C. Gejala Klinis
Toksoplasmosis pada mantlsia dan hewan umumnya tanpa
menunjukkan tanpa-tanda klinis . Gejala klinis tergantung pada organ yang
terserang dan sifat infeksi yang diperoleh secara bawaan atau perolehan.
Gejala yang tampak di antaranya abortus, kejang-kejang, spasmus otot,
opistotonus, bahkan dapat terjadi paralisa otot-otot tubuh. Pada anjing
ditandai demam, anemia, susah bernafas dan diare. Pada kucing, bentuk akut
menimbulkan gejala demam yang tinggi, anoreksia, dispnue, anemia, diare
dan kadang-kadang dapat berakhir dengan kematian, sedangkan pada bentuk
kronis, gejalanya berupa anoreksia, anemia, abortus, kemandulan dan iritis.
Kambing dan domba mempunyai gejala subakut sampai kronis .
Pada kambing yang bunting sering terjadi abortus, kelahiran prematur dan
vaginitis . Janin yang dilahirkan mengalami ensefalitis, oedema subkutan,
tetapi kadang-kadang janin yang mati tidak dikeluarkan melainkan tetap di
dalam dan mengalami mumifikasi. Gejala akut biasanya berupa demam,
abortus, kelahiran prematur, hidung mengeluarkan cairan eksudat dan hal ini
dapat berakhir dengan kematian.
Pada babi yang dewasa ditandai kelemahan, enteritis, tremor dan
relaksasi otot abdomen . Pada anak babi umur 3-4 minggu yang peka
terhadap infeksi, gejala yang tampak berupa demam, lemah, dispnue, diare,
ascites dan dapat menimbulkan kematian. Jika babi tetap bertahan hidup,
maka gejala saraf sering timbul sampai dewasa (Iskandar, 1999).
D. Patologi Anatomi
Pada pemeriksaan bedah bangkai anjing, ditemukan eksudat
serosanguinous pada rongga tubuh, terdapat nodul-nodul kecil pada paru-
paru, pembengkakan limfoglandula regional, pada usus terdapat tukak kecil
tenltama pads duodenum dan anus. Perivascular cuffing ditemukan di
serebrum dan medula spinalis, kista ditemukan di otot, paru-paru, limps, dan
jantung. Pada kucing, pneumonia terjadi lebih intensif, rongga alveoli berisi
fibroblast, sehingga konsistensinya berubah menjadi seperti paru-paru janin.
Dari luar, paru-pans terlillat nekrotik yang tersebar dalam satu atau beberapa
lobus. Anak-anak kucing yang induknya diinokulasi Toxoplasma pada saat
bunting menunjukkan multifocal granulomatous encephalitis, miokarditis,
miositis dan pneumonia interstitialis. Pada domba diketemukan kista dalam
otak dan bersamaan ads pembendungan dan ilrfltrasi sel-sel perivascular
cuffing. Toksoplasmosis pada sapi jarang terjadi, tetapi pernah dilaporkan
pada sapi Brown Swiss menunjukkan pembesaran llnlfoglandula
Submaksillaris, pneumonia hemorhagika dan kalsifikasi dinding pembulull
darah (Iskandar, 1999).
(A) Takizoid dari Toxoplasma gondii pada susunan saraf pusat burung liar
(B) Kista yang mengandung bradizoit pada otak (Iskandar, 1999).
Histomoniasis
A. Spesies yang rentan
Histomoniasis merupakan suatu penyakit asal protozoa pada
berbagai jenis unggas, terutama ayam dan kalkun. Penyakit tersebut dikenal
juga dengan nama enterohepatitis (black head) dan bersifat oleh adanya foki
nekrotik pada hati dan ulserasi pada sekum, Dapat ditemukan pada ayam,
kalkun, itik, angsa, ayam mutiara, sejenis ayam hutan, burung kuau, dan
burung puyuh, di dalam lumen sekum. Jenis cacing ini dapat dihubungkan
dengan peranan sebagai hospes perantara / carrier Histomonas meleagridis
yang menimbulkan histomoniasis (black head) pada unggas (Tabbu dkk.
