OPERASI KUCING
“Ovariohysterectomy (OH) pada Kucing Domestik”
Oleh :
NIM: 180130100111042
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
2.2 Ovariohisterektomi
Ovariohysterektomi adalah tindakan sterilisasi untuk mengangkat,
mengamputasi atau mengeluarkan organ reproduksi betina sehingga hewan
kehilangan fungsi reproduksinya. Sterilisasi pada betina dapat dilakukan dengan
dua cara, yang pertama adalah ovariektomi yaitu sterilisasi dengan mengangkat
ovarium saja dan yang kedua adalah ovariohisterektomi yaitu mengangkat ovarium
beserta dengan uterusnya (Laksana, 2013).
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dan debu. Disterilisasi dengan radiasi atau
disenfektan. Disenfektan yang digunakan merupakan campuran kalium permanganat 5%
dan formalin 10% dengan perbandingan 1:2 selama 15 menit. Juga dapat digunakan
formalin tablet yang diletakkan di dalam ruangan.
b. Persiapan peralatan operasi
Perlengkapan operator dan asisten operator berupa tutup kepala, masker, handuk kecil,
baju operasi dan sarung tangan. Baju operasi dilipat sedemikian sehingga bagian yang
disinggung langsung dengan pasien berada di dalam. Perlangkapan baju operasi
kemudian dibungkus dengan dua lapis kain dengan urutan dari bawah ke atas yaitu
sarung tangan yang sudah di bungkus denga kertas, baju opersi yang telah dilipat, handuk
yang telah dilipat, masker, dan penutup kepala. Kemudian perlengkapan yang sudah di
bungkus dimasukkan ke dalam autoclaf dan disterilisasi pada suhu 600C selama 15-30
menit.
Satu set peralatan bedah minor disiapkan dalam bak instrumen dengan urutan paling
bawah 1 needle holder, 2 tang arteri lurus sirrhugis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 4
tang arteri lurus anatomis, 3 gunting, 2 pinset anatomis dan sirrhugis,1 gagang scalpel
dan
4 towel clamp. Semua alat disikat dan dicuci terlebuih dahulu, disikat sampai bersih dan
dibilas dengan air mengalir sampai 15-20 kali. Aliran air dan penyikatan dimulai dari
ujung peralatan yang berhubungan langsung dengan pasien, kemudian dikeringkan
dengan lap yang bersih. Selanjutnya peralatan dimasukkan ke dalam bak instrumen dan
dibungkus dengan kain muslin. Lalu disterilisasi dengan autoclaf pada suhu 1000C
selama 60 menit.
c. Persiapan tim bedah
Operator dan asisten operator mencuci tangan kemudian mengenakan masker dan
penutup kepala. Selanjutnya tangan dicuci kembali dengan disikat dengan sikat yang
sudah steril dan sudah diberi sabun dari ujung jari dan sela-sela jari hingga siku. Tangan
kemudian dibilas sampai 10-15 kali, pembilasan juga dimulai dari ujung jari hingga siku.
Setelah selesai mencuci tangan, kran ditutup menggunakan siku. Tangan dikeringkan
dengan handuk dimana masing-masing sisi handuk untuk satu tangan. Operator memakai
baju operasi, tangan operator di masukkan ke dalam baju operasi yang masih terlipat dan
dibantu asisten yang tidak steril untuk mengkancingkan baju operasi. Selanjutnya sarung
tangan dipakai dan operasi siap dilakukan.
d. Persiapan hewan
Kucing dipuasakan selama 12 jam dan dilakukan pendataan hewan yang meliputi
anamnese, signalemen dan status present dan melakukan Physical examination yang
meliputi pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas dan CRT. Hewan
diberi premedikasi atropin sulfat 0.25 % dengan dosis 0.025 mg/kg BB secara subkutan.
Selang 10-15 menit, hewan di anastesi menggunakan kombinasi xylazine (2%) dosis 2
mg/kg BB dan ketamine (10%) dosis 10 mg/kg BB secara intramuskular. Setelah kucing
teranestesi rambut mulai dicukur dibagain ventral abdomen dekat daerah umbilikalis.
