Anda di halaman 1dari 19

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN

Nama : Siti Ropikoh


NIM : B1J013035
Rombongan :1
Kelompok : VI
Asisten : Novi Triana Dewi

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah penyakit tumbuhan akan selalu muncul sepanjang manusia


mengusahakan tanaman atau tumbuhan tersebut sebagai tanaman budidaya, dibidang
kehutanan khususnya di Indonesia hal ini mulai menjadi bahan pemikiran disaat
mulai diusahakannya jenis-jenis tanaman hutan secara monokultur, seperti jati,
agathis, pinus, mahoni, sengon, acacia, eucalyptus. Kondisi ini semakin menjadi
persoalan jika kerusakan-kerusakan yang terjadi menimbulkan kerugian ekonomi.
Kerugian ekonomi dalam jumlah yang besar akibat keruaskan yang disebabkan oleh
penyakit secara umum jarang terjadi meskipun pernah ada, dan sebenarnya
kerusakan hutan yang menimbulkan kerugian ekonomi dalam jumlah yang besar
adalah akibat dari ulah manusia, yaitu seperti terjadinya kebakaran dan penebangan
liar. Meskipun demikian kejadian suatu penyakit adalah salah satu proses yang
terjadi di alam, sehingga sangat perlu menjadi bahan pemikiran pada saat
mengembangkan suatu tanaman dimana manusia berperan didalamnya (Tjahjadi,
1989).
Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen berasal
dari bahasa Yunani. Pathos yang berarti menderita dan genesis yang berarti
asal.Umumnya istilah patogen hanya dipakai untuk jasad yang dalam keadaan sesuai
dapat menimbulkan penyakit pada jasad lain. Penyakit tanaman dapat didefinisikan
sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat
melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya (Martoredjo, 1989).
Penyakit tumbuhan terjadi sebagai interaksi dari inang yang rentan, patogen
virulen, dan lingkungan botik dan abiotik yang lebih mendukung perkembangan dan
penyebaran patogen. Hubungan parasit dengan inangnya lebih sering sebagai
hubungn parasitisme. Ketika inokulum patogen berlimpah sedangkan inang dan
lingkungan mendukung perkembangan patogen maka akan terjadi penyakit,
sebaliknya pada saat inang rentan tidak tersedia dan lingkungan tidak mendukung
perkebangan patogen maka penyakit tidak akan terjadi (Semangun, 1996).
Isolasi mikroorganisme merupakan proses pengambilan mikroorganisme dari
lingkungannya untuk ditumbuhkan dalam medium baru di laboratorium. Proses
isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikroba, uji morfologi,
fisiologi, dan serologi. Pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahil
dilakukan (Pelczar,1986).
Isolat penyebab penyakit atau patogen yang diperoleh dari tumbuhan sakit
menunjukkan bahwa patogen berupa cendawan atau fungi. Pengamatan secara
makroskopis biakan murni isolat pada media PDA menunjukkan bahwa hari pertama
setelah tanam terlihat koloni serabut tipis, berwarna putih keruh dan kecokelatan
yang merupakan kumpulan miselia. Hari ketiga mulai terlihat adanya gumpalan-
gumpalan kecil yang tidak teratur dan berwarna putih menyebar tidak merata pada
permukaan miselia. Hari kelima gumpalan tersebut menjadi berwarna coklat yang
disebut sklerotia. Secara miroskopis, fungi ini memiliki ciri-ciri antara lain
percabangan hifa yang tampak tegak lurus, memiliki septat atau bersekat, tidak
terdapat bentuk konidia atau spora dan tidak ditemukannya sambungan apit. Biakan
fungi tumbuh dengan cepat, hanya dalam waktu tiga hari koloninya telah memenuhi
cawan petri dengan media PDA (Achmad &Maisaroh, 2004).

