Oleh:
NATIQ HUMAYROH, S.KH
NIM. 160130100011045
1
BAB 1 PENDAHULUAN
2
2. Apa saja penyebab dan symptom (gejala) dari Stenosis Aorta ?
3. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Stenosis Aorta?
4. Bagaimana terapi Stenosis Aorta?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi Stenosis Aorta
2. Untuk mengetahui penyebab dan symptom (gejala) dari Stenosis Aorta
3. Untu mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Stenosis Aorta
4. Untuk mengetahui terapi Stenosis Aorta
1.4 Manfaat
Memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa PPDH tentang
cara pemeriksaan dan menetapkan diagnosa terhadap kasus Stenosis Aorta
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Jantung
Jantung terdiri dari 2 jenis ruang pompa yaitu atrium dan ventrikel,
masing-masing berjumlah 2 buah, kanan dan kiri. Jantung memiliki 4 ruangan.
Tampak luar, atrium terletak diatas ventrikel dan berukuran lebih kecil
dibandingkan ventrikel, keduanya dipisahkan oleh arteri koroner kanan dan arteri
sirkumfleks yang terdapat di dalam sulkus koronarius yang mengelilingi jantung.
Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut dengan
perikardium. Perikardium terdiri dari 2 lapisan, perikardium viseral disebut
epikardium dan perikardium parietal dibagian luar. Lapisan epikardium melapisi
seluruh bagian jantung hingga pangkal aorta dan arteri pulmonalis di bagian atas,
kemudian melipat keluar menjadi perikardium parietalis. Kedua lapisan
perikardium yang saling berkelanjutan ini membentuk suatu ruangan yang berisi
cairan, disebut cairan perikardium yang memudahkan pergerakan jantung saat
terjadi proses memompa darah. Perikardium yang disertai dengan ligamentum-
ligamentum berfungsi untuk memfiksasi organ jantung di dalam rongga dada.
Jantung terdiri dari 4 ruangan, bagian atrium -ventrikel kiri dan kanan.
Diantara kedua atrium dibatasi oleh septum interatrial,yang terletak pada bagian
posterior-inferior dinding medial atrium kanan, sedangkan kedua ventrikel
dibatasi oleh septum interventrikuler. Secara horizontal atrium kanan
dihubungkan dengan ventrikel kanan oleh katup bikuspidalis atau biasa disebut
dengan katup mitral dan atrium kiri berhubungan dengan ventrikel kiri lewat
katup trikuspidalis.
2. 2 Stenosis Aorta
Stenosis aorta merpakan suatu penyakit kelainan pada katup aorta jantung
yang tidak terbuka secara penuh atau menyempit, yang dapat menurunkan aliran
darah dari jantung. Katup berfungsi seperti pintu, dan katup aorta merupakan salah
satu dari empat katup yang mengontrol aliran darah di dalam jantung. Katup aorta
normal memiliki tiga helai penutup. Jantung mengirim darah yang kaya oksigen
ke tubuh melalui katup ini. Pada stenosis aorta, jantung dipaksa bekerja lebih
keras untuk memompa darah melalui katup dengan pembukaan yang sempit ini.
4
Semakin lama, jantung akan menjadi bertambah besar dan melemah (Grimmard,
et al., 2008).
Dinding ventrikel kiri menebal karena ventrikel berusaha memompa
sejumlah darah melalui katup aorta yang sempit. Otot jantung yang membesar
membutuhkan lebih banyak darah dari arteri koroner. Persediaan darah yang
tidak mencukupi akhirnya akan menyebabkan terjadinya nyeri dada (angina) pada
waktu penderita melakukan aktivitas. Berkurangnya aliran darah juga dapat
merusak otot jantung, sehingga curah jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan
tubuh. Gagal jantung yang terjadi menyebabkan kelemahan dan sesak nafas ketika
melakukan aktivitas. Penderita stenosis katup aorta yang berat bisa mengalami
pingsan ketika melakukan aktivitas, karena katup yang sempit akan menghalangi
ventrikel untuk memompa cukup darah ke arteri di otot, yang telah melebar untuk
menerima darah yang kaya akan oksigen.
2. 3 Gejala Klinis
Gejala symptomatic stenosis aorta meliput dypsnea, gagal jantung, nyeri
dada (angina), dan syncope. Pada pasien stenosis aorta yang berat biasanya tidak
terdapat gejala yang menciri.
2. 4 Uji Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Bunyi murmur jantung yang khas, yang bisa didengar melalui stetoskop
Kelainan denyut nadi
Kelainan pada EKG
Penebalan dinding jantung yang tampak pada rontgen dada.
