Anda di halaman 1dari 14

35

Acara IV. Diagnosis Penyakit dari Lapangan


1. Isolasi Jamur dari Jaringan Tipis

Foto Isolat pada Hari ke-4 Foto Isolat pada Hari ke-7
Gambar 4.1 Hasil isolasi jamur dari jaringan tipis pada hari ke-4 dan ke-7
Deskripsi:
Isolasi merupakan rangkaian untuk memisahkan mikroorganisme
sehingga didapatkanlah kulturmurni atau isolat. Isolat yang didapatkan
kemudian ditumbuhkan pada media yang terpisah sehingga mampu tumbuh
dengan baik. Menurut Yosmaniar et al. (2017), isolasi, seleksi, dan
karakterisasi merupakan tahapan penting untuk mendapatkan bakteri yang
diharapkan sebagai kandidat untuk probiotik. Tahapan proses tersebut
diperlukan agar jenis bakteri yang diperoleh memiliki kemampuan sesuai
target. Pada tahap seleksi dibutuhkan medium bakteri yang tepat dan
pengujian secara biokimia atau fisiologis.
Isolasi jamur pada jaringan tipis diambil dari daun padi yang terkena
penyakit blast dengan aturan menggunakan ½ jaringan sehat dan ½ jaringan
sakit. Sampel daun tanaman padi bergejala blast dipotong kecil (kurang lebih
0,5 cm2) lalu direndam Clorox 1% selama satu menit. Potongan daun
bergejala tersebut kemudian direndam dalam air steril selama satu menit
untuk membilas lalu ditiriskan. Pengambilan bagian pada isolasi jaringan tipis
sebelumnya direndam menggunakan clorox. Selanjutnya dilakukan
36

perendaman sebentar guna mensterilkan bagian permukaan daun yang


direndam agar tidak terkontaminasi dengan bakteri yang akan diuji kemudian
5-6 potongan sampel disusun pada media PDA (Potato Dextrose Agar), PDA
kurang lebih 1 tetes asam laktat. Tutup kembali petridish dengan rapat, lalu
amati hasil isolasi pada hari ke-4 dan hari ke-7.
Isolasi bakteri jaringan tipis diambil dari daun padi yang terkena
penyakit blast. Pengambilan sampel isolasi diambil pada jaringan yang
setengah sakit dan setengah sehat karena pada bagian antara kedua jaringan
tersebut kontaminasi bakteri atau jamur pada sampel isolasi paling banyak
dan aktif untuk menyerang bagian tanaman. Sampel daun yang akan dipakai
kemudian dipotong sesuai dengan aturan tersebut agar percobaan berhasil.
Menurut Sembiring (2021), tata cara pengambilan yang benar dengan
dipotong kotak-kotak pada bagian setengah sehat dan setengah terserang
penyakit dengan ukuran 1x1, selanjutnya disterilkan kedalam larutan aquades
lalu kedalam alkohol 70% dan terakhir dicelupkan kedalam aquades, masing-
masing selama 1 menit kemudian ditiriskan di tissue. Pengambilan sampel
pada bagian setengah sakit dan setengah sehat ini dikarenakan pada bagian
tersebut bateri atau patogen sangat aktif.
Media adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba
yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat – zat makanan. Selain untuk
menumbuhkan mikroba, media dapat juga digunakan untuk isolasi,
memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah
mikroba. Menurut Armah et al. (2022), jamur ditumbuhkan pada media agar
karena media PDA terdapat beberapa bahan utamanya yakni ekstrak kentang,
agar dan dextrosa. Ekstrak kentang menjadi sumber karbohidrat bagi nutrisi
jamur. Sedangkan dextrosa sebagai menjadi bahan tambahan sumber karbon
yang utama bagi pertumbuhan jamur serta agar sebagai bahan pemadat.
Media (PDA) memiliki pH yang rendah sekitar 4,5 - 5,6 sehingga mendukung
pertumbuhan jamur karena pada media dengan tingkat keasaman yang rendah
dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan
37