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui penyebab penyakit dengan
cara mengisolasi dan mengidentifikasi patogen yang menyebabkan penyakit pada
tumbuhan.
II. TELAAH PUSTAKA

Satu spesies tanaman dapat diserang oleh lebih dari satu macam patogen, untuk
mendiagnosis penyebab serangan dan jenis patogen apa yang menyerang tanaman
tersebut, maka Isolasi dan identifikasi penyebab penyakit merupakan dua metode
yang sangat penting untuk dilakukan. Isolasi patogen adalah proses pemisahan
mikroorganisme yang khusus dari populasi campuran yang terdapat dialam, dan
pembiakan (budidaya), pertumbuhan populasi mikroba di lingkukangan buatan
(media biakan), dalam kondisi laboratorium. Identifikasi adalah membandingkan
gejala yang ditemukan pada tumbuhan sakit dengan gejala-gejala yang ada dalam
buku yang memuat tentang gejala-gejala penyakit yang telah diketahui penyebabnya
(Suradji, 2002).
Jamur merupakan salah satu penyebab penyakit biotik yang menyerang
tumbuhan, jamur merupakan penyebab penyakit yang paling penting karena jenis
(spesies) jamur banyak yang bersifat patogen pada tumbuhan, jamur juga mampu
hidup pada berbagai kondisi tempat yang berbeda dan pada iklim yamg beragam.
Jamur merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di alam bebas
terutama muncul pada waktu musim penghujan atau di tempat lembab lainnya.
Jamur memiliki badan buah yang makroskopik, memiliki filament, dan epigeal.
Jamur terdiri dari hifa yang membentuk miselium di dalam substrat tempat jamur itu
melekat. Biasanya, miselia terkubur di dalam tanah di sekitar akar pohon, dibawah
dedaunan dan batang kayu yang sudah mati dan lapuk, atau pada substrat lainnya
yang mengandung zat makanan untuk mendukung pertumbuhan jamur di alam
(Adedayo et al., 2010).
Pengisolasian kapang dapat dilakukan dengan menggunakan metode langsung
(direct inoculation). Seluruh bagian bagian tanaman dicuci di bawah air menglir
selama 10 menit. Selanjutnya akar dipisahkan dari bagian tanaman dengan
menggunakan gunting steril dan dipotong sepanjang kruang lebih 1 cm. Potongan-
potongan akar selanjutnya disterilkan secara bertahap dengan cara direndam dalam
larutan etanol 75% selama 1 menit, kemudian direndam kembali dalam larutan
sodium hipoklorit 5,3% selama 5 menit (Park, 2003).
Beberapaa tanaman yang terserang patogen dapat bertahan hidup dan
menghasilkan buah. Umumnya tanaman bertahan terhadap serangan patogen karena
kombinasi dua penghalang yaitu : (1) sifat struktur yang bertindak sebagai
penghalang fisik yang menghambat masuknya dan atau berkembangnya patogen
dalam tanah, dan (2) adanya reaksi biokimia dalam sel dan jaringan tanaman yang
menghasilkan senyawa racun yang akan meracuni patogen atau menimbulkan
kondisi yang menghambat pertumbuhan patogen dalam tanah. Kombinasi sifat
struktural dan reaksi biokimia yang menghasilkan pertahanan yang ternyata berbeda
untuk setiap sistem inang patogen. Walaupun dalam inang dan patogen yang sama,
ternyata kombinasi dapat berbeda tergantung pada umur tanaman, kondisi nutrisi
tanaman, dan kondisi cuaca saat itu.
Ada bermacam-macam metode isolasi yang dapat digunakan. Macam-macam
metode. Isolasi tersebut antara lain:
1. Isolasi tunggal merupakan metode isolasi dengan cara meneteskan bahan yang
mengandung mikroorganisme pada suatu kaca penutup dengan menggunakan
mikropipet, yang kemudian diteliti dibawah obyektif mikroskop.
2. Isolasi gores merupakan metode isolasi dengan cara menggeser atau
menggoreskan ujung jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme
dengan hati-hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai dari dasar
tabung menuju ke bagian atas tabung.
3. Isolasi tebar merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan bahan yang
mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung.
4. Isolasi tuang merupakan metode isolasi dengan cara mengambil sedikit sampel
5. Campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut kemudian
disebarkan didalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer
(Dwidjoseputro, 2003).
Metode sebar adalah teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di
dalammedia agar dengan cara menuangkan stok kultur murni atau menghapuskannya
diatas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan metode tuang
adalah pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat,
sedangkan metode tuang kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum
memadat). Kelebihan metode sebar adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat
tersebar meratapada media agar, dan metode ini digunakan untuk isolasi mikroba
yang bersifat aerob. Kekurangan metode ini adalah tidak cocok digunakan untuk
isolasi mikroba yang bersifat anaerob (Sadiqul, 2010).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum isolasi dan identifikasi patogen adalah
Laminan Air Flow (LAF), cawan petri, pipet tetes, kertas saring, mikroskop, tabung
reaksi, jarum ose, skalpel, tissue, wrapper, sprayer, dan bunsen.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah media PDA (Potato
Dextrose Agar), alkohol 70%, akuades, dan sampel tanaman berpenyakit.

