Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI INTERNA HEWAN KECIL, BEDAH DAN RADIOLOGI


yang dilaksanakan di
RUMAH SAKIT HEWAN PENDIDIKAN DAN KLINIK HEWAN
PENDIDIKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KOTA MALANG

OPERASI KUCING
“Ovariohysterectomy (OH) pada Kucing Domestik”

Oleh :

ANANTA ARDI BAGASKARA, S.KH

NIM: 180130100111042

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di


dunia. Masyarakat sejak dahulu telah memanfaatkan kehadiran mamalia satu
ini untuk mengatasi hama tikus ataupun ular yang menyusup di rumah,
sehingga populasi kucing berkembang dan menjadi masalah baru. Sehingga
dibutuhkan cara untuk mengontrol populasi kucing salah satunya adalah
tindakan sterilisasi. ovariohysterectomy untuk kucing betina dan orchidectomy
untuk hewan jantan.
Sterilisasi pada hewan jantan dapat dilakukan dengan kastrasi.
Sedangkan Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya
mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau operasi pengambilan atau
pemotongan organ ovarium, uterus, atau ovarium dan uterus dari rongga
abdomen (ovariohisterectomy). Operasi dilakukan pada hewan betina untuk
terapi adanya tumor, pyometra, cyste ovari, dan sterilisasi. Ovariohisterektomi
biasanya dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan
pada hewan ternak.
Tindakan yang dilakukan seperti ovariohisterektomi ini akan
menghilangkan organ reproduksi kucing betina sehingga tidak dapat bunting,
dan secara otomatis akan mengurangi populasi kucing. Selain itu manfaat lain
dari dilakukannya tindakan ovariohisterektomi ini adalah kucing menjadi lebih
tenang dan tidak mudah stress.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknik operasi Ovariohysterectomy pada kucing ?
2. Bagaimana manajemen pre-operasi dan post-operasi Ovariohysterectomy
pada kucing
1. 3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik operasi Ovariohysterectomy pada kucing.
2. Untuk mengetahui manajemen pre-operasi dan post-operasi
Ovariohysterectomy pada kucing.

1.4 Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan kegiatan ini adalah agar mahasiswa koas


memperoleh pengalaman melakukan operasi bedah ovariohysterectomy serta
memahami setiap tahap yang dilakukan. Kegiatan ini juga mampu mengurangi
populasi kucing betina non steril agar populasi kucing dapat lebih terkontrol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Organ Reproduksi Kucing Betina


Secara anatomis, organ genital betina terletak di dalam rongga abdomen
dengan pengecualian organ vagina yang terletak di dalam rongga pelvis. Saluran
reproduksi betina terdiri atas ovarium dan saluran kelamin. Saluran kelamin
terdiri dari tuba fallopii (oviduk), tanduk rahim (kornua uteri), badan rahim
(korpus uteri), leher rahim (servik uteri), vagina, dan vulva (Sudjana, 2008).
Anatomi genital betina dapat terlihat pada Gambar 1.

Gambar 2.1 Anatomi Genital Betina Kucing

Ovarium berfungsi untuk memproduksi sel telur (ovum) dan hormon


reproduksi (estrogen dan progesteron). Pada kucing ovarium jumlahnya sepasang
dan relatif sangat kecil. Ovarium kucing terletak di daerah lumbal ke 3 – 4 kaudal
dari ginjal dengan bentuk bulat/oval, permukaannya tidak rata, berukuran
panjang 8 – 9 mm. Kedua ovarium bergantung pada bagian kranial peritoneum
di plika urogenitalis. Penggantung ovarium adalah mesovarium yang dilalui oleh
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut-serabut saraf menuju ovarium.
Ligamentum suspensorium yang arahnya kraniodorsal menautkan ovarium
dengan dinding tubuh dengan vaskularisai berasal dari vena dan arteri ovarica.
Vaskularisai arteri ovarica berasal dari aorta sedangkan vena pada ovarium kiri
akan mengalir menuju vena ginjal kiri dan kanan yang akan bermuara pada vena
kava kaudal (Sardjana, 2011).
Uterus merupakan bagian kaudal tuba fallopii yang terdiri dari sepasang
kornua uteri, korpus uteri, dan servik uteri. Uterus kucing memiliki tipe
bipartitus yang ditandai oleh satu servik uteri, satu korpus uteri dengan dua buah
kornua. Alat penggantung uterus yaitu ligamentum lata uteri mesometrium.
Panjang korpus uteri kucing 1,5 – 2 cm dan kornua terbentang memanjang dari
vertebrae 6-7 hingga ke ginjal sepanjang 9 –10 cm dengan diameter 3 – 4 mm.
Uterus menerima suplai darah dari arteri uterina yang berasal dari berasal arteri
illiaca interna bersama dengan arteri umbilikal (Sardjana, 2011).

2.2 Ovariohisterektomi
Ovariohysterektomi adalah tindakan sterilisasi untuk mengangkat,
mengamputasi atau mengeluarkan organ reproduksi betina sehingga hewan
kehilangan fungsi reproduksinya. Sterilisasi pada betina dapat dilakukan dengan
dua cara, yang pertama adalah ovariektomi yaitu sterilisasi dengan mengangkat
ovarium saja dan yang kedua adalah ovariohisterektomi yaitu mengangkat ovarium
beserta dengan uterusnya (Laksana, 2013).