,2002)
B. Patogenesis
Penyakit tersebut telah dilaporkan di USA, terutama pada kalkun dan
kadang kadang pada ayam. Kejadian histomoniasis pada kalkun maupun
ayam dilaporkan juga di Kanada, maxico, dan berbagai negara lain di dunia.
Penyakit tersebut sering ditemukan pada daerah yang cocok untuk
perkembangan cacing tanah. Di indonesia, histomoniasis kadang kadang
ditemukan diberbagai daerah pada ayam ras maupun ayam bukan ras (buras)
(Fisma,2013).
Protozoa tersebut dapat dikeluarkan bersama fese ayam yang
terinfeksi dan didalam telur cacing Heterakis gallinarum. Penularan
biasanya terjadi jika unggas/ayam yang sensitif menelan telur cacing sekum
yang infektif dan sekanjutnya larva histomonad akan dibebaskan dari larva
heterakis sp. Di dalam sekum.Histomonad bereplikasi di dalam jaringan
sekum, kemudian bermigrasi ke dalam hati melalui sirkulasi darah. Cacing
tanah juga menelan telur cacing sekum dan telur tersebut menetas dan
membentuk kista di dalam jaringan cacing tanah.Protozoa tersebut sangat
resisten jika berada didalam telur cacing larva, atau cacing tanah, dan akan
mencemari lingkungan peternakan. histomonas meleagridis akan ditularkan
dari ayam/kalkun pada periode pemeliharaan satu ke lainnya jika menelan
cacing tanah atau telur cacing sekum yang terinfeksi oleh protozoa tersebut.
C. Gejala Klinis
Pada infeksi berat, lesi pada hati dapat berukuran kecil, banyak dan
letaknya berada di bawah permukaan hati dan meliputi sebagian besar
organ tersebut. Hati dapat membesar dan berwarna hijau atau kecoklatan,
kadang pada paru, ginjal, limpa dan mesenterium dapat ditemukan adanya
daerah nekrosis yang berbentuk bulat dan berwarna keputih-putihan.
E. Histopatologi
Invasi awal pada dinding sekum ditandai dengan adanya hiperemia
dan infiltrasi heterofil. Sekitar satu minggu pasca infeksi, sejumlah
histomonad akan terlihat pada daerah lamina propia sebagai benda ovoid
dalam lekuk (lakuna) yang tercat pucat. Pada periode tersebut akan dijumpai
juga adanya sejumlah besar limfosit, makrofag dan heterofil. Lumen sekum
dapat terisi suatu massa yang berbentuk pasta yang terdiri atas suatu epitel
yang mengalami fibrin, deskuamasi, eritrosit, leukosit, dan feses. Sekitar 2
minggu pasca inavasi dapat dijumpai adanya sejumlah giant cell pada
jaringan sekum.
Lesi yang mengalami degenerasi akan menunjukkkan adanya
kumpulan limfosit yang tersebar diseluruh jaringan sekum, inding sekum
akan menjadi sangat tipis dan kripta memendek. Lesi awal pada hati terdiri
atas infiltrasi heterofil, monosit dan limfosit disekitar pembuluh darah.
Setelah 2 minggu pasca invasi akan terlihat infiltasi makrofag dan limfosit
yang ektensif dan sejumlah heterofil. Hepatosit di bagian tengah dari lesi
akan mengalami nekrosis dan disintegrasi, Pada periode tersebut dapat
ditemukan adanya sejumlah histomonad dalam lakuna disekitar bagian tepi
lesi. Jika proses infeksi berlanjut maka nekrosis akan lebih ekstensif dan
histomonad akanditemukan pada umumnya sebagai suatu benda kecil di
dalm makrofag. Jika terjadi penyembuhan, maka akn dijumpai adnya foki
limfosit yang disertai oleh daerha fibriosis dan hepatosit yang mengalami
degenerasi (Abdullah,2013)
DAFTAR PUSTAKA
Nama Kelompok 1:
1. Feby Fema Amzani. N 1502101010004
2. Anna Fitriani 1502101010013
3. Aulia Rahmi 1502101010014
4. Haminuddin 1502101010018
5. Lidra Andrean 1502101010019
6. Kamalia Nur Azzahra 1502101010020
7. Azizah Zakiya 1502101010021
8. Anta Rezky Sitepu 1502101010024
Kelas : 04