B. Metode
1. Isolasi Jamur

Tanamansehat Tanamansakit

Sampeldaun yang Dipotongukuran 1x1 Alkohol 70%


sakit cm padabagian yang
sehatdan yang sakit

Inkubasi 5 x 24 jam

Media PDA Akuadessteril


2. Peremajaan

Inkubasi 7 x 24 jam

Isolat
Media PDA baru
Diambil 1 plug

3. Identifikasi

Ditetesiakuades
Diambil 1 ose
Fiksasi

Diamatidenganm Ditutupdengan cover


ikroskop glass
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1.1.Tabel Pengamatan Makroskopis Patogen Hasil Isolasi

Pengamatan Kelompok
Koloni 1 2 3 4 5 6
Warna Putih Putih Hitam Putih Putih Hijau
Tepi Rata Rata Rata Rata Bergerigi Bergerigi
Tekstur Halus Halus Halus Halus Halus Halus
Pola
Konsentris Konsentris Radial Konsentris Radial Konsentris
penyebaran

1.2. Tabel Pengamatan Mikroskopis Patogen HasilIsolasi


Pengamatan kelompok
1 2 3 4 5 6
Hifa Ada Ada Tidak Ada, Ada, Ada
ada aseptat aseptat
Warna hifa Hyalin Bening - Hyalin Hyalin Hijau tua
Bentuk hifa Bercabang Bulat - Filamen Filamen Bercabang
Konidium Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada
Warna - - Hitam Hyalin Hyalin Hijau
konidium
Bentuk - - Globes Ovoid Bulat Globular
konidium
1.3. Tabel Identifikasi Patogen
Kelompok Preparat Patogen
1 Daun kangkung (Ipomoea aquatica) Streptomyces sp.
2 Daun bayam (Amaranthus spinosus) Streptomyces sp.
3 Daun cabai (Capsicum annum) Aspergillus sp.
4 Daun tomat (Solanum lycopersicum) Elsinoe sp.
5 Daun jagung (Zea mays) Chunninghamella sp.
6 Daun sawi (Brassica rapa) Vlacladium sp.
1.4. Foto Pengamatan