Bagian yang telah dicukur disterilisasi denga alkohol 70%, diberi iodine dengan memutar
kapas dari arah dalam ke luar. Hewan di bawa ke meja operasi dan di posisikan telentang,
keempat kaki hewan diikat dengan simpul reefer disetiap sudut meja. Perhitungan dosis
obat adalah sebagai berikut :
Atropin sulfat
Dosis = 0,025 mg/ kg BB
Konsentrasi atropin = 0,25 mg/ml
BB kucing = 1.8 kg
Volume yang diinjeksikan = BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
= 1.8 kg x 0,025 mg/ kg BB
0,25 mg/ml
: 0,18 ml
Xylazin
Dosis xylazin = 2 mg/ kg BB
Konsentrasi xylazin = 2 % (20 mg/ml)
Volume yang diinjeksikan = BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
: 1.8 kg x 2 mg/ kg BB
20 mg/ml
: 0,18 ml
Ketamin
Dosis ketamin : 10 mg/ kg BB
Konsentrasi ketamin : 10 % (100 mg/ml)
Volume yang diinjeksikan : BB Kucing x Dosis
Konsentrasi
: 2,1 kg x 10 mg/ kg BB
100 mg/ml
: 0,18 ml
Maintenance
Dosis maintemance : Ketamin ½ dosis
= 0.18 ml = 0.09 ml
2
Penicilin
Bentuk sediaan 3.000.000 IU/15 ml atau 200.000 IU/ml sehingga ditambahkan 3 ml
akuades untuk mendapatkan 50.000 IU/ml
Dosis post operasi
Amoxcilin
DosisAmoxcilin : 25 mg/kg BB
Konsentrasi amoxicillin : 25 mg/ml
Volume yang diinjeksikan : BB Kucing x Dosis
Kandungan
: 1,8 kg x 25 mg/ kg BB
25 mg/ml
: 1.8 ml
2. Persiapan Bedah
Jepit dan lakukan persiapan pembedahan pada ventral abdomen dari xyphoid sampai
pubis. Identifikasi umbilikal dan secara visual membagi bagian abdomen menjadi 3
bagian (cranial, medial dan caudal). Badan uterus terletak lebih caudal dan lebih sulit
untuk dijangkau, oleh karena itu buat syatan pada 1/3 caudal abdomen. Setelah itu,
buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4
cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah
subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat.
Setelah rongga abdomen terbuka dilakukan eksplorasi terhadap uterus. Masukkan ovary
hook atau telunjuk ke sepanjang dinding abdomen, setelah itu putar ke arah medial untuk
mendapatkan cornua uteri dan ligamen-ligamen kemudian angkat dari ruang abdomen.
Telusuri cornua uteri yang didapatkan tadi sampai didapatkan ovarium. Potong
ligamentum suspensory yang dekat dengan ginjal dan hati-hati dengan pembuluh darah
ovary agar jangan sampai ikut terpotong. Begitu ovarium kanan dan kiri ditemukan,
bagian mesovarium dijepit dengan tang arteri kemudian diikat melingkar dengan kuat
menggunakan benang. Jepit dengan dua tang arteri di caudal dan kemudian pemotongan
dilakukan diantara kedua tang arteri tersebut. Buat lubang pada ligamen di bagian caudal
ovarium. Letakkan 2 samapi 3 forcep dengan posisi di bawah pembuluh darah, forcep
menjepit pedicel ovarium proximalis. Buat ikatan pada pedicel ovarium tadi yang sudah
di klem dengan menggunakan cut gut chromic 3.0.
Potong ligamen antara ikatan yang mengikat ligamen suspensory dengan klem yang
menjepit ovarium. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, tang arteri yang mengikat
ligamen suspensory bagian proximal dapat dilepas. Bagian uterus ditelusuri sampai
mencapai bifurcatio dan corpus uteri. Bagian corpus uteri dijepit dengan klem, kemudian
dilanjutkan untuk menelusuri cornua uteri yang satu lagi. Lakukan penjepitan dan
pemotongan seperti sebelumnya. Angkat dua cornua uteri yang telah di potong tadi
sampai didapatkan corpus uteri, buat lubang pada ligamen yang menggantung uterus
serta arteri dan vena. Klem semua ligamen hingga terjepit, buat ikatan yang kuat dan
potong. Setelah yakin tidak terjadi pendarahan, klem yang menjepit uterus bagian
proximal dapat dilepas. Reposisi uterus dan omentum kedalam abdomen. Dengan
menggunakan cut gut chromic 3.0 dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous
abdominis externus dan m. Abdominis externus dan pastikan peritoneum terjahit tanpa
ada omentum yang ikut terjahit dengan jahitan sederhana.
