Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Entamoeba histolytica adalah protozoa parasit, bagian dari
genus Entamoeba. Entamoeba histolityca merupakan kelompok
rhizopoda yang bersifat patogen dan menyebabkan penyakit diare
amoeba. Diarenya disertai dengan darah dan lendir. Prevalensi
akibat infeksi Entamoeba histolityca cukup tinggi. Protozoa ini dapat
menimbulkan diare bagi penderita, meskipun tidak tertutup
kemungkinan organisme ini hidup secara komensal pada manusia
sehingga tidak memperlihatkan gejala klinis yang khas.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa usus amuba
(amebiasis), dikarenakan mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terkontaminasi oleh adanya protozoa. Kontaminasasi dapat
terjadi dikarenakan sistem pembuangan air kotor dan tinja tidak
dikelola dengan baik sehingga dapat mencemari makanan dan
minuman. Selain itu perilaku tidak mencuci tangan dengan
menggunakan sabun setelah buang air besar dan penanganan
makanan

yang

belum

memenuhi

aspek

sanitasi

makanan

menyebabkan mikroorganisme penyebab diare leluasa menginfeksi


host (manusia).
Dengan mempelajari Entamoeba histolytica diharapkan kita
mampu

menekan

terjadinya

penularan

infeksi

Entamoeba

histolytica.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu Bagaimana
gambaran umum tentang Entamoeba histolytica ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi dari Entamoeba histolytica.
2. Untuk mengetahui klasifikasi Entamoeba histolytica.
3. Untuk mengetahui cara penularan Entamoeba histolytica.
4. Untuk mengetahui patologi klinik jika terinfeksi Entamoeba
histolytica.
5. Untuk mengetahui diagnosis Entamoeba histolytica.
6. Untuk mengetahui patogenitas Entamoeba histolytica jika
terinfeksi pada manusia.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan belajar
tambahan dan agar lebih mengetahui tentang Entamoeba histolytica.

BAB II
PEMBAHASAN Entamoeba histolytica

A. Morfologi
Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya
memiliki ciri-ciri morfologi:

ukuran 10-60 m

sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit yang


merupakan penanda penting untuk diagnosisnya

terdapat satu buah inti entamoeba ditandai dengan karyosom


padat yang terletak di tengah inti serta kromatin yang tersebar
di pinggir anint

bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar


disebut pseudopodia.

Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai


berikut:

bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 m

kista matang memiliki 4 buah inti entamoba tidak dijumpai lagi


eritrosit di

dalam sitoplasma

kista yang belum matang memiliki glikogen (chromatoidal


bodies)

berbentuk

seperti

cerutu,

namun

biasanya

menghilang setelah kista matang. Dalam peralihan bentuk


trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam
sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal
dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista
dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan Bentuk
trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari amoeba
usus.

B. Klasifikasi dan Spesies


Domain

: Eukaryota

Filum

: Amoebozoa

Kelas

: Archamoebae

Ordo

: Amoebida

Genus

: Entamoeba

Spesies

: E. histolytica

Nama binomial

: Entamoeba histolytica

C. Siklus Hidup
Entamoeba histolytica memiliki tiga bentuk yaitu trofozoit, prekista,
dan kista. Bentuk trofozoit merupakan bentuk invasif dan umumnya
terdapat di usus besar (dalam jaringan mukosa atau submukosa),
sedangkan kista berada di lumen usus. Entamoeba histolytica dalam
bentuk trofozoit mampu bertahan selama 5 jam dalam suhu 37C,
16 jam dalam suhu 25C, 96 jam dalam suhu 5C. Sedangkan
bentuk kista dapat bertahan selama 2 hari dalam suhu 37C, 7 jam
dalam suhu 28C dan dalam 15 30 menit pada 4ppm chlor.
Penderita terinfeksi oleh Entamoeba histolytica karena tertular
bentuk kista matang berinti empat. Proses reproduksi Entamoeba
histolytica adalah dengan cara:
1. Eksistasi, kista berinti empat yang masuk ke dalam tubuh
membentuk delapan amubula kemudian menjadi bentuk trofozoit,
proses ini terjadi di sekum/ileum.
2. Enkistasi, dari bentuk tofozoit menjadi kista.
3. Multiplikasi, terjadinya pembelahan dari trofozoit.
Bentuk trofozoit berukuran antara 15 60 m dan memiliki
ektoplasma, berwarna jernih dan homogen, berfungsi untuk
pergerakan (pseudopodi), menangkap makanan dan membuang
sisa sisa makanan, sebagai alat pernapasan dan alat proteksi.