Gambar 1. Hasil Isolasi Gambar 2. Isolasi patogen mikroskopis


B. Pembahasan

Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan


menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian
dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis,
misalnya telah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang
hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni
sel yang tetap pada tempatnya (Meryandini, 2009).
Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh
biakan yang murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus
menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi
terkontaminasi karena mikroorganisme lain (Singleton &Sainsbury, 2006).
Kapang yang telah diisolasi dan dimurnikan kemudian diidentifikasi.
Identifikasi kapang berdasarkan beberapa karakter morfologi baik secara
makroskopis maupun secara mikroskopis. Secara mikroskopis karakter yang diamati
meliputi warna koloni, tekstur, zonasi, daerah tumbuh, garis-garis radial khususnya
pada kapang penicillium), reverse color, dan exudates drops. Adapun secara
mikroskopis meliputi ada tidaknya septa dan hifa, clamp connection, bentuk dan
ornamentasi spora (vegetatif dan generatif), bentuk dan ornamentasi tangkai spora
(Herliyana, 2009).
Identifikasi adalah pekerjaan mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi
individu yang beraneka ragam dan memasukannya dalam suatu takson. Identifikasi
penting artinya ditinjau dari segi ilmiah, sebab seluruh pekerjaan berikutnya sangat
tergantung dari hasil identifikasi yang benar dari suatu spesies yang sedang diteliti
(Soewasono, 1960). Menurut Soni (2010), identifikasi biakan mikroorganisme
seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran.
Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptis untuk
mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulang kali.
Peremajaan biakan yang dilakukan dalam praktikum ini diperoleh dari biakan
murni patogen penyebab penyakit tanaman yang tersedia dalam penyimpanan jangka
pendek (aerob) dan penyimpanan jangka panjang (parafin oil dan nitrogen cair).
Penyimpanan isolat dalam peremajaan biakan dilakukan selama tiga hari.
Peremajaan dilakukan pada media agar miring dengan bahan media PDA dengan
penggoresan zig-zag (Meryandini, 2009).
Menurut Martoredjo ( 1989), manfaat dari pemurnian mikroba antara lain :
1. Kita dapat mengetahui jenis mikroba yang sejenis.
2. Mempermudah untuk mengembangbiakkan mikroba yang dibutuhkan.
3. Pemurnian mikroba ini berguna untuk komersialitas dalam bidang industri.
4. Berguna sebagai contoh ilmu terapan kepada pelajar dalam bidang pengetahuan.
5. Berguna untuk mengetahui mikroba yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan
seperti pengawetan, upgrade gizi, dalam bidang perikanan.
Ada beberapa metode atau teknik yang digunakan pada isolasi
mikroorganisme, yaitu metode tuang (pour plate),metode sebar (spread plate),
metode goresan (streak plate), pengenceran (dilution method ),serta
micromanipulator (teh micromanipulator method ). Metode tuang adalah suatu
teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Dimana
kelebihan metode ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
merata pada media agar, metode ini cocok untuk isolasi mikroba yang bersifat
anaerob. Kekurangan metode ini adalah kurang cocok apabila digunakan untuk
isolasi mikroba yang bersifat aerob (Sadiqul, 2010).
Koloni kapang yang tumbuh selama proses isolasi, dimurnikan dengan
propagasi koloni yaitu memotong dan mentransfer secara aseptik sebagian miselium
kapang ke dalam medium kultur (Alexopoulos et al, 1996). Media kultur yang
digunakan adalah agar Low Carbon Agar (LCA). Koloni selanjutnya diinubasi
selama 48-72 jam pada suhu ruang. Koloni yang terpisah dan tumbuh dengan baik
selanjutnya dipilih dan ditanam kembali sebanyak dua kali ulangan. Isolasi kapang
yang telah murni diamati secara makroskopis untuk proses identifikasi. Selebihnya
koloni kapang disimpan dengan menggunakan gliserin 10% dan disimpan pada suhu
-80 oC setelah kurang lebih 1 jam sebelumnya diinkubasi pada suhu 4 oC (Nakagiri,
2005).
Acara praktikum isolasi dan identifikasi jamur patogen untuk kelompok 4
menggunakan isolat Labu Siam (Psidium guajav). Daun jambu biji menunjukan suatu
bercak-bercak kecil di permukaannya. Menurut Semangun (2009), gejala awalnya