Hal-hal yang harus dikontrol pada saat operasi adalah denyut jantung, frekuensi nafas,
diameter pupil, suhu tubuh, mukosa, rasa nyeri dan pendarahan. Sebelum penjahitan kulit
setiap lapis ditetetsi antibiotik agar tidak terjadi infeksi sekunder.
3. Tindakan post bedah
Setelah operasi selesai, peralatan dicuci dan disikat di mulai dari ujung yang
berhubungan dengan pasien. Setelah itu,dibilas dengan air mengalir sebanyak 15-20 kali.
Semua peralatan dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bak instrumen. Perlakuan yang
diberikan kepada pasien ialah perawatan luka, pemberian antibiotik dan Physical
examination. Perawatan luka dilakukan dengan cara membersihkan luka setiap hari, kasa
dan gurita di ganti tiap hari sekali. Kasa yang steril tersebut diberikan iodin lalu
menutupkannya ke atas luka dan diberi plester di bagian pinggiran agar tidak bergeser.
Kemudian daerah abdomen diikat dengan kain gurita agar perut terfiksasi dengan baik.
Antibiotik yang diberikan ialah amoxicillin yang diberikan secara peroral sesuai dosis
yang telah dihitung. Diberikan setiap pagi dan sore hari yang bertujuan untuk
mengindari adanya infeksi dari bakteri pasca operasi. Physical examination yang
dilakukan berupa pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, motilitas
usus, CRT, warna mukosa, makan, minum, defekasi, urinasi dan lain-lain. Permbukaan
jahitan dilakukan pada hari ketujuh post operasi.
BAB III
METODE KEGIATAN
3. 2 Peserta Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa PPDH FKH UB di bawah
bimbingan dan pengawasan dokter hewan pembimbing lapang. Adapun
mahasiswa yang melaksanakan tindakan bedah adalah:
1. Nama : Cindy Oktati Kasari, S.KH
NIM : 180130100111030
2. Nama : Ananta Ardi Bagaskara, S.KH
NIM : 180130100111042
Di bawah pengawasan dan bimbingan drh. Nofan Rickyawan M.Sc
3. 3 Metode pelaksaan
Pelaksanaan tindakan bedah ovariohysterectomy dilakukan pada kucing
betina non steril berusia minimal 7 bulan, tidak dalam kondisi sakit, bunting, atau
menyusui. Tindakan bedah dilakukan sesuai dengan standard kompetensi PPDH
FKH UB dan kaidah-kaidah animal welfare. Hewan yang akan dioperasi wajib
mendapatkan persetujuan dari dokter hewan pembimbing setelah mendapatkan
serangkaian pemeriksaan fisik. Hewan yang telah dioperasi dirawat hingga
sembuh, dan dilepas (release) setelah mendapat persetujuan dokter hewan
pembimbing. Hasil operasi dilaporkan dalam suatu laporan tertulis yang
dipertanggungjawabkan pada dokter hewan pembimbing.
3.5.1 Preoperasi
Persiapan preoperasi meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Persiapan ruang operasi dan sterilisasi alat
Ruang operasi dibersihkan menggunakan desinfektan. Sedangkan meja
operasi didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%. Penerangan ruang
operasi sangat penting untuk menunjang operasi, oleh karena itu sebelum
diadakanya operasi persiapan lampu operasi harus mendapatkan penerangan
yang cukup agar daerah/situs operasi dapat terlihat jelas.
Perlengkapan bedah seperti Hand gloves, Hair cap, dan Masker
disterilisasi dengan cara dibungkus koran kemudian dimasukkan ke dalam
oven dengan suhu 1210C selama 15 menit. Sterilisasi pada alat bedah minor
dilakukan dengan cara mencuci bersih seluruh alat-alatnya kemudian
dikeringkan. Selanjutnya semua peralatan dibungkus koran dan disterilkan
menggunakan oven dengan suhu 1210C selama 15 menit. Setelah itu, gunting
dan jarum disterilisasi kembali dengan menggunakan alkohol 70% sebelum
digunakan.
2. Persiapan hewan
Sebelum operasi dijalankan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
kondisi tubuh hewan secara umum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah hewan memenuhi persyaraant untuk dilakukan operasi atau tidak. Bila
hewan dinyatakan memenuhi syarat, maka operasi dapat dilaksanakan.
