Yang dilaksanakan di
KLINIK HEWAN DAN RUMAH SAKIT HEWAN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Oleh:
MUHAMMAD RIZKI RAMADHANI, S.KH
180130100111024
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka diperoleh
tujuan diantaranya:
1. Untuk mengetahui prosedur operasi ovariohiskterektomi
2. Untuk mengetahui penanganan pasca operasi ovariohisterektomi
1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) rotasi
Interna Hewan Kecil (IHK) adalah mampu melakukan prosedur bedah
ovariohisterektomi meliputi persiapan operasi, pelaksanaan operasi, serta
penanganan post operasi serta menjadi saran pengabdian masyarakat melalui
pengendalian populasi kucing liar disekitar masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Ovariohisterektomi
Ovariohisterektomi merupakan tindakan pembedahan pengangkatan
atau pembuangan ovarium dan uterus sekaligus. Operasi ini dilakukan untuk
mensterilkan hewan betina dengan maksud menghilangkan fase estrus atau
untuk terapi penyakit yang terdapat pada uterus, seperti resiko tumor
ovarium, serivks, dan uterus. Selain itu, operasi juga dilakukan untuk
memperkecil terjadinya piometra pada betina yang tidak steril. Sterilisasi
biasanya dilakukan saat hewan berumur masih muda. Pada kasus pyometra
sterilisasi dilakukan sebagai terapi karena ketidakseimbangan cairan sehingga
melalui tindakan bedah ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
Ovariohisterektomi dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus
reproduksi, tetapi paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase
anestrus (Tobias, 2010). Ovariohisterektomi berdasarkan fase umur kucing,
dapat dibagi menjadi ovariohisterektomi pre pubertas dan post pubertas.
Keuntungan dari melaksanakan ovariohisterektomi sebelum pubertas (umur
10-12 minggu) adalah lebih meminimalkan trauma dan invasif pada saat
operasi karena uterus yang berukuran kecil dan inaktif sehingga perdarahan
yang mungkin terjadi dapat ditekan kemungkinannya (Fossum, 2007).
Terdapat dua metode untuk operasi ovariohisterektomi, yakni melalui
midline dan flank abdomen. Metode flank memiliki kecenderungan untuk
digunakan pada kucing yang mengalami hyperplasia hyperadenomatous pada
kelenjar mammae atau kucing yang sedang laktasi. Keuntungan lainnya yang
mungkin terjadi apabila menggunakan metode flank adalah terhindarnya
eviscerasi pada organ abdominal, trauma operasi yang lebih sedikit dan waktu
operasi yang lebih singkat. Komplikasi yang dapat terjadi pada metode flank
adalah adanya diskolorasi pada rambut dan kulit didaerah sekitar insisi
apabila telah sembuh serta teknik operasi akan menjadi lebih sulit apabila
kucing dalam keadaan bunting (Langley-Hobbs et al., 2014). Berikut ini
adalah keuntungan dan kerugian dari ovariohisterektomi pada kucing.
2.3 Anasthesi
Anasthesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anasthesi
ada 2 yaitu umum dan local. Anasthesi umum ialah suatu keadaan yang
ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi akibat induksi obat.
Dalam hal ini, selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran juga hilang. Sedangkan
anasthesi lokal efeknya hanya pada suatu lokasi tertentu saja (Budi, 2000).
Menurut Santosa (2010), stadium anestesi dibagi menjadi :
a. Stage I - Induction stage or stage of Voluntary Excitement (stadium
induksi atau stadium Eksitasi Bebas)
b. Stage II - Stage of Involuntary Excitement (stadium eksitasi tidak-bebas)
c. Stage III - stage of surgical anaesthesia (stadium operasi)
d. Stage IV - overdosage atau stadium paralisa
2.4 Ketamin
Ketamin adalah satu-satunya anestetik intravena yang selain bersifat
analgesik kuat juga mampu merangsang sistem kardiovaskuler sesuai
dengan dosis pemberiannya. Indikasi dan farmakologi dari ketamin yang
diaplikasikan pada hewan berfungsi sebagai agen restrain, sebagai agen
anestetik tunggal untuk diagnosa,pembedahan minor yang tidak
membutuhkan efek relaksasi otot. Ketamin dapat menghambat reseptor
NMDA pada CNS dan menurunkan efek gelisah. Ketamin bermanfaat dalam
mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit yang diakibatkan oleh
pembedahan.