Pada penderita yang mengalami nyeri dada (angina), sesak nafas atau
pingsan, untuk mengetahui penyebabnya dan menentukan tingkat keparahan
stenosis, maka dapat dilakukan dengan:
Ekokardiografi (teknik penggambaran jantung dengan menggunakan
gelombang ultrasonik)
Kateterisasi jantung.
Untuk mengukur perbedaan tekanan sistol melalui katup jantung,
menentukan lebar katup jantung yang mengalami stenosis
5
2. 5 Terapi
Terapi untuk stenosis ringan dan sedang yaitu berupa antibiotik profilaksis,
sedangkan pada stenosis berat dilakukan valvulotomi. Terapi non bedah yang
dapat dilakukan adalah balonisasi katup untuk melebarkan stenosis yang ada
(Johnson et al., 2004).
6
BAB 3 STUDI KASUS
3.1 Signalment
Jenis Hewan : Kucing
Ras : Persian
Umur : 5 Bulan
Jenis Kelamin : Jantan
Berat : 2,5 kg
3.2 Anamnesa
Seekor kucing Persian kitten berumur 5 bulan dibawa berkonsultasi
mengenai vaksinasi pertama. Nafsu makan baik, aktif, tingkah lakunya normal.
Pemilik meminta untuk mendeteksi murmur.
3.3 Pemeriksaan Klinis
Pada pemeriksaan fisik diketahui grade suara murmur sistolik adalah 3/6.
Murmur terdengar di daerah basilar sebelah kiri dan hasil radiasi pada kranial dan
dorsal tidak terdapat abnormalitas yang jelas
3.4 Gejala Klinis
Tidak terdapat gejala klinis yang jelas pada kasus ini dan perilaku fisik
kucing terlihat normal.
3.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus stenosis aorta adalah menggunakan
ekokardiografi. Pada hasil radiografi thorax menunjukkan bahwa jantung terlihat
normal, tidak tampak adanya gagal jantung kongestif. Pemeriksaan jantung terdiri
dalam 6-lead computerized electrocardiogam dan echocardiography dengan
pemeriksaan Doppler. Pada elektrocardiograpy ditemukan adanya tachycardia
sinus. Tachycardia tercatat pada electrocardiography sebesar 200 bpm.
Echocardiography dilakukan pada posisi dari kanan, parasternal dan kiri lokasi
apikal. Echocardiography dua dimensi menggunakan mode M menunjukkan
penurunan diameter sistolik ventrikel kiri (0,55 cm), diameter diastolik ventrikel
kiri juga menurun (1,26 cm), dan peningkatan fraksi pemendekan (56%) yang
konsisten pada ventrikel kiri terlihat hipertrofi. Pada posisi apikal dengan
7
menggunakan gelombang yang kontinue Doppler (Gambar 1) terjadi peningkatan
kecepatan aorta (6,03 m/s). Berdasarkan hasil temuan ecocardiography, maka
didiagnosis stenosis aorta. .
8
cyanotic,tachypnea, dypsnea dan tachycardia. Denyut nadi perifer sama dengan
denyut jantung yaitu 210 puls/menit. Suara jantung tidak terdengar jelas
dibandingkan paru-paru dan mengi. Radiografi lateral menunjukkan adanya
edema pulmonum yang parah dan pembesaran atrium kiri. Tindakan segara
dilakukan dengan pemberian furosemide dan nitrogliserin transdermalyang
ditempatkan di atas area thorax bagian lateral. Kemudian pasien diberikan oksigen,
sehingga terjadi peningkatan warna membrana mukosa. Hasil pemeriksaan
jantung dengan menggunakan ultrasonografi adalah trombus yang besar (sekitar
0,94 x 0,52 cm) dalam atrium kiri (Gambar 2). Echocardiogram tidak
sepenuhnya dilakukan karena pernafasannya mengalami distress. Sehingga tidak
ada langkah-langkah dalam menangani ventrikel kiri dan kecepatan aorta yang
memuncak pada waktu itu. Namun, pananganan edema pulmonum dan
cardiopulmonary dilakukan sekitar 3 jam setelah gejala tampak.
3.6 Diagnosis
Stenosis Aorta
9
BAB 4 PEMBAHASAN
Penyakit kongenital jantung terjadi sekitar 10% dari kasus kardiologi pada
mamalia domestik. Penyakit kongenital jantung kurang umum terjadi pada kucing,
hanya sekitar 0,02-0,1% (Goodwin, 2001). Pada kongenital jantung, jarang
diamati tanda-tanda klinis. Namun dapat dicurigai berdasarkan suara murmur
sistolik yang keras pada basilar kiri. Berdasarkan Cote et al (2004) menyatakan
bahwa murmur yang terdetaksi pada kucing sehat tampaknya disebabkan oleh
penyakit jantung. Secara umum, murmur jantung keras merupakan indikasi dari
penyakit jantung.