2.3 Stadium Anestesi


Berikut adalah penjelasan masing masing stadiumnya (Nainggolan, 2011):
a. Stadium 1
Stadium ini dimulai dari induksi sampai kesadaran pasien hilang, ciri pada
stadium ini yaitu pupil mulai melebar, ada reflex palpebrae, tipe respirasi thoraco
abdominal.
b. Stadium 2
Stadium ini mulai kehilangan kesadaran,terjadi depresi ganglia basalis
sehingga terjadi reflex berlebihan, ciri stadium ini yaitu pupil melebar dan tipe
respirasi thoracoabdominal dengan amplitude menurun.
c. Stadium 3
Stadium ini dapat dilakukan pembedahan tanda telah mengalami stadium ini
adalah pupil terfiksasi ditengah. Namun terdapat 4 tahapan yaitu
- plane 1
ventilasi teratur berdifat thoracoabdominal, anak mata terfiksasi, pupil
miosis, reflek cahaya positif
- plane 2
ventilasi teratur bersifat thoracoabominal, frekuensi napas meningkat, pupil
midriasis, reflek cahaya menurun
- plane 3
ventilasi teratur bersifat abdominal, pupil melebar, reflex laring dan
peritoneum negative, tonus otot menurun
- plane 4
Ventilasi tidak teratur, pupil midriasis, tonus otot menurun, reflex spinter
ani dan kelenjar air mata negative
d. Stadium 4
Stadium ini ditandai dengan pulsus cepat, paralisa otot dada, dilatasi pupil,
bola mata seperti ikan, kemudian pasien berakhir dengan kematian.
2.4 Proses Kesembuhan Luka
Luka dapat didefinisikan sebagai kerusakan jaringan pada jaringan tubuh
yang menderita kehilangan kesinambungan. Luka biasanya disebabkan karena
trauma yang berasal dari luar tubuh baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Kesembuhan luka dipengaruhi oleh faktor lokal dan faktor sistemik.
Faktor lokal meliputi adanya gangguan vaskularisasi, inervasi syaraf, trauma
jaringan, hematome, lama operasi, adanya infeksi sekunder, benda asing, dan
aposisi luka yang kurang akurat. Faktor umum meliputi adanya defisiensi pakan,
dehidrasi, gangguan keseimbangan hormon, adanya penyakit hati, ginjal dan
jantung. Faktor sistemik meliputi adanya defisiansi protein, vitamin A, C, B
komplek, D, K, kegemukan, faktor genetik, anemia, leukopenia, dan umur
(Fossum, 2014).
Tahapan penyembuhan luka melalui primary intention terbagi atas :
1. Fase koagulasi (Hemostasis) : setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada
daerah luka yang diikuti dengan aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga
terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase
inflamasi.
2. Fase inflamasi : Fase inflamasi mempunyai prioritas fungsional yaitu
menggalakkan hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi
oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada fase ini platelet yang membentuk
klot hematom mengalami degranulasi, melepaskan faktor pertumbuhan seperti
platelet derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor ß
(βTGF), granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), C5a, TNF-α, IL-1 dan
IL-8. Leukosit bermigrasi menuju daerah luka. Terjadi deposit matriks fibrin
yang mengawali proses penutupan luka. Proses ini terjadi pada hari ke 2-4.
3. Fase proliperatif : Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma.
Keratinosit disekitar luka mengalami perubahan fenotif. Regresi hubungan
desmosomal antara keratinosit pada membran basal menyebabkan sel keratin
bermigrasi kearah lateral. Keratinosit bergerak melalui interaksi dengan matriks
protein ekstraselular (fibronectin,vitronectin dan kolagen tipe I). Faktor
proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial growth factor
(VEGF) sehingga terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan granulasi.
4. Fase remodeling : Remodeling merupakan fase yang paling lama pada proses
penyembuhan luka,terjadi pada hari ke 21-hingga 1 tahun. Terjadi kontraksi
luka, akibat pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang
memberikan kekuatan kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi
juga remodeling kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I yang
dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblas, dan sel
endotel. Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan kembali
20% kekuatan jaringan normal.
2.5 Prinsip Bedah
Operasi yang baik memiliki beberapa peraturan. Peraturan yang ada
berguna untuk mencegah terjadinya infeksi, meminimalisir terjadinya trauma
jaringan dan menyediakan lingkungan yang baik untuk luka sehingga
kesembuhan dapat terjadi. Peraturan dalam operasi bedah dibuat oleh W.S
Halsted yaitu seorang ahli bedah yang menjadi seorang prioner dalam praktek
bedah modern. Filosopi Halsted dalam operasi biasa disebut dengan Halsted’s
Principles (Yool,2012):

1. Menerapkan operasi yang aseptis


Menerapkan operasi yang aseptis bertujuan untuk meminimalisir
terjadinya kontaminasi pada saat dilakukannya operasi. Tindakan aseptis
meliputi sterilisasi alat dan bahan, ruangan, operator bedah dan hewan.
2. Memperlakukan jaringan dengan lembut
Memperlakukan jaringan dengan lembut dilakukan untuk
meminimalisir trauma fisik yang terjadi sehingga rasa nyeri dapat
berkurang.
3. Alat bedah yang tajam
Alat bedah yang digunakan untuk memotong jaringan haruslah tajam
untuk mempermudah jalannya operasi dan meminimalisir trauma karena
benda tumpul.
4. Menyedikan suplai darah ke jaringan
Vaskularisasi jaringan adalah yang penting pada saat operasi. Suplai
darah ke jaringan pada saat operasi harus diperhatikan karena jaringan
membutuhkan suplai nutrisi dan oksigen untuk dapat mencapai proses
kesembuhan
5. Hemostasis
Pendarahan pada saat operasi juga harus dicegah dan jika terjadi
pendarahan operator harus mengupayakan untuk menghentikan pendarahan
tersebut.
6. Menghindari dead space
Dead space atau ruang kosong harus dihindari untuk mencegah
terbentuknya ruang kosong pada daerah sekitar luka operasi karena hal
tersebut dapat menyebabkan terjadinya penimbunan cairan dan
menghambat kesembuhan luka.
7. Menghindari Tensi
Tensi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menghambat
sesembuhan luka. Kesembuhan luka dapat terjadi secara optimal jika
aposisi luka tertaut dengan baik tanpa adanya tensi yang dapat
menyebabkan inversi dan overlapping atau penumpukan jaringan.

MATERI DAN METODE


Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah satu set alat bedah minor yang terdiri
dari towel clamp, skalpel dan blade, pinset sirrhugis, pinset anatomis, gunting tumpul-
tumpul, gunting tajam-tajam, gunting tajam-tumpul, tang arteri lurus anatomi, tang arteri
lurus sirrhugis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri bengkok sirrhugis, needle holder
dan jarum. Selain itu terdapat pula pisau cukur, tampon, kapas, kasa, syiringe, tali
restrain, doek, perban dan plester.
Bahan yang digunakan adalah kucing yang akan dioperasi, atropin 0.25%, xylazin 2%,
ketamin 10%, iodine, alkohol 70%, larutan NaCl fisiologis, penicillin, iodine, amoxcilin,
benang cat gut dan benang silk.
Metode
1. Pre-bedah
a. Persiapan ruang operasi

Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dan debu. Disterilisasi dengan radiasi atau
disenfektan. Disenfektan yang digunakan merupakan campuran kalium permanganat 5%
dan formalin 10% dengan perbandingan 1:2 selama 15 menit. Juga dapat digunakan
formalin tablet yang diletakkan di dalam ruangan.
b. Persiapan peralatan operasi

Perlengkapan operator dan asisten operator berupa tutup kepala, masker, handuk kecil,
baju operasi dan sarung tangan. Baju operasi dilipat sedemikian sehingga bagian yang
disinggung langsung dengan pasien berada di dalam. Perlangkapan baju operasi
kemudian dibungkus dengan dua lapis kain dengan urutan dari bawah ke atas yaitu
sarung tangan yang sudah di bungkus denga kertas, baju opersi yang telah dilipat, handuk
yang telah dilipat, masker, dan penutup kepala. Kemudian perlengkapan yang sudah di
bungkus dimasukkan ke dalam autoclaf dan disterilisasi pada suhu 600C selama 15-30
menit.
Satu set peralatan bedah minor disiapkan dalam bak instrumen dengan urutan paling
bawah 1 needle holder, 2 tang arteri lurus sirrhugis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 4
tang arteri lurus anatomis, 3 gunting, 2 pinset anatomis dan sirrhugis,1 gagang scalpel
dan
4 towel clamp. Semua alat disikat dan dicuci terlebuih dahulu, disikat sampai bersih dan
dibilas dengan air mengalir sampai 15-20 kali. Aliran air dan penyikatan dimulai dari
ujung peralatan yang berhubungan langsung dengan pasien, kemudian dikeringkan
dengan lap yang bersih. Selanjutnya peralatan dimasukkan ke dalam bak instrumen dan
dibungkus dengan kain muslin. Lalu disterilisasi dengan autoclaf pada suhu 1000C
selama 60 menit.
c. Persiapan tim bedah