Farmakokinetik dari ketamin yaitu pasca injeksi IM ketamin pada
hewan, level puncak obat terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Ketamin
terdistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dengan kadar tertinggi ditemukan
pada otak, hepar, pulmo, dan jaringan lemak. Zat obat 50% berikatan dengan
protein plasma pada kuda, 53% di kucing dan 37-57% di hewan (Plumbs,
2013). Obat dimetabolisme di hepar melalui proses demethilasi dan
hydrooxylasi dan hasil metabolit yang dihasilkan tanpa megalami perubahan
dieliminasi melalui urin. Ketamin akan menginduksi enzim mikrosom akan
tetapi tidak tampak gejala klinis yang signifikan dari efek ini. Waktu
eliminasi atau half-life pada pedet, hewan, dan kuda terjadi dalam waktu 1
jam. Seperti thiobarbiturat, proses redistribusi ketamin keluar dari CNS lebih
menjadi faktor yang menentukan durasi anestesi dan waktu eliminasi atau
half-life. Dengan meningkatkan dosis, durasi dari anestesi dapat
diperpanjang atau ditingkatkan tetapi tidak berefek pada intensitasnya
(Plumbs, 2013).
Farmakodinamik dari ketamin adalah jenis anestesi yang bekerja
cepat dan memiliki efek anelgesi yang signifikan dan sedekit menimbulkan
efek samping pada kardiopulmonary. Ketamin menginduksi efek anestesia
dan amnesia dengan mengganggu fungsi CNS dimana terjadi stimulasi
berlebih di CNS atau menginduksi keadaan "cataleptic".Ketamin
menghambat resptor GABA dan memblok serotonin, norepineprin dan
dopamin diCNS. Sistem thalamoneocortical ditekan, sementara sistem
limbik diaktivasi.Ketamin menginduksi anestesi stadium I dan II tetapi tidak
pada stadium III. Pada hewan, menyebabkan hypothermic ringan
sebagaimana suhu tubuh menurun hingga 1,6°C setelah dosis terapi
diberikan (Plumbs, 2013).
Kontraindikasi dari ketamin adalah memiliki kontraindikasi pada
pasien penderita yang sebelumnya memperlihatkan gejala reaksi
hypersensitivitas pada hewan maupun manusia. Penggunaan pada pasien
yang signifikan penderita hypertensi, heart failure, dan arterial aneurysms ini
sangatlah berbahaya (Plumbs, 2013).
2.5 Xylazin
Xylazine merupakan salah satu golongan alfa-2 adrenoreceptor
stimulant atau alfa-2 adrenergic receptor agonis. Xylazine bekerja dengan
mekanisme penghambatan tonus simpatik karena xylazine mengaktivasi
reseptor postsinaps alfa-2 adrenoreceptor sehingga menyebabkan midriasis,
relaksasi otot, penurunan denyut jantung, penururnan peristaltic, relaksasi
saluran cerna dan sedasi. Xylazine menyebabkan relaksasi otot melalui
penghambatan transmisi impuls intraneural pada SSP (Plumbs, 2013).
Farmakokinetik dan farmakodinamik xylazine adalah menimbulkan
efek relaksasi muskulus sentralis, selain itu juga mempunyai efek analgesic.
Pada hewan kecil efek sampingnya meliputi bradikardi dan penurunan
cardiac output, vomit, tremor, motilitas intestinal menurun, kontraksi uterus
meningkat, keseimbangan hormonal terganggu, produksi insulin dan ADH
terhambat (Plumbs, 2013).