berupa bercak bulat, kurang teratur bentuknya, dan berwarna merah kecokelatan.
Bagian tengah bercak berwarna putih. Bercak yang bersatu membentuk bercak yang
lebih besar berwarna putih yang dibatasi oleh halo kecokelatan. Gejala penyakit
antraknosa yang disebabkan oleh Pestaloiopsis psidii selain menyebabkan bercak
pada daun juga menyerang buah dan mengakibatkan kanker buah. Konidiofor tidak
mengelompok dan biasanya lurus, bersekat, serta berukuran 10-50 x 2-4 m.
Konidium berwarna cokelat kekuningan pucat, berbentuk gada, membentuk rantai
atau tidak, bersekat 3-5, dan berukuran 25-90 x 2-5 m (Martoredjo, 1989).
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok satu hasilnya pada pengamatan
makroskopis yaitu warna koloninya putih, tepi koloninya rata, tekstur permukaannya
halus, dan pola penyebaran konsentris. Pengamatan mikroskopis diperoleh hasil
yaitu adanya hifa, warnanya hyalin serta bentuknya bulat, dan tidak terdapat
konidium, setelah identifikasi menurut ciri-ciri hasilnya adalah jamur Streptomyces
sp. Hasil pengamatan kelompok dua dengan pengamatan makroskopis didapat warna
koloni putih, tepi koloni rata, permukaan koloni halus, dan pola penyebaran yang
konsentris. Pengamatana mikroskopis didapat adanya hifa dengan warna bening dan
bentuknya bulat tetapi tidak ditemukannya konidium. Hasil identifikasi juga didapat
spesies Streptomyces sp. Klasifikasi Streptomyces sp. menurut Alexpoulos et al
(1996), adalah :
Kingdom : Prokariota
Phylum : Actinobacteria
Orde : Actinomycetales
Famili : Streptomycetaseae
Genus : Streptomyces
Spesies : Streptomyces sp
Streptomyces adalah bakteri gram positif yang menghasilkan spora yang
dapat ditemukan di tanah. Bakteri ini nonmotil dan berfilamen, selain ditemukan
pada tanah, bakteri ini juga dapat ditemukan pada tumbuhan yang membusuk.
Streptomyces dikenal juga karena memproduksi senyawa volatil yaitu Geosmin yang
memiliki bau khas pada tanah. Streptomyces termasuk ke dalam
golongan Actinomyces yaitu bakteri yang memiliki struktur hifa bercabang
menyerupai fungi dan dapat menghasilkan spora. Karateristik Streptomyces yang
lain adalah koloni mereka yang keras, berbulu dan tidak/jarang berpigmen.
Streptomyces adalah organisme kemoheteroorganotrof yaitu organisme yang mampu
menggunakan materi organik yang kompleks sebagai sumber karbon dan energi.
Materi yang mereka dapatkan berasal dari degradasi molekul ini di dalam tanah,
karena sifat ini bakteri ini penting untuk menjaga tekstur dan kesuburan tanah.
Bakteri ini memiliki suhu optimal untuk pertumbuhan pada 25oC dan pH 8-9.
Streptomyces jarang bersifat patogen, tetapi beberapa spesies seperti S.
somaliensis dan S. sudanensis dapat menyebabkan mycetoma serta dapat
menyebabkan penyakit scabies pada tanaman disebabkan oleh S. caviscabies dan S.
Scabies (Miskiyah et al., 2010). Kitinase dan - 1,3- glukanase dianggap enzim
penting hidrolitik dalam lisis dinding sel jamur , seperti misalnya , dinding sel
Fusarium oxysporum , Sclerotinia kecil , dan S. rolfsii. Menggunakan potensi bakteri
yang terjadi secara alami (S Srividya, 2012).
Hasil pengamatan pada kelompok tiga, dengan pengamatan makroskopis
didapat warna koloni hitam, tepi koloni rata, tekstur koloni halus,dan pola
penyebarannya radial. Pengamatan mikroskopis didapat tidak adanya hifa tetapi ada
konida dengan warna hitam dan bentuknya Globes. Hasil identifikasi didapat bahwa
jenis patogen tersebut adalah Aspergillus sp. Klasifikasi Aspergillus sp. menurut
Alexpoulos et al (1996), adalah :
Kingdom :Fungi
Divisio :Eumycetes
Classis :Deuteramycetes
Ordo :Moniliales
Familia :Moniliaceae
Genus :Aspergillus
Spesies :Aspergillus sp.
Koloni Aspergillus biasanya cepat tumbuh, putih, kuning, kuning-coklat,
coklat sampai hitam atau nuansa hijau, dan mereka sebagian besar terdiri dari padat
dirasakan dari konidiofor tegak. Konidiofor berhenti dalam sebuah vesikel ditutupi
dengan baik satu lapisan palisade-seperti phialides (uniseriate) atau lapisan sel
subtending (metulae) yang menanggung whorls kecil phialides (struktur biseriate).
Vesikel, phialides, metulae (jika ada) dan konidia membentuk kepala konidia.
Konidia yang bersel satu, halus atau kasar-berdinding, hialin atau berpigmen dan
basocatenate, membentuk rantai kemarau panjang yang mungkin divergen
(memancarkan) atau dikumpulkan dalam kolom kompak. Toxin yang dihasilkan oleh
