengurainya.
"Kotoran anjing dan kucing kurang cocok dipakai untuk membuat pupuk kandang," pesan
Edi yang menjadi fasilitator Pertanian Organik di Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri,
Pancoran Mas, Depok. "Sisa-sisa makanan yang dikeluarkan oleh binatang pemakan rumput
jauh lebih baik hasilnya," imbuhnya.
Terasa lebih asyik dengan menggunakan pupuk buatan sendiri. masalah limbah rumah
tangga dan ternak sedikit teratasi. Hasil yang dipetik jauh lebih sehat, karena pupuk yang
dipakai adalah alami, tanpa bahan kimia buatan.
Di sisi lain, air yang dipakai untuk menyiram adalah air yang bersih. Berbeda dengan para
petani sayuran di perkotaan atau daerah lainnya. Mungkin air yang digunakan adalah air
sungai yang kotor dan tercemar. Atau mengandung pestisida hama yang larut dalam air.
Tentunya seluruh anggota keluarga tidak mau tercemar kan? Selamat mencoba.

Bertanam di lahan sempit secara vertikal


Lahan sempit yang banyak terdapat di perkotaan dapat dimanfaatkan dengan bertanam
secara vertikal atau vertikultur. Lahan sempit yang tidak termanfaatkan bisa memberikan
keuntungan ekonomi.
Demikian disampaikan Yudha Kurniawan dari Sekolah Alam ketika memberikan Pelatihan
Pemanfaatan Lahan Sempit pada acara Kampoeng Organik 2004 di Bumi Perkemahan
Ragunan Jakarta tanggal 24 September 2004 oleh Konphalindo.
Dalam vertikultur media tanam yang digunakan adalah tanah yang mengandung pupuk
kompos. Penggunaan pestisida sebaiknya dihindari. Yang diperlukan tanaman adalah
perhatian dan perawatan, ungkap Yudha Kurniawan.
Jenis tanaman harus disesuaikan dengan kondisi iklim daerah tanam. Untuk Jakarta
kangkung, sawi dan bayam cocok.

Cara bertanam vertikultur:


-Buat lubang tanam atau alur tanam.
-Masukkan pupuk kandang.
-Semai benih yang perlu disemai di tempat lain.
-Tanamlah tanaman hasil semai atau pun tanaman mini.
-Peliharalah dengan cukup menyiram dan mengontrol hama penyakit.
-Panen dapat dilakukan setelah tanaman cukup tua.
Setelah dua sampai tiga kali panen media tanam (tanah) dapat diganti. Sebenarnya
penggantian tanah tergantung dari usia tanaman. Bila usia tanaman 3040 hari maka
penggantian tanah dilakukan setelah dua-tiga kali panen. Sedangkan bila usia tanaman 60
hari maka penggantian tanah dilakukan setelah satu kali panen.
Perlu diingat dasar pertimbangan memanfaatkan lahan sempit adalah memperhatikan aspek
ekonomis yaitu biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil tanam.

Anda mungkin juga menyukai