Kontraindikasi dari obat xylazine mempunyai kontraindikasi pada
hewan jika diberikan epinephrine atau mempunayi ventricular arrhythmiasis
yang aktif. Harus diberikan peringatan yang sangat tinggi pada hewan yang
menderita dengan preexisting cardiac dysfunction, hypotension atau shock,
respiratory dysfunction, hepatic atau renal insufficiency yang hebat,
preexisting seizure disorders, atau debilitated yang hebat. Karena akan
menginduksi parturasi yang premature, pada umumnya tidak boleh
digunakan pada trimester terakhir kebuntingan, biasanya pada ternak
(Plumbs, 2013).
2.6 Prinsip Bedah
Operasi yang baik memiliki beberapa peraturan. Peraturan yang ada
berguna untuk mencegah terjadinya infeksi, meminimalisir terjadinyatrauma
jaringan dan menyediakan lingkungan yang baik untuk luka sehingga
kesembuhan dapat teerjadi. Peraturan dalam operasi bedan dibuat oleh W.S
halsted yaitu seorang ahli bedah yang menjadi pioneer dalam prakter bedah
modern. Filosofi halsted dalam operasi biasa disebut dengan Halsted Principles
(BSAVA, 2015) :
1. Menerapkan operasi yang aseptis
Menerapkan operasi yang aspetis bertujuan untuk meminimalisir
terjadinya kontaminasi pada saat dilakukannya operasi. Tindakan aseptis
meliputi sterilisasi alat dan bahan, ruangan, operator bedah serta hewan.
2. Memperlakukan jaringan dengan lembut
Memperlakukan jaringan dengan lembut dilakukan untuk meminimalisir
trauma fisik yang terjadi sehingga rasa nyeri dapat berkurang
3. Alat bedah yang tajam
Alat bedah yang tajam digunakan untuk memotong jaringan haruslah
tajam untuk mempermudah jalannya operasi dan meminimalisir trauma
karena benda tumpul.
4. Menyediakan suplai darah ke jaringan
Vaskularisasi jaringan merupakan hal yang penting pada saat operasi.
Suplai darah ke jaringan pada saat operasi harus diperhatikan karena
jaringan membutuhkan suplai nutrisi dan oksigen untuk dapat mencapai
proses kesembuhan
5. Hemostatis
Perdarahan pada saat operasi juga harus dicegah dan jika terjadi
perdarahan operator harus mengupayakan untuk menghentikan perdarahan
tersebut.
6. Menghindari dead space
Dead space atau ruang kosong harus dihindari untuk mencegah terjadinya
penimbunan cairan dan akan mengahmbat persembuhan luka.
7. Menghindari tensi
Tensi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengahmbat
kesembuhan luka. Kesembuhan luka dapat terjadi dengan baik dan optimal
jika aposisi luka tertaut dengan baik tana adanyaa tensi yang dapat
menyebabkan inversi dan overlapping atau penumpukan jaringan.
BAB III
METODOLOGI
4.1.2 Sinyalmen
Nama : Eneng
Jenis Hewan : Kucing
Ras : Domestic Short Hair (DSH)
Jenis Kelamin : Betina
Umur : ± 1,5 tahun
Berat badan : 3 Kg
Warna : Tri colour
4.2 Pembahasan
A B C
D E F
G H I
Keterangan : A. Incisi dan preparasi tumpul kulit dan subcutan serta muskulus.
B. Eksplorasi abdomen untuk mencari kornua arteri. C. Traksi kornua uteri dan
overium D. Ligasi ligamentum dan pembuluh darah ovarium E. Pemotongan
ligamentum dan pembuluh darah F. Ligasi dan incisi kornua uteri. G. Penjahitan
muskulus dengan pola simple interupted H. Penjahitan subcutan dengan pola
simple continous. I. Penjahitan kulit dengan jahitan intradermal.