Operator dan asisten operator mencuci tangan kemudian mengenakan masker dan
penutup kepala. Selanjutnya tangan dicuci kembali dengan disikat dengan sikat yang
sudah steril dan sudah diberi sabun dari ujung jari dan sela-sela jari hingga siku. Tangan
kemudian dibilas sampai 10-15 kali, pembilasan juga dimulai dari ujung jari hingga siku.
Setelah selesai mencuci tangan, kran ditutup menggunakan siku. Tangan dikeringkan
dengan handuk dimana masing-masing sisi handuk untuk satu tangan. Operator memakai
baju operasi, tangan operator di masukkan ke dalam baju operasi yang masih terlipat dan
dibantu asisten yang tidak steril untuk mengkancingkan baju operasi. Selanjutnya sarung
tangan dipakai dan operasi siap dilakukan.
d. Persiapan hewan

Kucing dipuasakan selama 12 jam dan dilakukan pendataan hewan yang meliputi
anamnese, signalemen dan status present dan melakukan Physical examination yang
meliputi pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas dan CRT. Hewan
diberi premedikasi atropin sulfat 0.25 % dengan dosis 0.025 mg/kg BB secara subkutan.
Selang 10-15 menit, hewan di anastesi menggunakan kombinasi xylazine (2%) dosis 2
mg/kg BB dan ketamine (10%) dosis 10 mg/kg BB secara intramuskular. Setelah kucing
teranestesi rambut mulai dicukur dibagain ventral abdomen dekat daerah umbilikalis.
Bagian yang telah dicukur disterilisasi denga alkohol 70%, diberi iodine dengan memutar
kapas dari arah dalam ke luar. Hewan di bawa ke meja operasi dan di posisikan telentang,
keempat kaki hewan diikat dengan simpul reefer disetiap sudut meja. Perhitungan dosis
obat adalah sebagai berikut :
Atropin sulfat
Dosis = 0,025 mg/ kg BB
Konsentrasi atropin = 0,25 mg/ml
BB kucing = 1.8 kg
Volume yang diinjeksikan = BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
= 1.8 kg x 0,025 mg/ kg BB
0,25 mg/ml
: 0,18 ml
Xylazin
Dosis xylazin = 2 mg/ kg BB
Konsentrasi xylazin = 2 % (20 mg/ml)
Volume yang diinjeksikan = BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
: 1.8 kg x 2 mg/ kg BB
20 mg/ml
: 0,18 ml
Ketamin
Dosis ketamin : 10 mg/ kg BB
Konsentrasi ketamin : 10 % (100 mg/ml)
Volume yang diinjeksikan : BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
: 2,1 kg x 10 mg/ kg BB
100 mg/ml
: 0,18 ml
Maintenance
Dosis maintemance : Ketamin ½ dosis
= 0.18 ml = 0.09 ml
2
Penicilin
Bentuk sediaan 3.000.000 IU/15 ml atau 200.000 IU/ml sehingga ditambahkan 3 ml
akuades untuk mendapatkan 50.000 IU/ml
Dosis post operasi
Amoxcilin
DosisAmoxcilin : 25 mg/kg BB
Konsentrasi amoxicillin : 25 mg/ml
Volume yang diinjeksikan : BB Kucing x Dosis
Kandungan
: 1,8 kg x 25 mg/ kg BB
25 mg/ml
: 1.8 ml
2. Persiapan Bedah

Jepit dan lakukan persiapan pembedahan pada ventral abdomen dari xyphoid sampai
pubis. Identifikasi umbilikal dan secara visual membagi bagian abdomen menjadi 3
bagian (cranial, medial dan caudal). Badan uterus terletak lebih caudal dan lebih sulit
untuk dijangkau, oleh karena itu buat syatan pada 1/3 caudal abdomen. Setelah itu,
buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4
cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah
subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat.
Setelah rongga abdomen terbuka dilakukan eksplorasi terhadap uterus. Masukkan ovary
hook atau telunjuk ke sepanjang dinding abdomen, setelah itu putar ke arah medial untuk
mendapatkan cornua uteri dan ligamen-ligamen kemudian angkat dari ruang abdomen.
Telusuri cornua uteri yang didapatkan tadi sampai didapatkan ovarium. Potong
ligamentum suspensory yang dekat dengan ginjal dan hati-hati dengan pembuluh darah
ovary agar jangan sampai ikut terpotong. Begitu ovarium kanan dan kiri ditemukan,
bagian mesovarium dijepit dengan tang arteri kemudian diikat melingkar dengan kuat
menggunakan benang. Jepit dengan dua tang arteri di caudal dan kemudian pemotongan
dilakukan diantara kedua tang arteri tersebut. Buat lubang pada ligamen di bagian caudal
ovarium. Letakkan 2 samapi 3 forcep dengan posisi di bawah pembuluh darah, forcep
menjepit pedicel ovarium proximalis. Buat ikatan pada pedicel ovarium tadi yang sudah
di klem dengan menggunakan cut gut chromic 3.0.
Potong ligamen antara ikatan yang mengikat ligamen suspensory dengan klem yang
menjepit ovarium. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, tang arteri yang mengikat
ligamen suspensory bagian proximal dapat dilepas. Bagian uterus ditelusuri sampai
mencapai bifurcatio dan corpus uteri. Bagian corpus uteri dijepit dengan klem, kemudian
dilanjutkan untuk menelusuri cornua uteri yang satu lagi. Lakukan penjepitan dan
pemotongan seperti sebelumnya. Angkat dua cornua uteri yang telah di potong tadi
sampai didapatkan corpus uteri, buat lubang pada ligamen yang menggantung uterus
serta arteri dan vena. Klem semua ligamen hingga terjepit, buat ikatan yang kuat dan
potong. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, klem yang menjepit uterus bagian
proximal dapat dilepas. Reposisi uterus dan omentum kedalam abdomen. Dengan
menggunakan cut gut chromic 3.0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous
abdominis externus dan m. Abdominis externus dan pastikan peritoneum terjahit tanpa
ada omentum yang ikut terjahit dengan jahitan sederhana.
Hal-hal yang harus dikontrol pada saat operasi adalah denyut jantung, frekuensi nafas,
diameter pupil, suhu tubuh, mukosa, rasa nyeri dan pendarahan. Sebelum penjahitan kulit
setiap lapis ditetetsi antibiotik agar tidak terjadi infeksi sekunder.
3. Tindakan post bedah

Setelah operasi selesai, peralatan dicuci dan disikat di mulai dari ujung yang
berhubungan dengan pasien. Setelah itu,dibilas dengan air mengalir sebanyak 15-20 kali.
Semua peralatan dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bak instrumen. Perlakuan yang
diberikan kepada pasien ialah perawatan luka, pemberian antibiotik dan Physical
examination. Perawatan luka dilakukan dengan cara membersihkan luka setiap hari, kasa
dan gurita di ganti tiap hari sekali. Kasa yang steril tersebut diberikan iodin lalu
menutupkannya ke atas luka dan diberi plester di bagian pinggiran agar tidak bergeser.
Kemudian daerah abdomen diikat dengan kain gurita agar perut terfiksasi dengan baik.
Antibiotik yang diberikan ialah amoxicillin yang diberikan secara peroral sesuai dosis
yang telah dihitung. Diberikan setiap pagi dan sore hari yang bertujuan untuk
mengindari adanya infeksi dari bakteri pasca operasi. Physical examination yang
dilakukan berupa pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, motilitas
usus, CRT, warna mukosa, makan, minum, defekasi, urinasi dan lain-lain. Permbukaan
jahitan dilakukan pada hari ketujuh post operasi.
BAB III
METODE KEGIATAN

3. 1 Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan bedah ovariohysterectomy pada kucing ini dilakukan pada
tanggal 12 September 2019 di Laboratorium Ilmu Bedah, Rumah Sakit Hewan
Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya, Malang.