Hewan harus dipuasakan makan selama 6-8 jam dan puasa minum selama 4-
8 jam sebelum operasi dilakukan dengan tujuan mengosongkan isi lambung
agar tidak terjadi emesis pada hewan pasca pemberian anestesi. Sehari
sebelum operasi hewan dimandikan atau diseka dengan air bersih (bila tidak
memungkinkan untuk mandi) bila rambutnya kotor dan dikeringkan dengan
handuk kering atau alat pengering. Sebelum melaksanakan operasi dilakukan
pencukuran rambut di area yang akan diinsisi yaitu daerah abdomen. Setelah
area insisi bersih dari rambut berikan antiseptik berupa iodine 10%.
Dilakukan infus menggunakan larutan ringer laktat, karena untuk
meminimalisir adanya kekurangan ion dalam tubuh.
3. Persiapan operator
Sebelum operasi dilaksanakan operator dan asisten operator
mempersiapkan diri dengan mencuci tangan menggunakan sabun antiseptic
(Chlorhexidine) mulai dari ujung tangan sampai batas siku, kemudian dibilas
dengan air bersih yang mengalir, dan dikeringkan dengan handuk steril. Selama
operasi, operator dan asisten operator harus menggunakan masker, penutup
kepala, dan surgery glove yang steril untuk menghindari kontaminasi.
3.5.2 Operasi
Tujuan utama tindakan bedah ovariohysterectomy (OH) adalah untuk
mencegah estrus serta perkembangbiakan yang tidak diharapkan pemilik hewan.
Bedah OH juga dapat mencegah beberapa penyakit seperti tumor
mammae, pyometra, metritis, neoplasia, dan kelainan-kelainan lain. Metode
bedah OH dideskripsikan dalam daftar berikut ini (Fossum, 2014):
a. Insisi abdomen dilakukan pada ventral midline caudal umbilicus
sepanjang kurang lebih 2 – 3 cm. Semakin pendek insisi semakin baik,
namun harus 3 dipastikan bahwa pencarian ovarium dan uterus dapat
dilakukan dengan mudah serta tidak menimbulkan traksi yang terlalu
tegang.
b. Eksplorasi cornua uteri dilakukan dengan hati-hati menggunakan spay
hook steril pada dinding lateral abdomen, kira-kira 2 – 3 cm di sebelah
caudal ginjal. Uterus umumnya terasa tegang saat ditarik, dibandingkan
dengan usus kecil.
c. Ligasi pertama dilakukan pada ligamentum suspensorium
menggunakan benang absorbable, dibantu dengan small arteri forceps.
Setelah ligasi diyakini aman, ligamentum dapat dipotong. Teknik yang
sama dilakukan pada ovarium kedua
d. Traksi lembut pada cornua uteri dilakukan hingga bagian corpus uteri
terekspos ke luar abdomen. Untuk memudahkan traksi, mesometrium
dapat dipotong terlebih dahulu. Ligasi uterus dilakukan pada batas
corpus dan cervix menggunakan benang absorbable. Ligasi harus
dilakukan dengan kuat terutama bila uterus berukuran besar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Signalemen
Nama hewan : Luna
Jenis/ras : Kucing/domestic short hair (DSH)
Jenis kelamin : Betina
Umur : ± 1 tahun
Berat badan : 2.25 kg
Pulsus (/menit) 144 132 136 120 104 112 108 112
Respirasi(/menit) 36 36 32 28 32 28 28 28
4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain towel/duk untuk memisahkan area
steril dan tidak steril, pinset anatomis, scalpel handle dan blade untuk
mengincisi kulit dan muskulus serta memotong bagian uterus dan ovarium,
Dosis
Golongan Konsentrasi Volume Waktu
Obat (mg/kg Rute
obat (mg/mL) (mL) (WIB)
BB)
Amoxicillin Antibiotik
(short propilaksis 10 100 0,225 im 07.00
acting)
Atropine Premedikasi
0,04 0,25 0,36 sc 07.30
sulphate
Ketamine Anastesi 10 100 0,225 im 08.15
Xylazine Anastesi 2 20 0,225 im 08.15
Ketoprofen NSAID 2 50 0,1 sc 16.00
needle holder untuk memegang neddle saat dilakukan penjahitan atau ligasi,
spay hook untuk menarik uterus dan ovarium keluar dari rongga abdomen,
arteri clamp lurus dan bengkok untuk menjepit pembuluh darah dan juga uterus
dan ovarium, gunting tajam-tumpul untuk memperluas incisi, gunting tajam-
tajam, gunting tumpul-tumpul, needle round untuk menjahit organ yang lunak
& needle tapper untuk menjahit kulit. Syringe, IV catheter 24 G untuk
pemasangan infus, spuit 1 ml, spuit 3 ml, lampu pemanas untuk mempercepat
menstabilkan suhu badan kucing setelah operasi, tali untuk menahan posisi
kucing saat dioperasi, meja operasi dan underpad.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain Atropin sulfat (premedikasi),
antibiotik profilaksis amoxicilline injeksi. Anastetikum yaitu Xylazine dan
Ketamine. Selain itu juga digunakan Normal Saline untuk membasahi organ
yang berada diluar rongga abdomen, alkohol 70% sebagai antiseptik pada
bagian yang akan diincisi, Povidon iodin/Clorhexidin (antiseptik dan
desinfektan), Ringer laktat (infus), leukoplast®, ketoprofen (paint killer),
Amoxyciline (antibiotik), hipafix, gloves, kasa steril, masker, tampon kotak
steril, tampon bulat steril, benang catgut Chromic® 3-0 yaitu benang absorbable
untuk meligasi uterus dan ovarium serta menjahit peritoneum, muskulus dan
subcutan. Benang silk 3.0 untuk menjahit kulit.