Kucing yang telah teranestesi diletakkan pada meja operasi dengan
posisi rebah dorsoventral serta dilakukan fiksasi pada keempat ekstremitas dan
ekor. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kain drape yang difiksasi
menggunakan towel clamp. Selanjutnya dilakukan laparotomi bagian abdomen
dengan insisi pada caudal midline. Titik orientasi yang digunakan untuk
menentukan lokasi insisi adalah os costae terakhir, umbilicus, dan puting
terakhir. Insisi dilakukan dua jari dibawah umbilical dan maksimal diatas
puting terakhir dengan panjang insisi 5 cm. Insisi meliputi lapisan kutan/kulit,
subkutan, dan muskulus. Setelah terbuka dilakukan pencarian ovarium dan
pada pembedahan kali ini ovarium pertama yang ditemukan adalah ovarium
dexter, dilakukan ligasi dan dipotong menggunakan scalpel blade. Dilakukan
pencarian ovarium sisi sinister dan dilakukan hal yang sama seperti ovarium
dexter. Setelah itu dilakukan pencarian bifucartio uteri, ligasi pada bagian
caudal bifucartio, dan dipotong menggunakan scalpel blade. Pada setiap
kegiatan dilakukan irigasi menggunakan normal saline. Tujuan dilakukan
irigasi adalah untuk menghindari terjadinya desikasi antar organ internal,
membersihkan organ internal, serta mengembalikan kondisi rongga abdomen
(BSAVA, 2015).
Penjahitan pada linea alba dan muskulus rectus abdominis dilakukan
dengan benang catgut chromic 3-0 dengan pola simple interrupted. Dilanjutkan
penjahitan subcutan dengan pola simple continuous menggunakan benang
catgut chromic 3-0, dan penjahitan kulit dengan jahitan inderadermal catgut
chromic 3-0. Setelah operasi, area disekeliling luka dibersihkan menggunakan
normal saline, povidone iodine, dan salep antibiotik (gentamicin) kemudian
dibalut menggunakan kasa steril dan Hypafix®. Pembalutan luka tersebut
berfungsi agar luka operasi tidak dijilati oleh pasien yang dapat meyebabkan
infeksi.
Pengamatan post operasi meliputi pemeriksaan temperatur, makan,
defekasi, minum, urinasi, dan kondisi jahitan yang dilakukan setiap hari.
Penggantian penutup luka jahitan dilakukan dihari ke 3 setelah operasi.
Pengobatan post operasi yang digunakan pada kucing Eneng adalah antibiotik
Amoxicillin dengan dosis 10 mg/kg BB q12h selama 7 hari secara per oral,
analgesik Ketoprofen dengan dosis 1 mg/kg BB q24h selama 5 hari secara per
oral. Tolfenamic acid dengan dosis 1 ml/ 40kg q24h pada hari ke 7 dan 9
secara intramuskuler. Pemberian antibiotik pasca operasi bertujuan untuk
mencegah infeksi pada luka operasi yang dapat memperlambat kesembuhan
luka. Amoxicillin merupakan antibiotik beta laktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding sel bakteri (Papich, 2016). Ketoprofen selain
berguna sebagai analgesik, juga sebagai agen antiinflamasi untuk mencegah
inflamasi berlebihan pada daerah luka yang justru akan menghambat
kesembuhan luka (Fossum, 2019). Ketoprofen merupakan obat Nonsteroidal
Antiinflammatory Drug (NSAID) yang menimbulkan efek analgesik dan
antiinflamasi dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Sehingga
ketoprofen sering diindikasikan sebagai terapi untuk mengatasi inflamasi dan
rasa sakit tingkat sedang (BSAVA, 2017). Tolfenamic Acid adalah salah
satu dari kelas non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Kerja
dari obat ini mirip dengan kerja dari aspirin yaitu sebagai potensial inhibitor
dari cycloo!igenase yang akan menghambat rilisnya prostaglandin. tolfenamic
acid dapat digunakan sebagai treatment baik akut maupun kronis dari inflamasi
dan atau rasa nyeri (Coughland, 2011).