Aspergillus sp. adalah berupa mikotoksin. Mikotoksin adalah senyaea hasil sekunder
metabolisme jamur. Mikotoksin yang disebabkan oleh Aspergillus sp. lebih dikenal
dengan aflatoxin, dapat menyerang system saraf pusat, beberapa diantaranya bersifat
karsinogenik menyebabkan kanker pada hati, ginjal, dan perut (Miskiyah et al.,
2010). Salah satu contoh spesies dari genus Aspergillus adalah Aspergillus nigger.
Aspergillus niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan
konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kondisi optimal Aspergillus
niger mampu mensekresikan asam-asam organik yang berfungsi mengurai fosfat.
Hal inilah yang mendasari para peneliti untuk mengembangkannya sebagai agensia
pelarut batuan fosfat, guna memasok fosfat (P) untuk tanaman (Hamastuti, 2012).
Hasil pengamatan kelompok empat dengan pengamatan makroskopis didapat
warna koloni putih dengan tepi koloni rata, tekstur permukaan kasar, dan pola
penyebaran konsentris. Pengamatan mikroskopis didapat adanya hifa tetapi tidak
berseptat, warna hyaline, bentuknya filamen, adanya konidium dengan warna hyaline
dan bentuknya ovoid. Hasil identifikasi didapat bahwa jenis patogen tersebut adalah
Elsinoe sp. Klasifikasi Elsinoe sp menurut Alexpoulus et al (1996) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Dothideomycetes
Ordo : Myriangiales
Famili : Elsinoaceae
Genus : Elsinoe
Spesies : Elsinoe sp
Elsinoe sp umumnya hanya dapat menginfeksi jaringan muda. Periode 12
hari setelah sebar adalah masa kritis untuk terjadinya infeksi. Infeksi hanya terjadi
bila cuaca lembab dengan suhu yang sesuai. Perkecambahan konidium dan penetrasi
memerlukan suhu sekitar 25-280C. Suhu dibawah 200C dan diatas 300C tidak cocok
untuk perkembangan penyakit kudis. Morfologi dari jenis patogen ini adalah Konidia
hialin, askus bulat telur atau jorong, 5-6,5 m x 2-3 m, selain itu terdapat aservulus
pada bagian tengah bercak yang baru atau di bagian tepi bercak yang muda,
aservulus berbentuk cakram atau bantal. Selain itu tanda lain patogen ini yaitu
konidiofor sangat pendek dan sangat rapat sehingga sukar dibedakan satu persatu
(Meryandini, 2009).
Hasil pengamatan kelompok lima, pada pengamatan makroskopis didapat
warna koloni putih, tepi koloni bergerigi, tekstur permukaan halus, dan pola
penyebaran radial. Pengamatan mikroskopis didapat adanya hifa yang berseptat,
warna hyaline, dan bentuknya filamen. Terdapat konidium dengan warna hyaline dan
bentuknya membulat. Hasil identifikasi jenis patogen ini adalah Cunning hamella.
Klasifikasi Cunninghamella menurut Alexpoulus et al., (1996) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Kelas : Trichomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Cunninghamellaceae
Genus : Cunninghamella
Spesies : Cunninghamella sp.
Hasil pengamatan pada kelompok enam, dengan pengamatan makroskopis
didapat warna koloni hijau tua, tepi koloni bergerigi, tekstur koloni halus, dan pola
penyebaran konsentris. Pengamatan mikroskopis didapat adanya hifa dengan warna
hijau tua dan bentuknya bercabang. Adanya konidium dengan warna hijau dan
bentuknya globular. Hasil identifikasi yang didapat adalah Ulocladium sp.
Klasfikasi Ulocladium sp menurut Alexpoulus et al., (1996) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisio : Pezizomycotina
Kelas : Dothideomycetes
Ordo : Pleosporales
Familia : Pleosporaceae
Genus : Ulocladium
Spesies : Ulocladium sp.
Buah yang setengah berkembang pembusukan dapat dimulai dari kelopak
yang terinfeksi Buah yang sudah membusuk dan berwarna coklat akan mengering.
Organisme ini muncul pada musim dingin yang berkepanjangan miselia hidup pada
bahan tanaman yang busuk. Sklerotia keras, bentuknya pendek dan gemuk. Miselium
terlepas dari jamur dan akan berkecambah pada musim dingin dan berkembang lagi.
Pertumbuhan jamur yang baru akan menghasilkan konidiofor. Konidiofor bercabang
tiga dan langsung berhubungan dengan konidia atau spora. Konidia dewasa memisah
dan terbawa oleh angin atau percikan air dan pada kondisi yang baik patogen ini
akan menemukan dan membunuh inang yang baru. Banyak kasus konidia masuk ke
tanaman yang rusak atau jaringan yang rentan. Spora yang turun menghasilkan
mycelium baru yang akan menyerang jaringan, menyebabkan gagal dan hancurnya
sel, melunakkan jaringan dan akhirnya busuk (Semangun, 2003).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa


patogen yang menyebabkan penyakit pada daun kangkung (Ipomoea aquatica) dan
daun bayam (Amaranthus spinosus) yaitu Streptomyces sp. pada daun cabai
(Capsisum anum) yaitu patogen Aspergillus sp, daun tomat (Solanum lycopersicum)
yaitu Elsinoe sp. daun jagung (Zea mays) yaitu Chunninghamella sp. daun sawi
(Brassica rapa) yaitu Ulacdium sp.

B. Saran

Dalam pelaksanaan praktikum praktikan masih terlalu lama dalam melakukan


identifikasi dan kebingungan sebaiknya diberi materi terlebih dahulu karakteristik
dari setiap penyakit yang ada.
DAFTAR REFERENSI

Achmad dan M. Maisaroh. 2004. Identifikasi dan Uji Patogenisitas Penyebab


Penyakit Hawar Daun pada Suren (Toona sureni MERR.). Jurnal
Manajemen Hutan Tropika, 10 (1) : 67-75.

Adedayo, M. R., Olasehinde, I. G., Ajayi, A. A. 2010. Nutritional Value of Some


Edible Mushrooms from Egbe farmland, West Yagba Local Government
Area, Kogi State, Nigeria. African Journal of Food Science, 4(5) : 297- 299.

Alexpoulos, C. J., Mims, C. W., and Blackwell. 1996. Introductory Mycology. John
Willey and Sons Inc., New York.

Dwidjoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang

Herliyana, E N. 2009. Identifikasi Jamur Mold dan Blue Stain Pada Rotan. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 2(1): 21-26

Martoredjo, T. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bagian dari


Perlindungan Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta.

Meryandini, Anja. 2009. Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakterisasi Enzimnya.


Makara Sains, 13: 33-38.

Miskiyah, Winarti Christina Winarti, dan Broto Wisnu. 2010. Kontaminasi


Mikotoksin pada Buah Segar dan Produk Olahannya Serta
Penanggulangannya. Jurnal Litbang Pertanian, 29 (3) : 79-85.

Nakagiri, A. 2005. Presevation of Fungi and Freezing methods : Workshop on


Preservation of Microorganism. 1-25.

Park, J.Y., 2003. Surface Sterilization Method : Workshop on Isolation Method of


Microbes. 37-38.

Pelczar, M. J. 1986. Chan Element of Microbiology. Edisi 1. Penerjemah Ratna Sri.


Yogyakarta.

Sadiqul, M. 2010. Laporan Praktikum Laboratorium Lingkungan Isolasi dan


Pemurnian Mikrobia. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada Univ


Press.Yogyakarta.

Semangun, H. 2003. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada Univ


Press.Yogyakarta.
Semangun, H. 2007. Penyakit- Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Edisi
Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Singleton dan Sainsbury. 2009. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology


3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.

Soewasono, 1960. Diktat Skeleton dan Circulation. Diktaten Kring Fakultas


Kedokteran, Yogyakarta.

Soni, Ahmad. 2010. Skripsi: Isolasi Dan Pemurnian Mikroba, Teknik Pemeliharaan
Kultur Murni Dan Perhitungan Angka Lempeng Total (Total Plate
Count =Tpc). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai