Disusun Oleh :
Desya Maharani
1711050046
TLM 5B
2019
IDENTIFIKASI BATERI PATOGEN
I. Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini adalah mahasiswa mampu :
1. Mengetahui ada atau tidaknya bekteri Sterptococcus pada mukosa manusia.
2. Mengetahui ada atau tidaknya bekteri Staphylococcus pada sela-sela jari kaki
manusia.
3. Mengetahui morfologi dari bakteri Sterptococcus sp dan Staphylococcus sp.
II. Dasar Teori
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu media buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari
mikroorganisme lain perlu dilakuakn karena semua pekerjaan mikrobiologis,
misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang
hanya terdiri dari satu jenis mikroorganisme saja. Proses isolaso dapat dilakukan
dengan menumbuhkan pada media padat, selanjutnya sel-sel mikroorganisme akan
membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Pelczar, 2007).
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang banyakdijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari sifatnya, bakteri dibagi menjadi dua yakni
ada bakteri yang bersifat menguntungkan, ada juga bakteri yang bersifat merugikan.
Bakteri yang bersifat merugikan pada umumnya cenderung menjadi salah satu faktor
penyebab penyakit. Salah satu bakteri penyebab penyakit yang paling populer adalah
bakteri Staphylococcus epidermidis. Bakteri penyebab penyakit pada umumnya
merupakan hasil interaksi dari beragam jaringan-jaringan tubuh. Namun bakteri jenis
Staphylococcus tidak hanya menginfeksi jaringan tubuh secara langsung, melainkan
menjadi penyebab timbulnya penyakit secara tidak langsung dengan menghasilkan
racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock
syndrome (Pelczar, 2007).
Staphylococcus adalah sel sferis, diameter sekitar 1 µm susunan berkelompok
dan tidak teratur, monococcus, diplococcus, tetrad. Coccus yang pertumbuhannya
masih belum terlalu tua akan memberikan warna positif yang 12 kuat, sedangkan pada
coccus yang inkubasinya sudah terlalu lama akan menyebabkan sebagian bakteri
memberikan warna negatif, Staphylococcus tidak bermotil, tidak berspora.
Staphylococcus sp merupakan gram positif berbentuk bulat, biasanya
bergerombol seperti buah anggur. Saat ini terdapat kurang lebih 32 spesies
Staphylococcu sp namun yang penting secara klinik bagi manusia yaitu
Staphylococcis aureus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
saprophyticus (Cappucino, 2014)..
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies. Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, dan Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus merupakan
bentuk koagulase positif, hal ini membedakannya dari spesies lain. Staphylococcus
aureus merupakan patogen utama bagi manusia. Hampir setiap orang akan mengalami
beberapa tipe infeksi Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya, bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi berat
yang mengancam jiwa. Staphylocccus koagulase negatif merupakan flora normal
manusia dan kadang-kadang menyebabkan infeksi, seringkali berkaitan dengan alat-
alat yang ditanam, khususnya pada pasien yang sangat muda, tua, dan dengan fungsi
imun yang terganggu. Kurang lebih 75% dari infeksi ini disebabkan oleh
Staphylococcus koagulase-negatif akibat Staphylococcus epidermidis; infeksi akibat
Staphylococcus warneri, Staphylococcus hominis, dan spesies lain yang lebih jarang.
Staphylococcus saprophyticus relatif sering menyebabkan infeksi saluran kemih pada
wanita muda. Spesies yang lain penting bagi kedokteran hewan (Pratiwi, 2008).
Infeksi Staphylococcus epidermidis sulit disembuhkan sebabkuman tumbuh
pada alat protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar
dari obat antimikroba. Staphylococcus epidermidis lebih sering resisten terhadap
antimikroba dari pada Staphylococcus aureus, hampir 75% strain Staphylococcus
epidermidis resisten terhadap nafsilin. Staphylococcus epidermidis merupakan bagian
dari flora normal manusia, telah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang
umum seperti methicillin, novobiocin, klindamisin, dan penisilin benzil. Untuk
mengobati infeksi digunakan vankomisin, hasil atau rifampin (Radji, 2010).