Endoplasma berwarna keruh, didalamnya banyak terdapat granula


granula, vakuola, butir butir kromatin dan eritrosit, berfungsi
mencerna makanan dan menyimpan makanan. Di dalam nukleus
terdapat nukleolus endosom atau kariosom dan letaknya ditengah
tengah. Halo, merupakan zona jernih yang mengelilingi kariosom.
Selaput inti, meruapakan kromatin granula yang tersusun halus dan
rata. Dengan melihat nukleus ini kita dapat mengidentifikasi genus
dan spesies.
Bentuk

prekista

memiliki

ektoplasma

yang

tidak

kelihatan,

pseudopodi pendek yang dibentuk secara perlahan lahan dan


memiliki bentuk trofozoit yang bulat serta merupakan stadium
peralihan pada inkistasik. Stadium ini dalam keadaan pasif. Pada
bentuk kista, nukleusnya mempunyai lensa yang terletak di tepi
karena terdesak glikogen vakuola yang besar yang dikelilingi
kromidial berbentuk batang. Dinding dibentuk dari ektoplasma dan
berfungsi sebagai alat pelindung. Kista tidak bergerak dan tidak
makan, kista berkembang biak dengan jalan membela, mula mula
kista berinti 1, kemudian berinti 2, selanjutnya berinti 4. Kista tersebut
berfungsi infeksius dan biasanya tidak memiliki glikogen vakuola.
Stadium kista merupakan stadium menular dan berperan sebagai
penyebar penyakit disentri amebiasis.
Siklus hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang
terkontaminasi oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut
tercerna, tinggal bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang
tahan terhadap asam lambung masuk ke usus. Disini karena
pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan sedikit alkalis, dinding
kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah ileum atau
caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae. Amoebulae
tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di
usus besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan

multiplikasi disitu, proses ini terutama terjadi di caecum dan


sigmoidorectal

yang

menjadi

tempat

habitatnya.

Dalam

pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic yang


melisiskan jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati
tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh amoeba tersebut.
Amoeba yang menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati
ke jaringan yang sehat, dengan jalan ini amoeba dapat memperluas
dan memperdalam lesi yang ditimbulkannya, kemudian menyebar
melalui cara percontinuitatum, hematogen ataupun lymphogen
mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan
amoebiasis di organ-organ tersebut. Metastase tersering adalah di
hepar terutama lewat hematogen.
Setelah beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan
invasi dari parasit menurun juga dengan meningkatnya pertahanan
dan toleransi dari host maka lesi mulai mengadakan perbaikan.
Untuk

meneruskan

kelangsungan

hidupnya

mereka

lalu

mengadakan encystasi, membentuk kista yang mula-mula berinti


satu, membelah menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat
kemudian dikeluarkan bersama-sama tinja untuk membuat siklus
hidup baru bila kista tersebut tertelan oleh manusia.
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit Precyste Cyste Metacyste Metacyste
Trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate
trophozoit) kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih
sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta
melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing
juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um
bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang

terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan


termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria.
Di dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit
menyusup masuk ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel
sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus tersebut
trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ
lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di
dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga
menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan
usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit
dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya
akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um.
Bentuk

cyste

yang

matang

mengandung

kromatoid

untuk

menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber


energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui
feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air
akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang
mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau
makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk
melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi,
dinding cyste robek dan keluar amoeba multinucleus metacystic
yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda
disebut amoebulae. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan
dan tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan
diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu:
membelah diri dengan binary fission dalam usus pada fase
trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis
dalam cyste pada fase metacystic.

D. Cara Penularan
Entamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan
umumnya terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh
kista ameba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab
bentuk ini akan rusak oleh asam lambung. Kista Entamoeba
histolytica mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8-12 hari,
di air 9-30 hari, dan di air dingin (4C) dapat bertahan hingga 3 bulan.
Kista akan cepat rusak oleh pengeringan dan pemanasan 50C.
Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui caracara berikut ini:
1. Persediaan air yang terpolusi
2. Tangan infected food handler yang terkontaminasi
3. Kontaminasi oleh lalat dan kecoa
4. Penggunaan pupuk tinja untuk tanaman
5. Higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi
tinggi, seperti asrama, rumah sakit, penjara, dan lingkungan
perumahan.
Penularan yang berlangsung melalui hubungan seksual biasanya
terjadi di kalangan pria homoseksual.