Dalam prosedur ini yang pertama dilakukan adalah alat bedah yang akan
digunakan dibersihkan dahulu kemudian dibungkus dengan kertas koran
sampai semuanya tertutup yang berguna melindungi alat supaya tidak
terkontaminasi lagi. Selanjutnya untuk bahan dan alat yang tidak tajam
dimasukkan dalam sterilisator selama 15-30 menit. Sedangkan untuk alat yang
tajam cukup direndam dalam alkohol 70%. Alat yang sudah steril bisa
diletakkan pada meja operasi.
4.2.2 Persiapan Hewan
Persiapan pasien berupa kucing dengan nama Luna dilakukan mulai dari
pemeriksaan kondisi umum dalam hal ini dilakukan physical examination (PE)
untuk mengetahui kondisi kucing meliputi penimbangan berat badan,
temperatur, pulsus, respirasi, kondisi rambut, membram mukosa,
muskulosketal (otot dan pertulangan), sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem
digesti, sistem urogenital, sistem syaraf, dan sistem panca indera. Kucing yang
termasuk kedalam kucing jenis lokal ini memiliki tempramen yang aktif.
Penimbangan berat badan dilakukan untuk penentuan dosis obat yang akan
digunakan, sedangkan pemeriksaan umum ini bertujuan untuk memastikan
bahwa hewan dalam kondisi sehat dan siap untuk dioperasi, yang kondisinya
kurang atau tidak baik dianjurkan untuk tidak dioperasi. Pada saat hewan akan
dioperasi hewan dipuasakan dari makan dan minum 6 jam sebelum operasi
untuk mencegah terjadinya muntah dan urinasi yang berlebihan serta rongga
abdomen tidak terlalu penuh sehingga organ terlihat jelas dan lebih leluasa
untuk eksplorasi. Kucing juga sudah terpasang infus RL sebelum operasi untuk
mengganti cairan yang hilang selama operasi.
4.2.3 Persiapan Operator dan Co-Operator
Operator dan asisten harus mempersiapkan diri sebelum dilakukan operasi.
Persiapan terdiri dari persiapan mental dan persiapan fisik. Persiapan fisik
dilakukan dengan istirahat yang cukup, sebelum operasi makan dan minum
dahulu karena tidak tau berapa lama operasi akan berlangsung, Sterilisasi diri
dengan mandi dan menggunakan desinfektan untuk mencegah kontaminasi.
Kemudian menggunakan masker, penutup rambut, mencuci tangan dengan
sabun chlorhexidine sampai bersih dan dikeringkan dengan handuk steril dan
disemprot alkohol 70%. Kemudian mengenakan baju operasi yang dibantu oleh
asisten operator. Dan terakhir memakai glove steril.
4.2.4 Prosedur Operasi
Pelaksanaan ovariohysterectomy dimulai dengan menginjeksikan antibiotik
profilaksis yaitu amoksisilin dosis 10mg/kgBB untuk mencegah adanya
kontaminasi selama operasi. Kemudian setelah 30 menit diberikan premedikasi,
tujuan pemberian premedikasi adalah untuk mengurangi sekresi kelenjar saliva,
memperlancar induksi anastesi, mencegah efek bradikardi dan vomit setelah
ataupun selama anastesi, mendepres reflek vasovagal, mengurangi rasa sakit
dan mengurangi gerakan yang tidak terkendali selama recovery. Premedikasi
yang diberikan pada kucing Luna adalah atropine sulfat. Atropin sulfat
merupakan premedikasi yang digolongkan sebagai antikolinergik. Atropin
sulfat diinjeksikan secara SC dengan dosis 0,04 mg/kgBB (Plumb, 2008).
