Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Rizki Ramadhani, S.

KH
Nim. 180130100111024
Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran hewan
Universitas Brawijaya

Terapi cairan Pleuritis Pada Kucing

Pendahuluan

Seekor kucing himalayan jantan dengan berat badan 3 kg berusia 7 tahun yang
telah dikebiri. Kucing berasal dari daerah pedesaan. Penurunan berat badan bertahap
selama satu tahun juga dilaporkan oleh owner. Pada pemeriksaan klinis kucing tersebut
ditemukan dalam kondisi buruk, depresi dan dehidrasi sedang. Suhu perektal adalah
38,7°C. Takipnea, dyspnea dan sianosis menonjol serta takikardia. Pemeriksaan penunjang
pada kasus ini dilakukan dengan radiografi menggunakan X-ray, thoracosintesis,
hematologi dan kimia darah serta pemeriksaan mikrobiolagi dari hasil sitologi eksudat
thorac.

Pembahasan
Pemeriksaan radiografi menggunakan X-ray menunjukkan gambaran radioopak
pada bagian paru-paru. Hal ini menunjukan adanya gangguan pada pleura paru-paru yang
kemungkinan terutup oleh adanya cairan atau inflamasi pada pleura (gambar 1). Pada
pemeriksaan thoracentesis didapat hasil cairan eksudat sebanyak 160 ml berwarna kuning
kecoklatan dan darah.

Gambar 1. Lateral radiografi thorac hari pertama, ditemukan gambaran radioopak


pada paru-paru kucing himalayan.
Hasil signifikan dari tes laboratorium yang dilakukan selama rawat inap dan pada
pemeriksaan tindak lanjut dalam (tabel 1). Interpretasi hasil hewan mengalamani dehidrasi
dengan nilai PCV yang berada dibawah nilai normal selain itu ditemukan leukositosis
dengan neutrofilia yang jelas, monositosis meningkat. Filamen percabangan gram positif
ditemukan pada pemeriksaan bakteriologis dari cairan toraks. Berdasarkan hasil
pemeriksaan patologi klinis dan pemeriksaan laboratorium maka hewan diagnosis pleuritis.

Tindakan terapi dilakukan dengan melihat gejala yang tampak dan mengeliminasi
penyebab inflamasi pada pleura paru-paru oleh bakkteri gram positif. Exudate diambil
setiap hari dan terapi antibiotik sistemik awalnya terdiri dari ampisilin intravena
Pengobatan pasien setelah hari ke empat dimulai dengan sulfonamide oral,
dikombinasikan dengan trimetoprim sekali sehari. Terapi ini dilanjutkan selama 14 hari.
Selain itu terapi cairan juga diberikan pada pasien untuk mengurangi gejala
dehidrasi yang dialami selama proses perawatan sehingga kondisi dehidrasi kembali
normal. Dari gejala klinis hewan mengalami dehidrasi sedang dengan presentase 7%.
Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan terapi cairan untuk mengganti dehidrasi sedang
pada hewan selama 24 jam.
Jumlah cairan (ml) = cairan yg hilang + Maintenance
= (% dehidrasi x BB (kg) x 1000 ) + (30 x BB (kg) + 70 )
= (7% x 3 x 1000) + ( 30 x 3 +70)
= 210 + 160
= 370 ml/hari
Jenis infus yang diberikan yaitu normosol R pada pasien pleuritis karena larutan yang
diberikan bersifat isotonis sebab larutan ini memiliki osmolaritas yang sama dengan
plasma darah dan cocok untuk penurunan ekstraseluler karena pada kasus pleuritis ini
ditemuka cairan eksudat pada pleura sehingga pemberian infus tidak memperparah cairan
pada ruang ekstraselular.

Penutup

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian ini adalah terapi cairan merupakan salah satu
cara pengobatan yang dapat diberikan pada pasien kritis atau memerlukan perawatan
intensif untuk mengembalikan dehidrasi akibat gangguan penyakit kekondisi normal
hewan. Jenis cairan yang akan diberikan harus dipilih secara hati-hati dengan
mempertimbangkan kandungan asam basa, elektrolit, dan tingkat dehidrasi pasien

Daftar Pustaka

Armstrong, 1980. P.J. Nocardial Pleuritis In A Cat. Can. Vet. J. 21: 189-191
Rıfkı, Haziroğlu1., Mehmet, Şahal2., And Recai, Tunca. 2006. Pleuritis And Pneumonia
Associated With Nocardiosis And Aspergillosis In Adomestic Short Haired Cat.
Ankara Üniv Vet Fak Derg, 53, 149-151
Stevenson, R. G. , Susan E. Tit And J. G. Pumry. 1971. Feline Infectious Peritonitis And
Pleurisy. Can. Vet. Jour., Vol. 12, No. 4,

Anda mungkin juga menyukai