E. Patologi Klinik
Bentuk klinis yang dikenal ada dua, yaitu amebiasis intestinal dan
amebiasis ekstra intestinal. Amebiasis kolon intestinal terdiri dari
amebasis kolon akut dan amebasis kolon menahun. Amebasis kolon
akut gejalanya berlangsung kurang dari satu bulan, biasa disebut
disentri ameba memiliki gejala yang jelas berupa sindrom disentri.
Amebasis kolon menahun gejalanya berlangsung lebih dari satu
bulan, disebut juga koletis ulserosa amebic, gejalanya bersifat ringan
dan tidak begitu jelas.

Amebasis ekstra intestinal terjadi jika amebasis kolon tidak diobati.


Dapat terjadi secara hematogen, melalui aliran darah atau secara
langsung. Hematogen terjadi bila amoeba telah masuk di
submukosa porta ke hati dan menimbulkan abses hati, berisi nanah
warna coklat. Cara langsung terjadi bila abses hati tidak diobati
sehingga abses pecah, dan abses yang keluar mengandung ameba
yang dapat menyebar kemana-mana.

F. Diagnosis
Cara mendiagnosa gangguan yang ditimbulkan oleh Entamoeba
histolitica adalah sesuai dengan gejala atau gangguan yang terjadi,
antara lain sebagai berikut :
1. Amebiasis kolon akut, diagnosis ditegakkan bila terdapat sindrom
disentri disertai sakit perut atau mules. Diare lebih dari 10 kali
dalam sehari. Dan diagnosis laboratorium ditegakkan dengan
menemukan species ini dalam bentuk histolitika di dalam tinja
(S.M. Salendu dan Worou, 1996).
2. Amebiasis kolon menahun, terdapat gejala ringan diselingi
dengan obstipasi. Jika dalam tinja tidak ditemukan spesies ini,
himbauan agar pemeriksaan tinja dilakukan secara berturut-turut
selama tiga hari dapat juga dengan melihat kelainan di sigmoid.
3. Amebiasis hati, secara klinis dapat dibuat jika terdapat gejala
berat badan menurun, badan lemah, demam, tidak nafsu makan
disertai pembesaran hati. Pada pemeriksaan radiologi biasanya
didapatkan peninggian diafragma dan pemeriksaan darah ada
leukositosis (Srisasi Gandahusada, 2006).

G. Patogenitas pada Manusia


Patogenesis yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica dapat
terjadi dalam 2 fase, yaitu :
1. Fase Primer : pada fase ini penderita mengalami Amebiasis
Intestinal, dan organ yang diserangnya adalah bagian caecum
yang terutama, serta bagian-bagian yang lain, hal ini sangat
tergantung pada :
a. resistensi hostnya sendiri
b. virulensi dari strain amoeba
c. kondisi dari lumen usus/dinding usus, seperti infek atau
tidaknya dinding usus
d. kondisi makanan, apabila makanan banyak mengandung
karbohidrat, maka amoeba tersebut menjadi patogen
e. keadaan normal flora usus.
Adanya assosiasi amoeba dengan bakteri-bakteri tertentu,
akan

menentukan

sifat

amoeba

menjadi

aktif,

yaitu

mengadakan lesi pada usus dan pada umumnya sampai


mencapai mukosa. Gambaran lesi pada usus (mukosa),
tampak adanya nekrosis tanpa reaksi keradangan, kecuali
bila ada sekunder infeksi. Pada keadaan lanjut proses ini
dapat sampai ke submukosa dan dari sini amoeba akan ke
sirkulasi darah, selanjutnya akan timbul lesi-lesi ekstra
intestinal. Bentuk lesi berupa settle neck ulcus. Sekunder
infeksi biasanya oleh kuman-kuman : Clostridium perfringens,
Shigella dan umumnya prognosa menjadi jelek, sebab
terjadinya gangren usus, serta sering menyebabkan kematian
penderita.
Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai subjek-mukosa),
sering terjadi perdarahan-perdarahan ini dapat dilihat pada
feses penderita, kadang-kadang dapat dilihat adanya sel-sel
mukosa. Disamping itu ulkus yang dalam ini juga dapat
10

menyebabkan terjadinya perforasi, hingga prognosa akan


menjadi jelek.
2. Fase Sekunder : terjadi pada amebiasis ekstra intestinal.
Proses ekstra intestinal ini dapat terjadi akibat penyebaran
parasit secara hematogen dan organ yang sering terkena adalah
hepar (hati) yang dapat menimbulkan amoebik hepatis dan
selanjutnya

akan

menimbulkan

abses

hepatikum.