3. 2 Peserta Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa PPDH FKH UB di bawah
bimbingan dan pengawasan dokter hewan pembimbing lapang. Adapun
mahasiswa yang melaksanakan tindakan bedah adalah:
1. Nama : Cindy Oktati Kasari, S.KH
NIM : 180130100111030
2. Nama : Ananta Ardi Bagaskara, S.KH
NIM : 180130100111042
Di bawah pengawasan dan bimbingan drh. Nofan Rickyawan M.Sc

3. 3 Metode pelaksaan
Pelaksanaan tindakan bedah ovariohysterectomy dilakukan pada kucing
betina non steril berusia minimal 7 bulan, tidak dalam kondisi sakit, bunting, atau
menyusui. Tindakan bedah dilakukan sesuai dengan standard kompetensi PPDH
FKH UB dan kaidah-kaidah animal welfare. Hewan yang akan dioperasi wajib
mendapatkan persetujuan dari dokter hewan pembimbing setelah mendapatkan
serangkaian pemeriksaan fisik. Hewan yang telah dioperasi dirawat hingga
sembuh, dan dilepas (release) setelah mendapat persetujuan dokter hewan
pembimbing. Hasil operasi dilaporkan dalam suatu laporan tertulis yang
dipertanggungjawabkan pada dokter hewan pembimbing.

3.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada bedah ovariohisterectomy dapat dilihat
pada tabel dibawah ini;
Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan pada bedah ovariohisterectomy
Nama Alat Jumlah Nama Bahan Jumlah
Towel clamp 4 buah Catgut chromic 3.0 1 buah
Alice tissue 2 buah Benang silk 1 buah
forceps
Blade (no. 10) 1 buah Tampon steril Secukupnya
Pinset anatomis 1 buah Kasa steril Secukupnya
Pinset cirurgis 1 buah Kapas Secukupnya
Artery clamp 2 buah` Masker 3 buah
(Rochester pean)
Artery clamp 6 buah Gloves 3 pasang
(mosquito)
Spay hook 1 buah Spuit 1 cc 6 buah
Needle holder 1 buah Spuit 3 cc 1 buah
Gunting tajam 1 buah Underpad 1 buah
tumpul
Gunting tajam 1 buah IV catheher 24 G 1 buah
tajam
Gunting tumpul 1 buah Alcohol 70% Secukupnya
tumpul
Needle taper 12 1 buah Iodine 1 % Secukupnya
Neddle round 12 1 buah Infus RL 1 buah (500 ml)
Nierbeken 1 buah Hipafix Secukupnya
Termometer 1 buah Atropin sulfate
digital
Stetoskop 1 buah Ketamin
Drape 1 buah Xylazine
Infus set 1 buah Amoxicilin
Ketoprofen
NS flushing
Bioplacenton®

3.5 Prosedur Pembedahan

3.5.1 Preoperasi
Persiapan preoperasi meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Persiapan ruang operasi dan sterilisasi alat
Ruang operasi dibersihkan menggunakan desinfektan. Sedangkan meja
operasi didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%. Penerangan ruang
operasi sangat penting untuk menunjang operasi, oleh karena itu sebelum
diadakanya operasi persiapan lampu operasi harus mendapatkan penerangan
yang cukup agar daerah/situs operasi dapat terlihat jelas.
Perlengkapan bedah seperti Hand gloves, Hair cap, dan Masker
disterilisasi dengan cara dibungkus koran kemudian dimasukkan ke dalam
oven dengan suhu 1210C selama 15 menit. Sterilisasi pada alat bedah minor
dilakukan dengan cara mencuci bersih seluruh alat-alatnya kemudian
dikeringkan. Selanjutnya semua peralatan dibungkus koran dan disterilkan
menggunakan oven dengan suhu 1210C selama 15 menit. Setelah itu, gunting
dan jarum disterilisasi kembali dengan menggunakan alkohol 70% sebelum
digunakan.
2. Persiapan hewan
Sebelum operasi dijalankan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
kondisi tubuh hewan secara umum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah hewan memenuhi persyaraant untuk dilakukan operasi atau tidak. Bila
hewan dinyatakan memenuhi syarat, maka operasi dapat dilaksanakan.
Hewan harus dipuasakan makan selama 6-8 jam dan puasa minum selama 4-
8 jam sebelum operasi dilakukan dengan tujuan mengosongkan isi lambung
agar tidak terjadi emesis pada hewan pasca pemberian anestesi. Sehari
sebelum operasi hewan dimandikan atau diseka dengan air bersih (bila tidak
memungkinkan untuk mandi) bila rambutnya kotor dan dikeringkan dengan
handuk kering atau alat pengering. Sebelum melaksanakan operasi dilakukan
pencukuran rambut di area yang akan diinsisi yaitu daerah abdomen. Setelah
area insisi bersih dari rambut berikan antiseptik berupa iodine 10%.
Dilakukan infus menggunakan larutan ringer laktat, karena untuk
meminimalisir adanya kekurangan ion dalam tubuh.

3. Persiapan operator
Sebelum operasi dilaksanakan operator dan asisten operator
mempersiapkan diri dengan mencuci tangan menggunakan sabun antiseptic
(Chlorhexidine) mulai dari ujung tangan sampai batas siku, kemudian dibilas
dengan air bersih yang mengalir, dan dikeringkan dengan handuk steril. Selama
operasi, operator dan asisten operator harus menggunakan masker, penutup
kepala, dan surgery glove yang steril untuk menghindari kontaminasi.

3.5.2 Operasi
Tujuan utama tindakan bedah ovariohysterectomy (OH) adalah untuk
mencegah estrus serta perkembangbiakan yang tidak diharapkan pemilik hewan.
Bedah OH juga dapat mencegah beberapa penyakit seperti tumor
mammae, pyometra, metritis, neoplasia, dan kelainan-kelainan lain. Metode
bedah OH dideskripsikan dalam daftar berikut ini (Fossum, 2014):
a. Insisi abdomen dilakukan pada ventral midline caudal umbilicus
sepanjang kurang lebih 2 – 3 cm. Semakin pendek insisi semakin baik,
namun harus 3 dipastikan bahwa pencarian ovarium dan uterus dapat
dilakukan dengan mudah serta tidak menimbulkan traksi yang terlalu
tegang.
b. Eksplorasi cornua uteri dilakukan dengan hati-hati menggunakan spay
hook steril pada dinding lateral abdomen, kira-kira 2 – 3 cm di sebelah
caudal ginjal. Uterus umumnya terasa tegang saat ditarik, dibandingkan
dengan usus kecil.
c. Ligasi pertama dilakukan pada ligamentum suspensorium
menggunakan benang absorbable, dibantu dengan small arteri forceps.
Setelah ligasi diyakini aman, ligamentum dapat dipotong. Teknik yang
sama dilakukan pada ovarium kedua
d. Traksi lembut pada cornua uteri dilakukan hingga bagian corpus uteri
terekspos ke luar abdomen. Untuk memudahkan traksi, mesometrium
dapat dipotong terlebih dahulu. Ligasi uterus dilakukan pada batas
corpus dan cervix menggunakan benang absorbable. Ligasi harus
dilakukan dengan kuat terutama bila uterus berukuran besar

3.5.3 Post Operasi


Tindakan post operasi yang dilakukan meliputi pengobatan, perawatan, dan
observasi. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan pemberian antibiotik
amoxicillin selama 5 hari berturut-turut, pemberian ketoprofen sebagai analgesik
1 kali sehari selama 5 hari berturut-turut.Perlindungan daerah luka dilakukan
dengan pemberian salep bioplacenton. Pengamatan atau observasi dilakukan
setiap hari meliputi frekuensi jantung, nafas, temperatur, nafsu makan, defekasi,
urinasi, dan kondisi luka jahitan.
.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Signalemen
Nama hewan : Luna
Jenis/ras : Kucing/domestic short hair (DSH)
Jenis kelamin : Betina
Umur : ± 1 tahun
Berat badan : 2.25 kg

Gambar 4.1. Kucing Luna (Dokumentasi Pribadi, 2019).


4.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Tingkah Laku : Aktif
Gizi : Baik
Sikap Berdiri : Tegak dengan empat kaki
Suhu Tubuh : 38,1°C
Auskultasi Jantung : 144 kali/menit
Frekuensi Nafas : 36 kali/menit
Capilary Refill Time : < 2 detik
2. Kulit dan Rambut
Aspek Rambut : Bersih
Kerontokan : Tidak ada kerontokan
Kebotakan : tidak ada kelainan
Turgor Kulit : < 2 detik
Permukaan Kulit : tidak ada kelainan
3. Kepala dan Leher
Ekspresi Wajah : Tenang
Pertulangan Kepala : Simetris
Posisi Tegak Telinga : Tegak keatas (simetris)
Posisi Kepala : Tegak (lebih tinggi dari tulang punggung)
4. Mata dan Orbita Kiri
Palpebrae : Bisa membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melekuk keluar
Konjungtiva : Bersih (tidak ada kelainan)
Membran Niktitan : Terlihat
5. Mata dan Orbita Kanan
Palpebrae : Bisa membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melekuk keluar
Konjungtiva : Bersih (tidak ada kelainan)
Membran Niktitan : Terlihat
6. Bola Mata Kiri
Sklera : Putih (tidak ada vasa injeksio)
Cornea : Jernih
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Rata
Pupil : Tidak ada kelainan
Reflek Pupil : Ada
Vasa Injeksio : Tidak ada
7. Bola Mata Kanan
Sklera : Putih (tidak ada vasa injeksio)
Cornea : Jernih
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Rata
Pupil : Tidak ada kelainan
Reflek Pupil : Ada
Vasa Injeksio : Tidak ada
8. Hidung dan Sinus
Cuping Hidung : Simetris
Aliran Udara : Lancar pada cavum nasal
Kelembaban : Lembab
9. Mulut dan Rongga Mulut
Rusak/luka Bibir : Tidak ada lesi
Mukosa : Rose
Lidah : Tidak ada ulcer
10. Telinga
Posisi : Tegak, simetris
Bau : Khas
Permukaan Telinga : Bersih, tidak ada kelainan
Krepitasi : Tidak ada
Reflek Panggilan : Ada
11. Leher
Perototan : Kompak, Simteris
Esofagus : Teraba, Tidak ada kelainan
Trachea : Teraba, Tidak ada kelainan
12. Kelenjar Pertahanan
Limfonodus mandibularis
Ukuran : Tidak ada pembesaran
Lobulasi : Jelas
Perlekatan : Tidak ada perlekatan
Konsistensi : Kenyal
Kesimetrisan : Simetris
13. Limfonodus Poplitea
Ukuran : Tidak ada pembesaran
Lobulasi : Jelas
Perlekatan : Tidak ada perlekatan
Konistensi : Kenyal
Kesimetrisan : Simetris
14. Thorax
Sistem Pernafasan
Bentuk Rongga Thorax : Simetris
Tipe Pernafasan : Costalis
Ritme : Teratur
15. Abdomen dan Rongga Perncernaan yang berkaitan
Epigastricus : Tidak ada kelainan
Mesogastrikus : Tidak ada kelainan
Hipogastricus : Tidak ada kelainan
16. Anus
Daerah sekitar anus : Bersih
Refleks Sphincter ani : Ada
17. Sistem urogenital
Daerah sekitar vulva : Tidak ada kelainan
Mukosa vagina : Tidak ada kelainan
18. Alat gerak
inspeksi
Perototan kaki depan : Kompak, tidak ada kelainan
Perototan kaki belakang : Kompak, lemah
Tremor : Ada
Kesimetrisan : Simetris
Koordinitif Gerak : Tidak seimbang
Palpasi
Stuktur Pertulangan
a. Kaki depan kiri dan kanan : Kompak
b. Kaki belakang kiri dan kanan : Kompak
Reaksi saat Palpasi : Tidak ada rasa sakit

Berdasarkan pemeriksaan diatas bahwa kucing Luna dalam kondisi


sehat. Pada saat dilakukan palpasi pada bagian abdominal tidak terasa adanya
fetus yang menandakan bahwa kucing tidak sedang bunting.

4.1.3 Kontrol Operasi


Operasi ovariohysterectomy kucing Luna dimulai pada pukul 08.00 WIB
dan selesai pada pukul 12.30 WIB. Administrasi obat-obatan sebelum,
intraoperatif, dan post-operatif pada kucing Luna sebagai berikut:

Tabel 4.1 Obat-obatan yang digunakan dalam operasi ovariohysterectomy


Tabel 4.2 Kontrol pemeriksaan selama operasi

Menit 0 20 40 60 80 100 120 160

Pulsus (/menit) 144 132 136 120 104 112 108 112

Temp (oC) 38,1 37,5 37,1 36,5 36 35,8 35 34,9

Respirasi(/menit) 36 36 32 28 32 28 28 28

4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain towel/duk untuk memisahkan area
steril dan tidak steril, pinset anatomis, scalpel handle dan blade untuk
mengincisi kulit dan muskulus serta memotong bagian uterus dan ovarium,

Dosis
Golongan Konsentrasi Volume Waktu
Obat (mg/kg Rute
obat (mg/mL) (mL) (WIB)
BB)
Amoxicillin Antibiotik
(short propilaksis 10 100 0,225 im 07.00
acting)
Atropine Premedikasi
0,04 0,25 0,36 sc 07.30
sulphate
Ketamine Anastesi 10 100 0,225 im 08.15
Xylazine Anastesi 2 20 0,225 im 08.15
Ketoprofen NSAID 2 50 0,1 sc 16.00
needle holder untuk memegang neddle saat dilakukan penjahitan atau ligasi,
spay hook untuk menarik uterus dan ovarium keluar dari rongga abdomen,
arteri clamp lurus dan bengkok untuk menjepit pembuluh darah dan juga uterus
dan ovarium, gunting tajam-tumpul untuk memperluas incisi, gunting tajam-
tajam, gunting tumpul-tumpul, needle round untuk menjahit organ yang lunak
& needle tapper untuk menjahit kulit. Syringe, IV catheter 24 G untuk
pemasangan infus, spuit 1 ml, spuit 3 ml, lampu pemanas untuk mempercepat
menstabilkan suhu badan kucing setelah operasi, tali untuk menahan posisi
kucing saat dioperasi, meja operasi dan underpad.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain Atropin sulfat (premedikasi),
antibiotik profilaksis amoxicilline injeksi. Anastetikum yaitu Xylazine dan
Ketamine. Selain itu juga digunakan Normal Saline untuk membasahi organ
yang berada diluar rongga abdomen, alkohol 70% sebagai antiseptik pada
bagian yang akan diincisi, Povidon iodin/Clorhexidin (antiseptik dan
desinfektan), Ringer laktat (infus), leukoplast®, ketoprofen (paint killer),
Amoxyciline (antibiotik), hipafix, gloves, kasa steril, masker, tampon kotak
steril, tampon bulat steril, benang catgut Chromic® 3-0 yaitu benang absorbable
untuk meligasi uterus dan ovarium serta menjahit peritoneum, muskulus dan
subcutan. Benang silk 3.0 untuk menjahit kulit.
Dalam prosedur ini yang pertama dilakukan adalah alat bedah yang akan
digunakan dibersihkan dahulu kemudian dibungkus dengan kertas koran
sampai semuanya tertutup yang berguna melindungi alat supaya tidak
terkontaminasi lagi. Selanjutnya untuk bahan dan alat yang tidak tajam
dimasukkan dalam sterilisator selama 15-30 menit. Sedangkan untuk alat yang
tajam cukup direndam dalam alkohol 70%. Alat yang sudah steril bisa
diletakkan pada meja operasi.
4.2.2 Persiapan Hewan
Persiapan pasien berupa kucing dengan nama Luna dilakukan mulai dari
pemeriksaan kondisi umum dalam hal ini dilakukan physical examination (PE)
untuk mengetahui kondisi kucing meliputi penimbangan berat badan,
temperatur, pulsus, respirasi, kondisi rambut, membram mukosa,
muskulosketal (otot dan pertulangan), sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem
digesti, sistem urogenital, sistem syaraf, dan sistem panca indera. Kucing yang
termasuk kedalam kucing jenis lokal ini memiliki tempramen yang aktif.
Penimbangan berat badan dilakukan untuk penentuan dosis obat yang akan
digunakan, sedangkan pemeriksaan umum ini bertujuan untuk memastikan
bahwa hewan dalam kondisi sehat dan siap untuk dioperasi, yang kondisinya
kurang atau tidak baik dianjurkan untuk tidak dioperasi. Pada saat hewan akan
dioperasi hewan dipuasakan dari makan dan minum 6 jam sebelum operasi
untuk mencegah terjadinya muntah dan urinasi yang berlebihan serta rongga
abdomen tidak terlalu penuh sehingga organ terlihat jelas dan lebih leluasa
untuk eksplorasi. Kucing juga sudah terpasang infus RL sebelum operasi untuk
mengganti cairan yang hilang selama operasi.
4.2.3 Persiapan Operator dan Co-Operator
Operator dan asisten harus mempersiapkan diri sebelum dilakukan operasi.
Persiapan terdiri dari persiapan mental dan persiapan fisik. Persiapan fisik
dilakukan dengan istirahat yang cukup, sebelum operasi makan dan minum
dahulu karena tidak tau berapa lama operasi akan berlangsung, Sterilisasi diri
dengan mandi dan menggunakan desinfektan untuk mencegah kontaminasi.
Kemudian menggunakan masker, penutup rambut, mencuci tangan dengan
sabun chlorhexidine sampai bersih dan dikeringkan dengan handuk steril dan
disemprot alkohol 70%. Kemudian mengenakan baju operasi yang dibantu oleh
asisten operator. Dan terakhir memakai glove steril.
4.2.4 Prosedur Operasi
Pelaksanaan ovariohysterectomy dimulai dengan menginjeksikan antibiotik
profilaksis yaitu amoksisilin dosis 10mg/kgBB untuk mencegah adanya
kontaminasi selama operasi. Kemudian setelah 30 menit diberikan premedikasi,
tujuan pemberian premedikasi adalah untuk mengurangi sekresi kelenjar saliva,
memperlancar induksi anastesi, mencegah efek bradikardi dan vomit setelah
ataupun selama anastesi, mendepres reflek vasovagal, mengurangi rasa sakit
dan mengurangi gerakan yang tidak terkendali selama recovery. Premedikasi
yang diberikan pada kucing Luna adalah atropine sulfat. Atropin sulfat
merupakan premedikasi yang digolongkan sebagai antikolinergik. Atropin
sulfat diinjeksikan secara SC dengan dosis 0,04 mg/kgBB (Plumb, 2008).
Setelah preanastesi diberikan kemudian tunggu 10-15 menit, dilanjutkan
dengan pemberian obat anastesi, yaitu ketamin dan xylazine dengan dosis
masing-masing 10 mg/Kg BB dan 2 mg/Kg BB, pemberian obat anastesi
tersebut di berikan secara intramuskular. Jika kucing telah terbius dan
teranastesi, kucing diletakkan diatas meja operasi dengan posisi rebah dorsal
dengan mengikatnya pada meja dengan tali tampar agar tidak terjadi
pergerakan/pergeseran selama operasi berlangsung. Agar kucing dapat bernafas
dengan baik lidahnya dikeluarkan dan ditahan/diganjal dengan menggunakan
tampon bulat. Kemudian daerah yang akan dioperasi yaitu abdomen
dibersihkan dengan air sabun terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan
pemberian larutan desinfektan yaitu larutan alkohol 70% dan povidon iodine
10%.
Selanjutnya apabila sudah dibersihkan dengan desinfektan kemudian
dilakukan pemasangan kain drape. Pada operasi perlu dilakukannya
pengecekan status fisik hewan yaitu berupa perubahan-perubahan pada hewan
yang diamati mulai dari operasi dimulai sampai pada operasi selesai.
Pengecekan kondisi fisiologis hewan diamati melalui monitor pasien yang
menunjukan nilai frekuensi nafas, tekanan darah dan suhu kucing.
Tahap operasi selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Insisi abdominal dibuat pada caudal umbilicus menuju pubis (Gambar 4.2),
menembus kulit, subcutan, lalu linea alba hingga menemukan rongga
peritoneum.

A B

Gambar 4.2(A) ilustrasi Insisi abdomen di bagian caudal umbilicus


menuju pubis (Fossum, 2014), (B) dilakukan insisi abdomen
pada kucing Cimot (dokumentasi pribadi, 2019)
b. Insisi dikuakan dengan allis clamps, kedua sisi insisi dijepit untuk menahan
agar tetap terbuka. Setelah rongga abdomen terbuka dilakukan eksplorasi
terhadap uterus dan ovarium, kemuadian diangkat dari ruang abdomen
(Gambar 4.3)

A B

Gambar 4.3(A) Ilustrasi (Fossum, 2014) (B) Pengangkatan uterus


dari ruang abdomen(dokumentasi pribadi, 2019)

c. Kornua uteri ditelusuri hingga ovarium. Setelah ditemukan ovarium, Pada


ligamen dibagian caudal ovarium dibuat lubang kemudian diletakan 2 arterial
clamp dengan posisi dibawah pembuluh darah. Kedua arterial clamp menjepit
pedikel ovarium proximalis, kemudian hingga bagian ligamentum suspensory
diikat melingkar dengan kuat menggunakan benang cutgut chromic 3-0.
Pengikatan dilakukan 2 kali yaitu di proximal dan distal ovari(Gambar 4.4).