Rongga mulut dan gigi merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi yang
penting dalam kaitannya dengan kesehatan tubuh. Dengan menjaga kesehatan mulut
dan gigi kita secara tidak langsung telah mengurangi resiko terkena penyakit yang
menyangkut kesehatan tubuh khususnya kesehatan rongga mulut dan gigi. Beberapa
penyakit yang biasa ditimbulkan akibat kurangnya menjaga keber!ihan rongga mulut
dan gigi antara lain seperti karies, gingivitis dan beberapa infeksi diakibatkan oleh
bakteri yang tidak sempat dibersihkan pada saat kita menggosok gigi (Budiyanto,
2004).
Secara anatomi saluran pernapasan terbagi atas saluran pernapasan atas dan
saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari kavum nasi,
nasofaring, orofaring, dan laring, sedangkan saluran pernapasan bagian bawah terdiri
dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoulus. Secara histologi dan fungsional,
sistem pernapasan terbagi menjadi bagian konduksi (membawa udara ke paru) dan
bagian respiratorik. Dalam bagian respiratorik terjadi pertukaran gas antara oksigen
(O2) dan karbon dioksida (CO2). Sistem konduksi terdiri atas rongga hidung,
nasofaring, trakea, bronkus, bronkiolus, bronkiolus terminalis. Sistem konduksi
memiliki dua fungsi utama yaitu menyediakan sarana bagi udara yang keluar masuk
paru dan dapat mengondisikan udara yang dihirup. Sistem respiratorik yaitu
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli (Budiyanto, 2004).
Mukosa mulut dan faring pada saat kelahiran biasanya lebih steril, akan tetapi
dapat terkontaminasi saat melewati jalan lahir, Pada saat awal kehidupan dapat
ditemukan Staphylococcus aerob dan anaerob, diplococcus Gram negatif (Neisseria,
Moraxella catarrhalis), Difteroid, dan terkadang dapat juga di temukan Lactobacillus.
Mikroorganisme dominan yang dapat ditemukan didalam saluran pernapasan atas,
terutama faring, yaitu Neisseria dan Streptococcus haemolyticus α, dan non-
haemolytic. Infeksi pada mulut dan pada saluran pernapasan biasanya dapat
disebabkan oleh flora oronasal: campuran termasuk anaerob (Cappucino, 2014).
Streptococcus berbentuk tunggal, bulat, dan tersusun seperti rantai, rantai
tersebut lebih sering terlihat berbentuk gambaran diplcoccus, dan terkadang
bentuknya terlihat seperti batang. Panjang rantai bervariasi dan dapat di pengaruhi
oleh faktor lingkungan. tidak berflagel, tidak berspora, tidak berkapsul dan termasuk
Gram positif sebagian besar Streptococcus tumbuh di medium yang di tambahkan
darah atau serum. Pertumbuhan Streptococcus haemolytic jauh lebih baik pada suhu
37°C, Streptococcus haemolyticus meragi glukosa dengan membentuk asam laktat
yang dapat menghambat pertumbuhannya, pertumbuhannya akan jauh lebih subur
apabila diberikan glukosa dan diberikan bahan yang dapa menetralkan asam laktat.
Streptococcus akan memberikan gambaran koloni mukoid (Sembiring, 2002).
III. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan saat praktikum sebagai berikut:
a. Bunsen
b. Colony counter
c. Spidol marker
d. Inkubator
e. Pipet ukur
f. Pipet pump
g. Pipet tetes
h. Penjepit tabung
i. Jarum ose
j. Erlemneyer
k. Tabung durham
l. Tabung reaksi
m. Sumbat tabung
n. Beaker glass
o. Autoklaf
p. Hot plate
q. Cawan petri
r. Sparayer
s. Object glass
2. Bahan
Bahan yang dibutuhkan saat praktikum adalah:
a. Sampel diambil dari sela-sela kaki
b. Sampel diambil dari tenggorokan/gusi
c. Cattun bud
d. Plasma darah
e. Pepton water
f. Medium MSA
g. Medium Blood Agar
h. Akuades steril
i. Spirtus
j. Kertas label
k. Kapas
l. Kasa
m. Alkohol 70%
n. Wrap
o. Crytal violet
p. Larutan lugol iodin
q. Alkohol aseton
r. Safranin
s. Reagen H2O2
t. Korek api
u. Tissue
IV. Cara Kerja
a. Staphylococcus sp
1. Mencelupkan cotten bud ke dalam peptone water, lalu menisirikan.
2. Mengoleskan pada sela-sela jari kaki kiri dan kaki kanan.
3. Kemudian mengoleskan cotten bud pada medium MSA.
4. Menginkubasi selama 48 jam di dalam inkubator dengan suhu 37°C.
5. Mengstreak kuadran Medium MSA.
6. Menginkubasi 24 jam di dalam inkubator dengan suhu 37°C.
b. Streptococcus sp
1. Menyiapkan cotton bud
2. Menempelkan cotton bud ke langit-langit tenggorokan atau gusi
3. Menstreak cotton bud pada medium Blood Agar
4. Menginkubasi medium pada suhu 370C selama 48 jam
5. Melakukan streak kuadran pada medium MSA
6. Menginkubasi medium pada suhu 370C selama 24 jam
c. Pewarnaan Gram
1. Mencuci gelas objek menggunakan aquades/alkohol 70%.
2. Mengambil bakteri menggunakan jarum ose, lalu mengoleskan diatas gelas obejek.
3. Melakukan fiksasi glass objek diatas bunsen.
4. Meneteskan larutan crystal violet selama 1 menit.
5. Membilas dengan aquades.
6. Meneteskan larutan lugol iodin selama 1 menit.
7. Membilas dengan aquades.
8. Meneteskan alkhol aseton (decolorizer) tetes demi tetes.
9. Membilas dengan aquades.
10. Membilas dengan aquades.
11. Meneteskan larutan safranin selama 1 menit.
12. Membilas dengan aquades.
13. Mengkeringkan dengan cara dianginkan.
!4. Mengamati dibawah mikroskop.
d. Uji Katalase
1. Mengambil bakteri menggunakan jarum ose, lalu mengoleskan diatas gelas obejek.
2. Meneteskan reagen H2O2 sebanyak 1 tetes.
3. Lalu mengamati perubahan yang terjadi.
e. Uji Koagulasi
1. Mengambil bakteri beberapa ose 2-3.
2. Meneteskan plasma darah sebanyak 1 tetes.
3. Menunggu 2 – 3 menit.
4. Mengamati perubahan yang terjadi.
f. Uji kebutuhan Oksigen
1. Menginokulasi bakteri ke medium TSB.
2. Menginkubasi medium tersebut kedalam inkubator selama 24 jam.
3. Kemudian mengamati medium tersebut.
V. Hasil
Tabel Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
No Bakteri Ukuran Bentuk Warna Tepi Sifat Elevasi
Koloni Koloni Koloni Koloni Koloni
1. Staphylococcus Kecil Bulat Kuning Undulate Halus Flat
sp. (tidak
Kaki kiri rata)
Staphylococcus Kecil Bulat Merah Undulate Halus Raised
sp.
Kaki kanan
2. Streptococcus Sedang Bulat Kuning Undulate Halus Convex
sp.
Medium 1
Streptococcus Sedang Bulat Kuning Undulate Halus Convex
sp.
Medium 2
Keterangan :
a. Undulate : Permukaan tepi koloni tidak rata
b. Flat : Koloni dengan permukaan rata dan tipis
c. Convex : Koloni dengan permukaan cembung