Abses

hepatikum ini dapat single atau multiple dan 85% pada lobus di
ekstra. Selanjutnya dapat terjadi pula amoeba ekspansi karena
pecahnya abses hati atau secara hematogen, yaitu pada pleura,
paru-paru, kulit dan adanya ulcerasi pada sigmoid dan rektum
akan dapat menyebabkan komplikasi atau akan berekspansi ke
vagina bagi penderita wanita. Proses amoebiasis ekstra intestinal
dapat terjadi dengan cara sebagai berikut :
a. Amebiasis hati, terjadi karena abses hati terutama pada
posteosuperior lobus kanan, dengan gejala klinis nyeri daerah
hipokondrium kanan, demam disertai ikterus, hepatomegali
(diare dan disentri negative), jika tidak diobati/tidak sempurna
maka

abses

berkembang

berbagai

arah

yang

akan

menyebabkan abses organ sekitar. komplikasi pecahnya


abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit, paru, rongga
pleura kanan, diafragma dan rongga peritoneum.
b. Amebiasis kulit, terjadi karena abses hati kanan pecah
sehingga mengakibatkan granuloma kutis.
c. Amebiasis paru, terjadi karena abses hati kanan pecah,
kemudian masuk ke daerah organ paru, sputum berwarna
coklat merah tua dan dapat ditemukan tropozoit pada bahan
sputum.
d. Amebiasis pleura kanan terjadi karena abses hati kanan
pecah dan menyerang empiema torax.

11

e. Diafragma terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian


terjadi abses subfrenik.
f. Rongga peritoneum dapat terkena jika abses hati kanan
pecah dan menyerang bagian rongga peritonium dan
menyebabkan peritonitis umum.
g. Erebral amoebiasis, terjadi karena komplikasi dari abses hati
atau dari paru (kasus jarang).
h. Abses limpa, terjadi karena komplikasi amubiasis hati atau
langsung penularan dari tropozoit kolon.
Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, maka
akan terjadi kelainan pada daerah lambung, rongga perikardium,
kulit & rongga pleura kiri, hal ini dapat mengakibatkan gejala klinis
sebagai berikut :
a. Pada lambung dapat terjadi hematemesis.
b. Pada rongga perikardium dapat perikarditis purulen yang
dapat menyebabkan kematian.
c. Amoebiasis organ lain : Pulmonary amoebiasis.

12

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Entamoeba hystolytica hidup dalam usus besar dan
mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang
tidak bergerak. Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak
menimbulkan gejala, sedangkan bentuk yang bergerak bila
menyerang dinding usus penderita dapat menyebabkan mulas, perut
kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang mengandung
darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.

B. Saran
Kami sadar akan kekurangan dari isi makalah kami ini, maka
dari itu kami menerima kritik dan saran pembaca agar dapat lebih
memperbaiki isi makalah ini agar lebih baik lagi.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. https://tiszyaszya.wordpress.com/2011/06/28/entamoeba-histolitica/
2. http://analisbanjarmasin.blogspot.com/2010/08/siklus-hidupentamoeba-histolitica.html
3. Anonim. 2012. Entamoeba histolytica, (Online),
(http://acehlaboratorium.blogspot.com/2012/02/entamoebahistolytica.html), diakses 15 Mei 2013
4. Anonim. 2012. Diagnosis dan Penatalaksanaan Amebiasis,
(Online),
(http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-danpenatalaksanaan-amebiasis.html#more-137), diakses 15 Mei 2013
5. Asti Dwi Noverina. 2011. Kalsifikasi Entamoeba histolytica,
(Online),
(http://navenasvrin.blogspot.com/2011/04/klasifikasi-entamoebahistolytica.html), diakses 15 Mei 2013
6. Dominika. 2011. Entamoeba histolytica, (Online),
(http://dominikaika.wordpress.com/2011/05/24/perkenalan/),
diakses 15 Mei 2013
7. Gandahusada, Srisasi, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran. Edisi
Ketiga. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

14

8. Muhamad Ibnu Sina. 2010. Entamoeba histolytica, (Online),


(http://referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2010/10/infeksientamoeba-histolytica.html), diakses 15 Mei 2013
Muslim, H. M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta :
Pene

15

Anda mungkin juga menyukai