yang netral dengan pH 7,0 dengan suhu optimum untuk pertumbuhan


berada diantara 25 sampai 30 derajat celcius.
Isolasi jamur dengan metode isolasi umum dilakukan menggunakan
beberapa sampel daun tanaman padi begejala blast. Media mengalami
kontaminasi yang berasal dari jamur berwarna hitam berbentuk lingkaran
pada media. Hal tersebut mungkin terjadi pada saat proses peletakkan
potongan jaringan tipis akibat terkontaminasi dari udara di luar yang masuk
kedalam media biakkan petridish. Kontaminasi ini bisa terjadi akibat
beberapa hal, seperti alat dan bahan yang kurang steril, penerapan langkah
kerja yang kurang steril dan kurang sesuai prosedur, serta kegiatan isolasi
yang tidak dilakukan di dalam LAF (laminar air flow) sehingga semakin
besar kemungkinan untuk terjadi kontaminasi.
2. Isolasi Jamur dari Jaringan Tebal

Foto Isolat pada Hari ke-4 Foto Isolat pada Hari ke-7
Gambar 4.2 Hasil isolasi jamur dari jaringan tebal pada hari ke-4 dan ke-7
Deskripsi:
Isolasi jamur pada jaringan tebal merupakan isolasi jamur yang
dilakukan dengan mengambil pada jaringan tebal. Isoalsi jamur pada jaringan
tebal menggunakan sampel berupa buah apel. Contoh sampel jaringan tebal
38

berupa daging buah. Daging buah apel yang digunakan sampel isolasi jamur
telah mengalami pembusukan pada sebagian tubuhnya. Menurut
Suradi et al. (2023), apel yang terserang patogen, dan terlalu matang akan
mengalami pembusukan lebih cepat sehingga tidak layak untuk dikonsumsi
Pada penelitian kali ini, jaringan tebal yang digunakan yaitu apel. Apel
yang digunakan sebagai bahan penelitian yaitu buah apel yang sebagian telah
terinfeksi patogen seperti menurut Sa’adah (2018), isolasi dapat dilakukan
pada buah apel yang terinfeksi, yaitu pada buah apel terdapat bercak kecil dan
sedikit cekung berwarna coklat muda sampai coklat tua. Siapkan media
biakkan berupa PDA pada petridish kemudian cucilah terlebih dahulu apel
yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol dan tisu hingga bersih.
Potonglah buah apel yang terinfeksi dengan aturan ½ jaringan sehat dan ½
jaringan sakit. Pengambilan sampel pada isolasi bakteri jaringan tebal dengan
cara buah dipotong setengah bagian yang rusak dan setengah bagian yang
sehat dengan ukuran kurang lebih 1 cm. Potongan buah tersebut kemudian
diletakkan pada petridish dengan media PDA. Setiap cawan petri ditumbuhi 3
potongan buah dan lakukan pengamatan pada hari ke 4 dan ke-7.
Media PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media umum yang cocok
untuk pertumbuhan jamur di laboratorium. Menurut Kosanlavit (2022), PDA
digunakan sebagai media biakan jamur dengan dituangkan pada petridish
sehingga terbentuk seperti lapisan tipis. PDA memiliki keunggulan dalam
mengembang biakkan jamur cendawan. Keunggulan tersebut dibuktikan pada
pH PDA yang berkisar pada 4.5 hingga 5.5 yang sangat cocok terhadap
jamur. Berdasarkan komposisinya PDA termasuk media semi sintetik karena
tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintetis (Dextrose dan Agar).
Bedasarkan hasil pengamatan isolasi jaringan tebal yang telah dilakukan,
pada media isolasi tersebut berhasil dan tidak mengalami kontaminasi.
39

3. Isolasi Bakteri

Foto Isolat pada Hari ke-4 Foto Isolat pada Hari ke-7
Gambar 4.3 Hasil isolasi bakteri pada hari ke-4 dan ke-7
Deskripsi:
Prinsip utama dari isolasi bakteri adalah berusaha menumbuhkan
bakteri patogen yang dicurigai dalam suatu lingkungan buatan (media kultur)
di laboratorium dari bahan pemeriksaan yang diambil dari berbagai lokasi
infeksi. Menurut Febriza dan Adrian (2021), bakteri adalah kelompok
organisme mikroskopis yang pada umumnya bersel tunggal, dan tidak
memiliki membran inti sel. Pada umumnya organisme ini memiliki dinding
sel namun tidak berklorofil walaupun berukuran kecil bakteri berperan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa kelompok bakteri dikenal
bermanfaat untuk kehidupan, antara lain bakteri telah digunakan dalam sektor
industri pangan. Namun ada juga bakteri yang merugikan, seperti bakteri
yang membusukkan bahan-bahan makanan dan bahkan menyebabkan infeksi
dan penyakit bagi manusia.
Cara kerja isolasi bakteri adalah yang pertama menyiapkan medium
kemudian menyiapkan suspense bakteri. Ambil umbi wortel terinfeksi busuk
basah, kemudian cuci dengan aquadestilata menggunakan kapas. Kupas kulit
40

umbi yang terdapat di sekeliling bagian umbi sakit dengan pisau silet, lalu
tusuk-tusuk dan korek-korek bagian Umbi yang sakit dengan jarum preparat.
Ambil dengan jarum preparat hancuran umbi tersebut secukupnya kemudian
masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml aquadestilata,
digoyangkan hingga merata. Masukkan jarum ose steril ke dalam suspensi
bakteri, goreskan jarum ose pada permukaan medium secara zigzag tidak
terputus (pada kondisi aseptis) lalu beri label untuk menandai. Bungkuslah
kembali petridish medium biakan dengan posisi terbalik dari semula lalu
inkubasikan selama 4x24 jam pada suhu kamar. Amati hasil isolasi kemudian
foto atau gambar dan beri keterangan.
Nutrien Agar (NA) adalah medium umum untuk uji air dan produk
dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton,
dan agar. Menurut Tohari et al., (2019), media NA merupakan media yang
berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan dan apabila setelah digunakan
akan berbentuk padat karena terdapat kandungan agar sebagai pemadatnya.
Komposisi yang terpenting dalam media ini adalah karbohidrat dan protein
yang terdapat pada ekstrak daging dan pepton sesuai dengan kebutuhan
sebagian besar bakteri.
Isolasi bakteri wortel busuk memperoleh hasil bakteri tumbuh dekat
sampel yang digesekkan secara zigzag. Menurut Ramadhan et al. (2021),
pada media NA, koloni menghasilkan pigmen berwarna kuning dan koloni
yang terbentuk terlihat lebih besar serta mudah diamati. Pengamatan hari
keempat terlihat goresan zigzag telah terlihat dan juga mengalami
kontaminasi karena munculnya bakteri berwarna kuning dan kecoklatakan
walaupun masih samar, namun pada hari ketujuh bakteri tersebut semakin
telihat secara jelas, sehingga dapat disimpulkan isolasi tersebut telah
terkontaminasi.
41

4. Inokulasi Melalui Stomata

Foto Hasil Inokulasi pada Hari Foto Hasil Inokulasi pada Hari
ke-1 ke-7
Gambar 4.4 Hasil inokulasi melalui stomata pada hari ke-1 dan ke-7
Inokulasi didefinisikan sebagai memasukkan mikroorganisme ke dalam
budaya di mana mereka dapat tumbuh dan berkembang biak. Tujuan
inokulasi adalah untuk memurnikan, mengidentifikasi, meremajakan dan
menyimpan mikroba. Menurut Rina et al. (2022), patogen mampu
menginfeksi benih dan menyerang plumula melalui stomata dan luka serta
berkembang-biak dalam ruang interseluler dari parenkima selama
perkecambahan biji. Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan
yang berhubungan dengan udara terutama di daun, batang dan rizoma.
Stomata umumnya terdapat pada bagian bawah daun, tetapi ada beberapa
jenis tumbuhan, stomata dapat dijumpai pada permukaan atas dan bawah
daun.
Inokulasi pada daun diaplikasikan di bawah daun, karena jumlah
stomata di bawah daun lebih banyak. Menurut Sarjani et al., (2017), stomata
umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa spesies
tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun. Bakteri
yang berhasil di masukkan ke dalam jaringan akan beraktivitas akan
berpengaruh terhadap perkembangan tanaman pada tahap yang berbeda
42

sesuai dengan jenis bakteri yang di inokulasikan. Cara kerja inokulasi melalui
stomata yang pertama adalah menyiapkan suspensi Uredospom karat.
Koreklah menggunakan jarum ent titik-titik seperti karat (kumpulan
Uresdospora) pada permukaan daun sakit secukupnya. Masukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 10 ml aquadestilata lalu digojog hingga merata.
Pilih daun kacang tanah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, lalu
cuci dengan aquadestilata. Tetesi daun permukaan bagian bawah dengan
suspensi Uredospora menggunakan Pipet drop sampai merata, kemudian
diberi label. Lakukan hal yang sama dengan kontrol pada daun yang berbeda,
yaitu daun kacang tanah di tetesi dengan aquadestilata (bukan suspensi
uredospom). Daun diinkubasi selama, 4 x 24 jam pada suhu kamar. Hasil
inokulasi diamati dan bandingkan kedua perlakuan tersebut.
Hasil inokulasi melalui stomata menunjukan penurunan kecerahan
warna pada daun dan adanya sedikit perubahan warna menjadi kuning serta
muncul bercak hitam dipermukaannya. Pengamatan hari ke-7 telah
menunjukkan hasil adanya gejala pada tanaman. Gejalanya yaitu adanya titik-
titik atau bercak kuning kecokelatan pada permukaan daun bagian bawah.
Gejala yang muncul dapat berupa bercak berbentuk bulat pada daun,
berwarna coklat, dan berukuran kecil. Adanya gejala tersebut menandakan
bahwa inokulum telah masuk ke dalam daun tanaman kacang tanah dan
berkembang didalamnya. Menurut Putra dan Shollahuddin (2019), bahwa
gejala merupakan perubahan-perubahan morfologi maupun fisiologi yang
dapat dilihat dan diamati dikarenakan serangan patogen.
5. Inokulasi Melalui Luka
43

Foto Hasil Inokulasi pada Hari Foto Hasil Inokulasi pada Hari
ke-1 ke-7
Gambar 4.5 Hasil inokulasi melalui luka pada hari ke-1 dan ke-7
Inokulasi merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik berupa
bakteri maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru yang
telah dibuat dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis.
Pemindahan tersebut pada bakteri ataupun jamur. Menurut Badaring (2020),
inokulasi yang merupakan salah satu teknik mentransfer budaya tertentu dari
medium lama ke medium baru dengan tujuan mendapatkan kultur murni
tanpa kontaminasi dari mikroba tidak diinginkan. Proses inokulasi harus
dilakukan dengan cepat untuk mengurangi terjadinya kontak dengan udara
sehingga kontaminasi bisa dihindari. Inokulasi dilakukan secara aseptik,
dengan cara melukai pada bagian tanaman yang sehat untuk proses inokulasi.
Menurut Pertiwi, (2019) inokulasi dapat dilakukan dengan cara membuat
sayatan pada batang dengan menggunakan jarum steril. Mengambil sebagian
miselium jamur pada media dan dilakukan pengikatan menggunakan plastik
bening atau wrapping bagian tersebut guna mendapatkan biakan murni yang
menempel dibagian yang telah terkenan sayatan goresan atau dilukai.
44

Cara kerja inokulasi melalui luka ialah buah apel sehat disterilkan
menggunakan alkohol 90% dan diusap dengan kapas secara perlahan agar
tidak terluka. Pilih salah satu bagian buah, kemudian buatlah luka-luka
berupa tusukan kecil dengan ujung jarum preparat yang telah diseterilkan
dengan alcohol 90%. Ambil inokulum sepotong kultur (0,5 cm) dan
tempelkan dengan menggunakann jarum preparat pada pemukaan buah yang
dilukai kemudian balut dengan kapas lembab. Ulangi hal yang sama sebagai
kontrol, yaitu bagian buah yang tidak diinokulasi dengan inokulum.
Selanjutnya diinkubasikan selama, 24 jam pada suhu ruang. Amati perubahan
yang terjadi dan bandingkan kedua perlakuan tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan inokulasi luka dapat dikatakan berhasil
karena menumbuhkan patogen. Hasil dari inokulasi tersebut tidak mengalami
kontaminasi. Menurut Asrul, et al. (2021) bahwa jamur patogen yang
menginfeksi suatu jaringan menyebabkan jaringan tersebut mengalami
kematian atau membusuk yang ditandai dengan perubahan warna menjadi
coklat. Bagian yang tidak ditempeli inokulum (kontrol) hanya
memperlihatkan bekas luka tusukan saja.