Kucing dirawat pasca operasi selama 11 hari sampai menunjukkan
keadaan luka operasi secara sembuh total dan teraposisi dengan sempurna. Hal
ini dapat diketahui dari pertautan luka yang bagus, serta luka sudah mengering
dengan sempurna. Pada hari ke 11 kucing eneng sudah bisa dilepaskan
(release) dikarenakan keadaaanya sudah membaik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adams, H.R. 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics 8th Ed. Iowa:
Blackwell Publishing
Aspinall V dan Cappelo M. 2015. An introduction to veterinary anatomy and
physhiology 3rd ed. Toronto: Elsevier.
British Small Animal Veterinary Association [BSAVA]. 2015. BSAVA Manual of
Canine and Feline Abdominal Surgery, 2nd Edition. Gloucester: British
Small Animal Veterinary Association
British Small Animal Veterinary Association [BSAVA]. 2016. BSAVA Manual of
Canine and Feline Anaesthesia and Analgesia, 3rd Edition. Gloucester:
British Small Animal Veterinary Association
British Small Animal Veterinary Association [BSAVA]. 2017. BSAVA Small
Animal Formulary, 9th Edition - Part A: Canine and Feline. Gloucester:
British Small Animal Veterinary Association
Colville, T. dan J.M. Bassert. 2016. Clinical Anatomy and Physiology for
Veterinary Technicians, 3rd Edition. Missouri: Elsevier Inc
Dachlan, E. G. 2004. Toksoplasmosis, Pencegahan dan Penanggulangannya pada
Ibu Hamil. Proceeding Simposium Nasional Penanganan dan
Penanggulangan Penyakit Sesuai dengan Kesejahteraan Hewan
Fossum, T.W. 2007. Small Animal Surgery, 3rd Edition. Missouri: Mosby-Elsevier
Fossum, T.W. 2019. Small Animal Surgery, 5th Edition. Philadelphia: Elsevier Inc
Kustritz, M.V.R. 2014. Pros, Cons, and Techniques of Pediatric Neutering. Vet
Clin Small Anim 44: 221–233
Langley-Hobbs, S.J., J.L. Demetriou dan J.F. Ladlow. 2014. Feline Soft Tissue
and General Surgery. Philadelphia: Elsevier Ltd
Oliveira, J.P., R. Mencalha, C.A. dos S. Sousa, M. Abidu-Figueiredo dan S. da F.
Jorge. 2014. Pain Assessment in Cats Undergoing Ovariohysterectomy
by Midline or Lateral Celiotomy Through Use of A Previously Validated
Multidimensional Composite Pain Scale. Acta Cirúrgica Brasileira Vol.
29 (10): 633-638
Papich, M.G. 2016. Saunders Handbook of Veterinary Drugs: Small and Large
Animals, 4th Edition. Missouri: Elsevier Inc
Plumb, D. C., 2013. Plumb’s Veterinary Drug Handbook 6th edition. The IOWA
State University Press. Ames.
Sardjana, I K. W. 2013. Pengendalian Populasi Kucing Liar di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya Melalui Kastrasi dan
Ovariohistektomi. Dalam Jurnal Klinik Vet Medika 1 (2): 44-47
Syarif, A. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Silvestre, A.J. Wilson, dan J. Hare. 2002. A Comparison of Different Studies
Pattens for Skin Closure of Canine Ovariohysterectomy. Can. Vet. J.
43:699-702
Tobias, K. M. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. A John Wiley
& Sons Ltd, Publication
Tobias, K.M. dan S.A. Johnston. 2012. Veterinary Surgery: Small Animal.
Missouri: Elsevier Inc
LAMPIRAN
2. Hari ke 8
Luka jahitan kucing mulai
mengering dan menyatu serta
kedua sisi luka telah menyatu.
3. Hari ke 11
Luka telah menutup sempurna
Lampiran 2. Pemeriksaan dan terapi pasca ovariohisterectomi kucing Eneng.