Setelah preanastesi diberikan kemudian tunggu 10-15 menit, dilanjutkan
dengan pemberian obat anastesi, yaitu ketamin dan xylazine dengan dosis
masing-masing 10 mg/Kg BB dan 2 mg/Kg BB, pemberian obat anastesi
tersebut di berikan secara intramuskular. Jika kucing telah terbius dan
teranastesi, kucing diletakkan diatas meja operasi dengan posisi rebah dorsal
dengan mengikatnya pada meja dengan tali tampar agar tidak terjadi
pergerakan/pergeseran selama operasi berlangsung. Agar kucing dapat bernafas
dengan baik lidahnya dikeluarkan dan ditahan/diganjal dengan menggunakan
tampon bulat. Kemudian daerah yang akan dioperasi yaitu abdomen
dibersihkan dengan air sabun terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan
pemberian larutan desinfektan yaitu larutan alkohol 70% dan povidon iodine
10%.
Selanjutnya apabila sudah dibersihkan dengan desinfektan kemudian
dilakukan pemasangan kain drape. Pada operasi perlu dilakukannya
pengecekan status fisik hewan yaitu berupa perubahan-perubahan pada hewan
yang diamati mulai dari operasi dimulai sampai pada operasi selesai.
Pengecekan kondisi fisiologis hewan diamati melalui monitor pasien yang
menunjukan nilai frekuensi nafas, tekanan darah dan suhu kucing.
Tahap operasi selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Insisi abdominal dibuat pada caudal umbilicus menuju pubis (Gambar 4.2),
menembus kulit, subcutan, lalu linea alba hingga menemukan rongga
peritoneum.
A B
A B
A B
A B
A B
Gambar 4.6 (A) Ilustrasi (Fossum, 2014). (B) ovarium dan uterus yang
telah dievakuasi dari kucing Cimot (Dokumentasi pribadi, 2019)
Pada akhir ligasi seluruh bagian dilakukan pencucian / irigasi rongga
abdomen menggunakan normal salin (NS). Tujuan irigasi ini adalah untuk
menghindarai terjadinya perlengketan antar organ internal, membersihkan
organ internal serta mengembalikan kondisi rongga abdomen. Perlakukan
selanjutnya yaitu penjahitan peritoneum dan muskulus dengan menggunakan
benang catgut cromic 3.0 dan jarum cutting dan pola jahitan terputus
sederhana. Penjahitan tidak boleh meninggalkan dead space yang dapat
memicu pertumbuhan bakteri dan terjadi infeksi sekunder yang menghambat
persembuhan luka. Kemudian dilakukan penjahitan subkutan dengan
menggunakan benang cutgut chromic 3.0 dengan pola jahitan menerus
sederhana, dilanjutkan penjahitan kulit dengan benang silk dan metode
penjahitan terputus sederhana.
Selanjutnya luka diolesi dengan salep yang mengandung gentamicine.
Gentamicine adalah antibiotika golongan aminoglikosida berspektrum luas
yang memiliki mekanisme kerja dengan menghambat sintesa protein bakteri.
Dan diberikan injeksi amoksilin long acting secara subkutan, lalu pemberian
analgesik berupa ketoprofen juga diberikan dengan dosis 2 mg/kgBB.
Ketoprofen bekerja dengan menghambat enzim COX sehingga prostaglandin
tidak terbentuk (Plumb, 2008)
Gambar 4.7 Penutupan cavum abdomen (peritoneum & musculus, subcutan
dan kulit) dengan penjahitan (Dokumentasi Pribadi, 2019)
Urinasi: ++ Defekasi: +
Urinasi: ++ Defekasi: ++
4.5 Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
Fossum, T. W. 2014. Small Animal Surgery. Fourth Edition. China: Mosby Elsevier.
Plumb, DC. 2008. Veterinary Drug Handbook. Minnesota: Pharma Vet Publishing
Ramsey, I. 2007. BSAVA Small Animal Formulary 6th Ed. Small Animal Hospital.
University of Glasgow
Sardjana, I.K.W. 2011. Bedah Veteriner. Airlangga University Press. Surabaya