A B

Gambar 4.4(A) Ilustrasi (Fossum, 2014). (B) pengikatan pada bagian


distal ovary (Dokumentasi pribadi, 2019)
d. Pemotongan ligament dilakukan diantara ikatan yang mengikat ligament
suspensorius dengan arterial clamp yang menjepit ovarium(Gambar 4.5).

A B

Gambar 4.5(A) Ilustrasi (Fossum, 2014). (B) proses pemotongan pada


bagian diantara ligamentum suspensorium dan ovarium (Dokumentasi
pribadi, 2019)
e. Setelah kedua ovarium lepas dari ligamentum suspensorium. Bagian uterus
ditelusuri sampai mencapai bifurkasio dan corpus uterus. Bagian korpus uterus
dijepit dengan arterial clamp. Korpus uteri dijepit menggunakan 2 arterial
clamps kemudian diligasi pada bagian caudal arterial clamp dengan cara
penjahitan melingkar pada korpus uterus menggunakan benang cutgut chromic
3-0. Ikatan terakhir dikaitkan dengan korpus uterus agar ikatan lebih kuat.
Pemotongan uterus dilakukan menggunakan gunting pada area diantara
arterial clamp(Gambar 4.6).

A B

Gambar 4.6 (A) Ilustrasi (Fossum, 2014). (B) ovarium dan uterus yang
telah dievakuasi dari kucing Cimot (Dokumentasi pribadi, 2019)
Pada akhir ligasi seluruh bagian dilakukan pencucian / irigasi rongga
abdomen menggunakan normal salin (NS). Tujuan irigasi ini adalah untuk
menghindarai terjadinya perlengketan antar organ internal, membersihkan
organ internal serta mengembalikan kondisi rongga abdomen. Perlakukan
selanjutnya yaitu penjahitan peritoneum dan muskulus dengan menggunakan
benang catgut cromic 3.0 dan jarum cutting dan pola jahitan terputus
sederhana. Penjahitan tidak boleh meninggalkan dead space yang dapat
memicu pertumbuhan bakteri dan terjadi infeksi sekunder yang menghambat
persembuhan luka. Kemudian dilakukan penjahitan subkutan dengan
menggunakan benang cutgut chromic 3.0 dengan pola jahitan menerus
sederhana, dilanjutkan penjahitan kulit dengan benang silk dan metode
penjahitan terputus sederhana.
Selanjutnya luka diolesi dengan salep yang mengandung gentamicine.
Gentamicine adalah antibiotika golongan aminoglikosida berspektrum luas
yang memiliki mekanisme kerja dengan menghambat sintesa protein bakteri.
Dan diberikan injeksi amoksilin long acting secara subkutan, lalu pemberian
analgesik berupa ketoprofen juga diberikan dengan dosis 2 mg/kgBB.
Ketoprofen bekerja dengan menghambat enzim COX sehingga prostaglandin
tidak terbentuk (Plumb, 2008)
Gambar 4.7 Penutupan cavum abdomen (peritoneum & musculus, subcutan
dan kulit) dengan penjahitan (Dokumentasi Pribadi, 2019)

4.2 Monitoring Kondisi dan Medikasi Post Operasi

Tanggal Pemeriksaan Fisi Terapi

Jum’at, T: 38,10C HR: 124x/menit - Amoxicillin Long


20/09/19 acting (IM)
RR: 48x/menit CRT: < 2 detik
(18.00) - Ketoprofen inject IM
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink

Makan: +++ Minum: ++

Urinasi: +++ Defekasi: -

Sabtu, T: 38,20C HR: 120x/menit - Ketoprofen+sangobion


21/09/19 1 caps s.1.d.d
RR: 44x/menit CRT: < 2 detik
- Pembersihan luka
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
dengan NS dan diolesi
Makan: +++ Minum: ++ salep bioplacenton

Urinasi: +++ Defekasi: +++ - Penutupan luka dengan


kassa dan hypafix

Minggu, T: 38,10C HR: 132x/menit - Ketoprofen+sangobion


22/09/19 1 caps s.1.d.d
RR: 44x/menit CRT: < 2 detik
- Pembersihan luka
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
dengan NS dan diolesi
Makan: +++ Minum: ++ salep bioplacenton
Urinasi: +++ Defekasi: + - Penutupan luka dengan
kassa dan hypafix

Senin, T: 380C HR: 132x/menit - Ketoprofen+sangobion


23/09/19 1 caps s.1.d.d
RR: 44x/menit CRT: < 2 detik
- Pembersihan luka
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
dengan NS dan diolesi
Makan: +++ Minum: ++ salep bioplacenton

Urinasi: +++ Defekasi: + - Penutupan luka dengan


kassa dan hypafix

Selasa, T: 38,50C HR: 140x/menit - Amoxicillin 1 caps


24/09/19 s.2.d.d
RR: 32x/menit CRT: < 2 detik
- Ketoprofen+sangobion
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
1 caps s.1.d.d
Makan: +++ Minum: ++
- Pembersihan luka
Urinasi: +++ Defekasi: +++ dengan NS dan diolesi
salep bioplacenton

- Penutupan luka dengan


kassa dan hypafix

Rabu, T: 38,30C HR: 148x/menit - Amoxicillin 1 caps


25/09/19 s.2.d.d
RR: 36x/menit CRT: < 2 detik
- Pembersihan luka
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
dengan NS dan diolesi
Makan: +++ Minum: ++ salep bioplacenton
Urinasi: ++++ Defekasi: - - Penutupan luka dengan
kassa dan hypafix

Kamis, T: 38,40C HR: 144x/menit - Amoxicillin 1 caps


26/09/19 s.2.d.d
RR: 40x/menit CRT: < 2 detik
- Pembersihan luka
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
dengan NS dan diolesi
Makan: +++ Minum: ++ salep bioplacenton

Urinasi: ++ Defekasi: + - Penutupan luka dengan


kassa dan hypafix

Jum’at, T: 38,60C HR: 148x/menit - Pembersihan luka


27/09/19 dengan NS dan diolesi
RR: 36x/menit CRT: < 2 detik
salep bioplacenton
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
- Penutupan luka dengan
Makan: +++ Minum: ++ kassa dan hypafix

Urinasi: ++ Defekasi: +

Sabtu, T: 38,30C HR: 140x/menit - Pembersihan luka


28/09/19 dengan NS dan diolesi
RR: 40x/menit CRT: < 2 detik
salep bioplacenton
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
- Penutupan luka dengan
Makan: +++ Minum: ++ kassa dan hypafix

Urinasi: ++ Defekasi: ++

Minggu, T: 38,50C HR: 152x/menit - Pembersihan luka


29/09/19 dengan NS dan diolesi
RR: 48x/menit CRT: < 2 detik
salep bioplacenton
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
Makan: +++ Minum: ++ - Penutupan luka dengan
kassa dan hypafix
Urinasi: ++ Defekasi: ++