Pada hasil radiografi thoraks tidak menunjukkan adanya abnormalitas.
Namun terjadi pembesaran ventrikel kiri dan pelebaran mediastinum. Pada anjing,
elektrokardiogram umumnya normal dengan stenosis subaorta, anjing yang parah
mungkin akan memiliki kontraksi ventrikel yang premature. Pada hasil EKG
kucing ini tidak mengamati adanya kelainan pada hampir menit ketiga. Dicurigai
bahwa kucing ini mengalami anomali kongenital jantung yang dikonfirmasi oleh
Doppler echocardiography. Kemudian beberapa saat terjadi peningkatan
kecepatan di katup aorta, sehingga diagnosa definitifnya adalah stenosis aorta.
Peningkatan kecepatan di katup aorta menyebabkan tekanan yang berlebih
sehingga menyebabkan ventrikel kiri hipertrofi.
Pada kasus ini, terapi yang diberikan adalah dengan pemberian obat beta-
andrenergik reseptor blocking dan angiotensin-converting enzyme inhibitor
karena terkadang gradien meningkat parah pada katup aorta. Dengan menurunkan
denyut jantung dan kontraktilitas jantung, beta-blocker dapat mengurangi
kebutuhan oksigen miokard dan meningkatkan perfusi koroner, sehingga dapat
mengurangi terjadinya aritmia ganas. Namun, terapi ini ditolak dan hanya ada
pembatasan latihan. Kucing yang mengalami penyakit jantung akan rentan
terhadap tromboemboli. Trombus yang terbentuk di atrium kiri terlihat membesar
karena stasis darah, kerusakan endotel, dan koagulabilitas. Dalam kasus ini yang
dilaporkan, diastolik normal sebagai konsekuensi dari hipertrofi konsentris dan
kekakuan ventrikel mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Oleh karena itu,
predisposisi untuk thrombogenesis. Trombus pada atrium kiri terlihat cukup besar.
10
Meskipun demikian, tidak menemukan laporan intrakardial pembentukan
trombus di kucing dengan stenosis aorta.
11
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stenosis aorta merupakan penyempitan katup jantung karena adnaya
kelainan kongenital. Meski jarang, stenosis aorta dapat terjadi pada kucing.
murmur jantung terdengar keras saat dilakukan auskultasi pada anak kucing yang
sehat. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit jantung
bawaan. Pada kasus kucing dengan stenosis aorta yang disertai dnegan
pembesaran atrium kiri harus dipertimbangkan pada resikonya untuk
perkembangan trombus intrakardial sampai terjadi tromoemboli. Sehingga perlu
pemantauan rutin pada kasus stenosis untuk memperhitungkan perkembangan
penyakit congenital ini serta menentukan jenis terapi yang akan digunakan.
5.2 Saran
Dokter diingatkan untuk melakukan pemeriksaan fisik rinci sebelum rutin
vaksinasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Coté E, Manning AM, Emerson D, Laste NJ, Malakoff RL, Harpster NK (2004).
Assessment of the prevalence of heart murmurs in overtly healthy cats. J Am
Vet Med Assoc, 225: 284-388
Goodwin JK (2001). Congenital heart disease. In: Manual of canine and feline
cardiology. Editors: Tilley LP, Goodwin JK. Saunders (Philadelphia), 273-
293.
Grimard, B.H, Jan M.L, Mayo C, Augustine, and Florida. 2008. Aortic Stenosis
and Treatment. American Family Phisician. Volume 78 Number 6.
Harpster NK (1986) The cardiovascular system. In: Diseases of the cat. Editor:
Holzworth J. Saunders (Philadelphia), 820-933.
Johnson, M. S., M. Martin, D. Edwards, A. French and W. Henley. 2004.
Pulmonic Stenosis in Dogs: Balloon Dilation Improves Clinical
Outcome. Journal of Veterinary Internal 656 Internal Medicine ; 18:656-
662
Sisson DD, Thomas WP, Bonagura JD (2000). Congenital heart disease. In:
Textbook of veterinary internal medicine: diseases of the dog and cat.
Editors: Ettinger SJ, Feldman EC. Saunders (Philadelphia), 737-787.
Sousa, M.G., Joai, P.E.P, Alenxander M>B, Priscilia A.C.S anda Aperecido A.C.
Severe aortic stenosis in a Persian Kitten. Caso Clinico; RPCV:103 (567-
568) 229-232.
13