6. Inokulasi Bakteri secara Penetrasi Langsung


45

Foto Hasil Inokulasi pada Hari Foto Hasil Inokulasi pada Hari
ke-7
ke-1
Gambar 4.6 Hasil inokulasi bakteri secara penetrasi langsung pada hari ke-1
dan ke-7
Inokulasi merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik
berupa bakteri maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium
baru yang telah dibuat. Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau
bagian dari patogen ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang.
Inokulasi bakteri secara penetrasi langsung merujuk pada metode pengenalan
bakteri ke dalam medium atau organisme dengan menyuntikkan atau
memasukkan bakteri secara langsung ke dalam jaringan atau sistem tertentu.
Menurut
Adhi et al. (2019), keberhasilan inokulasi penyakit buatan akan berperan
dalam seleksi karakter ketahanan tanaman melalui ekspresi ataupun tingkat
kejadian penyakit pada genotip tanaman yang diuji ketahanannya. Inokulasi
bakteri adalah teknik memisahkan koloni bakteri ke media lain agar
mempermudah identifikasi bakteri. Inokulasi dapat digunakan untuk
memperkenalkan bahan infeksius, seperti bakteri atau virus, ke dalam
organisme hidup, baik untuk tujuan penelitian atau untuk mempelajari
patogenesis penyakit.
Cara kerja inokulasi bakteri secara penetrasi langsung adalah
mengambil umbi wortel terinfeksi kemudian cuci dengan aquadestilata
menggunakan kapas. Kupas umbi di sekeliling bagian umbi terinfeksi dengan
pisau silet, lalu tusuk-tusuk, dan korek-korek bagian umbi terinfeksi dengan
jarum preparat. Ambil dengan jarum preparat hancuran umbi terinfeksi
kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml aquadestilata
lalu digoyangkan hingga merata. Cuci umbi wortel sehat dengan alkohol 90%
menggunakan kapas. Belah dan atau potong umbi dengan pisau silet menjadi
potongan-potongan yang tidak terlalu besar. Letakkan 3 potong umbi di atas
kertas saring ke dalam petridish, lalu basahi kertas saring dengan
aquadestilata agar lembab. Teteskan suspensi bakteri pada permukaan umbi
46

sehat menggunakan pipet drop. Lakukan hal yang sama sebagai kontrol, yaitu
potongan umbi wortel sehat diinokulasi hanya dengan aqadestilata.
Inkubasikan selama 4 x 24 jam pada suhu kamar. Amati hasil inokulasi, dan
bandingkan kedua perlakuan tersebut.
Inokulasi secara penetrasi langsung dilakukan pada wortel dalam
kondisi sehat dan segar. Pada saat inokulasi langsung wortel dibagi menjadi
dua, dan salah satu dari bagian tersebut ditetesi oleh suspensi. Berdasarkan
hasil pengamatan pada wortel yang sudah ditetesi suspensi mengalami
pembusukan cepat. Inokulasi ini dapat dikatakan berhasil dilakukan.
Menurut Nugroho et al. (2022), gejala umbi wortel mengalami busuk lunak
yaitu umbi menjadi lunak, berlendir, dan menyeluarkan bau busuk. Warna
dari umbi wortel juga akan berubah menjadi gelap.
1