Senin, T: 38,70C HR: 140x/menit - TF 1 caps s.1.d.d


30/09/19
RR: 36x/menit CRT: < 2 detik - Pembersihan luka
dengan NS dan diolesi
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
salep bioplacenton
Makan: +++ Minum: ++
- Penutupan luka dengan
Urinasi: ++ Defekasi: ++ kassa dan hypafix

Selasa, T: 38,50C HR: 144x/menit - TF 1 caps s.1.d.d


01/10/19
RR: 40x/menit CRT: < 2 detik - Pembersihan luka
dengan NS dan diolesi
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
salep bioplacenton
Makan: +++ Minum: ++
- Penutupan luka dengan
Urinasi: ++ Defekasi: ++ kassa dan hypafix

Rabu, T: 38,40C HR: 144x/menit - TF 1 caps s.1.d.d


02/10/19
RR: 40x/menit CRT: < 2 detik - Pembersihan luka
dengan NS dan diolesi
Turgor: < 2 detik Mukosa: pink
salep bioplacenton
Makan: +++ Minum: ++
- Penutupan luka dengan
Urinasi: ++ Defekasi: + kassa dan hypafix

Kamis, T: 38,30C HR: 136x/menit - TF 1 caps s.1.d.d


03/10/19
RR: 36x/menit CRT: < 2 detik

Turgor: < 2 detik Mukosa: pink


Makan: +++ Minum: ++ - Pembersihan luka
dengan NS dan diolesi
Urinasi: ++ Defekasi: ++
salep bioplacenton

- Kontrol + Lepas jahitan

4.5 Pembahasan

Ovariohysterectomy (OH) adalah tindakan bedah yang dilakukan dengan


tujuan mengeliminasi ovarium, oviduct, serta uterus. Kucing yang digunakan
merupakan ras domestic short hair dengan nama Luna yang merupakan kucing
pribadi milik Cindy. Sebelum dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu kucing
melalui tahapan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang kondisi dari hewan. Salah satu pemeriksaan fisik
yang umum dilakukan adalah penimbangan berat badan dan pengukuran suhu
tubuh, berat badan digunakan untuk menghitung dosis obat yang digunakan,
sedangkan suhu tubuh sebagai parameter abnormalitas dalam tubuh.
Ruang operasi yang digunakan adalah laboratorium bedah FKH UB.
Ruangan ini memiliki suasana yang tenang, langit-langit dan dinding bersih,
sirkulasi udara minimal, serta meja operasi yang bersih. Sebelum digunakan,
meja dibersihkan dengan desinfektan alkohol 70%. Hewan kemudian diberikan
antibiotik amoksilin secara intramuscular, Amoxicillin digunakan untuk
menghindari adanya infrksi sekunder pada luka operasi, mekanisme kerja
amoxicilin ini adalah dengan cara mengikat pada ikatan penisilin protein 1A
(PBP-1A) yang berlokasi didalam dinding sel bakteri.
Kemudian diberikan premedikasi berupa atropine sulfat sebagai
antikolinergik dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama
bila dipakai obat anestetik yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva.
Mengeblok mekanisme aksi acetylcholine pada reseptor muskarinik di sistem
syaraf parasimpatis. Menimbulkan mydriasis, tachycardi, bronchodilation, dan
penurunan fungsi GI tract. Selanjutnya diberikan kombinasi ketamine dan
xylazine, ketamine bekerja antagonis terhadap reseptor Nmethyl-D-Aspartate di
CNS, sehingga memunculkan kondisi teranesthesi, dan xilazine bekerja agonist
pada central alpha-2 adrenoreceptors, memunculkan efek sedasi, relaksasi otot,
dan analgesia (Ramsey, 2014)
Hewan diberikan terapi cairan secara intravena untuk menjaga kestabilan
status dehidrasinya. Hewan yang telah teranesthesi direbahkan dalam posisi
dorsal recumbency, lalu dibersihkan area operasinya pada daerah ventral midline
caudal umbilicus. Sterilisasi area operasi dilakukan dengan mencukur rambut
sekitar area operasi, pembasuhan dengan air sabun chlorhexidine dan larutan
povidone iodine 10%.
Pada saat operasi dilakukan terjadi pendarahan, sehingga digunakan
preparat epineprin, epineprin adalah agen adrenal endogen yang mempunyai
aktifitas alpha dan beta, hal tersebut akan mengkontraksi pembuluh darah
(Plumb, 2008) sehingga pembuluh darah menyempit dan mengurangi volume
darah yang keluar. Selanjutnya diberikan antibiotik amoksilin long acting
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan pada penicillin-
binding protein, dan ketoprofen sebagai analgesic, menghambat sekresi
prostaglandin dengan menghambat mekanisme aksi COX-1 dengan tujuan untuk
menghambat siklooksigenasi, menurunkan kerja prostaglandlin, dan hiperalgesia
serta nyeri setelah tindakan operasi. Salep yang diguakan adalah gentamicin
bekerja dengan menghambat sintesa bakteri, gentamicin efektif terhadap bakteri
yang bersifat aerob (Plumb, 2008)
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Ovariohysterectomy (OH) adalah tindakan bedah yang dilakukan
dengan tujuan mengeliminasi ovarium, oviduct, serta uterus. Tindakan preoperasi
dimulai dari hewan dipuasakan, persiapan alat dan bahan serta membersihkan
daerah dilakukan insisi. Tindakan operasi dilakukan OH dengan metode insisi
pada linea alba, dicari organ uterus kemudian diligasi tubafalopii kanan kiri
beserta penggantung dan pembuluh darah kemudia dieksisi dengan blade, selain
itu diligasi pula uterus yang mendekati servix dan dieksisi dengan blade.
Dipastikan tdak ada pendarahan kemudian organ yang diligasi dapat direposisi
ke dalam abdomen. Dilakukan penjahitan muskulus dan lapisan peritonium
dengan metode simple intrupted. Kemudian dijahit daerah subcutan dengan
metode continous intrupted Semua ligasi dan metode jahit menggunakan benang
cat gut chromic 3.0. Tindakan postoperasi dilakukan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka. Pemberian obat topikal gentamicin serta obat racik yang
terdiri dari amoxicillin dan ketoprofen diberikan selama proses persembuhan
luka.
5.2 Saran
Sebelum dilakukan operasi ovariohysterectomy sebaiknya dilakukan
pemeriksaan penunjang ultrasonografi untuk mengetahui adanya kebuntingan
pada hewan

DAFTAR PUSTAKA

Fossum, T. W. 2014. Small Animal Surgery. Fourth Edition. China: Mosby Elsevier.

Laksana, Yehuda. 2013. Ovariohisterectomy pada Kucing. Universitas Brawijaya:


Malang.

Nainggolan, IB. 2011. Stadium Anestesi. Universitas Sumatera Utara: Medan

Plumb, DC. 2008. Veterinary Drug Handbook. Minnesota: Pharma Vet Publishing
Ramsey, I. 2007. BSAVA Small Animal Formulary 6th Ed. Small Animal Hospital.
University of Glasgow
Sardjana, I.K.W. 2011. Bedah Veteriner. Airlangga University Press. Surabaya

Yool, D. (2012). Small Animal Soft Tissue Surgery. Scotland: CABI.

Anda mungkin juga menyukai