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, S. R, Widiantini, F, & Yulia, E. 2019. Metode inokulasi buatan untuk


menguji infeksi Peronosclerospora maydis penyebab penyakit bulai
tanaman jagung. Jurnal Agro, 6(1): 77-85.
Armah, Z., Naim, N., & Pratama, R. 2022. perbandingan pertumbuhan candida
albicans pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dan Chrom Agar
Candida (CAC). Jurnal Medika: Karya Ilmiah Kesehatan, 7(2): 66-76.
Febriza, M. A., & Adrian, Q. J. 2021. Penerapan AR dalam media pembelajaran
klasifikasi bakteri. Jurnal BIOEDUIN: Program Studi Pendidikan
Biologi, 11(1), 10-18.
Indrawan, P. N., & Sujaya, I. N. 2021. kontaminasi bakteri pada uang kertas:
systematic review. Health. 8(1): 492-513.
Pertiwi, B. G., Puji, K., dan Dwiastuti, M. 2019. Pengaruh pemberian
pyraclostrobin dan pzoxystrobin pada pertumbuhan bibit tanaman
jeruk (Citrus reticulata) dengan teknik sambung pucuk dan inokulasi
penyakit. Jurnal Produksi Tanaman, 7(6): 1040-1047.
Putra, D. G. P., & Sholahuddin, A. H. 2019. potensi pengendalian gulma teki
dengan pestisida hayati untuk mengurangi pencemaran
perairan. EDUSAINTEK, 3: 2685-5852.
Ramadhan R, Juariah S, Riyani WS. 2021. Potensi ubi jalar putih (Ipomoea
batatas linneaus varietas) sebagai media alternatif pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia
10(1):23-26.
Rina, H. S. S., Rianto, F., & Syahputra, E. 2022. identifikasi penyakit hawar
bakteri malai padi di kabupaten kubu raya. Jurnal Sains Pertanian
Equator, 11(4): 282-290.
Sembiring, A. B., Sudana, I. M., & Suniti, N. W. 2021. Identifikasi jamur
penyebab penyakit kudis pada buah Jeruk Siam Kintamani (Citrus
nobilis L.) dan pengendaliannya secara hayati. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 5(2): 2301-6515.
Suradi, A. A. M., Rasyid, M. F., Mushaf, M., & Rizal, M. 2023. deteksi tingkat
kematangan buah apel menggunakan segmentasi ruang warna HSV.
In SISITI: Seminar Ilmiah Sistem Informasi dan Teknologi Informasi,
12(1): 19-26.
Thohari, N. M., Pestariati, P., & Istanto, W. 2019. pemanfaatan tepung kacang
hijau (Vigna Radiata L.) sebagai media alternatif NA (Nutrient Agar)
untuk pertumbuhan bakteri escherichia coli. ANALIS KESEHATAN
SAINS, 8(2).
Asrul, et al. 2021. Karakterisasi jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang
(Basal Rot) pada bawang wakegi (Allium x wakegi Araki). J
Agricultural 4(3): 341-350.
Nugroho YA, Ningsih EMN, Jannah RMF. Kajian penggunaan ekstrak gulma
bandotan (Ageratum conyzoides L.) dan sintrong (Crassocephalum
crepidioides Benth) terhadap perkembangan bakteri Erwinia
carotovora pada umbi wortel (Daucus carota L.). Agrika 16(1): 14-26.
2

Yosmaniar, Y., Novita, H., & Setiadi, E. 2018. Isolasi dan karakterisasi bakteri
nitrifikasi dan denitrifikasi sebagai kandidat probiotik. Jurnal Riset
Akuakultur, 12(4), 369-378.
Sa’adah, N. (2018). Pembiakan khamir Saccharomyces Cerevisiae dan uji
antagonis terhadap Gloeosporium sp. penyebab penyakit busuk buah
pada apel. Skripsi.
Sarjani, T. M., Mawardi, M., Pandia, E. S., & Wulandari, D. (2017). Identifikasi
morfologi dan anatomi tipe stomata famili piperaceae di Kota Langsa.
Jurnal IPA & Pembelajaran IPA, 1(2): 182-191.
Badaring, D R., Fiqriansyah M W., Arsad B. 2020. Identifikasi morfologi mikroba
pada ruangan water closet jurusan biologi Universitas Negeri
Makassar. Jurnal Biologi Universitas Makassar. 2(1): 161-169.

Anda mungkin juga menyukai